BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Abstrak
Pelaksanaan pembangunan selama ini selain telah mencapai tujuan dan sasaran sasaran
yang telah ditetapkan, juga telah memberikan kesadaran kepada kita bahwa keberhasilan
pembangunan, tidak saja merupakan buah dari perencanaan dan pelaksanaan yang baik
tetapi juga peranan system pengawasan yang memadai.
Oleh karena itu tidak saja mutu perencanaan dan pelaksanaan harus ditingkatkan, tetapi
mutu pengawasan / pemeriksaan perlu ditingkatkan sejalan dengan tingkat perkembangan
pembangunan, agar pembangunan tidak saja mencapai sasaran, tetapi juga dilaksanakan
dengan cara efisien dan efektif.
Dengan demikian sangat diperlukan upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia
adalah salah satu kunci pokok untuk meningkatkan mutu hasil pengawasan. Upaya yang
dilakukan Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara Direktorat Bandar Udara ialah menyusun
Pedoman Teknis Pemeriksaan :
1. Mix Design Aspal Beton
2. Trial Mix Aspal Beton
3. Pelaksanaan Pekerjaan Aspal Beton
4. Evaluasi Kualitas Akhir Pekerjaan Aspal Beton
Disusunnya pedoman teknis pemeriksaan ini untuk melengkapi Buku Pedoman Standart
yang ada serta sebagai pegangan dari aparat pengawasan kualitas dalam menjalnkan
tugasnya, juga meningkatkan system pengawasan kualitas lingkungan Direktorat Bandar
Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
BAB II
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN
MIX DESIGN BETON ASPAL
2.1. Definisi
Lapisan Beton Aspal ( Hotmix ) adalah lapisan perkerasan lentur ( Fleksibel ) yang terdiri
dari campuran aspal dengan agregat ( batu pecah ) yang bergradasi , campuran ini
diproses melalui AMP ( Aspal Mixing Plant ) atau mesin pencampur aspal kemudian
campuran ini di hampar dan dipadatkan pada suhu ( temperatur ) tertentu.
2.2. Standar Pengujian
Material pada penelitian pendahuluan, harus dilakukan test ( uji ) seperti dibawah ini :
Tabel test pengujian lembar berikut.
No.
JUDUL PENGUJIAN
SPESIPIKASI / METODE
PENGUJIAN
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
B.
1.
2.
3.
4.
Sand equivalen
Kotoran organic
Berat Jenis Agregat halus
Analisa saringan agregat halus
C.
PEMERIKSAAN ASPAL :
1.
Aspal Keras :
- Penetrasi
- Flas point / titik nyala
- Ductility / keutuhan
- Solubility / kelarutan dalam C2HCl3
- Thin film oven test
- Softhening point / titik lembek
ASTM D 946 82
ASTM D 5
ASTM D 92
ASTM D 113
ASTM D 2024
ASTM D 1754
ASTM D 1559 62 T
2.
PC 0201 76
ASTM C 692 76
ASTM C 29
ASTM C 127 68
ASTM C 88 76
ASTM C 136 46
ASTM 131 81
VISUAL
AASTHO 182
2.3. Pemeriksaan
Tahapan yang harus dilakukan pada pemeriksaan mix design adalah sebagai berikut :
2.3.1 Analisa dan Evaluasi Usulan Rancangan Campuran Beton Aspal ( AC/ATB )
2.3.1.1 Material
-
Gradasi Aggregate yang disajikan dalam buku laporan terdiri dari Single Sieve dan Courbirse
Sieve dimana gradasi harus berada dalam batas batas sebagai berikut :
% Passing by weight
Binder Course / ATB
Surface Course / AC
( 1 inch max )
( inch max )
1
3/4
1/2
3/8
4
10
40
80
200
100
82 100
70 90
60 82
42 70
30 60
15 40
8 26
38
100
75 95
60 82
42 70
30 60
15 40
8 26
38
Jenis Pengujian
1.
2.
3.
4.
5.
