Anda di halaman 1dari 10

TEORI AKUNTANSI

Laporan Posisi Keuangan

Oleh :

Arief Pradhana Brilliano


1202120006
Anggi Khariza Putri
1202110041
Vera Emawati Sinaga
1202110116
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Telkom

BAB 13
LAPORAN POSISI KEUANGAN

1. Aktiva dan Kewajiban


Jika teori akuntansi harus memberikan pedoman-pedoman yang tepat untuk
mengembangkan pemikiran akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi, ada banyak sekali
manfaat dalam definisi eksplisit aktiva dan kewajiban, serta dalam analisis sifat dasar aktiva
dan kewajiban. Beberapa upaya telah dilakukan untuk menangani permasalahannya dengan
cara ini. Yang paling akhir, FASB mendefinisikan aktiva dalam SFAC 6 sebagai:
kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh satuan
usaha tertentu sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
FASB mendefinisikan kewajiban dalam pernyataan yang sama dengan gaya yang paralel:
kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan, yang timbul dari kewajiban
satuan usaha pada saat ini untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada satuansatuan usaha lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
a. Definisi Canning
Profesor John Canning dari Stanford adalah seorang yang pertama-tama mencoba
merumuskan definisi yang komprehensif untuk elemen-elemen neraca. Beliau mendefinisikan
aktiva sebagai:
setiap manfaat masa depan dalam bentuk uang atau setiap manfaat masa depan yang bisa
dikonversikan menjadi uang. Hak atas manfaat itu secara legal atau karena keadilan dijamin
bagi orang atau sekelompok orang tertentu. Manfaat seperti itu merupakan aktiva hanya bagi
orang atau sekelompok orang itu.
Ia mendefinisikan kewajiban sebagai:
suatu manfaat, yang bisa dinilai dengan uang, yang secara legal (atau karena keadilan)
harus diserahkan oleh pemilik [pemegang aktiva] kepada orang (atau sekelompok orang)
kedua.
Kebaikan kedua definisi ini adalah bahwa keduanya memungkinkan penafsiran semantis,
yaitu, seseorang yang berakal sehat dapat memutuskan apakah suatu pos itu aktiva atau
kewajiban dengan menelaah karakter ekonomis dan legalnya.

APB Statement No. 4


Dalam tahun-tahun antara masa Canning dan FASB, yang banyak ditekankan adalah
penentuan penghasilan. Akibatnya, banyak dari pembahasan-pembahasan aktiva selanjutnya
menekankan sifat aktiva sebagai biaya yang belum dialokasikan atau sebagai jumlah yang
harus dibawa ke periode-periode masa depan (carried Froward), berarti, pembahasan itu
memberikan definisi yang berhubungan dengan pendekatan pendapatan-beban.
Definisi SFAC secara efektif menolak beban-beban yang ditangguhkan ini. Dengan nada
yang sama, APB Statement No. 4 mendefinisikan kewajiban (liabilities) sebagai:
kewajiban (obligation) ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur suai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Alasan dibalik definisi kewajiban yang ada pada hakikatnya bersifat sintaksis ini adalah
bahwa, dalam model akuntansi tradisional, kredit cenderung mengikuti debet. Pelaporan suatu
kewajiban tergantung pada penting tidaknya mengakui sisi lain transaksi atau peristiwa ituakrual suatu beban, pengakuan kerugian, atau diterimanya aktiva tertentu oleh perusahaan.
Jika perusahaan menerima jasa dan menggunakannya dalam operasi berjalan, akrual
kewajiban diperlukan untuk menyertakan beban itu dalam penentuan laba bersih. Bila aktiva
tertentu diterima oleh perusahaan dan dicatat, suatu kewajiban terkait juga harus dicatat untuk
menyajikan laporan posisi keuangan yang seimbang.
Akibat dari pendekatan ini adalah bahwa berbagai jenis kredit yang ditangguhkan
menemukan jalan untuk masuk ke dam neraca. Salah satu contohnya adalah swa-asuransi
(self-insurance). Sisi kredit dalam ayat jurnal untuk beban garansi adalah Estimasi
Kewajiban Garansi; sisi kredit untuk beban asuransi dapat diberi judul yang mirip Estimasi
Kewajiban Asuransi. Garansi dibayarkan pada seseorang di luar perusahaan; swa-asuransi
semata-mata merekompensasi diri sendiri. Dengan kata lain sewa-asuransi atas properti milik
sendiri bukan merupakan kewajiban suatu satuan usaha untuk menyerahkan sumberdaya
kepada satuan usaha lainnya.
b. Accounting Terminology Bulletin
Dalam ATB 1, yang muncul dalam tahun 1993, aktiva pada hakikatnya didefinisikan
sebagai saldo debet yang dibawa ke periode selanjutnya saat penutupan pembukuan sementara
kewajiban didefinisikan sebagai saldo kredit yang dibawa ke periode selanjutnya-kecuali
saldo-saldo kredit yang menunjukkan ekuitas pemilik. Definisi APB jauh lebih banyak
menekankan pada interpretabilitas sementara definisi FASB bersifat pragmatis.

