Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISTIK KORONA DAN TEGANGAN TEMBUS ISOLASI MINYAK

PADA KONFIGURASI ELEKTRODA JARUM-PLAT


I Made Indra Wijaya - 2205100105
Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111

Abstrak : Pengujian dilakukan di laboratorium untuk


mengetahui karakteristik korona dan tegangan tembus dengan
menggunakan elektroda jarum-plat (needle-plat). Hasil
pengujian menunjukkan peristiwa korona (Corona Inception
Voltage) dan tegangan tembus (Streamer Breakdown Voltage)
meningkat seiring dengan semakin besarnya permukaan
elektroda jarum dan jarak sela antar elektroda. Corona
Stabilization Effect menunjukkan kestabilan dari peristiwa
korona, di mana hasil yang diperoleh dari pengujian yaitu
semakin besar permukaan elektroda maka semakin tidak
efektif Corona Stabilization Effectny, hal ini disebabkan karena
semakin besarnya muatan ruang menyebabkan pembentukan
korona terhambat.
Kata kunci: Isolasi Minyak, Elektroda JarumPlat, Inception
Voltage korona, Tegangan Tembus (Streamer Breakdown
Voltage).

1. PENDAHULUAN
Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam
sistem tenaga listrik. Isolasi diperlukan untuk memisahkan
bagian yang bertegangan dengan yang tidak bertegangan
sehingga tidak terjadi lompatan listrik atau percikan
diantaranya. Bahan isolasi akan menunjukkan sifatnya bila
dipengaruhi medan listrik. Minyak merupakan salah satu
bahan isolasi yang termasuk dalam bahan dielektrik.
Tegangan tembus isolasi merupakan tegangan yang mampu
merusak ketahanan isolasi dari suatu bahan isolasi. Begitu
juga dengan peristiwa korona yang merupakan salah satu
fenomena dari tegangan tinggi.
Selain itu juga, untuk mengetahui karakteristik dari
kedua permasalahan tersebut yaitu peristiwa tegangan
tembus dan korona maka dilakukan pengujian dengan
menggunakan elektroda jarum-plat. Dengan sumber
tegangan tinggi AC (Alternating Current) dan tegangan
tinggi DC (Direct Current). Pemilihan elektroda jarum
untuk memudahkan pengamatan saat pengujian.

2.

FENOMENA PRE-BREAKDOWN

2.1. Isolasi Cair


Isolasi cair memiliki dua fungsi yaitu sebagai pemisah
antara bagian yang bertegangan dan juga sebagai pendingin
sehingga banyak digunakan pada peralatan seperti
transformator, pemutus tenaga, switch gear.

2.1.1 Karakteristik Isolasi Cair


Pada dasarnya dielektrik cair harus memiliki sifat
dielektrik yang baik, mempunyai karakteristik perpindahan
panas yang bagus dan memiliki struktur kimia yang stabil
saat pengoperasian.
a. Sifat Listrik
Sifat-sifat listrik yang sangat penting dalam menentukan
kinerja dielektrik dari dielektrik cair adalah :
i. Withstand Breakdown kemampuan untuk tidak
mengalami ketembusan dalam kondisi tekanan listrik
(electric stress) yang tinggi.
ii. Resistivitas : suatu cairan dapat digolongkan sebagai
isolasi cair bila resistivitasnya lebih besar dari 109
ohm-meter. Resistivitas yang diperlukan pada sistem
tegangan tinggi untuk material isolasi adalah 1016
ohm-meter atau lebih.
b. Karakteristik Perpindahan Panas
Pada peralatan yang terisi oleh isolasi cair (transformer,
kabel, circuit breaker, dll) perpindahan panas biasanya
dipengaruhi oleh konveksi. faktor utama yang
mengontrol perpindahan panas adalah konduktivitas
termal dan viskositas. Semakin tinggi nilai dari
konduktivitas termal maka semakin dapat digunakan pada
peralatan sebagaimana dapat dioperasikan secara
berkelanjutan pada temperatur yang tinggi. Pada
penggunaan yang lain, nilai konduktivitas termal yang
rendah dan nilai viskositas yang tinggi dapat menjadi
penyebab terjadinya pemanasan berlebihan pada area
tertentu.
c. Kestabilan Kimiawi
Pada penggunaannya, isolasi cair yang terkena tekanan
termal dan listrik karena adanya material seperti O2, air,
serat dan hasil-hasil dari pemisahan bahan isolasi padat.
Hal tersebut bisa mempengaruhi kestabilan dari rantai
kimia dari isolasi cair.
2.1.2 Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair
Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan,
antara lain yang pertama adalah isolasi cair memiliki
kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi
gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi
menurut hukum Paschen. Kedua isolasi cair akan mengisi
celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak
melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul
akibat rugi energi. Ketiga isolasi cair cenderung dapat
memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan

1
Proccedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

muatan (discharge). Namun kekurangan utama isolasi cair


adalah mudah terkontaminasi.
Terdapat beberapa macam faktor yang diperkirakan
mempengaruhi kegagalan minyak transformator seperti luas
daerah elektroda, jarak celah (gap spacing), pendinginan,
perawatan sebelum pemakaian (elektroda dan minyak),
pengaruh kekuatan dielektrik dari minyak transformator yang
diukur serta kondisi pengujian atau minyak transformator itu
sendiri juga mempengaruhi kekuatan dielektrik minyak
transformator.
Kegagalan isolasi (insulation breakdown, insulation
failure) disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi
tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan
dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan
lebih. Pada prinsipnya tegangan pada isolator merupakan
suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh
gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak
tembus.
Dalam struktur molekul material isolasi, elektron elektron terikat erat pada molekulnya, dan ikatan ini
mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan
oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu
tempat maka sifat isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada
bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi
perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul
lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor.
Karakteristik isolator akan berubah bila material tersebut
kemasukan suatu ketidakmurnian (impurity) seperti adanya
arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan
tegangan tembus.
Mekanisme Streamer Breakdown menjelaskan mengenai
pengembangan pelepasan percikan langsung dari banjiran
tunggal di mana muatan ruang (space charge) yang terjadi
karena banjiran itu sendiri mengubah banjiran tersebut
menjadi streamer plasma. Sesudah itu kehantaran naik
dengan cepat, dan kegagalan terjadi dalam alur banjiran ini.
Ciri utama teori kegagalan streamer adalah postulasi
sejumlah besar fotoionisasi molekul dalam ruang di depan
streamer dan pembesaran medan listrik setempat oleh muatan
ruang ion pada ujung elektroda.

2.2. Fenomena Korona


Korona merupakan proses dimana arus, mungkin
diteruskan, muncul dari sebuah elektroda berpotensial tinggi
di dalam sebuah fluida yang netral, dengan mengionisasi
fluida hingga menciptakan plasma di sekitar elektroda. Bila
dua kawat sejajar yang penampangnya kecil dibandingkan
dengan jarak antar kawat tersebut diberi tegangan, maka
akan terjadi korona. Pada tegangan yang cukup rendah tidak
terlihat apa-apa, bila tegangan dinaikkan maka akan tejadi
korona secara bertahap. Pertama kali, kawat kelihatan
bercahaya yang berwarna ungu muda, mengeluarkan suara
berdesis (hissing) dan berbau ozon. Jika tegangan dinaikkan
terus, maka karakteristik diatas akan terlihat semakin jelas,
terutama pada bagian yang kasar, runcing atau kotor serta
cahaya bertambah besar dan terang. Bila tegangan masih
terus dinaikkan akan terjadi busur api.
Korona bisa bermuatan positif atau negatif. Hal ini
ditentukan oleh polaritas tegangan di elektroda yang
kelengkungannya tinggi. Jika elektroda bemuatan positif
berkenaan dengan elektoda rata terciptalah korona positif,
tapi jika negatif yang tercipta adalah korona negatif.
Inception Voltage korona atau tegangan awal korona
didefinisikan sebagai tegangan yang terukur pada saat terjadi
lucutan pertama kali saat pengujian dilakukan. Definisi ini
sebagai acuan untuk mendapatkan nilai inception voltage
secara langsung, dikarenakan pada pengujiannya tidak
digunakan oscilloscope untuk mendapatkan sinyal yang
menunjukkan awal terjadi korona.
3. PENGUJIAN
3.1. Elektroda
Elektroda yang digunakan dalam pengujian ini adalah
elektroda jarum-plat. Elektroda ini terbuat dari bahan
stainless steel. Elektroda jarum di manfaatkan sebagai anoda
sedangkan elektroda plat sebagai katodanya. Diameter dari
elektroda jarum yang digunakan yaitu 1.0, 1.5 dan 2.0 mm.
3.2. Minyak Isolasi
Jenis minyak isolasi yang digunakan sebagai bahan uji pada
penelitian ini adalah TRANSFORMER OIL POWEROIL TO
1020 60U yang di produksi oleh APAR INDUSTRIES LTD.
Dibutukan 3 liter minyak trafo untuk mengisi tempat pengujian.

