Anda di halaman 1dari 31

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Abstrak
Pelaksanaan pembangunan selama ini selain telah mencapai tujuan dan sasaran sasaran
yang telah ditetapkan, juga telah memberikan kesadaran kepada kita bahwa keberhasilan
pembangunan, tidak saja merupakan buah dari perencanaan dan pelaksanaan yang baik
tetapi juga peranan system pengawasan yang memadai.
Oleh karena itu tidak saja mutu perencanaan dan pelaksanaan harus ditingkatkan, tetapi
mutu pengawasan / pemeriksaan perlu ditingkatkan sejalan dengan tingkat perkembangan
pembangunan, agar pembangunan tidak saja mencapai sasaran, tetapi juga dilaksanakan
dengan cara efisien dan efektif.
Dengan demikian sangat diperlukan upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia
adalah salah satu kunci pokok untuk meningkatkan mutu hasil pengawasan. Upaya yang
dilakukan Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara Direktorat Bandar Udara ialah menyusun
Pedoman Teknis Pemeriksaan :
1. Mix Design Aspal Beton
2. Trial Mix Aspal Beton
3. Pelaksanaan Pekerjaan Aspal Beton
4. Evaluasi Kualitas Akhir Pekerjaan Aspal Beton
Disusunnya pedoman teknis pemeriksaan ini untuk melengkapi Buku Pedoman Standart
yang ada serta sebagai pegangan dari aparat pengawasan kualitas dalam menjalnkan
tugasnya, juga meningkatkan system pengawasan kualitas lingkungan Direktorat Bandar
Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

1.2. Latar Belakang


Kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan kualitas pekerjaan Prasarana Sisi Udara,
Fasilitas Bandar Udara di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menjadi
prioritas dalam upaya efesiensi dan efektifitas pembangunan, terutama berkaitan dengan
mahalnya dana investasi dan tingginya tingkat keselamatan penerbangan yang
dipersyaratkan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pengawasan kualitas tersebut adalah
menyiapkan konsep pedoman teknis pemeriksaan sebagai pedoman / pegangan bagi
teknisi pengawasan kualitas dalam menjalankan tugasnya, khususnya bagi teknisi di
lingkungan Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara.
Pemeriksaan pada hakekatnya adalah salah satu cara dalam melaksanakan pengawasan
dan juga merupakan suatu kegiatan untuk menilai dengan cara membandingkan antara
keadaan yang ada dan keadaan seharusnya, hal ini untuk mencegah sedini mungkin
terjadinya kesalahan, penyimpangan serta kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang pada hakekatnya bertujuan
untuk mengawasi dan menjaga pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan agar
tidak terjadi penyimpangan dan dapat mencapai sasaran pelayanan keselamatan
penerbangan yang berkualitas dan andal.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud pedoman teknis ini adalah untuk memberikan pegangan / pedoman yang praktis
bagi teknisi pengawas kualitas Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara melakukan
pemeriksaan pekerjaan berdasarkan kriteria dan pedoman yang sudah ada dan sifatnya
hanya melengkapi saja.
Sedangkan tujuannya adalah agar pada pelaksanaan pembangunan fasilitas bandar udara
fungsi pengawasan kualitas dapat terlaksana secara optimal sehingga tujuan jangka
panjangnya adalah terwujudnya suatu fasilitas bandar udara yang berkualitas internasional
dan andal dalam melayani operasi penerbangan.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

BAB II
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN
MIX DESIGN BETON ASPAL
2.1. Definisi
Lapisan Beton Aspal ( Hotmix ) adalah lapisan perkerasan lentur ( Fleksibel ) yang terdiri
dari campuran aspal dengan agregat ( batu pecah ) yang bergradasi , campuran ini
diproses melalui AMP ( Aspal Mixing Plant ) atau mesin pencampur aspal kemudian
campuran ini di hampar dan dipadatkan pada suhu ( temperatur ) tertentu.
2.2. Standar Pengujian
Material pada penelitian pendahuluan, harus dilakukan test ( uji ) seperti dibawah ini :
Tabel test pengujian lembar berikut.
No.

JUDUL PENGUJIAN

SPESIPIKASI / METODE
PENGUJIAN

A.

ANALISA BATUAN KASAR TERDIRI DARI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Berat isi ( density )


Berat jenis Agregat kasar
Soundness ( kemulusan agregat )
Analisa saringan agregat kasar
Ketahanan agregat terhadap keausan ( LA Abration
Test )
Bentuk Agregat
Kelekatan aspal terhadap agregat

B.

ANALISA BATUAN / AGREGAT HALUS TERDIRI DARI :

1.
2.
3.
4.

Sand equivalen
Kotoran organic
Berat Jenis Agregat halus
Analisa saringan agregat halus

C.

PEMERIKSAAN ASPAL :

1.

Aspal Keras :
- Penetrasi
- Flas point / titik nyala
- Ductility / keutuhan
- Solubility / kelarutan dalam C2HCl3
- Thin film oven test
- Softhening point / titik lembek

ASTM D 946 82
ASTM D 5
ASTM D 92
ASTM D 113
ASTM D 2024
ASTM D 1754
ASTM D 1559 62 T

2.

