Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Dasar Tuberkulosis


1. Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru
a. Anatomi paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap
ke tengah rongga dada, bagian tengah terdapat tampuk paru-paru
atau hilus dan pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oleh pleura.
Pleura dibagi dua yaitu :
1) Pleura Visceral
yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
2) Pleura Parietal
yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antaras kedua pleura terdapat kavum pleura yang hampa udara
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat surfaktan yang berguna untuk meminyaki permukaan
pleura untuk mencegah gesekan antara dinding dada dan paruparu sewaktu bernafas.
Paru-paru terdiri dari sebagian besar alveoli. Pada alveoli
terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Paru-paru
dibagi dua bagian yaitu :
1) Paru-paru kanan
Terdiri dari tiga lobus yaitu lobus pulmo dextra
superior yang terdiri dari lima segmen, lobus media yang
terdiri dari dua segmen dan lobus inferior yang terdiri dari
tiga segmen.
2) Paru-paru kiri
Terdiri dari pulmo sinistra lobus superior yang
terdiri dari lima segmen dan lobus inferior yang terdiri dari
lima segmen. Tiap segmen terbagi menjadi belahan yang
disebut lobulus. Tiap lobus terdapat sebuah bronkiolus yang
bercabang disebut duktus alveolus yang berakhir pada
alveolus.

Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paruparu dalam menampung udara di dalamnya. Kapasitas paruparu dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi
paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya.
2) Kapasitas vital paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat
dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.
b. Fisiologi paru-paru
Fisiologi paru-paru

adalah pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida. Adapun fisiologi pernafasan yaitu :


1) Pernafasan paru-paru (eksterna)
Pernafasan eksterna merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi di paru-paru yaitu oksigen diambil
melalui mulut sampai ke alveoli yang berhubungan dengan
darah dalam kapiler pulmoner, alveoli memisahkan oksigen
dari darah, oksigen menembus membran diambil oleh sel darah
merah dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh. Di
dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan
menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan
melalui pipa bronkus berakhir di mulut dan hidung.
2) Pernafasan jaringan (interna)
Haemoglobin yang banyak mengandung oksigen mengitari
seluruh

tubuh

mengeluarkan

dan

akhirnya

oksigen

ke

mencapai

dalam

kapiler,

jaringan

darah

mengambil

karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru.


2. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobacterium Tuberculosis. Bakteri ini merupakan
bakteri basil yangsangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteriini lebih sering menginfeksi organ paru-paru di
bandingkan bagian tubuhlainnya (Yuliadi R, 2010).

3. Etiologi
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa.
Ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882. Hasil
penemuan ini diumumkan di Berlin pada tanggal 24 Maret 1882 dan
tanggal 24 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai hari tuberkulosis.
Karakteristik

kuman

Mycobacterium

Tuberculosa

adalah

mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk


batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri
dari lipoid (terutama asam mikolat). Dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga disebut basil
tahan asam (BTA), tahan terhadap zat kimia dan fisik, serta tahan
dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman (dapat tertidur lama)
dan aerob.
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100C selama 5-10
menit atau pada pemanasan 60C selama 30 menit, dan dengan alkohol
70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara,
di tempat yang lembab dan gelap bisa berbulan-bulan namun tidak
tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Data pada tahun 1993
melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari
kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam
(Widoyono, 2008).
4. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan terinfeksi.
Bakteri

dipindahkan

melalui

jalan

nafas

ke

alveoli

untuk

memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan


pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Pagosit menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis
basil dan jaringan normal sehingga mengakibatkan penumpukan
eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.

Masa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup


dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding
protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa yang
bagian sentralnya disebut kompleks Ghon.
Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa
seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi membentuk skar
kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa perkembangan penyakit
aktif karena gangguan atau respon inadekuat sistem imun maupun
karena infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman. Dalam kasus ini
tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki.
Bakteri kemudian menyebar di udara mengakibatkan penyebaran lebih
lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan
bronkopnemonia lebih lanjut (Price, 2006).
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pasien tuberkulosis paru menurut Depkes RI (2008),
adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.


Dahak bercampur darah.
Batuk berdarah.
Sesak napas.
Badan lemas.
Nafsu makan menurun.
Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.
Demam meriang lebih dari satu bulan.