Gambar 2. Elektroda Jarum dan Elektroda Plat


Gambar 1. Distribusi Bidang Listrik pada Bidang Gap Non-Uniform

2
Proccedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

3.3. Rangkaian Pengujian


Rangkaian pembangkitan yang digunakan adalah
rangkaian pengujian tegangan AC dan DC (gambar 4 dan 5).
Rangkaian tersebut yang digunakan untuk mengetahui
tegangan tembus dan nilai korona (inception Voltage) agar
dapat diketahui karakteristiknya. Elektroda plat dan jarum di
susun pada elektroda set seperti gambar 3.

Gambar 3. Elektroda Set

Gambar 4. Rangkaian Pengujian Tegangan Tinggi AC

3.4. Langkah-Langkah Pengujian


Pengujian dilakukan di laboratorium Tegangan Tinggi
milik Teknik Elektro ITS, dengan menggunakan tegangan
tinggi AC dan DC. Langkah-langkah pengujian dibagi
menjadi 3 (tiga) tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengujian
dan tahap akhir pengujian, dimana prosesnya yaitu:
Menyiapkan peralatan test ( elektroda set, perlengkapan
utama
pembangkitan
tegangan
tinggi),
kemudian
menyusunnya menjadi rangkaian seperti gambar 6 yaitu
rangkaian pembangkitan tegangan tinggi. Sebelum dilakukan
pengujian maka sebaiknya peralatan test dibersihkan dari
kotoran dan debu,. Setelah dipastikan bersih maka jarak sela
kedua elektroda dapat di atur. Setelah persiapan selesai maka
akan dilakukan pengujian dengan langkah-langkah yaitu
Mengatur Test Method dari kontrol box pada posisi AC atau
DC dengan menggunakan bat-handle switch, kemudian
menempatkan charging range pengatur tegangan pada
kedudukan 0%. Aktifkan kontrol box. Kemudian mengatur
tegangan melalui transformator pengatur tegangan secara
perlahan sampai didapatkan nilai inception Voltage korona
dan tegangan tembus (Streamer breakdown voltage). Catat
nilai tegangan tembusnya.
4.

Gambar 5. Rangkaian Pengujian Tegangan Tinggi DC

HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

4.1. Hasil Pengujian


Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap jarak
sela yang dibuat berbeda dan dengan ukuran elektroda yang
berbeda-beda juga. Hasil dari pengujian diperoleh rata-rata
nilai inception voltage dan tegangan tembus (streamer
breakdown) adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Rata-rata Nilai Inception Voltage Korona Tegangan Tinggi AC

Inception Voltage Korona (kV)

No.

Jarak
Sela (cm)

1.0mm

1.5mm

2.0mm

16,6

17,4

20

28

30

33,2

35,2

38,4

39,4

Tabel 2. Rata-rata Nilai Inception Voltage Korona Tegangan Tinggi DC

Gambar 6. Skema Pengujian

Inception Voltage Korona (kV)

No.

Jarak
Sela (cm)

1.0mm

1.5mm

2.0mm

26,6

28,4

32,2

43,4

47,2

48,6

58,4

64

66

3
Proccedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Tabel 3. Rata-rata Nilai Tegangan Tembus Tegangan Tinggi AC

Streamer Breakdown (kV)

No.

Jarak
Sela (cm)

1.0mm

1.5mm

2.0mm

18,2

19,8

22,6

32,6

34,4

37

38,8

41,6

43,2

Tabel 4. Rata-rata Nilai Tegangan Tembus Tegangan Tinggi DC

Streamer Breakdown (kV)

No.