Mix Design beton aspal metode Marshall

PC 0201 76

ASTM C 692 76
ASTM C 29
ASTM C 127 68
ASTM C 88 76
ASTM C 136 46
ASTM 131 81
VISUAL
AASTHO 182

AASTHO T 176 ( ASTM D 2419 74 )


ASTM C 40 66 T
ASTM C 128 68
ASTM C 136 46

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

2.3. Pemeriksaan
Tahapan yang harus dilakukan pada pemeriksaan mix design adalah sebagai berikut :
2.3.1 Analisa dan Evaluasi Usulan Rancangan Campuran Beton Aspal ( AC/ATB )
2.3.1.1 Material
-

Material yang digunakan untuk campuran beton aspal ( AC/ATB ) terdiri


dari :
Batu pecah ( Agregat ) berbutir kasar ( coarse agregat ) disebut CA
Batu pecah ( Agregat ) berbutir sedang ( medium agregat ) disebut MA
Batu pecah ( Agregat ) berbutir halus ( fine agregat ) disebut FA
Material pasir ( sand ) (hanya digunakan apabila direkomendasikan oleh
Direktorat Bandar Udara)
Material aspal keras ( AC penetrasi 60/70 ) kualitas import (memenuhi
standart ASTM) sesuai dengan spesifikasi Direktorat Bandar Udara dan
material aspal tersebut pernah digunakan di pekerjaan fasilitas sisi
udara
Material yang dipakai harus diuji secara laboratories sesuai standart
pengujian lab. ( standart ASTM, ASTHOO dan SNI ), serta hasilnya
memenuhi syarat syarat sesuai standart uji tersebut.

2.3.1.1.1 Kendali Mutu Hasil ( Pemeriksaan Kualitas )


a) Material batu pecah ( Agregat ) :
Abrasi ( keausan ) 25 %
Soundness ( kemulusan ) 9 %
S. G ( Berat Jenis ) 2,5 gr/cm 3
Daya lekat aspal 95 %
Gradasi Aggregate
b) Material pasir ( sand ) :
Sand equivalent 85 %
Kotoran organic : warna endapan lebih muda dari warna
standar ( warna type 3 )

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

Gradasi Aggregate yang disajikan dalam buku laporan terdiri dari Single Sieve dan Courbirse
Sieve dimana gradasi harus berada dalam batas batas sebagai berikut :
% Passing by weight
Binder Course / ATB
Surface Course / AC
( 1 inch max )
( inch max )

No. Saringan ( ASTM )

1
3/4
1/2
3/8
4
10
40
80
200

100
82 100
70 90
60 82
42 70
30 60
15 40
8 26
38

100
75 95
60 82
42 70
30 60
15 40
8 26
38

c) Aspalt keras ( ASTM D 946 82 )


No.

Jenis Pengujian

1.
2.
3.
4.
5.

Penetrasi
Titik Lembek
Flash point
Daktilitas
Solubility in
Trichloroethylene
Thin film oven
Daktilitas setelah TFOT
Penetrasi setelah TFOT
Kehilangan Berat Setelah
TFOT
Kadar Parafin
Sampling Bitumen
Viskositas

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Spesifikasi

Satuan

Min

Max

10 mm
C
F / C
Cm
%

60
48
450F / 232C
100
99

70
56
-

ASTM D 1754
ASTM D 146
ASTM D 36 - 86
ASTM D 5 - 95
ASTM D 1754 - 94

%
mm
% asli
% asli

100
58
80
0,2

SNI 03-3639-1994

0
Random

ASTM D 5
ASTM D 92
ASTM D 113
ASTM D 2042

F / C

d) Filler ( Bila dipakai untuk campuran )


Filler dapat dipakai apabila dari combaine sieve tidak memenuhi
persyaratan gradit limit dan dapat menggunakan bahan bahan
lainnya antara lain, abu batu, semen Portland, kapur gaping
dolomit.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

2.3.2. Bagan Alir Pembuatan Campuran Aspal Beton

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

2.3.3. Rancang campuran beton aspal dari material storage ( Mix Design Beton Aspal )

Material diambil dari storage material untuk masing masing jenis agregat CA, MA,
FA.

Rancangan campuran beton aspal, rancang campuran dan combine sieve harus sesuai
dengan grading limit yang telah ditentukan.

Test material antara lain, sejenis agregat, mutu agregat, mutu aspal keras, jenis
pengisi ( filler ) harus memenuhi persyaratan teknis.

Direktorat Bandar Udara tidak merekomendasikan pemakaian pasir dalam campuran


beton aspal.

Didalam membuat beton aspal ( AC / ATB ) hindari pemakaian Filler, karena akan
mempersulit dalam pelaksanaan dan biaya akan bertambah mahal. Namun dalam
kondisi komposisi campuran tidak terpenuhi gradasi sesuai dalam spesifikasi
pemakaian, maka filler harus digunakan.

2.3.4. Rancang campuran beton aspal dari hasil Hot Bin AMP ( Job Mix Formula Beton Aspal )/
Kalibrasi Hot Bin dan Cold Bin

Setelah didapatkan komposisi Design Mix Formula, maka dari masing masing
komposisi CA, MA dan FA ditempatkan dalam cold bin AMP.

Material dari tiap cold bin di keluarkan melalui conveyor belt satu per satu untuk
dilakukan kalibrasi guna menentukan bukaan tiap cold bin.

Setelah ditentukan bukaan tiap cold bin, maka AMP di operasikan sampai material
masuk di dalam tiap hot bin melalui screening di dalam AMP setelah melalui proses
pembakaran sesuai dengan suhu yang ditentukan.

Material diambil dari tiap hot bin, minimal untuk tiap hot bin 25 kg, dimasukkan
dalam karung/tempat yang terpisah untuk tiap hot bin dan diberi tanda. Selanjutnya
material di bawa ke laboratorium untuk dilakukan proses gradasi tiap sieve dan
gabungannya harus sesuai dengan grading limit yang telah ditentukan.

Kemudian dilakukan penentuan kadar aspal optimum dengan sebelumnya dilakukan


perhitungan berdasarkan gradasi agregat ( komposisi CA, MA dan FA) untuk
menentukan rentang kadar aspal ( 5 %, 5,5 %, 6 %, 6,5 %, 7 % ) yang akan digunakan
untuk mencari kadar aspal optimum.

Setelah ditentukan rentang kadar aspal dalam mencari kadar aspal optimum, maka
selanjutnya dibuat minimal 3 benda uji aspal beton untuk tiap kadar aspal. Kemudian
dari masing masing bendar uji dengan kadar aspal tersebut dilakukan Marshall test.

