Anda di halaman 1dari 6

PEMILIHAN KATA (DIKSI)

DIKSI
Agar mampu menyampaikan berbagai gagasan secara memadai, kita harus menguasai kosakata
seluas-luasnya. Lebih daripada itu, di dalam konteks keterampilan menulis, kita perlu pula
memiliki kepekaan terhadap diksi atau pemilihan kata secara tepat dan sesuai. Ketepatan berarti
kata yang kita pilih itu dapat menyampaikan gagasan dan perasaan sebagaimana yang kita
kehendaki sehingga tidak menimbulkan salah paham pada pembaca. Kesesuaian berarti
kecocokan kata yang kita pilih itu dengan konteks situasi dan sasaran (target audience).
Singkatnya, ketepatan menyangkut aspek makna dalam pemilihan kata, sedangkan kesesuaian
aspek kontekstual (situasional).Berkaitan dengan masalah diksi, kosakata di dalam sebuah
bahasa dapat digolongkan sebagai berikut.
Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata abstrak adalah kata yang merujuk kepada konsep/pengertian abstrak, sementara kata
konkret merujuk kepada objek yang dapat dicerap oleh pancaindra.
Kata Abstrak
kemakmuran
pembangunan
demokrasi

Kata Konkret
sandang, pangan, papan
mendirikan rumah, membangun jalan
musyawarah, pemungutan suara

Kata-kata mana yang sebaiknya digunakan di dalam sebuah karangan? Jawabannya tergantung
kepada jenis dan tujuan penulisan. Karangan yang menekankan deskripsi faktual tentulah lebih
memprioritaskan kata-kata konkret. Kata-kata konkret menjadi efektif di dalam karangan
deskripsi karena dapat merangsang pancaindra. Akan tetapi, jika yang dikemukakan adalah
generalisasi-generalisasi, tentu akan lebih banyak digunakan kata-kata abstrak. Walaupun tidak
mutlak, pemakaian kata-kata konkret dapat menjadikan sebuah karangan lebih jelas dan mudah
dipahami. Sebaliknya, kata-kata abstrak umumnya lebih sulit dipahami daripada kata-kata
konkret.
Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum adalah kata yang cakupan maknanya luas, sedangkan kata khusus adalah kata yang
sempit ruang-lingkupnya. Makin luas ruang-lingkupnya, makin umum makna sebuah kata.
Kata Umum
membawa
berbunyi
melihat
memotong

Kata Khusus
mengempit, menjinjing
berdering, berdenting, bergaung
menonton, menatap, memandang
menebang, menebas, menyayat

Kata umum kurang mampu memberikan daya-bayang yang jelas. Semakin umum makna sebuah
kata, semakin kabur pula gambaran angan yang dimunculkan dan, dengan demikian, semakin
berpotensi untuk menimbulkan salah paham. Sebaliknya, semakin khusus, semakin jelas dan
mengesan di dalam angan-angan atau pikiran pembaca.
Kata Populer dan Kata Kajian
Sesuai dengan sebutannya, kata populer adalah kata yang lebih banyak dikenal dan dipakai oleh
segenap lapisan masyarakat di dalam komunikasi sehari-hari; sementara kata kajian adalah kata
yang dikenal dan dipakai sebatas oleh kalangan akademis, lapisan terpelajar dan profesi tertentu.
Kata kajian biasanya berupa istilah yang digunakan secara khusus di dalam bidang ilmu atau
bidang profesi tertentu.
Kata Populer
penduduk
contoh
penilaian
pembaruan

Kata Kajian
populasi
sampel
evaluasi
inovasi

Kata-kata populer tentu saja dapat membuat sebuah karangan lebih mudah dipahami oleh orang
banyak. Kata-kata kajian sebaiknya disesuaikan pemakaiannya dengan sasaran pembaca.
Kata Baku dan Kata Nonbaku
Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan atau dilazimkan,
sedangkan kata nonbaku sebaliknya.
Kata Baku
kemarin
tradisional
khawatir
lelah

