Tetralogi of Fallot Ika Jadi
Tetralogi of Fallot Ika Jadi
TETRALOGI OF FALLOT
Oleh :
Banu Widagdo
G0006185/B1212
G0004102/B1412
Auliya Suluk
G0006183/C0612
Mirantika Emma
G0006017/C0712
Fenda adita
G0007072/C22/12
Nur Maslahah
G0007118/C2412
Pembimbing :
dr. Sri Lilijanti W., Sp.A (K)
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2012
TETRALOGI OF FALLOT
A. PENDAHULUAN
Tetralogi Fallot (TOF) adalah salah satu gangguan yang paling umum dari penyakit
jantung bawaan (PJB). Kondisi ini diklasifikasikan sebagai gangguan jantung sianosis,dimana
terdapat aliran darah ke paru-paru yang tidak memadai untuk oksigenasi (right-to-left shunt).
Pasien dengan tetralogi Fallot awalnya mengalami sianosis yang terjadi segera setelah lahir,
sehingga menarik perhatian paramedis. Kelainan ini pertama kali dilaporkan oleh Fallot
(1888).Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada
anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau
lebih kurang 10 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, dan merupakan penyebab utama
diantara penyakit jantung bawaan sianotik.
Gambaran klinis dari tetralogi Fallot biasanya khas dan diagnosis klinis awal hampir
selalu dapat ditegakkan. Karena sebagian besar bayi dengan gangguan ini memerlukan
operasi, maka dengan adanya cardiopulmonary bypass (CPB), dan kemajuan teknik bedah
dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas.
B. DEFINISI
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai
dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal,
overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Kelainan anatomi ini disebabkan oleh
kesalahan dari perkembangan infundibulum ventrikel kanan. Tetralogi fallot merupakan
penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis akibat
adanya pirau kanan kekiri. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit
adalah
stenosis
pulmonal
dari
sangat
ringan
sampai
berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. Berdasarkan diagnosis
Tetralogi Fallot dibagi menjadi 4 klasifikasi : tetralogi fallot dengan tidak adanya katup
pulmonal (3-5%), tetralogi fallot dengan kanal pada atrioventrikular (2 %), tetralogi fallot
dengan atresia pulmonal,dan tetralogi fallot dengan stenosis pulmonal (paling banyak).
C. EPIDEMIOLOGI
Tetralogi
banyak ditemukan
Fallot
dimana
(TF) merupakan
tetralogi
fallot
penyakit
jantung
menempati
sianotik
urutan
yang
keempat
paling
penyakit
jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan
duktusarteriosus persisten. Di US Tetralogi Fallot (TOF) mewakili sekitar 10% kasus penyakit
jantung bawaan (PJB),angka kejadiannya mencapai 3-6 dari 10.000 kelahiran.Tetralogi fallot
merupakan penyebab tersering pada PJB yang menyebabkan sianosis. Lebih sering terjadi
pada pria dibandingkan wanita. Gangguan ini menyumbang sepertiga dari semua PJK pada
pasien lebih muda dari 15 tahun. Dalam kebanyakan kasus, tetralogi Fallot bersifat sporadis
dan nonfamilial. Kejadian pada saudara kandung yang terkena adalah 1-5%. Kelainan ini
berhubungan dengan kelainan extracardiac seperti labiopalatochisi, hipospadia, abnormalitas
skeletal dan kraniofasial.
D. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara
pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor - faktor tersebut antara lain :
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom (down syndrom,DiGeorge sindrom).
Sebuah studi dari Portugal melaporkan bahwa metilen tetrahydrofolate reductase
(MTHFR) polimorfisme gen dapat dianggap sebagai gen kerentanan untuk tetralogi
Fallot. Analisis sitogenetika dapat menunjukkan penghapusan segmen kromosom 22q11
pita (DiGeorge wilayah kritis). Ablasi sel-sel pial neural telah terbukti mereproduksi
malformasi conotruncal.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan.