Dari hasil marshal test diketahui besaran rata rata stabilitas, flow, VMA, VFWB dan
VIM dari tiap rentang kadar aspal. Selanjutnya dari masing masing kadar aspal
tersebut dimasukkan dalam grafik/chart untuk mencari kadar aspal optimum dari
campuran beton aspal.

Membuat 3 benda uji berdasarkan kadar aspal optimum, selanjutnya dilakukan


marshall tes untuk mengetahui hasil rata rata stabilitas, flow, VMA, VFWB dan VIM
apakah sesuai dengan spesifikasi Direktorat Bandar Udara. Apabila nilai nilai
stabilitas, flow, VMA, VFWB dan VIM tersebut sudah sesuai, maka Job Mix Formula
sudah siap untuk diajukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen agar disyahkan.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

2.3.5. Hasil pengujian Marshall harus memenuhi persyaratan dibawah ini :

No.

Jenis Tes

1.

Stability

2.

Flow

3.

Void in total mix

4.

Void Fillet with bitumen

5.

Void Mix in Aspal

6.

Density standart min

Base Course / ATB

Surface Course / AC

1800 LBS

2200 LBS

2 4 mm

2 4 mm

35%

34%

76 82 %

76 82 %

14 %

15 %

2,30 gr/cm3

2,30 gr/cm3

2.3.6. Ekstraksi
Test ini dilakukan untuk memisahkan aspal dari aggregate sehingga diketahui kadar aspal
sesuai dengan perkiraan kadar aspal optimum dan hasil gradasi harus masuk grading limit.
2.3.7. Pemilihan Job Mix Formula
Jika semua persyaratan dipenuhi maka pertimbangan biaya pelaksanaan yang murah
menjadi pilihan mix design, sedangkan biayanya sama maka pertimbangan stability yang
tinggi menjadi pilihan yang terbaik.
Campuran yang mempunyai nilai stability yang baik dan nilai flow yang sangat rendah
tidak disukai, karena perkerasan yang mempunyai campuran demikian cenderung lebih
kaku dan lebih getas serta akan menimbulkan retak pada beban yang besar. Hal ini terjadi
bila defleksi yang sedang atau relatif besar pada surfase couse. Pada keadaan terpaksa jika
atas dasar alasan ekonomis atau alasan lain tidak mungkin dipenuhi semua persyaratan
design criteria, maka dapat diberikan toleransi 1 % untuk kadar pori terhadap seluruh
campuran ( void in total mix ) dan 5 % untuk pori terisi aspal atau ( void filled with
bitumen ) perlu ditekankan disini bahwa toleransi disini diberikan hanya jika keadaan
benar benar terpaksa dan tidak boleh dipakai sebagai aturan umum serta toleransi tidak
berlaku pada saat uji coba campuran ( trial mix ).
2.4. ANALISA DAN EVALUASI TERHADAP KRITERIA JMF
Analisa dan Evaluasi hasil pengujian bila tidak memenuhi persyaratan kriteria design
antara lain : sering terjadi pada percobaan permulaan tidak semua persyaratan dipenuhi,
ikhtisar dari Aspal Institute dibawah ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk
mengadakan penyesuaian agar diperoleh campuran yang memenuhi persyaratan.
2.4.1 Stability Terlalu Tinggi
Stability yang terlalu tinggi disebabkan oleh hal hal sebagai berikut :

Kuat rangka aggregate karena eratnya hubungan antara batuan aggregate terutama
butiran kasarnya, Stability tinggi yang disebabkan hal seperti ini sangat disukai dan
tidak perlu ditetapkan batas atasnya. Keadaan ini dapat diketahui dengan campuran
tersebut sekali lagi dengan memakai aggregate halus mendekati batas minimum dan

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

% atas sedikit diatas nilai rata ratanya, campuran ini mungkin kurang memenuhi
syarat kepadatan tetapi jika stability terlalu tinggi maka nilai stability campuran
semula yang terlalu tinggi itu dapat dipakai.

Nilai stability yang tinggi dapat pula disebabkan oleh kepadatan yang tinggi dan kadar
pori yang rendah ( VITM ), stability yang demikian ini tidak disukai karena
kegetasannya ( kerapuhan ) pada cuaca dingin dengan ketahanan yang relatif rendah
terhadap cracking ( keretakan ) dan reveling. Campuran semacam ini biasanya
mengandung filler yang terlalu banyak dan aspal yang kurang mencukupi, dengan
demikian perbaikan yang diperlukan adalah menurunkan kepadatan aggregate
sehingga dapat dipakai % aspal yang optimum tanpa mengisi pori yang terlalu banyak
hal ini dapat dicapai dengan mengurangi aggregate halus dan filler.

2.4.2 Stability Cukup


a. Kadar pori kurang dari 3 %

Kurangi prosen ( % ) filler atau aspal atau keduanya

Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang
lebih tinggi.

b. Kadar pori lebih dari 4 %

Tambah prosen ( % ) filler atau aspal atau keduanya

Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang
lebih rendah.

2.4.3 Stability Kurang


a. Kadar pori kurang dari 3 %

Tambah prosen ( % ) filler dan kurang prosen ( % ) aspal

Tambah prosen ( % ) aggregate kasar.

b. Kadar pori lebih dari 4 %

Tambah prosen ( % ) filler

Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang
lebih rendah.

c. Kadar pori antara 3 % dan 4 %

Catatan

Jika prosen ( % ) aspal dekat batas atas coba tambahkan prosen aggregate kasar
dan kurangi prosen aspal.

Jika prosen ( % ) aspal dekat batas bawah, mungkin mineral aggregatenya


memang tidak stabil dan mungkin perlu dipakai aggregate kasar dan halus dari
sumber lain. Jika aggregate kasar dari batu pecah, kesalahan mungkin dari
aggregate halusnya, namun jika aggregate kasarnya berupa gravel ini yang
menyebabkan rendahnya stability.
:

Hal seperti 2.3.4 c, ini jarang sekali terjadi karena untuk pekerjaan di Bandar
Udara fraksi Gravel tidak diperkenankan untuk bahan campuran.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

2.5

Persetujuan Job Mix Formula


Pengajuan izin prinsip untuk persetujuan JMF oleh Direktorat Bandar Udara.

Minimum dibuat 2 atau 3 macam JMF beton aspal ( AC / ATB ) disertai data dukung
teknis.

Setelah mendapat persetujuan dari pusat maka dilaksanakan uji coba campuran beton
( Trial Mix ) diluar lokasi yang sesungguhnya.

Bila hasil trial mix disetujui oleh petugas pengawas kualitas dan Sub Direktorat
Prasarana Bandar Udara, Direktorat Bandar Udara maka harus dibuat berita acara trial
mix dan job mix tersebut siap dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. Contoh
surat persetujuan JMF ( lihat lampiran ).

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

BAB III
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN
UJI COBA RANCANGAN CAMPURAN
( TRIAL MIX )

Uji coba rancang campuran ( Trial Mix ) adalah suatu uji coba rancangan campuran beton aspal (
AC / ATB ) sebelum dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan dan dicoba diluar area
sesungguhnya.
3.1. Pemeriksaan Peralatan Untuk Trial Mix
1. Peralatan unit pencampuran ( Aspahalt Mixing Plant ).
2. Peralatan Lapangan.
3.1.1. Peralatan Unit Mesin Pencampuran ( AMP )
Perlu diteliti apakah system kerja AMP masih baik atau tidak, apakah coldbin dan hotbin
sudah dikalibrasi serta panel penunjuk sudah disegel atau belum, juga peralatan pengatur
suhu ( temperatur ) perlu diperiksa. Disamping itu perlu diperiksa pula peralatan lainnya
seperti :
Saringan di hotbin
Fungsi dari bukaan Cold bin
Tangki pembakaran aspal, tangki ini tidak boleh berisi aspal lain selain dari aspal yang
telah ditetapkan, dan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan proyek fasilitas
bandara dan tidak dibenarkan untuk proyek lain
Timbangan untuk tiap jenis material
- Dump truck
- Shovel loader
- Timbangan angkutan dump truck
- Dan alat bantu lainnya
3.1.2. Peralatan Lapangan
Peralatan lapangan terdiri dari :
Alat pemadat
Aspal finisher dilengkapi dengan automatic level
Tandem roller untuk break down rolling : 6 8 ton
Pneumatic roller ( T. R ) untuk intermadite rolling : 10 14 ton
Tandem roller untuk finshing rolling : 8 10 ton
Dump Truck dilengkapi dengan terpal penutup bak truck
Aspalt sprayer
Compressor
Tangki air
Jack hammer
Pemanas ( blower )

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

Alat alat Bantu lainnya, seperti : kawat seling beserta tempat dudukan, sekop, garu,
thermometer, mistar, gerobak dorong, benang, straight edge, lampu penerangan (untuk
pekerjaan malam hari) dan lain lain.

3.2. Kapasitas Produksi AMP


Menentukan kemampuam produksi AMP perjamnya, sehinnga dapat diketahui produksi
perhari dan akhirnya target jadwal pelaksanaan overlay bias tercapai. Demikian juga untuk
persediaan material perlu diteliti kualitas dan kuantitas cukup atau kurang, persediaan
material baik aggregate maupun pasir, aspal yang digunakan untuk Trial Mix harus
tersedia minimum 60 % dari jumlah kebutuhan keseluruhan pelaksanaan pekerjaan.
3.3

Pemeriksaan Produksi Campuran Beton Aspal

Pencampuran harus dilaksanakan dengan baik, sampai material tercampur secara


uniform dan merata.
Dalam kondisi ideal untuk suhu pencampuran dilakukan sesuai dengan hasil uji
viskositas aspal.
Aspal dipanaskan pada suhu yang ditentukan 155 C, untuk aggregate suhunya
165 C, temperatur aspal lebih kecil dari temperatur aggregate dengan perbedaan
maximum 14 C.
Temperatur campuran beton aspal yang keluar dari pugmill tidak boleh dari 165 C
atau dibawah titik bakar aspal bila keluar dari AMP harus ditimbang dahulu berat
muatannya dan cara pengangkutannya ditutup dengan terpal, hal ini untuk
melindungi dari pengaruh cuaca agar panasnya tetap.

3.4. Persiapan Di Lokasi Uji Campuran Beton Aspal ( Trial Mix )


Percobaan uji campuran beton aspal / hotmix ( AC / ATB ) dilakukan dilokasi lain, hal ini
dilakukan untuk mengetahui mutu bahan sebelum penghamparan, uji campuran ini harus
memperhatikan hal hal sebagi berikut :
Percobaan peralatan mesin pemadat dari kemampuan kerja
Periksa kemampuan produksi beton aspal di AMP dan kemampuan mesin
penghampar
Lokasi trial mix panjangnya minimum 30 m, lebarnya minimum 3 m atau selebar alat
finisher dan dibagi tiga ( 3 ) bagian masing masing panjangnya 10 m.
Permukaan harus bersih dari debu dan bahan lepas lainnya dan kondisinya kering,
lalu disiram bahan pengikat ( prime coat atau tack coat ).
Setelah lokasi Trial diberi bahan pengikat ( coating ), kemudian campuran aspal beton
( hotmix ) dihampar, perlu diteliti bahwa temperatur penghamparan hotmix 135 C.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

3.5

Uji coba Pemadatan Trial Paving


Proses pemadatan adalah tahapan akhir dari pekerjaan kegiatan Trial mix aspal AC / ATB,
salah satu contoh tahapan pemadatan dengan hasil beton aspal padat antara 5 7,5 cm,
adalah sebagi berikut :
Section 1
Section 1
Section 1
Jumlah Lintasan

