Anda di halaman 1dari 4

BAB V PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR

HANDOUT INSTRUMENTASI
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah selesai kuliah diharapkan mahasiswa dapat :

Menyebutkan macam-macam jenis tachometer

Menjelaskan prinsip kerja dari masing-masing jenis tachometer.

Menjelaskan fungsi lain dari tachometer.

Memilih jenis tachometer yang sesuai antara karakteristik tachometer dengan


poros yang diukur kecepatannya.

Menjelaskan pengaruh perubahan variabel pada komponen pada nilai


penunjukkannya.

Pada gerak rotasi dikenal besaran kecepatan yang disebut dengan kecepatan sudut
yaitu besarnya sudut yang ditempuh setiap satuan waktu. Kecapatan putar adalah
jumlah putaran yang terjadi tiap satuan waktu. Satuannya adalah rpm ( revolution
per minute = putaran per menit ).
Apabila kecepatan sudut ( ) dinyatakan dalam satuan radian/detik, maka faktor
konversi kecepatan putar ( n ) adalah :
= 2 n/60
atau

n = 30. / ( rpm )

Karena satu putaran yang terjadi pada suatu poros sama dengan satu siklus, maka
kecepatan putar sering dinamakan dengan frekuensi putar (f) dengan satuan hertz
yaitu jumlah siklus atau putaran yang terjadi tiapa detik.
f = n/60 ( hertz )
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan putar disebut Tachometer.
Kecepatan putar dapat dikalibrasi langsung menjadi skala kecepatan linier dengan
korelasi bahwa
V = .D.n/60 (m/detik)
Atau

V = C.n

Dimana C suatu konstanta yang harganya = .D/60


Tachometer dapat dikelompokkan menjadi tachometer mekanik, tachometer elektrik,
dan stroboscope.
5.1 Tachometer Mekanik
Tachometer mekanik menggunakan prinsip kerja seperti governor. Bila bola dengan
massa m berputar pada suatu poros maka akan terjadi gaya sentrifugal. Gaya inilah
yang akan menggerakkan

sleeve naik atau turn tergantung pada kecepatan

berputarnya. Selanjutnya sleeve menggerakkan jarum penunjuk pada suatu posisi


yang skalanya sudah dikalibrasi dalam satuan kecepatan putaran ( misal rpm ).

28

BAB V PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR


Tachometer jenis ini tidak cocok untuk pengukuran kecepatan pada poros yang
mempunyai daya kecil.

INCLUDEPICTURE "http://tbn0.g
oogle.com/images?q=tbn:gsMJojmr
acbaDM:http://www.railway-techn
ical.com/governor.gif" \* MERGE
FORMATINET

Gambar 5.1. Tachometer Mekanik.


5.2. Tachometer Elektrik.
Tachometer elektrik adalah tachometer yang prinsip kerjanya menggunakan teori
dasar listrik, seperti teori arus Eddy, teori induksi maupun photo elektrik.
5.2.1. Tachometer Arus Eddy.
Antara plat magnet dan konduktor terdapat gerakan relative maka akan terjadi arus
induksi yang disebut arus Eddy (Eddy Current ). Adanya arus ini akan menimbulkan
medan magnet yang menyebabkan terjadinya gaya yang cenderung akan
menggerakkan konduktor kearah sesuai dengan arah gerakan magnet.
Medan magnet akan menyebabkan terjadinya torsi atau momen puntir yang
cenderung akan memutar plat konduktor ( yang biasanya dibuat dalam bentuk
piringan ) pada arah yang sama dengan arah putaran magnet. Apabila pada poros
piringan konduktor dipasang pegas torsi ( spiral ) maka piringan tidak akan berputar
penuh, hanya akan bergerak sebesar sudut defleksi pegas ( ).
Hal ini sesuai dengan rumus yang berlaku untuk pegas spiral yaitu :
T = k.
Dimana : T = torsi
k = konstanta pegas spiral
= simpangan sudut

Gambar 5.2. Tachometer Arus Eddy.

