Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PELAJARAN 2014/2015
Proposal
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang
telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa
selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan
manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Sehingga definisi
bahasa pun sangat beragam seiring beragam sudut pandang yang dipakai, ibnu
Jinni mendefinisikan bahasa sebagai aswatun yuabbiru bihaa kullu qaumin an
agraadihim bunyi yang diekspresikan oleh semua kelompok masyarakat untuk
menyatakan maksud mereka, sedangkan para pakar linguistik mendefinisikan
bahasa sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer (kebetulan), yang
digunakan
sekelompok
anggota
masyarakat
untuk
berinteraksi
dan
sekarang sudah berkembang serta pandangan baru yang menempatkan bahasabahasa lain khususnya bahasa inggris sejajar dengan bahasa Arab dalam rangka
studi Islam namun hal ini tidak akan sampai menghilangkan arti pentingnya
bahasa Arab. Dengan kata lain bahwa sampai kapanpun umat Islam akan tetap
merasa berkepentingan dengan studi bahasa Arab, (Asokka 1982:98)
Pelajaran bahasa Arab di MTS AL-Hidayah merupakan salah satu pelajaran
utama karena ia mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi kelangsungan,
kelancaran, dan kemajuan pelajaran-pelajaran agama Islam seperti Fiqh, Akidah
Akhlak, Quran Hadist serta mata pelajaran agama yang lain.
Maka dalam hal ini MTS AL-Hidayah menetapkan suatu program pembelajaran
bahasa Arab berpedoman pada kurikulum KTSP(kurikulum tingkatan satuan
pendidikan) bagi kelas tujuh dan delapan sedangkan kelas sembilan masih
menggunakan kurikulum 2013. Dinyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Arab
agar siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab dengan baik
dan benar.
Pengajaran bahasa Arab merupakan proses pembelajaran agar siswa
mampu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Wawancara penulis dengan bapak
Muhammad Nuaim satu-satunya guru bidang study bahasa Arab di MTS ALHidayah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bahwa tujuan pengajaran dengan
menggunakan Kurikulum KTSP tidak jauh berbedah dengan Kurikulum 2013
yaitu agar siswa mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang
menjadi pembedah adalah pada kurikulum KTSP bahwa setiap pelajaran yang
disampaikan terpisah contoh pada bahasan muhadasah mempunyai bahasan
sendiri begitu juga pada bahasan istima> (mendengar), h}iwa>r (dialog),
qiro>ah (membaca) dan
tarki>b (kaidah) mempunyai cara penyajian yang berbeda-beda dalam
penyampaian bahan pengajaran sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi
dasar, indicator dan tujuan pembelajaran.
Dari empat kemahiran berbahasa memang menjadi target utama
pengajaran bahasa Arab di MTS AL-Hidayah, dan untuk mewujudkan harapan itu,
pihak madrasah telah mengupayakan proses belajar mengajar yang baik untuk
utama
yaitu
keluaran/output
yang
masukan/input
berupa
yang
gerak
berupa
balas
rangsangan
(response)
dan
(stimulus),
peneguha
(reinforcement).7
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang
b.
Alasan pemilihan judul, judul pembelajaran bahasa Arab di MTS ALHidayah, (tinjauan psikologi behavioristik), adalah:
1. Teori behaviorisme ini sangat menekankan pada apa yang dapat dilihat
motorik atau gerak dari peserta didik yang menekankan pada hubungan stimulusrespon, kesiapan, kebiasaan, ulangan dan peneguhan.
Teori ini bersifat empiris (nyata) berdasarkan atas hal-hal yang objektif,
positif dan yang bisa diamati. Literatur dari buku sumber yang mengkaji tentang
behavioristik dalam Pengajaran bahasa adalah karya Drs. H. baharuddin, M. Pd. I,
dan Esa Nur Wahyuni, M. Pd. (AR- Ruzz Media Group: Yogyakarta 2007).
Mengkaji Tentang Teori dan Konsep Belajar Behaviorisme. Buku kedua yang
menjadi acuan adalah karya R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. Perencanaan
Pengajaran, (PT. Asdi Mahasatya, Jakarta: 2003). Di sana mengkaji tentang
tujuan,
pendekatan, materi, metode, media, dan evaluasi/penilaian dan di dalam kajian
buku ini terdapat bentuk pengajaran behavioristik.
F.
Kerangka Teori
mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut
Cronbach (Suryabrata, 2002 : 231) sebagai berikut. Belajar yang sebaik-baiknya
adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan
pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi
juga berlaku bagi indera yang lain. Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi
perubahan dalam diri siswa, tetapi tidak semua perubahan perilaku dapat
dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri
perwujudan yang khas (Syah, 2000 : 116) antara lain sebagai berikut :
1) Perubahan Intensional
a) Kesiapan belajar
f) Pengulangan
Materi pelajaran ada yang mudah dan ada pula yang sukar. Untuk
mempelajari materi sampai pada taraf insight siswa perlu
membaca, berfikir, mengingat dan yang tidak kalah penting adalah
11
12
pembelajaran
yang
telah
dikelolanya.