Jarak
Sela (cm)

1.0mm

1.5mm

2.0mm

29,2

31,6

35

46

49,8

52,4

60,6

65,8

70,2

4.2. Analisis Hasil Pengujian


Pada gambar 7-10 adalah salah satu contoh hasil
pengujian untuk memperoleh karakteristik korona dan
Tegangan tembus (Streamer Breakdown Voltage).
Elektroda set mulai diberikan tegangan, disini akan
terlihat arus minyak yang berputar disekitar elektroda karena
pengaruh medan yang kuat. Tegangan semakin dinaikkan
dan pada tegangan terukur 30 kV muncul flashover untuk
pertama kali atau dikenal dengan istilah Inception Voltage.
Pada saat Inception Voltage, maka pada saat itulah kekuatan
dielektrik cair untuk menahan tegangan tembus seperti pada
gambar 8.
Pada saat tegangan semakin diperbesar menjadi 34 kV
maka terjadi peristiwa tembus atau Streamer Breakdown
Voltage. Tegangan saat terjadi peristiwa tembus dicatat
sebagai tegangan tembus seperti terlihat pada gambar 9.
Setelah terjadi flashover akan muncul gelembunggelembung gas (Gambar 10), Gelembung ini muncul akibat
proses ionisasi dalam isolasi minyak. Gelembung-gelembung
ini juga akan mempengaruhi Streamer Breakdown Voltage.
Berdasarkan grafik Gambar 11 dan gambar 12 maka
dari hasil pengujian grafik bergerak secara linear, grafik ini
juga menunjukkan pengaruh besarnya ujung permukaan
elektroda yaitu untuk elektroda jarum dengan ukuran 1.0 ;
1.5 dan 2.0 mm terhadap Inception Voltage korona.
Dimana semakin besar ukuran ujung permukaan
elektroda maka makin besar tegangan yang diperlukan untuk
mencapai peristiwa korona, begitu juga semakin besar jarak
sela maka semakin besar juga nilai Inception Voltage, hal ini
berarti bahwa nilai inception voltage korona dipengaruhi
oleh
1. Besar ujung permukaan (tip) dari elektroda
2. Jarak sela elektroda dengan elektroda lainnya
Perbedaannya pada nilai Inception Voltage tegangan
tinggi DC lebih tinggi dari nilai Inception Voltage tegangan
tinggi AC. Hal itu disebabkan oleh perbedaan muatan,
dimana pada tegangan tinggi DC hanya muatan positif,
sedangkan pada tegangan tinggi AC terdapat muatan positif
dan negatif.

Gambar 7. Elektroda Set dalam Minyak Isolasi

Gambar 8. Inception Voltage Corona

Gambar 9. Streamer Breakdown Voltage

Gambar 10. Gelembung-Gelembung Gas

4
Proccedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Sedangkan berdasarkan grafik Gambar 12 dan 13 dapat


diketahui bahwa tegangan tembus (Streamer Breakdown
Voltage) pada isolasi minyak dengan ukuran elektroda yang
berbeda-beda yaitu 1.0 mm, 1.5 mm dan 2.0 mm cenderung
meningkat. Dimana elektroda dengan ukuran diameter lebih
besar (2.0 mm) memerlukan tegangan yang lebih besar untuk
mencapai peristiwa kegagalan begitu juga halnya jika jarak
sela ditambahkan maka peristiwa untuk mencapai tegangan
tembusnya juga membutuhkan tegangan semakin besar. Hal
ini terjadi karena semakin besar jarak sela maka semakin
tebal juga kerapatan minyak sebagai media isolasinya.
Gambar 11. Grafik Karakteristik Inception Voltage Korona dengan Tegangan
Tinggi AC

4.3. Efek Kestabilan Korona (Corona Stabilization Effect)


Efek kestabilan korona dapat diketahui dengan
membandingkan antara nilai Inception Voltage korona
dengan nilai tegangan tembus (Streamer Breakdown
Voltage) pada kondisi masing-masing elektroda.
4.3.1 Efek Kestabilan Korona (Corona Stabilization
Effect) dengan Tegangan Tinggi AC