Jumlah Lintasan

Jumlah Lintasan

Tandem 2 4
Tire roller (TR) 24 30*
Tandem 2 4 x sampai
alur T.R hilang

Tandem 2 4
Tire roller (TR) 24 30*
Tandem 2 4 x sampai
alur T.R hilang

Tandem 2 4
Tire roller (TR) 24 30*
Tandem 2 4 x sampai
alur T.R hilang

Setelah lokasi uji coba selesai diberi coating ( Prime atau Tack coat tergantung dari
kondisi lokasi ), maka penggelaran dapat dimulai dengan menggunakan finisher.
Teliti apakah pemadatan awal ( break down rolling ) dilakukan pada temperatur
minimum 115 C, Dengan menggunakan Tandem 6 8 ton dengan lintasan 2 4 kali
dengan kecepatan 2,5 km / jam, roda tandem harus selalui dibasahi untuk mencegah
pelekatan campuran pada roda mesin /gilas.
Segera sesudah pemadatan pertama selesai, dilakukan pemadatan tengah
( intermedite ) dengan menggunakan mesin gilas tired roller ( roda karet ) 12 14 ton,
pada saat temperatur 100 C 90 C dengan kecepatan 2,5 5 km / jam.
Pemadatan akhir ( finishing rolling ) segera dilakukan sesudah pemadatan intermadite
dengan tandem roller 8 10 ton dengan kecepatan 2,5 5 km / jam pada saat suhu
50 C s/d 60 C atau sedikit diatas titik leleh aspal, berakhir sampai alur alur bekas
roda pemadat hilang ( rata ), apabila pihak pelaksana mempunyai three axle maka
pemadatan akhir akan didapat hasil yang lebih baik.
Test core drill, setelah masing masing section di core drill dan didapatkan hasil
density dilapangan berdasarkan hasil density, maka sebagai bahan acuan untuk
melaksanakan pekerjaan overlay dipilih hasil mix design yang memenuhi persyaratan
teknis baik lintasannya maupun density lapangan yang paling tinggi ( density lapangan
min 98 % ).
Apabila dalam hasil pelaksanaan trial mix diketahui kepadatan lapangan tidak tercapai
( density lapangan < 98 % ), maka beberapa hal yang harus dilakukan adalah :
mengevaluasi jumlah lintasan pemadat apakah sudah sesuai dengan jumlah
lintasan yang direncanakan
menambah jumlah lintasan pemadatan dengan TR
apabila jumlah lintasan dengan TR sudah maksimal, maka dilakukan cek terhadap
alat TR apakah tekanan roda sudah sesuai dengan spesifikasi (300 450 psi),
kondisi roda apakah masih layak pakai dan berat TR sesuai dengan spesifikasi
(12 Ton 14 Ton)
Periksa Kerataan, Kerataan beton aspal ( AC / ATB ) harus diperiksa dengan
menggunakan mistar ukur kerataan ( straight edge ) panjang 3 m, kearah melintang
dan kearah memanjang, ketidakrataan tidak boleh melebihi toleransi 3 mm ( 0,30
cm ). Kalau hasil trial mix dinyatakan baik ( memenuhi persyaratan teknis ) maka
dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan, bila hasilnya tidak baik maka
harus diulang.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

3.6. Prime Coat dan Tack Coat


3.6.1. Perbedaan
Prime Coat : Bahan yang dipakai adalah aspal yang telah dicairkan dan disemprotkan
pada lapisan perkerasan pondasi ( base course ), hal ini hanya di gunakan pada
material batuan. Fungsinya sebagai peresap dan perekat material base dan campuran
aspal.
Tack Coat : Bahan yang dipakai adalah aspal yang telah dicairkan dan aspal
disemprotkan pada lapisan perkerasan yang sudah ada aspalnya seperti lapisan
penetrasi, kolakan, hotmix, jadi fungsinya hanya seperti perekat antara campuran
aspal dengan campuran aspal lainnya.
.6.2 Kegunaan
Menjaga kemungkinan terjadinya slip / tergelincir antara lapisan lama dan lapisan
baru.
Melindungi material yang telah mencapai kepadatan tertentu agar tertentu agar tidak
mudah terbongkar.
Menjaga agar tidak mudah rusak karena cuaca.
Menjaga kekompakkan aggregate / tidak terjadi segregasi.
Sebagai bahan pengikat antara lapis bawah dan atas.
Disarankan pemakaian prime coat, tidak memakai aspal murni, tetapi aspal yang telah
dicampur dengan kerosin 20 %.
.6.2 Macam macam jenis prime coat dan tack coat
Aspal Emulsi
Terdiri dari 3 bahan dasar: aspal, air dan emulsifying agent.
Pada beberapa kondisi dapat terdiri dari bahan tambah lain: stabilizer, coating
improver, antistripping agent, break control agent. Aspal emulsi yang dapat digunakan
dalam spesifikasi Direktorat Bandar Udara, adalah :
Tipe dan Grade
Emulsified Aspal
SS-1, SS-1h
MS-2, HFMS-1
CSS-1, CSS-1h
CMS-2

Temperatur Aplikasi
Spesifikasi

Deg. F

Deg. C

70-160
70-160
70-160
70-160

20-70
20-70
20-70
20-70

Temperatur Aplikasi
Spesifikasi

Deg. F

Deg. C

ASTM D 2028
ASTM D 2028
ASTM D 2028

80+
120+
165+

30+
50+
75+

ASTM D 977
ASTM D 977
ASTM D 2397
ASTM D 2397

Aspal Cut back


Terdiri dari 2 bahan dasar: aspal dan kerosin.
Tipe dan Grade
Cutback Aspal
RC-30
RC-70
RC-250

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

Untuk mengetahui prosen susut aspal beton ( AC / ATB ), maka perlu dilakukan
pengukuran dengan water pass. Pengukuran tersebut antara lain :
- Tentukan lokasi titik core drill
- Ukur elevasi existing rencana titik core drill tersebut dengan memakai titik tetap
dimana saja.
- Ukur elevasi hamparan aspal beton ( AC / ATB ) pada rencana titik core drill ( tebal
gembur ).
- Ukur elevasi akhir setelah pemadatan aspal beton ( AC / ATB ) selesai ( tebal
padat ).
- Hitung prosen susut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tebal Gembur Tebal Padat