Kegiatan
pasca
Ciri Pembelajaran
13
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
d.
mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai
pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai
pengantar dan pendukung.
Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan
secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur atau
langkah-langkah sistematik dan relevan.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang
khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga
cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu
memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak
didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan
sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Ditandai dengan aktifitas anak didik. Aktifitas anak didik dalam hal ini
baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Jadi, tidak ada gunanya
melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif.
Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus
melakukannya.
Kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan
memberikan motifasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru
harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar,
sehingga guru adalah merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah
lakunya oleh anak didik.
Kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dan kegiatan
belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur
sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru
maupun anak didik dengan sadar.
Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam
sistim berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri
yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu
kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
Evaluasi. Dan seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi merupakan
bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
Komponen Sistem Pembelajaran
14
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai
normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepadapeserta didik. Nilai-nilai tersebut nantinya akan mewarnai cara
peserta didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Roestiyahdalam Aswan dan Syaiful (2010 : 42)
mengatakan suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku
(performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan
pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang
kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekedar suatu proses dari pengajaran
itu sendiri.
2) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Bahan pelajaran menurut Suharsimi dalam Aswan dan Syaiful (2010 :
43) merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena
memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.
Karena itu, guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, tidak boleh
lupa harus memikirkan sejumlah mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam
silabus berkaitan dengan kebutuhan peserta didik pada usia tertentu dan dalam
lingkunga tertentu pula. Minat peserta didik akan bangkit bila suatu bahan
diajarkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Maslow berkeyakinan bahwa
minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya
(Syaiful dan Aswan 2010 : 44).
3) Kegiatan pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itulah siswa
yang lebih aktif, bukan guru. Guru berperan sebagai motivator dan
fasilitator. Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebaiknya memperhatikan
perbedaan individual siswa yaitu aspek biologis, intelektual, dan
15
Metode adalah suatu cara yag dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Surakhmad (2011 : 45), ada lima faktor yang mempengaruhi
metode mengajar, sebagai berikut.
a) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.
b) Anak didik yang berbagai tingkat kematangan.
c) Situasi yang berbagai keadaan.
d) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.
e)
5) Alat
Lingkungan
d) Alat dan perlengkapan
c)
16
e) Aktivitas
f) Pengajaran berprogram
g) Simulasi
h) Karyawisata
i)
18
Studi secara sistematis tentang belajar relative baru. Sampai akhir abad 19,
belajar masih dianggap masalah dalam dunia keilmuan. Dengan menggunakan
teknologi
yang
digunakan
oleh
ilmu
fisika,
para
peneliti
mencoba
19
20
Akhir abad ke18, Ivan Pavlov, ahli fisika rusia, mempelopori munculnya
proses kondisioning responden (respondent conditioning) atau kondisioning klasik
(classical conditioning), karena itu disebut kondisioning Ivan pavlop. Ivan Pavlop
melakukan eksprimen terhadap anjing. Pavlov melihat selama pelatihan ada
perubahan dalam waktu dan rata-ratanya keluar air liur pada anjing (salivation).
Pavlov mengamati, jika daging diletakan dekat mulut anjing yang lapar, anjing
akan mengeluarkan air liur. Hal ini tejadi karena daging telah menyebabkan
rangsangan kepada anjing, sehingga secara otomatis ia mengeluarkan air liur.
Walaupun tanpa latihan secara otomatis ia mengeluarkan air liur. Dalam
percobaan ini daging disebut dengan stimulus yang tidak terkondisikan. Kalau
daging dapat menimbulkan saliva pada anjing tanpa latihan atau pengalaman
sebelumnya, maka stimulus yang lain, seperti bel, tidak dapat menghasilkan
saliva. Karena stimulus tersebut tidak menghasilkan respon, maka stimulus (bel)
tersebut disebut dengan
stimulus netral. Menurut eksprimen Pavlov, jika stimulus netral (bel) dipasangkan
dengan daging dan dilakukan secara berulang-ulang, maka stimulus netral akan
berubah menjadi stimulus yang terkondisikan dan memiliki kekuatan yang sama
dengan daging. Hasil dari penelitian ini ternyata dapat diterapkan pada manusia,
seperti para siswa berbaris dan masuk kelas kalau lonceng berbunyi. contoh lain,
setiap pukul 7.00 pagi, 2.00 siang dan 7.00 malam, orang merasa lapar, kendaraan
berhenti ketika lampu spontan berwarna merah. Respon terhadap kondisi itu
terjadi karena telah merupakan suatu kebiasaan, yaitu prilaku yang dilakukan
secara berulang-ulang.
c.