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntikminum obatobatan tanpa resep dokter (thalidomide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin,
b.
c.
d.
e.
f.
g.
jamu)
Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
Pajanan terhadap sinar X
Nutrisi yang kurang pada saat kehamilaN
Alkohol
Ibu hamil yang berusia > 40 tahun
Nutrisi yang buruk saat kehamilan
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari90% kasus penyebab adalah
multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir
bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan
jantung janin sudah selesai
E. PATOFISIOLOGI
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan terjadi perubahan
hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan darah yang berasal dari vena
cava superior dan inferior seluruhnya akan tertampung dalam ventrikel kanan. Kemudian
masuk ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri, sehingga timbul hipertrofi ventrikel kanan
sedangkan ventrikel kiri relatif kecil. VSD tersebut menyebabkan terjadinya shunt kanan ke
kiri sehingga timbul sianosis. Stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi
menurun sehingga terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia.
F. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari tetralogi Fallot (TOF) secara langsung berhubungan dengan
tingkat keparahan cacat anatomi. Kebanyakan bayi dengan tetralogi Fallot mengalami
gangguan makan, dan gagal tumbuh yang umumnya dapat diamati. Bayi dengan atresia
pulmonal dapat menjadi sangat sianosis apabila duktus arteriosus menutup kecuali terdapat
aliran bronkopulmonalis. Kadang-kadang, pada beberapa anak aliran darah ke paru cukup
sehingga tidak muncul sianosis; orang-orang ini tetap asimtomatik, sampai mereka mengatasi
pasokan darah paru mereka.
Saat lahir, beberapa bayi dengan tetralogi Fallot tidak menunjukkan tanda-tanda
sianosis, tetapi kemudian dapat berkembang menjadi episode kulit pucat kebiruan sewaktu
menangis atau diberi makan (ie "Tet" spell). Hipoksia tet spell berpotensi mematikan, episode
tak terduga dapat terjadi bahkan pada pasien noncyanotic dengan tetralogi Fallot. Mekanisme
ini diduga termasuk spasme septum infundibular, yang akut memperburuk obstruksi saluran
ventrikel kanan (RVOTO). Spell ini dapat dibatalkan dengan prosedur yang relatif sederhana.
Sebuah mode karakteristik dimana anak-anak yang lebih tua dengan tetralogi Fallot
meningkatkan aliran darah paru adalah dengan jongkok. Jongkok adalah mekanisme
kompensasi, signifikansi diagnostik, dan sangat khas bayi dengan tetralogi Fallot. Jongkok
meningkatkan resistensi perifer vaskular (PVR) dan dengan demikian mengurangi besarnya
shunt kanan ke kiri di seluruh defek septum ventrikel (VSD). Dispnea exertional biasanya
memburuk dengan usia. Sesekali, hemoptysis karena pecahnya bronkial dapat terjadi pada
anak yang lebih tua. Sianosis umumnya berlangsung sesuai usia dan perkembangan dari
pembuluh darah paru dan menuntut perbaikan bedah. Faktor-faktor berikut dapat
memperburuk sianosis pada bayi dengan tetralogi Fallot :
1.
Asidosis
2.
Tekanan
3.
Infeksi
4.
Sikap
5.
Latihan
6.
Beta-adrenergik agonis
7.
Dehidrasi
8.
kiri (LV), yang menghasilkan sianosis dan nilai hematokrit tinggi. Ketika stenosis pulmonal
ringan, shunting dua arah dapat terjadi. Pada beberapa pasien, stenosis infundibular minimal,
dan shunt dominan adalah dari kiri ke kanan, menghasilkan apa yang disebut tetralogi merah
muda. Meskipun pasien tersebut mungkin tidak muncul sianosis,namun sering terdapat
desaturasi oksigen dalam sirkulasi sistemik.
Gejala umumnya berkembang sekunder terhadap hipertrofi septum infundibular.
Memburuknya RVOTO menyebabkan hipertrofi RV, meningkat kanan-ke-kiri shunting, dan
hipoksemia sistemik.
G. DIFFERENSIAL DIAGNOSA
1. Defek Septum Ventrikel
Defek Septum Ventrikel (DSV) merupakan penyakit jantung bawaan (PJB) yang paling
sering ditemukan, sekitar 30% dari semua jenis PJB. Pada sebagian kasus, diagnosis
kelainan ini ditegakkan setelah melewati masa neonates, karena pada minggu-minggu
pertama bising yang bermakna biasanya belum terdengar karena resistensi vascular paru
masih tinggi dan akan menurun setelah 8-10 minggu. Pada DSV kecil hanya terjadi pirai
kiri ke kanan yang minimal sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti.