Gambar 12. Grafik Karakteristik Inception Voltage Korona dengan


Tegangan Tinggi DC

Gambar 15. Grafik Perbandingan nilai Inception Voltage Korona dengan


nilai Tegangan Tembus Elektroda 2.0 mm Tegangan Tinggi AC

4.3.2 Efek Kestabilan Korona (Corona Stabilization


Effect) dengan Tegangan Tinggi DC

Gambar 13. Grafik Karakteristik Tegangan Tembus (Streamer Breakdown


Voltage) dengan Tegangan Tinggi AC

Gambar 16. Grafik Perbandingan Inception Voltage Korona dengan


nilai Tegangan Tembus Elektroda 2,0 mm Tegangan Tinggi DC
Gambar 14. Grafik Karakteristik Tegangan Tembus (Streamer Breakdown
Voltage) dengan Tegangan Tinggi DC

5
Proccedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Berdasarkan grafik Gambar 15 dan 16; Pada elektroda


2.0 mm mempunyai rentang yang cukup kecil pada sela 1
cm, lalu rentang jarak semakin besar seiring dengan
bertambahnya jarak sela. Jadi semakin memiliki rentang
yang lebih besar maka corona stabilization effect semakin
tidak efektif, hal itu berarti bahwa distribusi medan makin
tidak uniform menyebabkan muatan ruangnya semakin
besar sehingga menekan perkembangan korona atau
memerlukan lebih besar lagi tegangan untuk terjadinya
korona dan tegangan tembusnya. Hal ini juga berlaku pada
elektroda 1.0 mm dan 1.5 mm.
4.4. Mekanisme Streamer Breakdown Voltage
Saat elektroda diberikan tegangan maka akan terjadi
medan disekitar elektroda, semakin besar tegangan yang di
berikan maka medan akan semakin kuat. Bila tegangan yang
diberikan sudah melampaui batas kekuatan isolasi minyak,
maka akan muncul lucutan korona yang pertama kali
(Inception Voltage) seperti dalam gambar 17.
Setelah terjadi Inception Voltage, maka akan terbentuk
gelembung-gelembung gas di sekitar elektroda. Gelembung
ini tercipta akibat dari reaksi kimia yang terjadi didalam
minyak. Karena pengaruh tegangan yang kuat maka
beberapa molekul minyak akan terionisasi, dan melepas gas.
Ternyata gelembung gas tersebut tidak menghilang
dengan cepat, tetapi masih terpencar di kedua ujung
elektroda. Dan gelembung-gelembung tersebut pecah
menjadi gelembung yang lebih kecil lagi (micro-bubles). Hal
ini akan menyebabkan semakin cepatnya timbul Steamer
Breakdown Voltage.
Karena pengaruh medan yang kuat diantara elekroda
maka gelembung-gelembung gas dalam cairan tersebut akan
berubah menjadi memanjang searah dengan medan.
Gelembung-gelembung tersebut akan saling sambung
menyambung dan membentuk jembatan yang akhirnya akan
mengawali terjadinya kegagalan seperti dalam gambar 18.
Jika sudah terbentuk jembatan gelembung tersebut,
maka untuk lucutan korona berikutnya akan menjadi lebih
cepat lagi sehingga terjadilah Streamer Breakdown Voltage
seperti gambar 19.
Jadi gelembung - gelembung tersebut sangat
mempengaruhi Streamer Breakdown menjadi lebih cepat
disamping faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan
tembus seperti tipe minyak isolasi, temperatur dan tekanan,
dan butiran butiran padat akibat ketidakmurnian dari isolasi
cair. Gambar 20 dan 21 adalah gambar terbaik yang
didapatkan selama pengujian.

Gambar 18. Lucutan Korona pada Gelembung

Gambar 19. Streamer Breakdown Voltage

Gambar 20. Streamer Breakdown pada elektroda 1 mm tegangan AC

Gambar 21. Streamer Breakdown pada elektroda 2 mm tegangan DC

Gambar 22. Cacat pada Elektroda

Gambar 17. Inception Voltage Corona

4.5. Efek Mekanik Korona


Selain menimbulkan gelembung-gelembung gas,
korona juga menghasilkan beberapa efek mekanik, yaitu
terjadinya lubang pada elektroda datar yang bisa dilihat pada