Penetrasi
Titik Lembek
Flash point
Daktilitas
Solubility in
Trichloroethylene
Thin film oven
Daktilitas setelah TFOT
Penetrasi setelah TFOT
Kehilangan Berat Setelah
TFOT
Kadar Parafin
Sampling Bitumen
Viskositas
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Spesifikasi
Satuan
Min
Max
10 mm
C
F / C
Cm
%
60
48
450F / 232C
100
99
70
56
-
ASTM D 1754
ASTM D 146
ASTM D 36 - 86
ASTM D 5 - 95
ASTM D 1754 - 94
%
mm
% asli
% asli
100
58
80
0,2
SNI 03-3639-1994
0
Random
ASTM D 5
ASTM D 92
ASTM D 113
ASTM D 2042
F / C
2.3.3. Rancang campuran beton aspal dari material storage ( Mix Design Beton Aspal )
Material diambil dari storage material untuk masing masing jenis agregat CA, MA,
FA.
Rancangan campuran beton aspal, rancang campuran dan combine sieve harus sesuai
dengan grading limit yang telah ditentukan.
Test material antara lain, sejenis agregat, mutu agregat, mutu aspal keras, jenis
pengisi ( filler ) harus memenuhi persyaratan teknis.
Didalam membuat beton aspal ( AC / ATB ) hindari pemakaian Filler, karena akan
mempersulit dalam pelaksanaan dan biaya akan bertambah mahal. Namun dalam
kondisi komposisi campuran tidak terpenuhi gradasi sesuai dalam spesifikasi
pemakaian, maka filler harus digunakan.
2.3.4. Rancang campuran beton aspal dari hasil Hot Bin AMP ( Job Mix Formula Beton Aspal )/
Kalibrasi Hot Bin dan Cold Bin
Setelah didapatkan komposisi Design Mix Formula, maka dari masing masing
komposisi CA, MA dan FA ditempatkan dalam cold bin AMP.
Material dari tiap cold bin di keluarkan melalui conveyor belt satu per satu untuk
dilakukan kalibrasi guna menentukan bukaan tiap cold bin.
Setelah ditentukan bukaan tiap cold bin, maka AMP di operasikan sampai material
masuk di dalam tiap hot bin melalui screening di dalam AMP setelah melalui proses
pembakaran sesuai dengan suhu yang ditentukan.
Material diambil dari tiap hot bin, minimal untuk tiap hot bin 25 kg, dimasukkan
dalam karung/tempat yang terpisah untuk tiap hot bin dan diberi tanda. Selanjutnya
material di bawa ke laboratorium untuk dilakukan proses gradasi tiap sieve dan
gabungannya harus sesuai dengan grading limit yang telah ditentukan.
Setelah ditentukan rentang kadar aspal dalam mencari kadar aspal optimum, maka
selanjutnya dibuat minimal 3 benda uji aspal beton untuk tiap kadar aspal. Kemudian
dari masing masing bendar uji dengan kadar aspal tersebut dilakukan Marshall test.
Dari hasil marshal test diketahui besaran rata rata stabilitas, flow, VMA, VFWB dan
VIM dari tiap rentang kadar aspal. Selanjutnya dari masing masing kadar aspal
tersebut dimasukkan dalam grafik/chart untuk mencari kadar aspal optimum dari
campuran beton aspal.
No.
Jenis Tes
1.
Stability
2.
Flow
3.
4.
5.
6.
Surface Course / AC
1800 LBS
2200 LBS
2 4 mm
2 4 mm
35%
34%
76 82 %
76 82 %
14 %
15 %
2,30 gr/cm3
2,30 gr/cm3
2.3.6. Ekstraksi
Test ini dilakukan untuk memisahkan aspal dari aggregate sehingga diketahui kadar aspal
sesuai dengan perkiraan kadar aspal optimum dan hasil gradasi harus masuk grading limit.
2.3.7. Pemilihan Job Mix Formula
Jika semua persyaratan dipenuhi maka pertimbangan biaya pelaksanaan yang murah
menjadi pilihan mix design, sedangkan biayanya sama maka pertimbangan stability yang
tinggi menjadi pilihan yang terbaik.
Campuran yang mempunyai nilai stability yang baik dan nilai flow yang sangat rendah
tidak disukai, karena perkerasan yang mempunyai campuran demikian cenderung lebih
kaku dan lebih getas serta akan menimbulkan retak pada beban yang besar. Hal ini terjadi
bila defleksi yang sedang atau relatif besar pada surfase couse. Pada keadaan terpaksa jika
atas dasar alasan ekonomis atau alasan lain tidak mungkin dipenuhi semua persyaratan
design criteria, maka dapat diberikan toleransi 1 % untuk kadar pori terhadap seluruh
campuran ( void in total mix ) dan 5 % untuk pori terisi aspal atau ( void filled with
bitumen ) perlu ditekankan disini bahwa toleransi disini diberikan hanya jika keadaan
benar benar terpaksa dan tidak boleh dipakai sebagai aturan umum serta toleransi tidak
berlaku pada saat uji coba campuran ( trial mix ).