Kata Nonbaku
kemaren
tradisionil
kuatir
capek

Prinsip umumnya, kata-kata baku lebih diutamakan di dalam membuat sebuah karangan, bahkan
untuk karangan fiksi sekalipun. Kata-kata nonbaku kadang juga bisa dipilih untuk mencari efek
tertentu, misalnya untuk menghidupkan dialog (di dalam cerpen, skenario, atau kutipan
langsung), menyindir (pemakaian bahasa seorang pejabat), menyesuaikan dengan ragam bahasa
kalangan tertentu (misalnya kalangan remaja, waria, atau kelas sosial tertentu).
Nilai Rasa dan Nilai Sosial Kata
Beberapa kata mungkin mengandung nilai rasa tertentu, menyangkut tinggi-rendah penilaian
yang kita berikat atas maknanya. Kata gerombolan, misalnya, memiliki nilai rasa (konotasi) yang
kurang menyenangkan, terkesan negatif dalam tangkapan pembaca/pendengarnya. Kata wafat,
misalnya, berbeda nilai rasanya dengan mati, apalagi tewas dan modar. Kata-kata tertentu
mungkin pula bersinggungan dengan nilai-nilai kesopanan dan kepercayaan tertentu. Kata gugur,

misalnya, hanya digunakan untuk kalangan tertentu seperti pahlawan dan prajurit yang
mengorbankan nyawa di medan perang. Kata ganti kamu berbeda nilai sosialnya dengan Anda
atau Saudara. Begitu pula kata bini dan istri. Dengan demikian, ketepatan dalam memilih kata
perlu pula disertai dengan kepekaan yang menyangkut nilai rasa dan nilai sosial kata.
Beberapa Kasus
Simak kata-kata yang dicetak miring dan pertimbangkan kembali diksinya!
Praktek manajemennya pun mulai menggandeng beberapa perusahaan besar, salah satunya
adalah perusahaan rokok Djarum.
Keantusiasan mereka juga terlihat dari ungkapan-ungkapan mengenai potensi diri mereka setelah
beberapa kali mengikuti kegiatan.
Saya mengidentifikasi hal ini sebagai gejala awal keluarnya seniman dari sarangnya.
Kalau di awal saya sudah menyinggung perjalanan PA ketika pertama kali dipraktekkan di
Yogyakarta, jelas ia tidak berada di dalam ruangan, melainkan justru turun ke jalan.
Interaksi semacam ini berjalan dengan instruksi dan pengarahan dari senimannya.
Material atau properti adalah bahasa simbolik atau bahasa metafor dan membungkus pesan yang
akan disampaikan.
Penerimaan Pak Suhadi sebagai sosok yang dihargai dalam dunia seni di tengah-tengah
masyarakat Juminahan pun tentunya bukan semena-mena atas niat baik warga.
Artinya bisa juga ada karya yang merespon permasalahan teraktual.
Dari serangkaian kegiatan tersebut, tercatat jumlah anak yang mengikuti selama 4 kali pertemuan
rata-rata 15-20 anak, dan anak yang hadir secara rutin prosentasenya lebih besar daripada yang
datangnya ayam-ayaman, kadang datang kadang tidak.
Jika melihat ke belakang, masa itu adalah tahun 1950 hingga 1960-an tentunya bagaimana yang
terjadi dalam situasi politik negeri ini sangatlah bisa dikatakan ruwet.
KALIMAT EFEKTIF
Aktivitas menulis membutuhkan bahasa sebagai medianya. Tanpa penguasaan atas media
tersebut tidak mungkin dihasilkan sebuah tulisan yang baik. Penguasaan bahasa secara garisbesar dapat dibedakan menjadi empat aspek, yakni (1) penguasaan secara aktif sejumlah besar
kosakata; (2) penguasaan kaidah-kaidah ejaan, pembentukan kata, dan tatakalimat; (3)
kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan; dan
(4) tingkat penalaran yang dimiliki.
Aspek terakhir, penalaran, dipelajari dalam bidang tersendiri (logika), meskipun dalam banyak
kasus seringkali bertumpang-tindih atau tidak bisa dipisahkan dari aspek-aspek teknik
mengarang. Aspek ketiga, saya yakin, akan ditemukan dengan sendirinya ketika jam terbang
seorang penulis sudah mencapai tingkat tertentu (terus berlatih, berlatih, dan berlatih tanpa
menyerah!). Sementara aspek pertama, perihal kosakata, sudah kita bicarakan di dalam pasal
sebelumnya. Tinggallah kini aspek yang kedua, penguasaan kaidah, khususnya kaidah bahasa
tulis. Walau demikian, di sini kita tidak akan membicarakan kaidah-kaidah ejaan dan tatabahasa.
Hal-hal ini saya anggap sudah selesai, sudah dikuasai, sehingga tak perlu dibicarakan lagi. Oleh
karena itu, kita hanya akan membicarakan persoalan kalimat dari segi efektivitasnya. Kalimat