6
Proccedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Gambar 23. Perbedaan Elektroda Sebelum dan Sesudah Percobaan

gambar 22. Pada gambar tersebut sangat terlihat jelas


goresan-goresan bulat yang terjadi karena terkena korona
Dari gambar 22 dapat diketahui juga bahwa korona tidak
mengarah pada satu titik saja, lucutan korona bisa terjadi di
beberapa titik.
Jika dibandingkan dengan elektroda datar yang belum
terkena korona. Maka perbandingan permukaannya akan
sangat terlihat jelas, dimana elektroda datar yang belum
terkena korona masih terlihat sangat halus dan elektroda
datar yang sudah terkena korona penuh akan goresan seperti
yang ada pada gambar 23.
5.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar diameter ujung elektroda maka semakin
besar juga nilai Inception Voltage dan Streamer
Breakdown Voltage.
2. Efek kestabilan korona atau corona stabilization effect
dipengaruhi juga oleh besarnya permukaan elektroda
tersebut. Dimana semakin besar permukaannya maka
corona stabilization effect semakin tidak efektif , hal ini
disebabkan karena semakin besar muatan ruangnya
sehingga menghambat terjadinya korona.
3. Gelembung-gelembung gas mempunyai pengaruh pada
peristiwa terjadinya tegangan tembus (Streamer
Breakdown Voltage) dimana gelembung tersebut akan
mempercepat proses terjadinya Streamer Breakdown,
karena gelembung-gelembung gas tersebut memilki
kekuatan dielektrik yang lebih rendah dari minyak.
5.2 Saran
1. Pada tugas akhir ini pengujian dilakukan untuk 3 jarak
sela yang berbeda, selanjutnya dapat dilakukan
pengujian dengan lebih banyak variasi jarak untuk
mengetahui lebih detail gejala pre-brekdown pada isolasi
minyak.
2. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan
analisa yang sama untuk jenis isolasi berbeda
3. Dapat dijadikan dasar perbandingan pengujian dengan
isolasi yang sama namun dengan memperhatikan kondisi
suhu dan temperatur yang berbeda

Abdul Syakur, Mochammad Facta, Des 2005.


Perbandingan
Tegangan Tembus Media Isolasi
Udara dan Media Isolasi Minyak Trafo
Menggunakan Elektroda Bidang- Bidang.Transmisi,
Vol.10 No 2
[2] Kuffel,E ; Zaengl WS ; Kuffel J , 2000. High Voltage
Engineering Fundamentals Second Edition, Newnes,
Oxford.
[3] Naidu M.S. dan Kamaraju V, 2002. High Voltage
Engineering Third Edition, Mc. Graw Hill, Boston
[4] Mazen Abde-salam ; Hussein Anis ; Ahdab ElMorsedy ; Roshdy Radwan, 2000. High-Voltage
Engineering Theory and Practice Secon Edition.
Marcel Dekker,Inc, New York.
[5] Arismunandar,A., 2001. Teknik Tegangan Tinggi,
Pradnya Paramita, Jakarta
[6] Bonggas L Tobing, 2003. Peralatan Tegangan
Tinggi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
[7] Hayt, W.H.Jr, 1991. Elektromagnetika Teknologi
Edisi Kelima Jilid 1, Erlangga Jakarta
[8] Kind,D. 1993, Pengantar Teknik Eksperimental
Tegangan Tinggi, ITB,Bandung
[9] Arismunandar,A., 1983. Teknik Tegangan Tinggi
Suplemen. Ghalia Indonesia, Jakarta.
[10] 2008.
Lucutan
Korona,
URL:http://www.wikipedia.com
RIWAYAT HIDUP
I Made Indra Wijaya dilahirkan di
kota Denpasar pada tanggal 20 Juli
1987. Penulis adalah anak kedua
dari
empat
bersaudara
dari
pasangan Drs. I Nengah Sudirtha
dan Ni Made Latri,BA. Mulai tahun
2008 penulis aktif sebagai asisten
praktikum Tegangan Tinggi di
laboratorium Tegangan Tinggi
Elektro ITS. Selain aktif di
laboratorium, penulis juga pernah
aktif sebagai
Ketua
KPMB
Swastika Taruna periode 2007-2008 dan Ketua Divisi
Artwork Elektro ITS periode 2007-2008. Sekarang Penulis
aktif sebagai Freelancer Foto dan Desain.
Jenjang pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah
sebagai berikut :
SD Negeri 2 Ubung, Denpasar, lulus tahun 1999
SLTP Negeri 5 Denpasar, lulus tahun 2002
SMA Negeri 1 Mengwi, lulus tahun 2005
Tahun 2005 terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Teknik Elektro, ITS Surabaya.

7
Proccedings Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai