Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PEMBAHASAN JURNAL
Proses aseptis adalah proses steril tanpa proses sterilisasi akhir.
Metode aseptik memiliki resiko mengalami kontaminasi daripada metode
sterilisasi akhir. Untuk menghindari kontaminasi terhadap produk, ruang
proses (clean room) harus bebas kontaminasi mikrooorganisme. Jurnal
berjudul Sterilisasi Udara dan Clean Room Menggunakan Peralatan Fogging
AEROSEPT 8000 merupakan jurnal penelitian yang menemukan metode
sterilisasi baru yang lebih efektif terhadap ruang proses (clean room). Tujuan
penelitian ini adalah untuk menemukan cara yang tepat dan efektif dalam
mematikan mikroorganisme baik berupa bakteri maupun jamur sehingga
didapatkan ruang proses (clean room) yang steril dan dapat dipergunakan
sebagai ruang proses aseptis. Metode yang digunakan dalam kegiatan
sterilisasi ini adalah Airbone disinfection yaitu proses disinfeksi dengan
menggunakan suatu peralatan untuk mendifusikan disinfektan dari suatu
jarak tertentu dengan memakai udara sebagai media (carrier). Mesin aerosol
terlebih

dahulu

didisinfeksi

dengan

dilap

secara

sempurna

seluruh

permukaannya dengan larutan saflon dan alcohol 70% lalu selang mesin
kompresor dihubungkan dengan mesin aerosol. Semua sistem pendingin
udara (AC), exhause dan blower dimatikan, jerigen yang berisi larutan
disinfektan ANIOS 2R ditempatkan pada mesin aerosol dan selang penyedot
dimasukkan ke dalam jerigen.

Tombol switch diset ke 0 lalu mesin

dihidupkan, lampu power menyala, cover dibuka dengan kunci yang ada,
tombol pressure reducer diatur sampai tekanan udara 4 bar. Selanjutnya,
start up mesin dimulai sesuati setting waktu. Lamanya penyemprotan
(fogging) 4,5 menit untuk volume ruang proses (clean room) 75 m 3 dengan
kapasitas loading 8000 ml/60 menit, tekanan udara 4 bar, contact time
selama 90 menit dan recovery ruangan selama 60 menit. Untuk menentukan
lamanya waktu penyeprotan dihitung berdasarkan volume ruang dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Di mana : T (min) = lamanya waktu untuk penyemprotan (menit)


V = volume ruangan (m3)
Dr = flow rate mesin AEROSEPT (8000 ml/jam)
Setelah penyemprotan selesai dilakukan proses untuk contact time
selama 90 menit setelah itu, AC/Exhaust/Blower dihidupkan selama minimal
60 menit untuk recovery ruangan. Untuk mengetahui efektifitas dari kegiatan
sterilisasi, dilakukan monitoring lingkungan dengan menggunakan media
steril TSA (Triptic Soy Agar) untuk pertumbuhan mikroba yang diletakkan
pada 11 titik dengan cawan petri dan 10 titik dengan rodac plate. Berikut
adalah gambar penempatan media TSA dalam clean room.

Setelah diamati selama 4 hari berturut-turut didapat data yang


menunjukkan rata-rata pertumbuhan koloni untuk ruang kelas A=0 (<1), kelas
B=1/3 (maks 5) dan kelas C=1/3 (maks 50). Dari pemantauan menggunakan

media pertumbuhan mikroba menunjukkan hasil bahwa clean room


dinyatakan steril dan telah memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai
fasilitas proses aseptis. Teknik sterilisasi fogging ini mempunyai keunggulan
dalam mematikan mikroorganisme dibanding dengan cara konvensional
karena dapat menjangkau ke seluruh sudut clean room yang tidak dapat
dijangkau dengan cara sterilisasi biasa.

Kontrol lingkungan secara teratur dalam suatu industri farmasi sangat


dibutuhkan untuk tetap menjaga sterilitas ruangan-ruangan dalam industri
tersebut. Hal ini sangat penting karena sterilitas ruangan sangat berperan
dalam produk akhir yang dihasilkan. Jurnal yang berjudul Microbiological
Environmental Monitoring in Pharmaceutical Facility membahas tentang
penelitian terhadap sterilitas ruangan dalam suatu industri farmasi. Kontrol
lingkungan menjelaskan uji mikrobiologi yang dilakukan untuk mendeteksi
kecenderungan perubahan jumlah mikroba dan pertumbuhan mikroflora di
dalam ruang bersih (clean room) atau lingkungan yang terkontrol. Hasil yang
diperoleh menyajikan informasi tentang konstruksi fisik ruangan, cara kerja
sistem pemanasan, ventilasi, dan pendingin udara (HVAC). Penelitian ini
bertujuan untuk menunjukkan pentingnya teknik pengambilan sampel yang
benar, identifikasi alat, dan interpretasi dan analisis yang teliti terhadap hasil
yang diperoleh untuk menemukan sumber-sumber kontaminasi pada
lingkungan steril untuk segera mengambil tindakan pencegahan terhadap
penyebaran

kontaminan

yang

dapat

memengaruhi

kualitas

secara

mikrobiologi terhadap produk akhir yang dapat mengakibatkan kerugian


finansial pada perusahaan farmasi. Penelitian ini menyajikan pendekatan
baru untuk mendeteksi sumber kontaminan dalam lingkungan steril
menggunakan berbagai jenis mikroorganisme.
Sampel diambil dari tiap kelas dan lokasi yang berbeda dalam fasilitas
industri farmasi yang mencakup sistem fasilitas air, kelas A1, kelas A2, kelas
B, kelas C, kelas D1, kelas D2, dan kelas E. Dalam jurnal ini sampel
digunakan metode yang berbeda untuk pengambilan sample dari lokasi yang
berbeda pula. Sampel diproses kemudian diisolasi dan diidentifikasi.
Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh untuk uji sampel air yaitu
dari 216 sampel untuk air biasa terdapat 62 sampel (28.7%) menunjukkan
positif ditumbuhi mikroba dan 154 sisanya (71.3%) tidak menunjukkan
pertumbuhan mikroba. Sementara itu, dari 984 sampel air suling diperoleh

130 sampel (13.3%) positif ditumbuhi mikroba dan 854 sampel lainnya
(86.8%) tidak menunjukkan pertumbuhan mikroba.

Selanjutnya untuk kontrol permukaan di mana semua sampel diambil


menggunakan

cawan

kontak

dari

ruang

produksi

dan

laboratorium

mikrobiologi kecuali pada sampel isolator uji sterilitas diambil menggunakan


teknik penyeka. Hasil yang diperoleh yaitu semua sampel dari kelas A1 (3456
sampel), A2 (1008 sampel), B1 (144 sampel) dan B2 (1728 sampel) tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba. Dari 2496 sampel kelas C,
terdapat 1700 sampl (68.1%) menunjukkan positif ditumbuhi mikroba dan 796
sampel (31.9%) tidak menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba. Semua
sampel kelas D1 dan D2 positif ditumbuhi mikroba.

Sampel udara pasif diambil dari laboratorium mikrobiologi dan area


produksi menggunakan teknik cawan tetap. Hasil yang diperoleh adalah
semua sampel dari kelas A sebanyak 1152 sampel tidak ditumbuhi mikroba
sementara semua sampel dari kelas C (72 sampel), kelas D1 (408 sampel)
dan kelas D2 (160 sampel) menunjukkan hasil positif ditumbuhi mikroba.

Sampel udara aktif diambil dari laboratorium mikrobiologi dan area


produksi menggunakan alat untuk pengambilan udara (reuter centrifugal
sampler) untuk menentukan mikroba secara kuantitatif. Hasil yang diperoleh
adalah semua sampel kelas A1 (48 sampel) dan kelas A2 (144 sampel)
menunjukkan hasil negatif. Sementara itu dari 72 sampel kelas B terdapat 35
sampel yang menunjukkan hasil positif dan 37 sampel menunjukkan hasil
negative atau tidak ada pertumbuhan mikroba. Untuk kelas C (576 sampel),
kelas D1 (192 sampel), kelas D2 (12 sampel) dan kelas E (80 sampel)
menunjukkan hasil positif pertumbuhan mikroba.

Berikut adalah hasil distribusi mikroorganisme yang diidentifikasi dari


sampel positif dari specimen kontrol lingkungan. Sebanyak dua puluh satu
jenis bakteri dan fungi diisolasi dari lokasi yang berbeeda dalam fasilitas
farmasi. Kelompok genus Staphylococci sebanyak 38.4% dari total sampel
positif sedangkan genus

Micrococci sebanyak 22.4% dan

Gemella

morbillorum sebanyak 1.1%. Genus Bacilli ada sebanyak 35.0%, Candida


albicans

1.3%,

Klebsiella

pneumonia

1.0%

dan

Stenotrophomonas

maltophilia 0.01%. Sebagian besar mikroorganisme yang ditemukan di antara


7 genus yang teridentifikasi termasuk dalam kelompok Staphylococcus,
Micrococcus, dan Bacillus.

Ruang bersih merupakan hal yang penting dalam industri farmasi


aseptis dan produksi makanan. Kontrol distribusi mikroba dan identifikasi
isolate utama adalah salah satu praktek manufaktur yang baik. Jurnal yang
berjudul Characterization of Predominant Bacteria Isolates from Clean
Rooms in a Pharmaceutical Production Units membahas tentang penelitian

terhadap galur bakteri utama yang terdapat pada ruang bersih (clean room)
dan cara identifikasi atau karakterisasi bakteri tersebut. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat galur bakteri utama yang terdapat pada ruang bersih
(clean room) dan menganalisa hubungan filogenetiknya.
Isolasi bakteri dilakukan dengan cara bakteri yang terdapat di udara,
permukaan dan personalia ruang bersih (clean room) diisolasi dalam uji
kontrol aseptis secara rutin dari ruang bersih pada industri farmasi,
menggunakan cawan tetap untuk mikroba udara, penyeka untuk mikroba
pada permukaan area kerja, dan tangan personalia setelah prosedur
disinfeksi rutin. Untuk sampel udara medium yang digunakan adalah medium
SCDA yang diletakkan pada ruang bersih (clean room) setelah disinari sinar
UV. Untuk sampel permukaan, area lantai seluas 25 cm 2 diseka
menggunakan tampon setelah didisinfeksi menggunakan larutan fenol 5%
(b/v). Dari tangan personalia diambil sampel bakteri setelah didisinfeksi
menggunakan larutan CHG 1% (b/v). Selanjutnya tangan personalia dicuci
menggunakan air axenic untuk mengisolasi bakteri. Seluruh cawan diinkubasi
pada suhu 30oC selama 96 jam dan selanjutnya bakteri dimurnikan
menggunakan metode gores.
Selanjutnya, galur bakteri dipilih berdasarkan morfologi koloninya.
Dilakukan pewarnaan Gram, uji oksidase dan katalase dilakukan untuk koloni
yang berbeda-beda. Dengan proses ini, diperoleh 5 galur bakteri utama yaitu
F01~F05. Morfologi sel selanjutnya diidentifikasi menggunakan mikroskopi
transmisi electron JEM-1200EX dengan pewarnaan uranil asetat, dan
karakteristik fisiologi/biokimia diuji berdasarkan metode yang terdapat pada
John et al. (1994). Untuk karakterisasi molekuler bakteri utama dilakukan
dengan

ektraksi

DNA menggunakan

metode freezing

and

thawing.

Selanjutnya digunakan PCR, elektroforesis, dan DNA sequencer untuk


mengidentifikasi DNA bakteri pada kromosom 16S.
Uji efek radiasi UV terhadap tingkat kelangsungan hidup isolat bakteri
dilakukan dengan menginokulasikan suspensi bakteri di bawah sinar UV

dengan pengadukan lemah menggunakan peralatan magnetic stirring,


menggunakan metode seri pengenceran kemudian sel hidup dihitung pada
cawan berisi NA. Uji efek fenol dan larutan CHG terhadap tingkat
kelangsungan isolate bakteri dilakukan dengan 2 jenis metode yaitu pertama
pengujian

jangka

pendek

(short

term

treatment

test)

