Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Hidrologi
2.1.1 Debit Andalan
Debit andalan merupakan debit dari suatu sumber air (mis: sungai)
yang diharapkan dapat disadap untuk keperluan irigasi (SPI KP 01:1986).
Misalnya ditetapkan debit andalan 80% berarti akan dihadapi resiko
adanya debit-debit yang lebih kecil dari debit andalan yaitu sebesar 20%
pengamatan (Soemarto, CD:1987). Dengan demikian diharapkan debit
tersebut cukup untuk keperluan penyediaan air.
Debit andalan pada tugas akhir ini dihitung berdasarkan data yang
tersedia ialah data debit sungai Bangsalsari dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2013. Data debit tersebut akan digunakan sebagai patokan
ketersediaan debit yang masuk ke jaringan irigasi Bago.
2.1.2 Analisa Klimatologi
Peristiwa evaporasi dan transpirasi yang terjadi bersama-sama
disebut evapotranspirasi (wiyono, Agung.2000).
sering
juga
disebut
sebagai
kebutuhan
Evaporasi potensial
konsumtif
tanaman
yang
mempunyai
peranan
penting
dalam
penentuan
karakteristik
Eto
ea-ed = perbedaan tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap air
nyata (mbar)
ed = ea x RH
ea = tekanan uap jenuh; RH = kelembaban relatif
Rn = radiasi penyinaran matahari dalam perbandingan penguapan
atau radiasi matahari bersih (mm hari)
Rn = Rns Rn1
Rns = harga netto gelombang pendek
Rn1 = harga netto gelombang panjang
Rns = Rs (1-)
Rs = radiasi gelombang pendek
= koefisian pemantulan (0,25)
Rs = (0,25 0,5 (n/N)) Ra
n/N = lama penyinaran matahari
Ra = radiasi extra terresial (berdasarkan lokasi stasiun pengamatan)
Rn1 = 2,01 x 109. T4 ( 0,34 0,44 ed 0,5 ) ( 0,1 + 0,9 n/N)
f (u) = fungsi pengaruh angin pada Eto (=0,27 x (1 U2/100)
dimana U2 merupakan kecepatan angin selama 24 jam dalam
km/hari ketinggian 2m.
air
akan
mengakibatkan
terjadinya
gangguan
aktifitas
hujan ini disebut hujan wilayah dan dinyatakan dalam mm. Curah
hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik hujan.
Salah satu cara perhitungan curah hujan rata-rata ini ialah
dengan menggunakan rumus cara rata-rata aljabar dengan
alasan bahwa cara ini lebih obyektif, karena metode rerata
aljabar cocok digunakan pada daerah dengan topografi yang
relatif rata (Soemarto, C.D. :1993). Adapun rumusan rata-rata
aljabar adalah sebagai berikut:
R = n Ri
Dimana :
R = curah hujan daerah (mm)
n = jumlah stasiun pengamatan
Ri = curah hujan tiap stasiun pengamat
Data hujan yang digunakan pada daerah irigasi Bago ini
dihimpun dari data di kantor Pengamat Pengairan di Kecamatan
Balung. Data yang diambil adalah data selama 10 tahun, yaitu
mulai tahun 2004 sampai dengan 2013.
b. Curah hujan efektif
Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh pada
suatu
daerah
dan
dapat
digunakan
tanaman
untuk
hujan
yang
turun
tersebut
tidak
semuanya
dapat
juga
dikarenakan
keterbatasan
dari
sumber
daya
Kc = koefisien tanaman
Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
tanam,
perencanaan
golongan
tanaman,
perkolasi,
koefisien
diberikan
untuk
menghubungkan
2) Efisiensi irigasi
Efisiensi merupakan persentase perbandingan antara jumlah
air yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan
jumlah air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan. Air yang
diambil dari sumber yang dialirkan ke areal irigasi tidak semuanya
dimanfaatkan
oleh
tanaman.
Dalam
praktek
irigasi
terjadi
kehilangan air. Agar air yang sampai pada tanaman tepat jumlahnya
seperti yang direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu
pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan. Biasanya efisiensi
irigasi
dipengaruhi
oleh
besarna
jumlah
air
yang
hilang
di
adalah
bentuk
standar
persamaan
simpleks