6. Cara Penularan
Menurut Depkes RI (2012) cara penularan TB paru di antaranya :
1) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2) Pada waktu batuk dan beresin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali
batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak.
3) Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat
mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

4) Daya penularan seorang pasien di tentukan oleh banyaknya


kuman yang di keluarkan oleh parunya. Makin tinggi derajat
kepositifan hasil oleh dahak, makin menular pasien tersebut.
5) Faktor yang memungkinkan seorang tertular kuman TB di
tentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.
7. Cara Pencegahan
Menurut Depkes RI (2012) agar terhindar dari TB paru ada
beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya :
1) Membiasakan cara hidup sehat dengan makan makanan yang
bergizi, istirahat yang cukup, olah raga teratur, menghindari
rokok, alkhol, obat terlarang dan menghindari stress.
2) Bila batuk mulut ditutup.
3) Jangan meludah sembarang tempatLingkungan sehat.
4) Vaksinasi BCG pada bayi.
8. Komplikasi
Penderita TB paru antara lain :
1) Pendarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
2) Penyebaran infeksi ke organ lain
Misalnya : otak, jantung, persendian, ginjal (Corwin, 2011).

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
kedudukan klien dalam keluarga, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor rekam medik, alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama
Pada kasus tuberkulosis paru umumnya klien mengeluh
batuk terus menerus, nafsu makan kurang, sesak nafas,
demam/suhu tubuh meningkat, dan kehilangan berat badan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dikembangkan dari keluhan utama dengan memakai rumus
PQRST yaitu :
a. P : Paliatif
yaitu apa yang memperberat keluhan yang dialami klien ?
Pada umumnya klien dibawa ke rumah sakit karena adanya
sesak nafas, nyeri dada, demam, lemah dan penurunan berat
badan. Sesak nafas dapat sedikit diredakan dengan duduk semi
fowler.
b. Q : Quality
yaitu bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien
(panas, pedih)? Pada klien dengan tuberkulosis paru merasa
sakit/nyeri dada sewaktu bernafas dan batuk. Nyeri itu
bagaikan diiris-iris dan tajam, diperberat dengan batuk, dan
nafas yang dalam. Rasa nyeri ini diakibatkan gesekan pleura
yang meradang. (Price & Wilson, 1995, hal. 683).
c. R : Region, yaitu di manakah gangguan tersebut dirasakan ?
Apakah gangguan tersebut menyebar ke daerah lain ? Biasanya
nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah mencapai ke
pleura.
d. S : Scale
yaitu seberapa berat keluhan tersebut dirasakan ?
bagaimana keluhan tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi
dirinya ? Klien tuberkulosis paru adalah klien payah, sering
hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhannya harus ditolong di tempat tidur.
e. T : Time
yaitu berapa lama keluhan itu dirasakan ? Apakah ada
perbedaan intensitas keluhan misal : menghebat pada malam
hari ?
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Dikaji apakah sebelumnya pernah mengalami gangguan
seperti batuk-batuk, sesak nafas, pernah mengalami trauma /

pembedahan dada, penggunaan obat-obatan dan apakah pernah


dirawat di rumah sakit?. Pada kasus tuberkulosis paru banyak
faktor yang melatar belakangi terjadinya penyakit tersebut maka
perlu dikaji hal-hal sebagai berikut : perlu dikaji lingkungan klien
di rumah, apakah ada keluarga yang perokok, cukup ventilasi
rumah, adanya polusi berlebih. juga lingkungan kerja.
d. Riwayat Nutrisi
Perlu diketahui kebiasaan makan klien, baik menu dan
makanan kesukaannya, porsi makan, nafsu makan, diet, masalah
yang berhubungan dengan makan. Pada klien dengan gangguan
saluran pernafasan memiliki riwayat nutrisi yang kurang karena
tidak adekuatnya masukan nutrisi. Dengan demikian zat-zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi sehingga tubuh menjadi
lemah dan rentan terhadap penyakit.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi penyakit yang pernah/masih diderita anggota
keluarga, penyakit menular, keturunan, jika ada penyakit yang
diturunkan buat genogramnya.
3. Data Biologis
a. Aktivitas
1) Pola nutrisi :
kebiasaan makan sehari-hari, jam makan, frekuensi makan,
porsi dan jenis makanan yang disukai /tidak disukai, diet, alergi
terhadap makanan.
2) Cairan :
jenis minuman,