dengan

menginokulasikan 107 sel bacteri ke dalam 5 ml disinfektan dengan


konsentrasi berbeda dan disimpan pada suhu 30 oC selama 30 menit. Sel
kemudian diambil dengan sentrifugasi dan dicuci dua kali menggunakan air
suling untuk menghilangkan sisa fenol dan CHG. Sel bakteri dihitung pada
medium NA menggunakan metode colony forming unit. Kedua pengujian
jangka panjang ko-kultur (long term co-culture test) yaitu menginkubasi sel
bakteri dalam medium cair dengan disinfektan selama 48 jam. Pertumbuhan
bakteri diukur menggunakan kolorimetri pada panjang gelombang 650 nm.
Hasil yang diperoleh untuk isolasi dan karakterisasi bakteri yaitu isolat
F01, F02, dan F04 berbentuk bulat dengan diameter sekitar 0.5 m
sedangkan isolat F03 dan F05 berbentuk batang. Isolate F05 memiliki
endospora dan flagella. Selain itu, kelima isolat merupakan bakteri Gram
positif dan tidak motil kecuali isolat F05. Berdasarkan analisis kromosom
parsial 16S diperoleh bahwa 3 isolat termasuk genus Staphylococcus.
Berdasarkan uji biokimia dan fisiologi diperoleh bahwa isolate F01 dan F04
mirip dengan S. saprophyticus dan S. cohnii subs urealyticus, isolat F02
mendekati S. warneri

atau S. pasteuri. Isolat F05 teridentifikasi sebagai

Bacilus fusiformis dan F03 merupakan Microbacterium oleivorans.

Hasil uji efek radiasi UV terhadap pertumbuhan isolat diperoleh isolat


F03 lebih resisten terhadap UV dibandingkan isolat galur lainnya. Setelah
disinari UV selama 3 menit sebanyak 7% suspensi masih dalam keadaan
hidup, sementara hanya sekitar 4% dari sel F05 bertahan hidup setelah
disinari selama 1 menit. Akan tetapi belum dapat dikatakan bahwa F05 lebih
sensitif dari galur lainnya karena uji diakukan saat endospora belum
terbentuk.
Hasil uji efek larutan fenol pada 5 isolat adalah F02 dan F01 kurang
sensitive sedangkan F03 sensitif pada perlakuan fenol. Isolat F05 sedikit
berbeda di mana lebih dari 60% sel dibunuh pada konsentrasi 0.1% selama
30 menit. Sedangkan 3.1% dan 0.25% sel hidup dengan perlakuan fenol 1%
dan 2% pada kondisi yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa endospora
telah terbentuk pada sebagian sel uji.
Hasil uji efek larutan CHG pada 5 isolat adalah isolat F04 dan F01
memiliki resistensi tinggi sedangkan isolat F02 dan F03 sensitif pada
disinfektan ini baik pada kedua uji. Isolat F05 menunjukkan resistensi tinggi
terhadap perlakuan 30 menit pada larutan CHG, namun mudah dihambat
pada uji ko-kultur.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bakteri yang
terdapat pada ruang bersih umumnya merupakan bakteri Gram positif,
menunjukkan resistensi tinggi terhadap disinfektan tertentu.

Ruang bersih (clean room) merupakan lingkungan yang secara khusus


digunakan manufaktur atau penelitian sains yang memiliki tingkat polutan
lingkungan yang rendah seperti debu, mikroba udara, partikel aerosol, dan
zat kimia. Jurnal Design and Development of Cost Effective Clean Rooms
For Pharmaceutical Units membahas tentang bagaimana perancangan
ruang steril dengan biaya yang lebih rendah dengan kualitas sterilisasi yang
sama.
Pada umumnya pada industri farmasi menggunakan double wall roof
mounted A.H.U sebagai sistem sterilisasi ruangan, sistem ini tediri dari
bagian kipas (blower section), bagian penyejuk udara (air conditioning
section), bagian penyaring udara (filter section), bagian fungsional lainnya
yaitu saluran keluar-masuk, penyetel sumber udara, dan penyetel kontrol
volume udara.
Sistem double wall roof mounted A.H.U memiliki kekurangan yaitu:
1. Kontaminasi silang udara
Dlaam industri farmasi, banyak obat diproduksi secara serentak di mana
obat ini mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda. Zat kimia dari
obat-obat ini dapat bereaksi satu sama lain sehingga aliran udara yang
disirkulasi ulang tidak dapat ditangani oleh single A.H.U
2. Saluran yang panjang
Merupakan perusak bagi ruang bersih (clean room) karena menyebabkan
hilangnya panas, hilangnya tekanan, dan kenaikan biaya. Selain itu, juga
menyebabkan sulitnya mengontrol tekanan udara pada bagian berbeda
dalam gedung. Peluang kontaminasi udara juga meningkat akibat
meningkatnya panjang saluran.
3. Biaya awal peralatan
Biaya awal untuk alat ini tinggi karena ukurannya, perpanjangan saluran
keluar-masuk udara, dan pelengkap lainnya yang dibutuhkan untuk
kontrol tekanan dan kontrol aliran udara dalam bagian berbeda dari
gedung.