Prosen Susut =

x 100 %
Tebal Gembur

Atau :

TG
Koef. =
TP

Keterangan :

TG = Tebal Gembur
TP = Tebal Padat

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

BAB IV
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1

Penghamparan Beton Aspal ( AC / ATB )


Dalam pelaksanaan penghamparan, yang harus diperhatikan antara lain :

KPA/PPK bandar udara menyiapkan dokumen Methods of Working Plans dan


menunjuk Safety Officer sesuai dalam Manual Of Standard (MOS) Bagian 139
sebagai bagian dari safety procedure pada bandar udara yang beroperasi sesuai
dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SE/02/IV/2009
Tentang Keselamatan Pekerjaan Di Bandar Udara (Aerodrome Works Safety)
terlampir.
Penyedia jasa agar membuat dokumen kerja antara lain : profil design dengan
mengacu pada Annex 14 dan Metode Rencana Kerja sesuai dalam Manual Of
Standard (MOS) Bagian 139.
Pelaksanaan pekerjaan aspal beton harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :
o Sebelum dilaksanakan pekerjaan kontraktor pelaksana mengajukan ijin kepada
penyelenggara bandar udara/direksi sesuai dengan MOWP dan dilarang bekerja
tanpa ijin dari penyelenggara bandar udara.
o Pekerjaan dilakukan pada jam kerja diluar operasi bandar udara sesuai dengan
NOTAM yang dikeluarkan oleh penyelenggara bandar udara.
o Persiapan persiapan harus dilakukan kontraktor sebelum mulai bekerja, baik
persiapan alat utama, alat pendukung/alat bant dan SDM sesuai dengan
metode kerja yang telah dibuat oleh kontraktor termasuk didalamnya
perhitungan panjang rencana
o Pelaksanaan pekerjaan penghamparan dimulai dari sisi kanan kiri centre line
landas pacu dengan perhitungan panjang sesuai dengan agar terbentuk slope
melintang dan memanjang sesuai dengan profil design.
o Harus diperhatikan sambungan melintang dan memanjang agar tidak terjadi
gelombang, serta pengecekkan kerataan dengan straigth edge. Untuk itu
disarankan ada tenaga khusus yang menangani sambungan dan kerataan
beserta peralatan pendukung seperti : straigth edge, ayakan/saringan halus
membuat screen sheet , lampu penerangan.
o Setiap selesai pekerjaan harian, harus dilakukan pembersihan dan pengecekkan
di area pekerjaan agar tidak membahayakan keselamatan operasional
penerbangan.
Tidak boleh terjadi segrerasi campuran, usahakan homogenitas campuran tetap
terjaga.
Lapis bawah harus sudah memenuhi persyaratan teknis, atau apabila ada kerusakan
permukaan seperti long crack, transversal crack, block crack, crocodile crack dan lain
lain supaya diperbaiki terlebih dahulu.
Didalam pelaksanaan penghamparan diharuskan memakai Aspal Finisher dan
Automatic level.
Penghamparan harus sesuai dengan profil design / gambar rencana, maka tebal
hamparan harus dihitung terlebih dahulu dengan memakai ketentuan prosen susut
dari hasil Trial Paving / uji coba pemadatan yang telah disetujui bersama.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

4.2.

Pemadatan Beton Aspal ( AC / ATB )


Sesuai dengan hasil Trial Mix dan uji coba pemadatan maka dalam pelaksanaan
pemadatan harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
Kemampuan AMP
Kemampuan Aspal Finisher
Kemampuan daya angkut material dan jumlah dump truck
Kemampuan alat pemadat seperti tandem roller, tire roller, three axle apabila ada.
Perhatikan temperatur beton aspal pada saat mulai sampai akhir pemadatan

Pemadatan harus dimulai dari lokasi yang rendah menuju kearah yang lebih tinggi,
apabila terjadi pemadatan pada daerah tikungan ( fillet ) maka harus dimulai dari
bagian tepi.

Untuk melaksanakan pekerjaan overlay, tentu akan terjadi sambungan melintang.


Dalam hal ini pemadatan harus dilaksanakan melintang terlebih dahulu, baru
kemudian dilakukan pemadatan memanjang.

Roda mesin gilas harus dibasahi dengan air sesuai kebutuhan.

Panjang hamparan tidak boleh kurang dari 50 meter.

4.3.

Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu pelaksanaannya harus sesuai dengan persyaratan teknis yang
ditentukan, guna mendapatkan hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik. Dalam hal ini
upaya yang dilakukan dalam pengendalian mutu.

4.3.1. AMP ( Aspal Mixing Plant )


Kemampuan Produksi AMP
Kalibrasi Hot Bin dan Cold Bin AMP.
Tentukan temperatur aspal dan aggregate.
Mutu aspal beton yang dihasilkan harus memenuhi syarat setelah dilakukan Marshall
Test.
Gradasi yang dihasilkan dari Hot Bin harus memenuhi syarat Granding Limit.
4.3.2. Lapangan
Hasil pelaksanaan pekerjaan hamparan dan pemadatan, agar memperhatikan hal hal
sebagai berikut :
Tebal hamparan setelah dipadatkan harus sesuai dengan profil design.
Permukaan hasil pelaksanaan pekerjaan harus rata, apabila terjadi cekungan maka
harus dilakukan pengukuran dengan staight edge atau alat ukur water pass,
kedalaman cekungan tidak boleh lebih dari 0,30 cm.
Jumlah lintasan, sitem pemadatan, temperatur jenis alat pemadatan harus sesuai
dengan hasil trial mix.
Core drill, untuk menentukan field density dengan ketentuan sebagai berikut :
Field Density 98 % Terhadap Bulk Density
Field Density 95 % Terhadap Absolut Density
Perfomance dan warna dari beton aspal
Jumlah pemakaian Prime dan Tack Coat ditentukan oleh kondisi permukaan yang
akan dilapis.