21
22
yang berbeda di atas, memiliki karakteristik yang sama yakni memberikan porsi
yang cukup besar dan intensif pada latihan keterampilan berbicara dan menyimak,
yang dilakukan dengan cara penyajian dialog, menghafal, meniru, dan latihan
(patten practice) metode atau pendekatan ini memiliki beberapa ciri pembeda:
1) Pemisahan keterampilan-mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
2) Pemakaian dialog sebagai alat utama dalam menyuguhkan bahasa
3) Penekanan pada teknik latihan tertentu, peniruan, pengingatan, dan
latihan-latihan.
4) Penggunaan laboratorium bahasa
5) Memantapkan teori psikologi sebagai landasan metode mengajar.
Dari karakteristik di atas dapat disebutkan bahwa pendekatan ini mengadopsi
hukum- empiris yang dikemukakan oleh R.Lado dalam karya monumentalnya
yang berjudul Language Teaching: AS Scientific Approach yaitu:
1) Dasar yang menyatakan bahwa apabila dua pengalaman terjadi bersama-
2)
3)
4)
5)
sama maka kemunculan yang satu akan mengingatkan kita pada yang satu
lagi.
Hukum latihan yang menggunakan dengan tegas bahwa semakin sering
sesuatu dipraktekkan, maka semakin baik pula hal itu dipelajari dan
semakin lama pula untuk diingat.
Hukum intensitas, yang menyatakan bahwa setiap kondisi yang baru
terangsang justru sering menimbulkan response yang sama dengan yang
telah ditimbulkan oleh kondisi yang sama pada masa yang lalu.
Hukum asimilasi, yang menyatakan bahwa setiap kondisi yang baru
terangsang justru sering menimbulkan response yang sama dengan yang
telah ditimbulkan oleh kondisi yang sama pada masa yang lalu.
Hukum pengaruh, yang menyataknan bahwa apabila suatu respon itu
disertai atau diikuti oleh pristiwa-pristiwa yang memuaskan maka respon
itu semakin diperkuat, semakin diterima, dan sebaliknya apabila suatu
respon diikuti oleh peristiwa yang menjengkelkan maka respon itu justru
terhindarkan, tidak diterima, (Ali, 2005:78)
24
ini mempunyai tujuan yang sama yaitu penguasaan kemampuan atau kemahiran
mengunakan bahasa secara aktif(lisan) dan memahami apa yang didengar dan apa
yang diucapkan.
Metode mim-mem sering pula dikenal sebagai informat driil method,
yaitu kegiatan belajar berupa demonstasi dan drill gramatika serta struktur kalimat
atau driil. Latihan ucapan (pronucation driil) dan latihan mengunakan kosa kata
dengan mengikuti atau menirukan guru dan native informat.
3. Pengajaran Bahasa Arab Sebagai Bahasa Asing
Bahasa Arab bagi bangsa Indonesia merupakan bahasa asing disamping
bahasa Inggris, Jerman, Jepang dan lain-lain.18 Sebagai Negara yang mayoritas
penduduknya muslim, Indonesia cukup memperhatikan perlunya pengajaran
bahasa Arab, karena sesungguhnya motivasi mempelajari bahasa Arab dan
mengembangkannya berkaitan dengan dua hal: Pertama, bahasa Arab adalah
bahasa Al-Quran dan al-hadist yang merupakan dasar agama Islam, serta bahasa
kebudayaan Islam seperti filsafat, ilmu kalam, ilmu hadist, tafsir, dan lain
sebagainya. Kedua, bahasa Arab merupakan bahasa persatuan bangsa Arab, juga
dipelajari untuk kepentingan ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, dan
kebudayaan, juga telah diakui sebagai bahasa resmi di PBB pada tahun 1973.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
a. Lapangan: yaitu mempelajari secara itensif latar belakang, status akhir dan
25
26
rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin.. Atas dasar
itu
penulis
menyusunnya
dengan
cara
menghubungkan
kategorikategorinya kedalam kerangka system kategori yang diperoleh
dari data.
b. Kualitatif prosentase: digunakan untuk menghitung hasil tanggapan siswa
(angket) dalam bentuk angka, yang nantinya dianalisa pula secara kulitatif.
Perhitungan secara kuantitatif ini mengunakan rumus prosentase sebagai
berikut:
P= f x100%
N
Keterangan:
P: Angka prosentase
F: Frekuensi yang dicari angka prosentase
N: Number of case (jumlah frekuensi).25
27