4. Efisiensi beban yang rendah


Pada proses industri, tidak semua bagian bekerja secara bersamaan.
Ketika single A.H.U dengan kapasitas lebih tinggi dipasang pada gedung
industry, dapat meningkatkan biaya listrik.
Semua kekurangan di atas, menunjukkan bahwa double skin A.H.U
konvensional untuk industry farmasi skala kecil, khususnya unit pengemasan,
tidak dapat dijangkau karena biaya awal dan biaya operasional yang tinggi.
Sehingga penulis memberikan solusi biaya rendah yaitu fitting roof hanging
ductable split unit dengan beberapa modifikasi untuk menutupi kekurangan di
atas, dan hal tersebut berhasil diterapkan pada berbagai unit industri farmasi
dalam 4 sampai 5 tahun terakhir.
Ductable split air conditioners dapat diletakkan secara tergantung pada
langit-langit. Unit ini dapat juga diletakkan di atas langit-langit palsu atau di
atas lantai atau di sekitar lantai ruang bersih yang diinginkan. Dalam
penempatan unit ini, perawatan yang tepat harus dilakukan untuk saluran
udara, bagian penyaring udara, bagian sinar UV, dll.
Di bawah ini merupakan perbandingan biaya yang dibutuhkan untuk
double skin roof mounted A.H.U dan single skin ductable split AC units

Kesimpulannya bahwa karena banyaknya unit industry skala kecil


yang tutup karena ketidakmampuan dalam memenuhi teknologi ruang bersih
sehingga penulis mendesain ductable split units yang membutuhkan biaya
lebih rendah.

Jurnal Elements of Clean Room Technology and Contamination


Control membahas tentang persyaratan dan elemen yang terdapat dalam
ruang bersih (clean room) dan kontol kontaminasi ruang bersih (clean room).
Ruang bersih membutuhkan kondisi kerja yang baik bagi personalia
dan lingkungan bebas kontaminasi untuk proses produksi dan perakitan
tergantung pada sifat kontaminan yang harus dihilangkan. Desain ruang
bersih (clean room) harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Mencegah kontaminasi dari personalia yang masuk dan keluar, material,
proses produksi, dan sirkulasi udara.
2. Pengurangan perangkap, tepian, dan permukaan datar yang tidak perlu
(di mana kontaminan dapat terakumulasi) dan memastikan semua bagian
dalam ruangan dapat dibersihkan.
3. Memastikan pembersihan kontaminasi yang dihasilkan dalam ruang
bersih.
4. Ketentuan fasilitas untuk penyejuk udara dan penyaring udara
5. Ketentuan untuk pembersihan sumber udara berkelanjutan bahkan saat
pemadaman terencana maupun tidak terencana.
Unsur yang terdapat dalam ruang bersih atau clean room adalah
1. Penyaringan dan sirkulasi udara
Penyaringan udara merupakan hal penting dalam teknologi ruang bersih
saat ini. Tingkat kebersihan ruang bersih (clean room) diukur dengan
menentukan jumlah partikel pada ukuran yang ditentukan per kubik
udara, dan dinyatakan sebagai kelas dalam ruang bersih. Sistem
penyaringan udara yang efisien umumnya terdiri atas serangkaian
sumber penyaringan, yang akan menyaring partikel besar hingga
submikron. Sistem prefilter umumnya terdiri dari dua tahapan panel
berkapasitas tinggi, salah satunya berefisiensi 30% dan yang lainnya
memiliki efisiensi sebesar 80-86 percent untuk partikel 0.5 m. Tahapan
penyaringan akhir meliputi HEPA dengan laju penyaringan 99.97% pada
0.3 m atau ULPA dengan laju penyaringan 99.99% pada 0.3 m.

