Anda di halaman 1dari 5

Asal Usul Goa

Gua pada batugamping seringkali lebih banyak daripada gua pada


batuan lain. Gua gua pada gamping tersebut juga tak tertandingi dalam hal
ukuran dan jarak penyebarannya di bawah tanah. Kadang dijumpai sebuah
ruangan dalam batugamping yang berukuran lebih besar daripada ruangan
yang pernah dibuat oleh manusia. Sebagai contoh, Gua Mammoth di
Kentucky, bagian dari sistem Gua Flint (dikenal sebagai gua terpanjang)
merupakan bagian dari rangkaian lorong yang telah disurvei dengan panjang
total lebih dari 300 km. Gua Carlsbads di New Mexico memiliki chamber yang
memiliki luas 38.000 meter persegi-setara dengan 14 kali luas lapangan
sepakbola dan bagian dari lorongnya memiliki tinggi atap kurang lebih 75
meter dari lantai-setara dengan 1-1,5 kali tinggi air terjun Niagara.
Chamber merupakan sebuah ruangan yang memiliki volume lebih besar
daripada rangkaian lorong yang lain. Dan banyak gua pada batugamping yang
menarik dengan skala perbandingan yang lebih kecil. Namun demikian,
contoh ini dapat memberi gambaran tentang kekuatan alam yang terjadi
dibawah permukaan apabila kita mempunyai cukup waktu untuk melakukan
penelusuran. Ketika seorang insinyur membuka sebuah terowongan atau
sebuah tambang, mereka bekerja dengan kecepatan yang mereka punya,
ditengah berisiknya suara mesin bor dan suara ledakan detonator yang
memekakkan telinga. Sebaliknya, kekuatan alam melubangi batugamping
dengan perlahan dan dalam kesunyian tanpa bantuan alat apapun, kecuali
dengan keasaman air dan alirannya yang perlahan. Namun begitu, alam
bekerja dalam waktu yang lama, mencapai jutaan tahun. Hampir semua gua
berumur jutaan tahun, dan tidak ada satupun insinyur yang bekerja selama
itu. Lamanya waktu tersebut merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap formasi gua.
Batugamping dan marmer (bentuk ubahan dari batugamping yang
mengalami pengkristalan kembali oleh tekanan dan temperatur yang tinggi),
tersusun oleh mineral Kalsit (CaCo). Batugamping dan marmer yang
menyusun gua terbentuk di dalam laut oleh binatang dan tumbuhan yang
dapat meng-ekstrak kalsium karbonat dari air laut. Butiran-butiran
berukuran pasir ini terdiri dari fragmen-fragmen organisme bercangkang,
bersama dengan butiran yang berukuran lebih kecil produk dari
mikroorganisme, kemudian mengalami pengompakan (pembatuan/lithifikasi)
dibawah tekanan menjadi batukarang yang keras. Akhirnya, tenaga tektonik
mengangkat endapan dari dalam laut ke permukaan dan mengeksposenya di
udara terbuka dan dihadapkan kepada kekuatan erosi air bawah permukaan.
Gua-gua telah terbentuk pada lapisan batu gamping dengan perbedaan
umur yang cukup jauh, para peneliti membutuhkan waktu yang lama untuk
mencari hubungan umur formasi batugamping dengan batuan sedimen lain