29

BAB V PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR


Tachometer jenis ini banyak digunakan pada kendaraan darat ( mobil atau sepeda
motor ). Penggunaan tidak hanya sebagai pengukur kecepatan putar dari poros
mesin saja akan tetapi juga untuk mengukur kecepatan linier dari jalannya
kendaraan ( spedometer ) yaitu dengan mengkalibrasi skala kecepatan putar dengan
suatu konstanta menjadi skala kecepatan linier misal km/h.
5.2.2. Tachometer Pick-Up Induktif.
Konstruksi dari tachometer ini terdiri dari roda bergigi ( tonjolan ) yang berputar pada
sebuah poros. Roda gigi tersebut terbuat dari bahan konduktor. Didekat roda bergigi
terdapat kumparan yang dililitkan pada sebuah magnet permanent. Jika tonjolan gigi
bergerak melewati magnet / kumparan akan terjadi perubahan fluks magnetik yang
menyebabkan terjadinya arus induksi.

Gambar 5.3. Tachometer Pickup Induktif.


Dari arus induksi ini selanjutnya dapat dibangkitkan menjadi pulsa. Jumlah pulsa
atau frekwensi pulsa yang terjadi dapat dihitung dengan penghitung pulsa ( counter ).
Apabila frekwensi pulsa diketahui maka frekwensi putaran dapat dihitung dengan
cara membagi frekwensi pulsa dengan jumlah gigi ( tonjolan ) yang ada pada roda
gigi.
5.2.3. Tachometer Photo Elektrik.
Konstuksi tachometer jenis ini terdiri dari piringan tipis yang terbuat dari bahan tidak
tembus cahaya. Piringan tersebut dipasang pada poros yang dihubungkan dengan
poros obyek ukur. Piringan berputar diantara lampu sorot dan sel photo elektrik.
Pada piringan dibuat satu atau lebih lubang yang tembus cahaya. Posisi lubang pada
piringan dibuat sedemikian rupa sehingga segaris dengan posisi lampu dan sel photo
elektrik. Oleh karenanya apabila piringan berputar, sinar lampu secara periodik akan
diterima oleh sel photo elektrik.
Selanjutnya frekuensi pulsa dihitung oleh penghitung ( counter ) seperti pada
tachometer pick up induktif. Dalam hal ini yang berpengaruh pada ketelitian
pengukuran adalah jumlah lubang pada piringan.

30

BAB V PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR

Gambar 5.4 Tachometer Photo Elektrik.


Tachometer photo elektrik dapat dikembangkan menjadi tachometer yang bersifat
portable ( tidak tetap )
5.2.4. Tacho Generator.
Tacho ini merupakan generator pembangkit listrik dalam ukuran kecil. Apabila suatu
kumparan pada rotor berputar pada medan magnet ( stator ) maka akan terjadi
induksi emf ( elektromotive force ). Selanjutnya harga tegangan listrik tersebut dapat
diukur dengan voltmeter dimana skala tegangan dapat dikalibrasi menjadi skala
kecepatan putaran misalnya rpm.
5.3 Stroboscope
Alat ukur ini terdiri dari lampu strobo yang frekuensi kedipnya bisa diatur secara
manual. Pada poros yang akan diukur kecepatan putarnya dipasang piringan yang
sudah diberi tanda ( misal sebuah titik yang berwarna mengkilat ).
Apabila lampu strobo berkedip dengan frekwensi dua kali lebih tinggi dari frekwensi
putar dari poros akan terlihat tanda pada piringan akan terlihat dua buah pada posisi
yang membentuk sudut 180. Begitu pula apabila frekwensi kedip 3 kali lebih tinggi
dari frekwensi putar poros, akan terlihat 3 buah tanda yang simetri pada piringan.
Dengan merubah frekwensi kedip ( diturunkan ) maka akan terlihat sebuah tanda
dengan posisi seolah-olah diam. Pada kondisi demikian berarti frekwensi dari
putaran poros sama dengan frekwensi kedip dari lampu strobo.

Soal Latihan :
1. Alat apa yang digunakan untuk mengukur kecepatan putar ?
2. Pengukur kecepatan pada sepeda motor, menggunakan alat ukur kecepatan
putar jenis apa ?
3. Alat ukur kecepatan putar apa yang membangkitkan tegangan, jelaskan.
4. Apa yang dimaksud dengan tachometer pic up induktif
5. Bagaimana cara kerja dari stroboscope

31

Anda mungkin juga menyukai