frekuensi,

kehilangan

cairan

yang

berlebihan : vomitus, drainage berlebihan. Asupan makanan :


minum, infus.
3) Pola eliminasi :
kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna, bau, konsistensi,
jumlah.
4) Pola istirahat tidur :
kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur, lama tidur, sering
bangun waktu tidur, masalah yang berhubungan dengan tidur.
5) Personal hygiene :

kebiasaan mandi, cuci rambut, ganti pakaian, gunting kuku,


gosok gigi.
4. Keadaan Umum
a. Penampilan Umum :
Klien dengan tuberkulosis paru biasanya tampak lemah.
b. Kesadaran :
Kualitas
: Comfosmentis
Kuantitas
: Sesuai GCS (EVM)
c. TTV :
TPRS
5. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik kepada klien untuk menentukan
masalah kesehatan, yang meliputi review of system yaitu :
a. Sistem Pernafasan
Pada kasus tuberkulosis paru pada umumnya terdapat
kesulitan bernafas yang ditandai dengan adanya pergerakan cuping
hidung, adanya sianosis, retraksi interkostal, penggunaan otot-otot
tambahan untuk bernafas, batuk bersputum, pada perkusi akan
didapatkan suara redup, pada auskultasi terdengar ronchi basah,
kering dan nyaring, bila infiltrat diliputi oleh penebalan pleura
suara nafas vesikuler akan lemah, pernafasan sesak (dispneu).
b. Sistem Kardiovaskular
Pada tuberkulosis paru terjadi sianosis pada wajah, leher,
dinding dada bagian bawah termasuk payudara. Sianosis pada
wajah, leher, dinding dada bagian bawah termasuk payudara
menunjukkan

adanya penyumbatan pada vena cava yang

menyebabkan darah kembali ke vena lainnya di bagian bawah


tubuh, vena pada dinding dada membesar. Juga terjadi takikardi.
Serta kaji tekanan darah /mmHg, nadi reguler/ireguler, palpitasi
atau tidak, konjungtiva pucat atau tidak, peningkatan vena jugularis
atau tidak.
c. Sistem Gastrointestinal
Pada sistem ini dapat ditemukan kemungkinan adanya
nafsu makan menurun, mual muntah, penurunan berat badan. Dan
juga perlu dikaji frekuensi bising usus berapa kali/menit, keadaan
mulut bersih atau tidak, BAB berapa kali/hari.
d. Sistem Muskuloskeletal

Kemungkinan dijumpai nyeri otot, otot lemah, kelelahan


atau keletihan, penurunan.
e. Sistem Neurosensoris
Pada gangguan sistem pernafasan kemungkinan mengeluh
pusing,

kesadaran

komposmentis,

kemungkinan

ditemukan

terjadinya penurunan kesadaran. Kaji adanya tremor, gangguan


bicara/tidak, penglihatan klien, nilai GCS (Glasgow Coma Scale ),
fungsi saraf cranial.
f. Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah
bening , apakah mempunyai penyakit diabetes.
6. Aspek Psiko, Sosial, Spiritual
a. Aspek Psikologis
Dampak psikologis dari klien mungkin dihadapkan rasa
nyeri, perubahan tingkah laku dan cemas akibat timbulnya sesak
nafas dan ketidaktahuan klien terhadap penyakitnya.
b. Aspek Sosial
Aspek sosial meliputi :
Pola interaksi.
Lingkungan rumah.
c. Aspek Spiritual
Aspek spiritual yaitu tentang keyakinan
ketuhanan

yang

dianut,

keyakinan

dan

nilai-nilai

harapan

akan

kesembuhan /kesehatannya.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Radiologi
Sputum
Untuk menemukan kuman BTA
Tes Tuberkulin
Yaitu untuk menentukan diagnosa tuberkulosis terutama pada
anak-anak, yang biasa digunakan adalah tes Mantoux.

8. Analisa Data
Data

Kemungkinan Penyebab

Masalah
Kesehatan

(1)
Data subjektif :

(2)
Peradangan paru

Klien mengeluh lemas

Klien mengeluh sesak

produksi mukus meningkat

nafas

nafas tidak
efektif

Data objektif :

penumpukan sekresi mukus pada jalan

Frekuensi nafas

nafas

>20x/mnt

Adanya ronchi,
meongi dan stridor.
Adanya sekret kental.

Data subjektif :

nafas tidak efektif

batuk-batuk
Mycobacterium tuberkulosis masuk ke

Klien mengeluh sesak

bronchus

Kerusakan
pertukaran gas

nafas
Klien mengeluh lemah
Data objektif :
Penurunan

saturasi

oksigen
Dispneu

saat

beraktivitas
Bernafas dengan bibir
dimonyongkan dengan
fase

(3)
Bersihan jalan

ekspirasi

yang

lama
Adanya sekret kental
Data subjektif :
Klien mengatakan
cepat kenyang kalau
makan
Klien mengatakan
tidak ada nafsu makan

Peradangan kronis

Lesi primer mengalami pengapuran


menjadi rongga-rongga serta jaringan
nekrotik

Elastisitas recoil paru menurun

Kolaps alveoli

Difusi O2 terganggu
Invasi mycobacterium TBC dalam tubuh

Ketidakseimb

angan nutrisi

meningkatkan aktivitas seluler

kurang dari

kebutuhan

peningkatan metabolisme berlebih

Klien mengeluh lemas


Data objektif :
Sering batuk

pemecahan lemak, protein, karbohidrat

BB menurun

Produksi sputum
kental
Berat badan di bawah
10-20% ideal.
Tonus otot jelek
Data subjektif :

Kurang informasi yang adekuat tentang

Klien mengatakan

penyakit

kurang memahami

tentang penyakitnya

Kurang
pengetahuan
mengenai

Kuman mycobacterium menyebar secara

kondisi dan

Klien mengatakan

droplet

pencegahan

informasi tentang

penyakitnya kurang
lengkap
Data objektif :
Klien bertanya tentang
penyakitnya
(1)
Klien batuk tanpa
menutup mulut
Data subjektif :
Klien mengeluh tidak
bisa mengeluarkan
sekret
Data objektif :
Malnutrisi
Kerusakan jaringan
/adanya infeksi
tambahan

penyakit

Klien batuk/bersin tanpa menutup mulut

risiko terjadinya penularan penyakit

(2)

kurang informasi mengenai proses


penyakit

Kuman dormant muncul lagi sebagai


infeksi

tuberkulosis post primer

invasi ke daerah parenkim paru

granuloma menyebar menghancurkan

(3)

Risiko tinggi
terjadinya
penyebaran/
aktivasi ulang

jaringan sekitar

kekambuhan penyakit
Kemungkinan masalah yang mungkin muncul pada klien
tuberkulosis paru menurut Doenges, dkk. (2000, hal. 240) yaitu :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Kerusakan pertukaran gas.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit
5) Risiko tinggi terjadinya penyebaran/aktivasi ulang.
9. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
klien tuberkulosis paru adalah :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
sekret.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi
paru.
3) Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan mual.


4) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit.
5) Risiko tinggi terjadi penyebaran/aktivasi ulang

penyakit

berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga dan klien


tentang pencegahan penyakit tuberkulosis paru.

10. Intervensi Keperawatan / Perencanaan Keperawatan


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
sekret yang kental.
Tujuan
Kriteria Hasil

: Bersihan jalan nafas menjadi efektif


: Frekuensi nafas normal, tidak ada suara

nafas tambahan, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan,


tidak terjadi dispnoe dan sianosis, tidak ada batuk.

Tabel 2.1
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

No.
1
1

Intervensi
2

Rasional
3

Mandiri
Kaji bunyi atau kedalaman

Penurunan bunyi nafas dapat

pernapasan dan gerakan dada.

menyebabkan atelektasis, ronchi dan


wheezing menunjukkan akumulasi
sekret.

Catat kemampuan mengeluarkan

Sputum berdarah kental atau cerah

mukosa/batuk efektif .

dapat diakibatkan oleh kerusakan paru

Berikan posisi fowler atau semi

atau luka bronchial.