2.4. ANALISA DAN EVALUASI TERHADAP KRITERIA JMF
Analisa dan Evaluasi hasil pengujian bila tidak memenuhi persyaratan kriteria design
antara lain : sering terjadi pada percobaan permulaan tidak semua persyaratan dipenuhi,
ikhtisar dari Aspal Institute dibawah ini dapat dipakai sebagai pedoman untuk
mengadakan penyesuaian agar diperoleh campuran yang memenuhi persyaratan.
2.4.1 Stability Terlalu Tinggi
Stability yang terlalu tinggi disebabkan oleh hal hal sebagai berikut :
Kuat rangka aggregate karena eratnya hubungan antara batuan aggregate terutama
butiran kasarnya, Stability tinggi yang disebabkan hal seperti ini sangat disukai dan
tidak perlu ditetapkan batas atasnya. Keadaan ini dapat diketahui dengan campuran
tersebut sekali lagi dengan memakai aggregate halus mendekati batas minimum dan
% atas sedikit diatas nilai rata ratanya, campuran ini mungkin kurang memenuhi
syarat kepadatan tetapi jika stability terlalu tinggi maka nilai stability campuran
semula yang terlalu tinggi itu dapat dipakai.
Nilai stability yang tinggi dapat pula disebabkan oleh kepadatan yang tinggi dan kadar
pori yang rendah ( VITM ), stability yang demikian ini tidak disukai karena
kegetasannya ( kerapuhan ) pada cuaca dingin dengan ketahanan yang relatif rendah
terhadap cracking ( keretakan ) dan reveling. Campuran semacam ini biasanya
mengandung filler yang terlalu banyak dan aspal yang kurang mencukupi, dengan
demikian perbaikan yang diperlukan adalah menurunkan kepadatan aggregate
sehingga dapat dipakai % aspal yang optimum tanpa mengisi pori yang terlalu banyak
hal ini dapat dicapai dengan mengurangi aggregate halus dan filler.
Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang
lebih tinggi.
Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang
lebih rendah.
Ubah perbandingan aggregate kasar dan halus untuk memperoleh nilai VITM yang
lebih rendah.
Catatan
Jika prosen ( % ) aspal dekat batas atas coba tambahkan prosen aggregate kasar
dan kurangi prosen aspal.
Hal seperti 2.3.4 c, ini jarang sekali terjadi karena untuk pekerjaan di Bandar
Udara fraksi Gravel tidak diperkenankan untuk bahan campuran.
2.5
Minimum dibuat 2 atau 3 macam JMF beton aspal ( AC / ATB ) disertai data dukung
teknis.
Setelah mendapat persetujuan dari pusat maka dilaksanakan uji coba campuran beton
( Trial Mix ) diluar lokasi yang sesungguhnya.
Bila hasil trial mix disetujui oleh petugas pengawas kualitas dan Sub Direktorat
Prasarana Bandar Udara, Direktorat Bandar Udara maka harus dibuat berita acara trial
mix dan job mix tersebut siap dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan. Contoh
surat persetujuan JMF ( lihat lampiran ).
BAB III
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN
UJI COBA RANCANGAN CAMPURAN
( TRIAL MIX )
Uji coba rancang campuran ( Trial Mix ) adalah suatu uji coba rancangan campuran beton aspal (
AC / ATB ) sebelum dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan dan dicoba diluar area
sesungguhnya.