dengan melakukan studi fosil penyusun batuan tersebut. Sekarang bahkan


dapat lebih mudah melakukan penentuan umur absolut dari beberapa batuan
entah berumur beberapa ribu tahun maupun jutaan tahun. Kita menentukan
umur fosil penyusun batuan-batuan dari kandungan awal unsur uranium
yang terakumulasi pada batuan tersebut dan pelepasan radioaktif dari
uranium tersebut. Kemudian kita membandingkan dengan batuan yang
mengandung fosil yang sama, tetapi tidak mengandung bijih uranium., dan
mengansumsikannya mempunyai umur yang sama. Dengan cara inilah kami
mengetahui bahwa batugamping yang menyusun Gua Mammoth, sebagai
contohnya, berusia 325 juta tahun, dan batugamping yang menyusun sistem
perguaan Calrsbad berusia 250 juta tahun.
Namun usia gua, hampir-hampir tidak mempunyai hubungan usia
dengan batuan yang melingkupinya. Hampir semua gua memiliki usia yang
jauh lebih muda daripada batuan yang melingkupinya, kenyataannya hampir
semua gua-gua terkenal di seluruh dunia berusia antara ratusan hingga
beberapa juta tahun saja, tidak lebih dari 10 juta tahun.
Batu gamping pada proses pembentukan gua sebenarnya tidak mudah
larut oleh air. Buktinya, batugamping mengalami lebih sedikit pelarutan oleh
air murni daripada kuarsa, mineral utama penyusun batupasir, dan lebih
sedikit mengalami pelarutan di banding sebagian besar mineral penyusun
beberapa batuan lain seperti granit dan basalt, yang tidak pernah ditemui
menjadi komponen penyusun gua. Gua batugamping hanya akan terbentuk
ketika larutan asam bereaksi dengan mineral kalsit, bahkan larutan asam
lemah sekalipun, seperti yang terkandung dalam air tanah akan dapat
membentuk gua jika memiliki waktu yang cukup. Kita akan dapat dengan
mudah membuktikan reaksi larutan asam dengan mineral kalsit di
laboratorium dengan memasukkan potongan kalsit dalam sekaleng larutan
asam klorida, Potongan kalsit tersebut akan menari kesana kemari dan
berbuih dan jika kadar asamnya lebih kuat maka potongan kalsit tersebut
akan dapat lenyap.
Larutam
asam
yang
bertanggungjawab
dalam
menentukan
pembentukan gua-gua di alam adalah larutan asam karbonat ((HCO), yang
terbentuk ketika karbon dioksida , produk dari pernapasan binatang-binatang
dan pembusukan tanaman bereaksi dengan air. Asam karbonat merupakan
asam lemah, meskipun dalam konsentrasi yang maksimum. Atmosfir hanya
mengandung 0,03 persen karbon dioksida. Tetapi asam karbonat yang
terbentuk dari karbon dioksida ini sangat cukup dalam proses pembentukan
gua. Sebagian besar karbon dioksida yang bereaksi untuk pembentukan asam
yang melarutkan batugamping sehingga membentuk gua berasal dari tanah,
dimana pembusukan humus pada tanah merupakan produsen terbesar.
Karbon dioksida dan air bekerja bersama untuk merubah batugamping
dalam hal ini berarti reaksi ganda. Karbondioksida dan air membentuk asam

karbonat yang bereaksi dengan kalsit dan memecahnya menjadi ion-ion yang
soluble. Satu meter kubik air yang terekspose pada udara yang mengandung
10 persen karbon dioksida, jika diamati sampai reaksinya berhenti, akan
dapat melarutkan 250 gram mineral kalsit.
Hingga abad ini, kebanyakan ilmuwan beranggapan bahwa gua
terbentuk oleh aliran air bawah tanah, sebagaimana pembentukan lembah
oleh aliran-aliran di permukaan. Namun, anggapan ini dibantah dengan
pendapat yang di kemukakan oleh Alfred Grund, ahli geologi dari Austria dan
WM.Davis, ahli geologi dari Amerika. Mereka menunjukkan bahwa bentuk
lorong gua tidak sesuai dengan lorong yang terbentuk oleh gerusan
(downcutting) aliran air.
Lorong gua biasanya berbentuk jaringan, sehingga peta sebuah gua
sering terlihat seperti peta sebuah kota dengan banyak persimpangan jalan.
Dengan penampakan seperti itu, sungguh berbeda dengan apa yang di bentuk
oleh aliran permukaan. Dimana pola yang terbentuk adalah penggabungan
beberapa anak sungai pada arus utama sehingga menyerupai pohon yang
bercabang. Sekarang ilmuwan percaya, bahwa hampir semua gua dibentuk
secara perlahan oleh gerakan air pada suatu zona dibawah water table, yang
merupakan level paling bawah dimana batuan jenuh oleh air (saturated zone).
Bukti kedua yang membantah bahwa gua dibentuk oleh sungai bawah
tanah adalah dinding gua yang terbentuk umumnya memiliki permukaan
halus atau permukaan yang berombak lembut. Bidang yang tergerus oleh
aliran air yang cepat/deras pada batugamping tidak pernah membentuk
permukaan yang halus. Hal ini dapat dijumpai pada aliran permukaan pada
batugamping, maupun ketika aliran tersebut masuk pada suatu gua yang
telah ada sebelumnya. Bidang tersebut akan selalu berbintik-bintik oleh
kantong-kantong solusi kecil (small solution pocket) yang disebut sebagai
scallops.
Scallops ini merupakan sebuah lekukan-lekukan khusus yang biasanya
memiliki ukuran diameter beberapa cm sampai 1 meter. Scallops ini memiliki
kemiringan yang curam pada sisi upstream dan landai pada sisi downstream.
Oleh karena itu scallops kadang dapat bermanfaat dalam menentukan arah
aliran masa lalu pada suatu gua, walaupun biasanya scallops hanyalah
merupakan bagian yang kecil dari suatu sistem gua, bahakan terkadang tidak
di jumpai sama sekali. Ketika scallops di jumpai, maka scallops itu pasti
terbentuk oleh arus yang menembus kemudian setelah gua tersebut
terbentuk, keberadaannya pasti dekat dengan lantai. Sangat jarangnya
scallops di jumpai pada kebanyakan gua semakin menguatkan pendapat
bahwa gua tidak terbentuk oleh aktivitas sungai bawah tanah, tetapi oleh
gerakan perlahan air pada zona dibawah water table.