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

BAB V
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN
PENILAIAN AKHIR PEKERJAAN
( EVALUASI KUALITAS )
Pemeriksaan akhir pekerjaan pada dasarnya dibagi 2 (dua) bagian yaitu :
1. Pemeriksaan atau penilaian kuantitas dan kualitas pekerjaan berdasarkan laporan teknis
dari konsultan supervisi.
2. Pemeriksaan penilaian kuantitas dan kualitas pekerjaan berdasarkan pengamatan
dilapangan dengan cara :
a. Visual
b. Pengujian tes bila perlu
5.1. Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Laporan Teknis dari
Konsultan Suvervisi.
Teliti secara cermat laporan teknis konsultan, apakah sudah dilaksanakan pengawasan
kuantitas dan kualitas dengan baik dan benar, laporan harus berisi kegiatan selama
pekerjaan berlangsung sampai pekerjaan selesai 100 %.
Pemeriksaan ini meliputi :
5.1.1. Pemeriksaan kuantitas :
a. Pemeriksaan terhadap hasil shop drawing/profil design dan data perhitungan
volume.
b. Pemeriksaan terhadap as built drawing dan data perhitungan volumenya.
c. Pemeriksaan terhadap data tonnase hasil produksi per hari dari laporan harian
konsultan pengawas.
5.1.2. Pemeriksaan kualitas :
Hasil Marshall Test ( ASTM 1559 62 T )
Pemeriksaan terhadap nilai stability, flow, VIM, VFWA dan density lab.
Hasil Core Drill
Pemeriksaan terhadap kepadatan lapangan/field density.
Hasil Ekstraksi
Pemeriksaan terhadap gradasi campuran dan kadar aspal.
5.2.

Pemeriksaan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Pengamatan Dilapangan.


5.2.1.Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas
di lapangan dengan cara Visual :

Pekerjaan

Berdasarkan

Pengamatan

a. Pemeriksaan kualitas :
Teliti dengan cermat apakah penampakan permukaan ( Perfomance ) hasil
overlay beton aspal sudah baik dan memenuhi persyaratan, kenampakan di
permukaan overlay antara lain :
Warna beton aspal ( hot mix ) hasil overlay
Tekstur beton aspal ( hot mix ) hasil overlay
Homogenitas campuran beton aspal ( hotmix ) hasil overlay
Kerataan permukaan hasil overlay

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

Sambungan memanjang atau melintang


Kemiringan ( slope ) memanjang atau melintang
Kerusakan
b. Pemeriksaan kuantitas :
Pengukuran secara manual ( dengan roll meter ) terhadap luasan hasil
pekerjaan.
Dari hasil core drill terhadap ketebalan lapis konstruksi, dilakukan cross check
dengan hasil as built drawing.
5.2.2. Pemeriksaan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Pengamatan Dilapangan Dengan Cara
Pengujian ( Test )
Hal ini dilakukan apabila perlu ( karena para Pengawas/petugas masih ragu ragu
akan hasilnya ). Pemeriksaan pengujian ini meliputi :
a. Core Drill :
-

Density ( kepadatan )

Ketebalan lapisan

b. Kerataan Permukaan :
-

Dengan alat ukur staright edge sepanjang 3 meter ketidak rataan tidak
boleh melebihi 3 mm untuk lapisan permukaan ( surface course )

c. Ekstrasi, maksudnya untuk meneliti ulang :


-

Kadar aspal

Gradasi campuran

Contoh berita acara pemeriksaan pekerjaan ( lihat lampiran )

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

BAB VI
PENUTUP

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat
Nya dalam menyelesaiakan penyusunan konsep pedoman ini.
Dengan penuh keyakinan bahwa penyajian konsep ini masih banyak sekali kekurangannya,
untuk melengkapi diharapakan masukkan dari rekan rekan.
Dengan harapan semoga konsep pedoman ini dapat memberikan sumbangan yang berarti serta
bermanfaat bagi yang membutuhkan terutama untuk petugas pengawasan kualitas Sub
Direktorat Prasarana Bandar Udara.

Penyusun
Direktorat Bandar Udara
Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

LAMPIRAN - LAMPIRAN

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

LAMPIRAN I
PERSYARATAN KHUSUS
PEKERJAAN PENYELIDIKAN DAN STANDARISASI

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

PERSYARATAN KHUSUS
PEKERJAAN PENYELIDIKAN DAN STANDARISASI

PENELITIAN PENDAHULUAN

PENGAWASAN

1. PEKERJAAN SUBGRADE :
- Atterberg Limit ( ASTM D 123, D 424 )
- Modified Proctor ( ASTM D )
- Soaked CBR ( ASTM D 1883 )

- Field CBR ( on place ) PB 0102 - 76


- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

2. PEKERJAAN SUBBASE :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Kotoran Organik ( ASTM C 10 66 T )

- Field CBR ( on place ) PB 0102 - 76


- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

3. PEKERJAAN BASE :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )

- Komposisi campuran
- Field CBR ( on place ) PB 0102 - 76
- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

4. PEKERJAAN BINDER :
Penetrasi :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Test Aspal
Kolakan :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Test Aspal
- Mix Design dengan Metode Marshall
( ASTM D 1559 62 T, PC 0201 76 )

- Kerataan permukaan dengan straight edge


- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

- Kerataan permukaan dengan straight edge


- Komposisi campuran
- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

PENELITIAN PENDAHULUAN
ATB :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Test Aspal
- Kelekatan aspal pada batuan
- Mix Design dengan Metode Marshall
( ASTM D 1559 62 T, PC 0201 76 )

PENGAWASAN

- Kerataan permukaan dengan straight edge


- Komposisi campuran
- Kepadatan lapangan ( ASTM D1556, D 2167 )