Pada defek sedang dan besar terjadi pirai yang bermakna dari ventrikel kiri ke ventrikel
kanan.
2. Duktus Arteriosus Persisten
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah
bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh PJB. DAP sering dijumpai pada bayi
premature, insidensinya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi. Sebagian besar
DAP menghubungkan aorta dengan a.pulmonalis kiri. Pada bayi baru lahir, duktus
arteriosus yang semula mengalirkan darah dari a.pulmonalis ke aorta akan berfungsi
sebaliknya karena resistensi vaskular paru menurun denagn tajam dan secara normal
mulai menutup. Maka, dalam beberapa jam secara fungsional tidak terdapat arus darah
dari aorta ke a.pulmonalis. Bila duktus tetap terbuka, terjadi keseimbangan antara aorta
dan a.pulmonalis, dengan semakin berkurangnya resistensi vascular paru maka pirai dari
aorta kea rah a.pulmonalis (kiri ke kanan) makin meningkat.
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi(faktor
endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
b. Riwayat keluarga : apakah saudara dekatnya ada yang terkena blue babies ,lahir
dalam keadaan meninggal karena penyakit jantung congenital dan ditanyakan apakah
terdapat anggota keluarga yang lain mengalami penyakit jantung, seperti hipertensi,
arterosklerosis, stroke, PJB, aritmia,dll.
c. Riwayat Anak Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena sulit untuk makan (ketika makan terasa sesak) sehingga asupan kalorinya
sangatsedikit. Apakah
saat
beraktifitas
mengalami
dispneu
atau
takipneu
Berkeringat
secara
abnormal
biasanya
disebabkan
oleh
gagal jantung kongesti. Nyeri pada dada yang disebabkan karena iskemia pada
otot jantung. Pernah mengalami sincope atau tidak (karena stenosis aorta,hipertensi
pulmonal,heart rate yang sangat tinggi/sangat rendah).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru
setelah tumbuh.
spells/
cyanotic
spells/
paroxysmal
a. Pemeriksaan laboratorium
kanan.
Gelombang
di
hantaran
II
tinggi
(P
Tindakan medis
Pada saat terjadinya serangan sianotik dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
1.
2.
3.
4.
5.
Memberikan transfuse darah bila kadar Hb kurang dari 15g/dL, sekali pemberian
5 ml/kgBB. Bila pasien mengalami anemia relatif dapat diberikan preparat Fe untuk
meningkatkan kadar Hb.
6.
Memberikan propanolol 0,1 mg/kgBB bolus iv. Bila tidak segera dilakukan
operasi dapat diberikan propanolol rumat 1 mg/kgBB perhari dalam 4 dosis.
7.
8.
propranolol dan
kondisis bayi cukup baik untuk menunggu, maka operasi koreksi total dilakukan pada
usia sekitar 1 tahun.1-6.
Bayi tanpa riwayat spel hipoksia
Bila tak ada riwayat spel hipoksia, umumnya operasi koreksi total dilakukan pada
usia sekitar 1 tahun. Sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan sadap jantung untuk
menilai kondisi kedua arteri pulmonalis. Seperti pada kebanyakan kelainan jantung
kongenital yang
neonatus dengan sianosis yang jelas, penting untuk memberikan infuse PGE1
segera.manajemen pada bayi yang lebih tua terutama yang belum pernah mendapatkan
pembedahan paliatif atau korektif terutama diarahkan pada penyembuhan dispnea
paroksismal dan serangan sianosis segera dan mencegah komplikasi pirau kanan ke kiri.
0,25 mg/kg
intramuscular, atau fenilefrin (neo-synefrine) 0,02 mg/kg intravena atau 0,1 mg/kgBB
intramuscular, akan meningkatkan resistensi perifer dengan demikian, meningkatkan
aliran darah pulmonal. Jika mungkin, obat-obat ini harus diberikan dengan infus
intravena terus-menerus, dengan dosis disesuaikan dengan memantau tekanan darah.