Distribusi Lorong Gua


Di mana ada lapisan batugamping yang interbedded dengan batuan
yang tidak terlarutkan (insoluble rock), maka lorong gua hanya akan ada
didalam batugamping tersebut. Jika lapisan batugamping tersebut tipis, hal
tersebut memungkinkan untuk memperkirakan arah lorong gua yang
sebelumnya tidak di temukan sehingga dapat di temukan. Disamping
distribusi yang disebabkan oleh sifat larut batugamping, ada 2 faktor lain yang
mengontrol distribusi lorong gua, yaitu rekahan/retakan vertikal dan retakan
horizontal yang terdapat pada batugamping, serta water table, yang
menentukan tingkat kedataran pada pembentukan lorong horizontal dan
banyaknya lorong gua yang akan terbentuk.
Rekahan/retakan pada batugamping dapat dibedakan menjadi 3 jenis,

Partings (perlapisan), paralel dengan bidang perlapisan.


Faults ( sesar), patahan pada bedding yang telah mengalami pergeseran.
Joint (kekar), patahan pada bedding yang belum/tidak mengalami
pergeseran.

Partings, biasanya di ikuti oleh lapisan tipis (sisipan) silt atau clay yang
terendapkan bersama dengan batugamping.
Sesar (faults) disebabkan oleh tenaga endogen/tektonik
batugamping sehingga mengalami pematahan.

yang

melipat

Kekar (joints) terjadi baik pada batuan yang terlipat maupun tidak terlipat.
Kekar kekar tersebut di duga disebabkan oleh pengangkatan dan penurunan
lempeng-lempeng bumi, yang menyebabkan batuan menjadi lemah dan
melengkung. Pengangkatan maupun penurunan ini sama halnya dengan
pasang surut air laut yang di sebabkan oleh gaya gravitasi matahari dan
bulan. Pengangkatan dan penurunan bumi tersebut rata-rata hanya berkisar
30 cm dan menghasilkan retakan-retakan yang sama seperti ketika sepotong
besi di bengkokan kedepan dan belakang secara berulang-ulang. Kekar-kekar
tersebut
boleh
jadi
membutuhkan
waktu
ribuan
tahun
dalam
pembentukannya, karena pengangkatan dan penurunan yang melengkungkan
hanya terjadi 2 kali sehari, dan pergeseran pada masing-masing kekar
tersebut sangatlah kecil.
Dari ketiga macam rekahan tersebut, sesar merupakan hal yang paling
sedikit memiliki peran dalam speleologi. Karena hampir di setiap daerah
perguaan sesar-sesar tersebut sangat jarang di temui. Bentuk-bentuk lorong
gua terutama dikontrol oleh kekar dan perlapisan yang terjadi sedikitnya
setiap meter pada lapisan batugamping. Ketika lapisan batugamping memiliki
posisi horizontal, peta dari gua tersebut seringkali menunjukkan lorong-lorong
yang mengikuti 2 rangkaian kekar yang saling memotong satu sama lain 90.

Dan ketika lapisan batugamping tersebut di miringkan sehingga memiliki


kemiringan sedemikian rupa, maka lorong utama gua umumnya akan
berkembang sesuai arah jurusnya, arah garis perkembangannya akan
memotong bidang horizontal dari lapisan batugamping tersebut, dan loronglorong cabang akan berkembang sepanjang kekar-kekar dengan sudut 90
terhadap lorong utama.

Anda mungkin juga menyukai