5. PEKERJAAN SURFACE :
Beton Aspal / Hot Mix :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Test Aspal
- Kelekatan aspal pada batuan
- Mix Design dengan Metode Marshall
( ASTM D 1559 62 T, PC 0201 76 )
Rigid Pavement :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Kotoran Organik
- Mutu Semen
- Mutu Air
- Mix Design Beton

- Kerataan permukaan dengan straight edge


- Komposisi campuran
- Kepadatan lapangan ( ASTM D1556, D 2167 )

- Slump
- Compresive Strenght
- Flexural Strenght
- Bekisting
- Joint Sealant
- Dowel
- Kerataan Permukaan

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

LAMPIRAN 2
KEMUNGKINAN KEMUNGKINAN DAN SEBAB SEBAB KERUSAKAN
PADA PELAKSANAAN BETON ASPAL

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

KEMUNGKINAN KEMUNGKINAN DAN SEBAB SEBAB KERUSAKAN


PADA PELAKSANAAN BETON ASPAL

BILA PERMUKAAN BETON ASPAL :


1. Terdorong dan bergelombang :
Sebab sebab :

Kurang tack coat


Tidak pakai tack coat
Kelebihan tack coat
Terlalu banyak butiran halus
Terlalu banyak aspal
Susunan butir tidak baik
Campuran tidak baik
Kelembaban terlalu tinggi
Pelaksanaan finisher tidak baik
Pemadatan pada temperatur terlalu tinggi
Roller terlalu berat
Base tidak stabil
Lapisan beton aspal terlalu tipis

2. Retak Halus ( lembut ) :


Sebab sebab :

Terlalu banyak butiran halus


Terlalu banyak butiran kasar
Terlalu banyak aspal
Susunan butir tidak baik
Cara pemadatan tidak baik
Terlalu banyak pemadatan
Pemadatan pada temperatur terlalu tinggi
Terlalu banyak air pada roda roller
Roller terlalu berat
Base tidak stabil

3. Retak Dalam dan Panjang :


Sebab sebab :

Terlalu banyak pemadatan


Roller terlalu berat
Kurang aspal
Base tidak stabil

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

4. Pecah - pecah :
Sebab sebab :

Terlalu banyak butiran kasar


Susunan butir tidak baik
Terlalu banyak pemadatan
Roller terlalu berat

5. Beton Aspal Robek - Robek :


Sebab sebab :

Terlalu banyak butiran kasar


Kurang aspal
Susunan butir tidak baik
Beton aspal terlalu panas
Beton aspal terlalu dingin
Pelaksanaan finisher tidak baik
Base tidak baik
Terjadi pemisahan butiran pada waktu penghamparan
Finisher berjalan terlalu cepat

6. Beton Aspal Tergelincir :

Sebab sebab :

Kurang tack coat


Tidak pakai tack coat
Kelebihan tack coat
Terlalu banyak butiran halus
Kelebihan asapal
Susunan butir jelek
Kelembaban terlalu tinggi
Cara pemadatan tidak baik
Pemadatan terlalu banyak
Pemadatan pada temperatur terlalu tinggi
Roller terlalu berat
Base tidak stabil

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

LAMPIRAN III
DAFTAR PERALATAN DAN MATERIAL PEKERJAAN PRASARANA SISI UDARA

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

DAFTAR PERALATAN DAN MATERIAL


PADA PEKERJAAN PRASARANA SISI UDARA BANDAR UDARA
NO

JENIS PEKERJAAN

1.

Galian Struktur

2.

Pasangan Batu Kali Common


Excavation

Batu Kali (m3)


Cement (Kg)
Pasir (m3)

4.

Penimbunan

Fill material (m3)

5.

Subgrade

6.

Aggregate base

3.

JENIS MATERIAL

7.

8.

Aggregate subbase -

Tack Coat

Course aggregate
(CA)
Fine aggregate (FA)

Sirtu
Course aggregate
(CA)
Fine aggregate (FA)

Aspal (Kg)

JENIS PERALATAN
-

Excavator/Cangkul

Concrete Micxer

Dump truck / truck


Tamper
Roller
Excavator
Dump truck
Motor grader
Vibrator Roller
Water tank truck
Wheel loader
Water tank truck
Motor grader
Wheel loader
Vibrator roller
Dump truck
Motor grader
Vibrator Roller
Water tank truck
Wheel loader
Water tank truck
Dump truck
Motor grader
Vibrator Roller
Water tank truck
Wheel loader
Water tank truck
Truck
Air Compressor
Aspal sprayer

KET

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

NO

JENIS PEKERJAAN

JENIS MATERIAL

9.

Prime Coat

Aspal (Kg)

10. Lapisan Surface


Aspal Beton (AC)

Aspal (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
Filler (m3)

11. Lapisan Surface


Aspal Beton (ATB)

12. Lapisan Surface


Kolakan

13. Lapisan Surface


Penetrasi

14. Structure Concrete -

15. Reinforcing Steel


16. Shoulder

Aspal (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
Filler (m3)
Aspal (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
Filler (m3)
Aspal (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
Gravel /split (m3)
Sand/pasir (m3)
Cement (kg)

Reinforcing (Kg)
Re-wire (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)

JENIS PERALATAN
-

Truck
Air Compressor
Aspal sprayer
Wheel loader
AMP
Aspal finisher
Dump truck
Tandem roller
Pneumatic tire roller
Wheel loader
AMP
Aspal finisher
Dump truck
Tandem roller
Pneumatic tire roller
Wheel loader
Dump truck
Steel wheel roller
Tandem roller

Wheel loader
Dump truck
Steel wheel roller

Concrete mixer
Concrete finisher
Truck
Vibrator
Ready mix
Truck
Pemotong baja
Wheel loader
Dump truck
Motor grader
Roller
Water tank truck

KET

PETUNJUK & PELAKSANAAN TEKNIS PEKERJAAN ASPAL BETON]

Anda mungkin juga menyukai