Anda di halaman 1dari 3

Description:

Dengan menggunakan Modeling the Way diharapkan dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA
dengan materi pokok penerapan konsep perubahan energi gerak akibat pengaruh udara. Karena rendahnya kreativitas belajar
siswa yang disebabkan siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran, karena metode yang digunakan guru masih ceramah
dengan sumber belajar buku teks dan kurang memberikan motivasi kepada siswa untuk berfikir kreatif dalam memecahkan
masalah, sehingga saat diadakan evaluasi banyak siswa yang pemahamannya rendah dalam pembelajaran IPA. Menurut Uno dan
Mohamad, Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat atau menciptakan hal-hal baru atau kombinasi baru berdasarkan
data, informasi, dan unsur-unsur yang ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dengan
menggunakan Modeling the Way dalam pembelajaran IPA pada materi pokok penerapan konsep perubahan energi gerak akibat
pengaruh udara di Kelas IV SDN 104206 Sei Rotan T.A. 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas dengan menggunakan Modeling the Way dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan
materi pokok penerapan konsep perubahan energi gerak akibat pengaruh udara di kelas IV SD Negeri 104206 Sei Rotan T.A.
2013/ 2014. Terdapat 35 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 15 siswa perempun. Untuk memperoleh data yang
digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan lembar observasi bagi guru dan siswa untuk mengetahui perkembangan
tingkat kreativitas belajar siswa pada setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan Modeling the Way
bahwa pada kondisi awal atau sebelum melakukan tindakan terdapat 5 siswa yang kreatif (14,3%) dari 35 siswa, pada siklus 1
pertemuan I meningkat menjadi 9 orang siswa yang kreatif (25,71%), dan pada siklus I pertemuan II menjadi 19 orang siswa
(54,28%). Sedangkan pada siklus II pertemuan I terdapat 32 orang siswa yang kreatif (91,43%) dan siklus II pertemuan II semua
siswa kreatif (100%) meskipun tingkat kreativitas masingmasing individu berbeda. Selain itu dapat dilihat juga dari nilai rata
rata keseluruhan siswa yang kreatif dapat dilihat hasil kreativitas belajar siswa secara klasikal telah mengalami peningkatan,
dari kondisi awal dengan nilai ratarata 62,1 dengan kriteria kurang kreatif dan siklus I pertemuan I dengan nilai rata-rata 65,2
dengan kriteria kurang kreatif dilanjutkan ke siklus I pertemuan II dengan nilai rata rata 70,3 dengan kriteria cukup kreatif dan
pada kreativitas belajar siklus II pertemuan I dengan nilai ratarata 77,5 dengan kriteria cukup kreatif dan mengalami
peningkatan pada siklus II pertemuan II dengan nilai rata-rata 86,1 dengan kriteria kreativitas belajar kreatif. Selanjutnya di lihat
dari nilai aktivitas guru terlihat pada kondisi awal guru masih kurang bisa untuk dapat membuat siswa lebih kreatif dilihat dari
lembar observasi dengan nilai pada kondisi awal yaitu 50. Dan dilanjutkan pada pelaksanaan tindakan terlihat ada peningkatan
pada siklus I pertemuan I dengan nilai 64,77pada siklus I pertemuan II meningkat menjadi 75. Sedangkan pada siklus II
pertemuan I dengan nilai 80,68, dan pada akhir tindakan meningkat sesuai dengan yang diharapkan peneliti yaitu menjadi 90,90.
Dapat dikatakan dengan menggunakan Modeling the Way dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA
dengan materi pokok penerapan konsep perubahan energi gerak akibat pengaruh udara di Kelas IV SDN 104206 Sei Rotan T.A.
2013/2014.

Metode Modeling The Way sebagai metode pengajaran adalah suatu


metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara guru memberikan
skenario suatu sub bahasan untuk didemonstrasikan siswa di depan
kelas, sehingga menghasilkan ketangkasan dengan keterampilan atau
skill dan profesionalisme (Dep Dik Bud, 1993: 219).
Metode Modeling The Way merupakan salah satu metode mengajar
yang dikembangkan oleh Mel Silbermam, seorang yang memang
berkompeten dibidang psikologi pendidikan. Metode ini merupakan
sekumpulan dari 101 strategi pengajaran. Sebuah metode yang
menitik beratkan pada kemampuan seorang siswa untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Karena siswa
dituntut untuk bermain peran sesuai dengan materi yang diajarkan.

Ada sebuah pendapat, metode Modeling The Way merupakan


metamorfosa dari metode sosiodrama. Yakni sebuah metode dengan
cara mendramatisasikan suatu tindakan atau tingkah laku dalam
hubungan sosial. Dengan kata lain guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan kegiatan atau peran tertentu
sebagaimana yang ada dalam kehidupan masyarakat (sosial).
Hendaknya siswa diberi kesempatan untuk berinisiatif serta diberi
bimbingan atau lainnya agar lebih berhasil (Sriyono dkk, 1992: 520).
Penggunaan Metode Modeling The Way dalam Proses
Belajar Mengajar
Hisyam Zaini dkk, dalam bukunya Strategi Pembelajaran Aktif
mengungkapkan bahwa metode Modeling The Way memberi
kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan
spesifiknya di depan kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu
untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana
mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru saja
dijelaskan. Strategi ini akan sangat baik jika digunakan untuk
mengajarkan pelajaran yang menuntut keterampilan tertentu.
Selanjutnya langkah-langkah yang dipakai adalah sebagai berikut:
1.

Pertama, setelah pembelajaran suatu topik tertentu, identifikasi


berupa situasi umum dimana siswa dituntut untuk menggunakan
keterampilan yang baru dibahas.

2.

Kedua, bagi kelas kedalam beberapa kelompok menurut jumlah


siswa yang diperlukan untuk mendemostrasikan skenario.

3.

Ketiga, beri waktu 10-15 menit untuk menciptakan skenario.

4.

Keempat, beri waktu 5-10 menit untuk berlatih.

5.

Kelima, secara bergiliran tiap kelompok mendemonstrasikan


skenario masing-masing. Beri kesempatan untuk memberikan feed
back pada setiap demonstrasi yang dilakukan.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Modeling The Way
Metode ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1.

2.
3.

Mendidik siswa mampu menyelesaikan sendiri problema sosial


yang ia jumpai.
Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa.
Mendidik siswa berbahasa yang baik dan dapat menyalurkan
pikiran serta perasaannya dengan jelas dan tepat.

4.

Mau menerima dan menghargai pendapat oranglain.

5.

Memupuk perkembangan kreativitas anak.


Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:

1.

Pemecahan problem yang disampaikan oleh siswa belum tentu


cocok dengan keadaan yang ada di masyarakat.

2.

Karena waktu yang terbatas, maka kesempatan berperan secara


wajar kurang terpenuhi.

3.

Rasa malu dan tekut akan mengakibatkan ketidak wajaran dalam


memainkan peran, sehingga hasilnyapun kurang memenuhi harapan
(Sriyono dkk, 1992: 118

Anda mungkin juga menyukai