efektif sangat penting untuk keperluan karang-mengarang karena tanpa itu kita tidak akan bisa
menyampaikan gagasan-gagasan kita secara tepat dan jelas.
Kesatuan
Ketika menulis kita menuangkan gagasan ke dalam kalimat-kalimat. Di dalam sebuah kalimat
yang baik hanya terkandung sebuah gagasan yang utuh. Secara praktis kesatuan gagasan di
dalam kalimat terwakili oleh kehadiran subjek dan predikat. Itu saja, hanya subjek dan predikat,
karena unsur-unsur yang lain seperi objek dan aneka keterangan bersifat opsional (tidak wajib
hadir). Kesatuan gagasan mungkin akan terganggu apabila kedudukan subjek atau predikat tidak
jelas; kalimat menggantung (tidak selesai); kalimat majemuk yang terlalu kompleks; atau kalimat
yang dipenuhi oleh sisipan-sisipan keterangan yang terlalu panjang.
Pada pameran ini mengetengahkan karya pelukis-pelukis terkenal.
Mahasiswa yang memimpin aksi para buruh.
Kalau semua orang mematuhi peraturan.
Koherensi
Koherensi kalimat menyangkut kepaduan atau hubungan timbal-balik di antara unsur-unsur
kalimat secara baik dan kompak. Kesalahan yang seringkali terjadi adalah dalam penempatan
kata depan dan kata penghubung yang tidak tepat, sehingga merusak koherensi kalimat dan,
dengan demikian, merusak kesatuan pikiran di dalamnya. Kesalahan yang lain adalah
perangkaian dua kata yang maknanya tumpang-tindih atau mengandung kontradiksi.
Walaupun bidang pariwisata telah memberikan lapangan kerja kepada penduduk Bali dan
mendorong pada sektor seni, namun kita juga merasakan aspek-aspek negatif daripada
perkembangan ini.
Sikap saling bantu-membantu membuat kerja besar ini terasa lebih ringan.
Banyak para pengamat mengatakan bahwa Agung Kurniawan merupakan seorang perupa yang
sering berwatak sinis dalam memberikan komentar sosial di dalam karyanya.
Sering kita membuat suatu kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari.
Di samping menjaga kesatuan gagasan dan koherensi, kalimat-kalimat yang kita susun di dalam
sebuah karangan akan menjadi lebih efektif apabila kita pertimbangkan prinsip penekanan,
variasi, dan kehematan.
Penekanan
Unsur yang dipentingkan di dalam kalimat harus lebih ditonjolkan daripada unsur-unsur yang
lain. Cara pertama yang dapat digunakan adalah dengan mengubah posisi unsur tersebut di dalam
kalimat. Prinsip dasarnya adalah bahwa unsur yang terletak di awal kalimat menjadi unsur yang
lebih ditekankan. Penekanan juga dapat dilakukan hanya dengan membubuhkan partikel (lah dan
pun) yang berfungsi untuk menonjolkan sebuah kata atau gagasan dalam sebuah kalimat. Cara
yang lain adalah dengan menerapkan repetisi, perulangan sebuah unsur yang dianggap penting.
Di samping itu, pertentangan dapat pula dimanfaatkan untuk menekankan suatu gagasan.