Untuk infuse terus-menerus, dosis fenilefrin adalah 2-5 g/kg/menit. Agonis adrenergic
secara mutlak terkontraindikasi. Pada masa bayi serangan ini dipercepat dengan oleh
anemia defisiensi besi relatif (hipokromik mikrositik) dan penderita ini harus mendapat
terapi besi sampai hematokrit mencapai kadar yang lebih sesuai yaitu 50-55%.
Peningkatan hematokrit lebih lanjut akan mengakibatkan peningkatan viskositas darah
yang mencolok dengan tahanan progresif terhadap aliran darah dan risiko thrombosis
otak. Pada beberapa bayi terutama yang dengan obstruksi muscular dinamis saluran
keluar ventrikel kanan, propanolol oral dengan dosis 0,5-1,0 mg/kgBB yang diberikan
secara oral setiap 6 jam. Efektif dalam mencegah atau mengurangi frekuensi serangan
dispnea paroksismal. Manajemen farmakologis yang lama tidak dianjurkan, dan terapi
bedah dini lebih disukai.
b.
Tindakan bedah
Tindakan pembedahan dibagi menjadi bedah paliatif dan bedah korektif
1.
Bedah paliatif
Berupa prosedur pembuatan jalan pintas biasa dilakukan pada bayi yang sering
mengalami serangan sianotik berat pada bulan pertama kehidupan yang menunjukkan
obstruksi yang jelas dalam lintasan keluar ventrikel kanan atau mengalami suatu
atresia paru.
Ada dua cara prosedur pembuatan jalan pintas :
a) Blalock-Taussig shunts : bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan
menghubungkan a. subklavia dengan a. pulmonalis yang ipsilateral
b) Waterston : menghubungkan aorta ascenden dan arteri pulmonalis
2.
Bedah korektif
Dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa bedah paliatif biasa
dilakukan pada bayi lebih besar. Tinadakan yang dilakukan dengan mengatasi
obstruksi terhadap lintasan keluar ventrikel kanan dan penutupan cacat septum
ventrikel melalui pembedahan intra jantung dengan bantuan pompa oksigen.
Pembedahan efektif dini terindikasi untuk bayi dan anak dengan tetralogi of fallot
atau tetralogi dengan atresia pulmonal, episode dispnea paroksismal, sianosis berat
menetap dan gagal tumbuh.
Penderita tetralogi fallot dengan ukuran saluran aliran ke luar pulmonal cukup
adekuat dapat dilakukan perbaikan bedah malformasi intrakardial oleh ahli bedah
jantung congenital yang terampil pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama dengan
mortalitas operatif kurang dari 5 %. Beberapa bayi dengan sianosis berat pada umut
minggu-minggu atau bulan-bulan pertama mempunyai saluran keluar ventrikel kanan
yang sangat hipoplastik atau atretik dan arteria pulmonalis yang kecil. Kelompok ini
terus dipaliasi pada sebagian besar pusat dengan beberapa bentuk anostomosis
sistemik-pulmonal yang cepat menghilangkan gejala sianosis dan hipoksia dengan
meningkatkan aliran darah pulmonal dan dapat membantu pertumbuhan arteri
pulmonalis. Pirau arteri subklavia ke arteri ke arteri pulmonal orisinil (BlalockTaussig) tetap merupakan pirau yang cepad dan memuaskan pada bayi yang lebih
besar dan anak. Sekarang, pada neonatus dan bayi muda hasil sangat baik dan hidup
lebih lama dapat dicapai dengan pirau Blalock-Taussig yang dimodifikasi, yaitu
interposisi ujung ke sisi (end-to-side) saluran Gore-Tex ukuran tertentu (5 mm) antara
arteri subklavia dan arteri pulmonalis utama atau cabangnya. Paliasi untuk tetralogi of
Fallot
dengan prosedur pirau baru ini pada sentral neonatus jantung yang
Biasanya terjadi inkompetensi katup pulmonalis, tetapi jika ada pembebasan distal
obstruksi pulmonal yang cukup, lesi regurgitasi ringan tidak menimbulkan gangguan
hemodinamik yang serius. Seandainya terjadi atau diduga terdapat inkompetensi
pulmonal
masif.