3.1. Pemeriksaan Peralatan Untuk Trial Mix
1. Peralatan unit pencampuran ( Aspahalt Mixing Plant ).
2. Peralatan Lapangan.
3.1.1. Peralatan Unit Mesin Pencampuran ( AMP )
Perlu diteliti apakah system kerja AMP masih baik atau tidak, apakah coldbin dan hotbin
sudah dikalibrasi serta panel penunjuk sudah disegel atau belum, juga peralatan pengatur
suhu ( temperatur ) perlu diperiksa. Disamping itu perlu diperiksa pula peralatan lainnya
seperti :
Saringan di hotbin
Fungsi dari bukaan Cold bin
Tangki pembakaran aspal, tangki ini tidak boleh berisi aspal lain selain dari aspal yang
telah ditetapkan, dan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan proyek fasilitas
bandara dan tidak dibenarkan untuk proyek lain
Timbangan untuk tiap jenis material
- Dump truck
- Shovel loader
- Timbangan angkutan dump truck
- Dan alat bantu lainnya
3.1.2. Peralatan Lapangan
Peralatan lapangan terdiri dari :
Alat pemadat
Aspal finisher dilengkapi dengan automatic level
Tandem roller untuk break down rolling : 6 8 ton
Pneumatic roller ( T. R ) untuk intermadite rolling : 10 14 ton
Tandem roller untuk finshing rolling : 8 10 ton
Dump Truck dilengkapi dengan terpal penutup bak truck
Aspalt sprayer
Compressor
Tangki air
Jack hammer
Pemanas ( blower )
Alat alat Bantu lainnya, seperti : kawat seling beserta tempat dudukan, sekop, garu,
thermometer, mistar, gerobak dorong, benang, straight edge, lampu penerangan (untuk
pekerjaan malam hari) dan lain lain.
3.5
Jumlah Lintasan
Jumlah Lintasan
Tandem 2 4
Tire roller (TR) 24 30*
Tandem 2 4 x sampai
alur T.R hilang
Tandem 2 4
Tire roller (TR) 24 30*
Tandem 2 4 x sampai
alur T.R hilang
Tandem 2 4
Tire roller (TR) 24 30*
Tandem 2 4 x sampai
alur T.R hilang
Setelah lokasi uji coba selesai diberi coating ( Prime atau Tack coat tergantung dari
kondisi lokasi ), maka penggelaran dapat dimulai dengan menggunakan finisher.
Teliti apakah pemadatan awal ( break down rolling ) dilakukan pada temperatur
minimum 115 C, Dengan menggunakan Tandem 6 8 ton dengan lintasan 2 4 kali
dengan kecepatan 2,5 km / jam, roda tandem harus selalui dibasahi untuk mencegah
pelekatan campuran pada roda mesin /gilas.
Segera sesudah pemadatan pertama selesai, dilakukan pemadatan tengah
( intermedite ) dengan menggunakan mesin gilas tired roller ( roda karet ) 12 14 ton,
pada saat temperatur 100 C 90 C dengan kecepatan 2,5 5 km / jam.
Pemadatan akhir ( finishing rolling ) segera dilakukan sesudah pemadatan intermadite
dengan tandem roller 8 10 ton dengan kecepatan 2,5 5 km / jam pada saat suhu
50 C s/d 60 C atau sedikit diatas titik leleh aspal, berakhir sampai alur alur bekas
roda pemadat hilang ( rata ), apabila pihak pelaksana mempunyai three axle maka
pemadatan akhir akan didapat hasil yang lebih baik.
Test core drill, setelah masing masing section di core drill dan didapatkan hasil
density dilapangan berdasarkan hasil density, maka sebagai bahan acuan untuk
melaksanakan pekerjaan overlay dipilih hasil mix design yang memenuhi persyaratan
teknis baik lintasannya maupun density lapangan yang paling tinggi ( density lapangan
min 98 % ).
Apabila dalam hasil pelaksanaan trial mix diketahui kepadatan lapangan tidak tercapai
( density lapangan < 98 % ), maka beberapa hal yang harus dilakukan adalah :
mengevaluasi jumlah lintasan pemadat apakah sudah sesuai dengan jumlah
lintasan yang direncanakan
menambah jumlah lintasan pemadatan dengan TR
apabila jumlah lintasan dengan TR sudah maksimal, maka dilakukan cek terhadap
alat TR apakah tekanan roda sudah sesuai dengan spesifikasi (300 450 psi),
kondisi roda apakah masih layak pakai dan berat TR sesuai dengan spesifikasi
(12 Ton 14 Ton)
Periksa Kerataan, Kerataan beton aspal ( AC / ATB ) harus diperiksa dengan
menggunakan mistar ukur kerataan ( straight edge ) panjang 3 m, kearah melintang
dan kearah memanjang, ketidakrataan tidak boleh melebihi toleransi 3 mm ( 0,30
cm ). Kalau hasil trial mix dinyatakan baik ( memenuhi persyaratan teknis ) maka
dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pekerjaan, bila hasilnya tidak baik maka
harus diulang.