(a) Clifford Geertz berpendapat bahwa manusia bagaikan laba-laba yang bodoh karena terjerat
oleh jaring-jaring makna yang ditenunnya sendiri.
(b) Karena terjerat oleh jaring-jaring makna yang ditenunnya sendiri, Clifford Geertz
berpendapat bahwa manusia bagaikan laba-laba yang bodoh.
(c) Manusia terjerat oleh jaring-jaring makna yang ditenunnya sendiri sehingga Clifford Geertz
berpendapat bahwa manusia itu bagaikan laba-laba yang bodoh.
Ditinjau dari dimensi ekonomi, seni lukislah yang selama ini menjadi komoditas primadona.
Seni dapat dipandang sebagai proses rumit dengan banyak dimensi, bukan hanya berdimensi
estetik saja, tetapi juga memiliki dimensi ekonomi dan politik.
Sesungguhnya Agung Kurniawan tidak hanya kritis, tetapi juga suka ceriwis di dalam
kesinisannya.
Variasi
Repetisi yang berlebihan dapat membosankan atau menghambarkan selera pembaca. Oleh karena
itu, ada upaya lain untuk mengimbanginya, yaitu variasi. Variasi adalah penganeka-ragaman
bentuk-bentuk agar minat dan perhatian pembaca dapat tetap terpelihara. Variasi di dalam
kalimat, antara lain, dapat dicapai melalui variasi sinonim kata; panjang-pendeknya kalimat;
kalimat aktif dan pasif; dan jenis kalimat (menulis tidak melulu dengan kalimat-kalimat berita,
kadang perlu juga diselingi dengan kalimat tanya atau kalimat perintah).
Kehematan
Unsur penting terakhir dalam penyusunan kalimat efektif adalah kehematan. Kehematan, sebagai
prinsip ekonomi bahasa, dalam hal ini merupakan kehematan dalam pemakaian kata yang
dianggap tidak diperlukan (mubazir).
(a) Percampuran warna kuning dan warna biru akan menghasilkan warna hijau.
(b) Percampuran kuning dan biru akan menghasilkan hijau.
(a) Pandangan kita seperti diarahkan dari bidang kiri atas lalu turun ke bawah.
(b) Pandangan kita seperti diarahkan dari bidang kiri atas lalu turun.
(c) Pandangan kita seperti diarahkan dari bidang kiri atas lalu ke bawah.
(a) Anak dari tetangga saya pada hari Senin ini akan dilantik menjadi dokter.
(b) Anak tetangga saya pada Senin ini akan dilantik menjadi dokter.
Beberapa Kasus
Pertimbangkan kembali keefektifan kalimat-kalimat ini!
Memang pada kurun waktu 1970-1980 Malioboro telah sedang berkembang pesat menjadi pusat
kawasan sektor ekonomi pertokoan dan restoran.
Untuk membuat tonil butuh lima hingga sepuluh tenaga dari pemuda dan lama pengerjaannya
kurang lebih satu hari.
Maka praktek menggambar/melukis untuk memperoleh kemaksimalan warna dan bentuk visual
harus terlebih dahulu meramu bahan-bahan mentah sendiri.
Toko batik yang biasanya menjual bahan pewarna oker ini, waktu itu toko yang terkenal letaknya

ada di Pasar Ngasem.


Untuk ukuran sebuah panggung di kampung biasanya membutuhkan sepuluh hingga dua belas
lembaran goni gandum.
Dari penuturan Lik Ari sebagai paman Clara, perkembangan anak sendiri sangat tergantung
dengan cara pendidikan di keluarganya.
Apa yang terjadi pada praktek seni rupa di kampung Juminahan adalah bukan dengan serta-merta
muncul dan berkembang dengan sendirinya, melainkan terbangun oleh hasil konstruksi sosial
dari luar kampung Juminahan sendiri, yang di dalamnya terdapat pemaknaan terhadap praktek
seni rupa secara berlain-lainan.
Bagi komunitas-komunitas urban yang ada di sekitarnya, tempat tersebut adalah menjadi sumber
ekonomi.
Seperti yang terjadi di kampung Jumiahan pada pengalaman Pak Suhadi.
Untuk pelaku aksinya memang tidak memilih secara spesifik tema yang akan dia angkat, tetapi
itu bisa sangat kondisional.
Dalam aksinya ia hanya menggunakan celana dalam dan seluruh tubuhnya dicat warna hijau
disertai membawa selembar daun pisang.
Ruang memiliki arti yang spesifik tempat di mana berlangsungnya aksi PA tersebut.
Sedangkan di Yogyakarta pun mengalami hal yang serupa.
Dalam sebuah pameran biasanya akan menyertakan PA sebagai seremonial pembukaan pameran.
Salah satu karya mereka yang berjudul Mystical Machine Made in Indonesia

Anda mungkin juga menyukai