2. Kontrol kontaminasi zat kimia


Berbagai industry dan aplikasi komersial membutukhkan kontrol bau, gas
korosif, dan substansi kimia udara yang berbahaya. Sistem pembakaran
katalitik memiliki efektivitas tinggi dalam mengeliminasi emisi berbahaya
seperti gas dari cat, kabel listrik, dan karet hasil industri. Kegiatan yang
menghasilkan kotoran dan uap air tidak seharusnya dimasukkan ke
dalam ruang bersih seperti kegiatan solder, penggunaan atau proses
yang melibatkan reaksi kimia yang menghasilkan uap air. Ketika hal ini
tidak dapat dihindari dalam ruang bersih, maka instalasi yang tepat dari
saluran vakum atau pengaturan ekstraksi uap air harus terpenuhi.
Penting untuk mengetahui bahwa kompleks alami dari total sistem
penanganan udara untuk desain yang benar-benar baik untuk berkembang
sebagai sistem tidak hanya besar, tetapi mampu menangani lebih dari satu
juta kubik feet udara dalam satu jam, tetapi kontrol suhu dan kelembaban
dalam beberapa daerah, dan mempertahankan semua kecepatan pada
tingkat desain merupakan masalah teknis yang sulit. Sehingga sistem kipas
dengan pleno masuk dan keluar dan peredam harus dirancang, disusun, dan
diuji dengan baik.
Pemeliharaan dan perbaikan merupakan dua faktor operasional yang
biayanya dapat diminimalkan dengan desain awal yang baik dan tata letak
ventilasi dan fasilitas pembersihan udara. Dua elemen yang sangat
mempengaruhi biaya fungsi-fungsi ini adalah aksesibilitas komponen yang

membutuhkan uji periodik, dan perbaikan dan frekuensi penyaringan dan


penggantian penyerap. Penenmpatan penyaring, kipas, dan komponen
kontrol kontaminasi lainnya berperan besar dalam aksesibiiltas sistem untuk
pemeliharaan dan pengujian. Kegagalan dalam menyediakan ruang yang
cukup di sekitar gedung dan peralatan mekanik menyebabkan tingginya
biaya pemeliharaan dan pengujian, menghambat atensi dan kepedulian yang
teapt, dan menyebabkan kerugian.
Fasilitas ruang bersih harus diuji untuk memenuhi spesifikasi yang
relevan.

Pengujian

yang

ketat

dibutuhkan

untuk

memperoleh

dan

mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi untuk sebuah ruang bersih.


Verifikasi tingkat kebersihan udara dilakukan dengan mengukur konsentrasi
partikulat udara ekstra halus di bawah spesifikasi kondisi operasi.
Status sebuah ruang bersih atau daerah bersih selama proses
verifikasi atau pengujian seharusnya dilaporkan sebagai sedang dibangun,
tidak beroperasi, beroperasi, atau spesifikasi lainnya

dalam desain

spesifikasi. Pengukuran dan observasi faktor lingkungan yang berhubungan


dengan ruang bersih atau daerah bersih harus dilaporkan. Faktor ini meliputi
kecepatan udara, perubahan laju volume udara, ruang tekanan udara,
turbulensi udara, suhu udara, titik kelembaban, level kebisingan, dan vibrasi
ruangan. Transfer dan kehadiran peralatan dan aktivitas personalia juga
harus dipantau, dikontrol, dan dilaporkan.
Kesimpulan yang diperoleh dari jurnal ini adalah pengujian ketat untuk
ruang bersih, pengukuran kontrol suhu, kelembaban, pelepasan elektrostatik,
kebisingan, getaran dibutuhkan untuk produksi efisien dan berkualitas.
Seperti apapun desain sebuah ruang bersih, pemeliharaan dan pengujian
yang teratur terhadap fasilitas untuk mememuhi standard dan spesifikasi
relevan lainnya sangat penting. Desain awal dan tata letak ventilasi dan
fasilitas pembersihan udara yang baik dan seleksi yang tepat pada
komponen sistem berbagai ruang bersih dapat meminimalkan biaya
pemeliharaan dan pengujian.

Anda mungkin juga menyukai