Temperatur Aplikasi
Spesifikasi
Deg. F
Deg. C
70-160
70-160
70-160
70-160
20-70
20-70
20-70
20-70
Temperatur Aplikasi
Spesifikasi
Deg. F
Deg. C
ASTM D 2028
ASTM D 2028
ASTM D 2028
80+
120+
165+
30+
50+
75+
ASTM D 977
ASTM D 977
ASTM D 2397
ASTM D 2397
Untuk mengetahui prosen susut aspal beton ( AC / ATB ), maka perlu dilakukan
pengukuran dengan water pass. Pengukuran tersebut antara lain :
- Tentukan lokasi titik core drill
- Ukur elevasi existing rencana titik core drill tersebut dengan memakai titik tetap
dimana saja.
- Ukur elevasi hamparan aspal beton ( AC / ATB ) pada rencana titik core drill ( tebal
gembur ).
- Ukur elevasi akhir setelah pemadatan aspal beton ( AC / ATB ) selesai ( tebal
padat ).
- Hitung prosen susut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
x 100 %
Tebal Gembur
Atau :
TG
Koef. =
TP
Keterangan :
TG = Tebal Gembur
TP = Tebal Padat
BAB IV
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1
4.2.
Pemadatan harus dimulai dari lokasi yang rendah menuju kearah yang lebih tinggi,
apabila terjadi pemadatan pada daerah tikungan ( fillet ) maka harus dimulai dari
bagian tepi.
4.3.
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu pelaksanaannya harus sesuai dengan persyaratan teknis yang
ditentukan, guna mendapatkan hasil pelaksanaan pekerjaan yang baik. Dalam hal ini
upaya yang dilakukan dalam pengendalian mutu.
BAB V
PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN
PENILAIAN AKHIR PEKERJAAN
( EVALUASI KUALITAS )
Pemeriksaan akhir pekerjaan pada dasarnya dibagi 2 (dua) bagian yaitu :
1. Pemeriksaan atau penilaian kuantitas dan kualitas pekerjaan berdasarkan laporan teknis
dari konsultan supervisi.
2. Pemeriksaan penilaian kuantitas dan kualitas pekerjaan berdasarkan pengamatan
dilapangan dengan cara :
a. Visual
b. Pengujian tes bila perlu
5.1. Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan Berdasarkan Laporan Teknis dari
Konsultan Suvervisi.
Teliti secara cermat laporan teknis konsultan, apakah sudah dilaksanakan pengawasan
kuantitas dan kualitas dengan baik dan benar, laporan harus berisi kegiatan selama
pekerjaan berlangsung sampai pekerjaan selesai 100 %.
Pemeriksaan ini meliputi :
5.1.1. Pemeriksaan kuantitas :
a. Pemeriksaan terhadap hasil shop drawing/profil design dan data perhitungan
volume.
b. Pemeriksaan terhadap as built drawing dan data perhitungan volumenya.
c. Pemeriksaan terhadap data tonnase hasil produksi per hari dari laporan harian
konsultan pengawas.
5.1.2. Pemeriksaan kualitas :
Hasil Marshall Test ( ASTM 1559 62 T )
Pemeriksaan terhadap nilai stability, flow, VIM, VFWA dan density lab.
Hasil Core Drill
Pemeriksaan terhadap kepadatan lapangan/field density.
Hasil Ekstraksi
Pemeriksaan terhadap gradasi campuran dan kadar aspal.
5.2.
Pekerjaan
Berdasarkan
Pengamatan
a. Pemeriksaan kualitas :
Teliti dengan cermat apakah penampakan permukaan ( Perfomance ) hasil
overlay beton aspal sudah baik dan memenuhi persyaratan, kenampakan di
permukaan overlay antara lain :
Warna beton aspal ( hot mix ) hasil overlay
Tekstur beton aspal ( hot mix ) hasil overlay
Homogenitas campuran beton aspal ( hotmix ) hasil overlay
Kerataan permukaan hasil overlay
Density ( kepadatan )
Ketebalan lapisan
b. Kerataan Permukaan :
-
Dengan alat ukur staright edge sepanjang 3 meter ketidak rataan tidak
boleh melebihi 3 mm untuk lapisan permukaan ( surface course )
Kadar aspal
Gradasi campuran
BAB VI
PENUTUP
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat
Nya dalam menyelesaiakan penyusunan konsep pedoman ini.