Posisi membantu memaksimalkan

fowler tinggi.

ekspansi paru dan menurunkan upaya


pernafasan.

Bersihkan sekret dari mulut dan

Mencegah obstruksi/aspirasi.

trakea.
Pertahankan masuknya cairan.

Membantu pengenceran sekret.

sedikitnya sebanyak 250 ml/hari


2

kecuali kontraindikasi.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan

Mukolitik untuk menurunkan batuk,

indikasi mukolitik, ekspektoran,

ekspektoran untuk membantu

bronkodilator.

memobilisasi sekret, bronkodilator


menurunkan spasme bronkus dan
analgetik diberikan untuk menurunkan
ketidaknyamanan.

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan fungsi


paru.
Tujuan
Kriteria Hasil

: Pertukaran gas lancar


: Adanya perbaikan ventilasi dan oksigenase

jaringan yang adekuat, bebas dari segala distres pernafasan.


Tabel 2.2
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kerusakan Pertukaran Gas

No.
1
1

Intervensi
2

Rasional
3

Kaji dipsnea, takipenea, tak

TB paru menyebabkan efek luas pada

normal/menurunya bunyi napas,

paru dan bagian kecil

upaya pernafasan, terbatasnya

bronchopnemonia sampai inflamasi

ekspansi dinding dada, dan

difus lua, nekrosis, efusi pleura dan

kelemahan.

fibrosis luas.

Evaluasi perubahan tingkat

Akumulasi sekret dapat mengganggu

kesadaran. Catat sianosis dan

oksigenase organ vital dan jaringan

perubahan nada warna kulit,


mukosa dan kuku.
Dorong untuk bernafas melalui
bibir selama ekshalasi.

Membuat tahanan melawan udara luar.

Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan penurunan nafsu makan, mual dan muntah.


Tujuan
: Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat
badan lebih lanjut.
Tabel 2.3
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
No
1
1

Intervensi
2

Rasional
3

Pastikan pola diit biasa pasien, yang

Membantu dalam mengidentifikasi

disukai atau tidak disukai.


Awasi masukan dan pengeluaran dan

kebutuhan/kekuatan khusus.
Berguna dalam mengukur

berat badan secara periodik.

keefektifan nutrisi dan dukungan

Dorong makan sedikit dan sering

cairan .
Memaksimalkan masukan nutrisi

dengan makanan tinggi kalori dan

tanpa kelemahan yang tak

Mandiri

tinggi karbohidrat.

perlu/kebutuhan energi dari

Auskultasi bising usus,

makanan banyak dan menurunkan

palpasi/observasi abdomen.

iritasi gaster.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan penyakit


berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit.
Tabel 2.4
Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan Kondisi Penyakit
No
1

Intervensi

Rasional

Mandiri
Diskusikan aspek.
ketidakmampuan dari penyakit,

Informasi dapat meningkatkan koping


dan membantu menurunkan cemas

lamanya penyembuhan, harapan

dan masalah berlebihan.

kesembuhan.
Tekankan pentingnya melanjutkan

Batuk efektif memudahkan untuk

batuk efektif/latihan pernapasan.

pengeluaran sekret dengan baik dan


benar karena pasien berisiko untuk

Tekankan pentingnya melanjutkan

kambuh.

evaluasi medik.

Dapat mencegah kambuhnya


tuberkulosis paru dan komplikasi.

Risiko

tinggi

terjadi

penyebaran/aktivasi

ulang

penyakit

berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga dan klien tentang


pencegahan penyakit tuberkulosis paru.
Tabel 2.5
Perencanaan Diagnosa Keperawatan risiko Tinggi Penyebaran/Aktivasi Ulang
No
1

Intervensi

Rasional

Mandiri
Beri penjelasan kepada klien

Informasi dapat mengerti tentang

tentang proses penyakit

proses penyakit tuberkulosis paru.

tuberkulosis paru dan


penatalaksanaan yang benar.
Kolaborasi :

Dapat menjadi dorongan untuk

Berikan motivasi terhadap program

berobat secara teratur dan tuntas.

pengobatan yang teratur sampai


tuntas.

Dosis yang tepat akan mengefektifkan

Berikan penjelasan tentang dosis

kerja obat.

pemberian obat.

Anda mungkin juga menyukai