ABSTRAK
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya
kecelakaan dalam suatu proses produksi. Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Rejowinangun
merupakan pabrik yang mengolah getah pinus menjadi produk berupa gondorukem dan terpentin
yang memiliki tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Pada penelitian ini, evaluasi keselamatan
dan kesehatan kerja dilakukan berdasakan keergonmisan fasilitas, ruang kerja, kondisi kerja
dan penerapan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) yang berpengaruh terhadap
pekerja. Hasil kajian menunjukkan bahwa perlu diadakan perbaikan pada area kerja di Pabrik
Gondorukem dan Terpentin (PGT) Rejowinangun ini untuk meningkatkan keselamatan
dan kesehatan kerja. Perilaku pekerja yang membahayakan seperti kesadaran memakai alat
pelindung diri yang kurang, kebersihan ruangan, serta manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja perusahaan juga perlu ditingkatkan.
Kata Kunci: ergonomi, gondorukem, keselamatan dan kesehatan kerja
ABSTRACT
Occupational health and safety is important to avoid accident in production process. Pabrik
Gondorukem and Terpentin (PGT) Rejowinangun is a factory that processes pine latex to produce
gondorukem and terpentin that have high levels of workplace accidents. In this study, occupational health
and safety evaluation performed by evaluate facility, workroom, working condition, and health and working
safety implement at sectioned production process corresponds to behaviour aspect and employ safety
default then give remedial recommendation proposal job on work area of that evaluation result. Study
result show that amelioration of working location in Pabrik Gondorukem and Terpentin is required to
improve occupational health and safety. Dangerous employee behavior such as the employee awareness to
wear safety equipment, cleanliness of the area and company safety and health management is need to be
improved.
Keywords: ergonomic, gondorukem, occupational health and safety
pengalaman di lapangan yang menunjukkan
bahwa pencapaian kinerja manajemen K-3
sangat tergantung kepada sejauh mana faktor
ergonomi telah diperhatikan oleh perusahaan
tersebut. Kenyataannya, kecelakaan kerja masih
saja terjadi di berbagai perusahaan yang secara
administratif telah lulus (comply) audit Sistem
Manajemen K-3/SMK3 (Yassierli, 2008).
Fokus dari ergonomi adalah manusia dan
interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas,
prosedur dan lingkungan dan pekerja serta
PENDAHULUAN
Ergonomi dan K-3 merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
mengarah kepada tujuan yang sama yaitu
peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality
of working life). Aspek ini memberikan rasa
aman yang dapat mempengaruhi rasa
kepercayaan dan rasa kepemilikan karyawan
kepada perusahaan, yang berujung kepada
motivasi
dalam
bekerja.
Berdasarkan
57
58
Analisa Data
Analisa data yang dilakukan adalah
analisa kondisi kerja, analisa ruang kerja,
analisa
penerapan
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja, dan analisa perilaku
pekerja. Pada tahap ini, dilakukan proses
penarikan kesimpulan dari semua tahapan
yang dilalui berupa wawancara kepada
setiap operator pada masing-masing
proses. Serta untuk menjawab tujuan dari
penelitian yang dilakukan berdasarkan
tahapan-tahapan yang dilalui untuk melihat
hasil dari ergonomic assessment area kerja
yang meliputi kondisi kerja, ruang kerja,
penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, dan perilaku pekerja. Serta dapat
dijadikan sebagai saran kepada perusahaan
dan juga untuk penelitian selanjutnya. Data
hasil wawancara disimpulkan berdasarkan
standar dari OHASS: 18001 (Occupational
Health and Safety Management Systems).
b. Penelitian Lapangan.
Pelaksanaan
penelitian
dilakukan
dengan kunjungan langsung melihat kondisi
riil pabrik untuk memperoleh data primer,
yaitu dengan wawancara dan observasi dengan
menggunakan form wawancara kepada
pekerja yang bertugas di bagian tersebut.
Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap Awal.
Pelaksanaan
penelitian
diawali
dengan pengamatan awal terhadap lokasi
tempat pekerja PGT yang alur produksinya
ditunjukkan pada Gambar 1, sehingga
diperoleh masukan data awal tentang
aspek ergonomi yang diterapkan dibagian
proses produksi gondorukem dan terpentin,
pengumpulan bahan-bahan literatur serta
penelitian-penelitian terdahulu, selanjutnya
mengadakan persiapan penelitian untuk
mendapatkan informasi yang lebih lanjut.
b. Tahap Komunikasi
Pada tahapan ini kegiatan yang
dilaksanakan
adalah:
1.
Melakukan
pendekatan dengan para pekerja PGT secara
langsung di sekitar pabrik. 2. Mendata
seluruh peralatan yang digunakan dan
kegiatan yang dilakukan para pekerja PGT
dibagian proses produksi.
c. Tahap Penelitian
Pada tahapan ini kegiatan yang
dilaksanakan adalah melakukan pengamatan
59
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang terdapat pada
proses produksi gondorukem dan terpentin
ini dibagi dalam 7 bagian proses, yaitu:
Tangki Penampung
Pada tahap ini dilakukan proses
penampungan larutan getah yang telah
diproses pada tahapan-tahapan sebelumnya
tadi. Penampungan ini dilakukan selama tiga
kali proses-proses sebelumnya tadi sebelum
dialirkan ke tangki pemasak.
Talang Getah
Pada tahap ini terdapat kegiatan
pengukuran jumlah getah yang akan diproses.
Tangki Melter
Pada tahap ini terdapat proses
pengenceran getah yang sebelumnya telah
ditentukan jumlahnya di talang getah.
Pengenceran ini dilakukan dengan cara
mencampur getah dan terpentin yang
diproses dalam tangki melter.
Tangki Pemasak
Pada tahapan ini terdapat proses
pemasakan larutan getah yang telah disimpan
dalam tangki penampung yang berisi larutan
getah sebanyak tiga kali ulangan tahapan
proses (pengenceran, pencampuran, dan
pencucian) tadi.
Tangki Mixer
Pada tahap ini terdapat proses
pencampuran larutan getah dengan asam
oksalat. Getah yang telah diproses di tangki
melter tadi dialirkan ke tangki mixer dan
Canning
Pada tahap ini terdapat proses
pengalengan gondorukem yang telah selesai
dimasak di tangki pemasak tadi.
60
Keterangan
Sudah ergonomis, semua SOP yang ditetapkan oleh
perusahaan yang ada dalam proses produksi telah
dijalankan para operator. Cara kerja operator juga sudah
menerapkan aspek ergonomis.
Proses kerja
Perilaku pekerja
61
07.00 15.00
II
15.00 23.00
III
23.00 07.00
Kategori
Penjelasan
Jarang (N)
Tidak
Biasa (L)
KadangKadang
(M)
Sering (H)
Rutin (E)
Kategori
Penjelasan
Selalu menjalankan
SOP
Rendah (L)
Sedang (M)
Tinggi (H)
Sangat
Tinggi (E)
62
2.
3.
Kategori
Penjelasan
Dapat
Diabaikan
(N)
Resiko
Rendah (L)
Resiko
Perbaiki dalam waktu
Sedang (M) 3 hari
Resiko
Tinggi (H)
Ekstrim (E)
4.
5.
Kategori
Dapat
Diabaikan
(N)
Resiko
Rendah (L)
Resiko
Sedang
(M)
Resiko
Tinggi (H)
Ekstrim
(E)
Penjelasan
Penerapan Sistem K3
Potensi
bahaya
(hazard)
adalah
problematika yang ada di perusahaan
karena merupakan sumber resiko yang
potensial mengakibatkan kerugian. Cara yang
dapat dilakukan untuk mengeliminirnya
adalah menerapkan program K3. Dengan
menggunakan pendekatan manajemen resiko
dan berdasar pada parameter banyaknya
kecelakaan terjadi hazard dapat dikategorikan
(Salim, 2003). Perencanaan untuk keselamatan
kerja juga perlu dilakukan dari awal dan kontrol
dilakukan dengan observasi selama penerapan
K3. (Saurin et al., 2003) Penerapan manajemen
K3 dalam Pabrik Gondorukem dan Terpentin
Tidak perlu
tindakan khusus
Perlu pengawasan
yang cukup
Perlu pengawasan
dan prosedur yang
mengikat
Ada keterlibatan
manajemen dalam
pengaturannya
Stop, perbaiki saat
itu juga
63
64