Dengan penuh keyakinan bahwa penyajian konsep ini masih banyak sekali kekurangannya,
untuk melengkapi diharapakan masukkan dari rekan rekan.
Dengan harapan semoga konsep pedoman ini dapat memberikan sumbangan yang berarti serta
bermanfaat bagi yang membutuhkan terutama untuk petugas pengawasan kualitas Sub
Direktorat Prasarana Bandar Udara.
Penyusun
Direktorat Bandar Udara
Sub Direktorat Prasarana Bandar Udara
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN I
PERSYARATAN KHUSUS
PEKERJAAN PENYELIDIKAN DAN STANDARISASI
PERSYARATAN KHUSUS
PEKERJAAN PENYELIDIKAN DAN STANDARISASI
PENELITIAN PENDAHULUAN
PENGAWASAN
1. PEKERJAAN SUBGRADE :
- Atterberg Limit ( ASTM D 123, D 424 )
- Modified Proctor ( ASTM D )
- Soaked CBR ( ASTM D 1883 )
2. PEKERJAAN SUBBASE :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Kotoran Organik ( ASTM C 10 66 T )
3. PEKERJAAN BASE :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Komposisi campuran
- Field CBR ( on place ) PB 0102 - 76
- Kepadatan lapangan ( ASTM D 1556, D 2167 )
4. PEKERJAAN BINDER :
Penetrasi :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Test Aspal
Kolakan :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Test Aspal
- Mix Design dengan Metode Marshall
( ASTM D 1559 62 T, PC 0201 76 )
PENELITIAN PENDAHULUAN
ATB :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Test Aspal
- Kelekatan aspal pada batuan
- Mix Design dengan Metode Marshall
( ASTM D 1559 62 T, PC 0201 76 )
PENGAWASAN
5. PEKERJAAN SURFACE :
Beton Aspal / Hot Mix :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Test Aspal
- Kelekatan aspal pada batuan
- Mix Design dengan Metode Marshall
( ASTM D 1559 62 T, PC 0201 76 )
Rigid Pavement :
- Analisa saringan ( ASTM D 422 )
- Sand Equivalent ( AASTHO T 176 )
- Bentuk batuan ( visual )
- Soundness ( ASTM C 88 76 )
- Abration / LA ( ASTM C 131 81 )
- Kotoran Organik
- Mutu Semen
- Mutu Air
- Mix Design Beton
- Slump
- Compresive Strenght
- Flexural Strenght
- Bekisting
- Joint Sealant
- Dowel
- Kerataan Permukaan
LAMPIRAN 2
KEMUNGKINAN KEMUNGKINAN DAN SEBAB SEBAB KERUSAKAN
PADA PELAKSANAAN BETON ASPAL
4. Pecah - pecah :
Sebab sebab :
Sebab sebab :
LAMPIRAN III
DAFTAR PERALATAN DAN MATERIAL PEKERJAAN PRASARANA SISI UDARA
JENIS PEKERJAAN
1.
Galian Struktur
2.
4.
Penimbunan
5.
Subgrade
6.
Aggregate base
3.
JENIS MATERIAL
7.
8.
Aggregate subbase -
Tack Coat
Course aggregate
(CA)
Fine aggregate (FA)
Sirtu
Course aggregate
(CA)
Fine aggregate (FA)
Aspal (Kg)
JENIS PERALATAN
-
Excavator/Cangkul
Concrete Micxer
KET
NO
JENIS PEKERJAAN
JENIS MATERIAL
9.
Prime Coat
Aspal (Kg)
Aspal (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
Filler (m3)
Aspal (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
Filler (m3)
Aspal (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
Filler (m3)
Aspal (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
Gravel /split (m3)
Sand/pasir (m3)
Cement (kg)
Reinforcing (Kg)
Re-wire (Kg)
Course Aggregate
(m3)
Fine Aggregate (m3)
JENIS PERALATAN
-
Truck
Air Compressor
Aspal sprayer
Wheel loader
AMP
Aspal finisher
Dump truck
Tandem roller
Pneumatic tire roller
Wheel loader
AMP
Aspal finisher
Dump truck
Tandem roller
Pneumatic tire roller
Wheel loader
Dump truck
Steel wheel roller
Tandem roller
Wheel loader
Dump truck
Steel wheel roller
Concrete mixer
Concrete finisher
Truck
Vibrator
Ready mix
Truck
Pemotong baja
Wheel loader
Dump truck
Motor grader
Roller
Water tank truck
KET