Beberapa
ahli
bedah
menyisipkan
homograf
atau
perifer
multiple,
penyakit
mikrovaskular
obstruktif,
dan masalah
untuk perbaikan definitif biasanya telah mengalami beberapa operasi paliatif atau
persiapan pembedahan termasuk berbagai pirau sistemik pulmonal; pengikatan, ligasi
atau oklusi keteter pembuluh kolateral besar; prosedur unifokalisasi, yaitu
penggabungan beberapa arteri kolateral yang terpisah ke dalam system arteri
pulmonalis; atau saluran buatan ventrikel kanan ke arteri pulmonalis atau pemasangan
tambalan transanular untuk menambah aliran darah pulmonal dan ukuran arteri.
Meskipun, dilakukan upaya ini, lebih dari 25% penderita merupakan calon yang tidak
cocok untuk perbaikan definitif, dan akhirnya dapat menjadi calon untuk transplantasi
jantung-paru total.
cukup adekuat maka operasi koreksi total dapat dilakukan. Bila belum maka dievaluasi 6
bulan lagi atau dipertimbangkan memasang BTS lain di sisi kontra.
Manajemen Perioperatif
Pre Anestesi
Puasakan Pasien:
- Cairan jernih 2 jam
- Makanan padat/susu 6 jam
Manajemen Post Operatif
Ventilasi:
FiO2 yang ,Hiperventilasi ringan (PaCO2 <30), Euthermi, alkalosis ringan me PVR
dan me Pulmonary Blood flow
Bila nafas spontan adekuat dengan AGDA normal, normothermi, Pengelolaan nyeri
yang adekuat, hemodinamik stabil dapat di ekstubasi Komplikasi Post Operasi.
Prosedur Pemasangan Shunt:
Perdarahan
Pneumothorax
Shunt yg >>
Pulmonary blood flow
Pulmonary edema
Inadequate Systemic Blood Flow
Shunt yg <<
Perbaikan Oksigenasi sedikit
Trombosis pada shunt
PA hypoplasia
Koreksi Total:
Komplikasi segera:
- Low output state
- Obstruksi Residual RVOT
- Residual VSD
- Koagulopati
- Heart block
- Gagal ginjal
- Trauma Nervus Phrenicus
- Stroke
- Infection
Komplikasi lambat:
- Obstruksi RVOT
- Aneurysma RVOT
- Residual VSD
- Disritmia dan sudden death
- Insufisiensi valvular
J. PROGNOSIS
Prognosis cukup baik pada yang dioperasi usia anak-anak. Jika tidak dilakukan operasi maka
rata-rata mencapai umur 15 tahun
K. KOMPLIKASI
1. Trombosis Pulmonal
Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan oleh
polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya thrombosis.
Trombosis dapat terjadi di mana saja tapi yang berbahaya jika terjadi di paru dan otak
2. CVATrombosis
3. Abses Otak
Penyakit jantung sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama terjadi pada anak
yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal sebagai factor predisposisi abses otak. Pada
penderita ditemukan polisitemia dengan aliran darah yang lambat, sehingga dapat
menyebabkan infark kecil di dalam otak yang merupakan tempat abses mulai timbul.
Aliran darah pirau dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru sehingga memudahkan
terjadinya septikemia. Hal-hal tersebut merupakan factor predisposisi terjadinya abses
otak pada PJB sianotik. Terjadinya abses dapat dibagi menjadi 4 stadium, yaitu fase
serebritis dini, fase serebritis lambat, pembentukan kapsul dini dan pemebntukan kapsul
lambat. Abses orak pada PJB sianotik biasabya soliter, sering terdapat pada lobus
frontalis, temporalis, dan parietalis.
4. Perdarahan
Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisitemia akan mengakibatkan
trombositopenia dan kelainan pembekuan darah.
5. Endokarditis
6. Aritmia
DAFTAR PUSTAKA
8. Kapita Selekta edisi 3 jilid 2. Ilmu Kesehatan Anak : Tetralogi Fallot.Media Aesculapius FKUI.
2008
9. Harissons Principles of Internal Medicine 17Th edition. Disorders of TheHeart : Tetralogy of
Fallot. Mc Graw Hill. 2008.
10. Singh
VN.
Tetralogy
of
Fallot
Surgical
Prespective.
2008.
Diunduh
dari
:http://emedicine.medscape.com/article/904652
11. Panggabean MM, Harun S. Penyakit Jantung Bawaan. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007