c. Tiga Sifat Dasar Aktiva


Menurut FASB, suatu aktiva mempunyai tiga karakteristik dasar:
1. Aktiva menyimpan kemungkinan manfaat masa depan yang menyangkut kapasitas,
secara sendiri-sendiri atau dalam kombinasi dengan aktiva lain, untuk secara langsung
atau tidak langsung memberi sumbangan pada arus masuk kas bersih di masa depan.
2. Satuan usaha tertentu dapat memperoleh manfaat itu dan mengendalikan akses pihak lain
pada aktiva itu.
3. Transaksi atau peristiwa lain yang menimbulkan hak atau kendali satuan usaha atas
manfaat tersebut udang terjadi.
Kemungkinan Manfaat Masa Depan.
Harus ada hak yang spesifik atas manfaat atau potensi jasa di masa depan. Hak dan jasa
yang sudah kadaluwarsa tidak dapat dimasukkan. Misalnya, jika sebuah bangunan sudah
kehilangan nilai manfaatnya, satu-satunya nilai bagi bangunan itu adalah nilai sisa bahanbahannya, bangunan itu tidak memiliki nilai dan tidak boleh muncul sebagai aktiva. Ketidakpastian memang mempengaruhi penilaian, tetapi ketidakpastian akan mengubah sifat pos itu
hanya jika ketidak-pastian itu begitu besarnya hingga manfaat masa depan yang diharapkan
bernilai nol atau negatif.
Kendali.
Hak harus diperoleh oleh individu atau perusahaan tertentu. Hak untuk berkendara di
jalan umum tidak menghasilkan suatu aktiva. Hak itu harus memungkinkan tidak
diikutkannya pihak-pihak lain, walaupun dalam beberapa kasus hak itu bisa dibagi dengan
perusahaan-perusahaan atau individu tertentu.
Profesor Raymond Chambers dari Australia, juga mendefinisikan aktiva sebagai
kekayaan atau Mans di bawah kendali suatu satuan usaha. Agar cocok dengan skema
pengukurannya, beliau lebih jauh menekankan sifat dapat dilepaskannya sehingga dapat
dipertukarkan dan karenanya mempunyai nilai tukar.
Harus ada klaim yang secara legal bisa dipaksakan atas hak atau jasa itu, atau bukti
lainnya, bahwa manfaat masa depan itu memang kemungkinan besar akan diterima. Manfaat
yang bisa ditarik bahwa perusahaan harus memegang hak milik formal menurut hukum atau
bahkan suatu kontrak yang formal.
Transaksi dan Peristiwa lain.
Manfaat ekonomi itu haruslah merupakan hasil dari transaksi atau peristiwa yang terjadi
di masa lalu. Aktiva tidak boleh mencakup manfaat yang akan timbul di masa depan tetapi
saat ini belum ada atau tidak berada dalam kendali satuan usaha. Kuncinya di sini adalah
apakah peristiwa itu menurut akuntan memadai. Misalnya, begitu suatu perusahaan

menandatangani kontrak, perusahaan itu menciptakan suatu kemungkinan manfaat ekonomi


masa depan yang berada dalam kendalinya.
Ikhtisar.
Penulis percaya bahwa aktiva harus didefinisikan sebagai potensi jasa atau hak atas
manfaat prospektif yang berada di bawah kendali suatu organisasi. Definisi ini tidak
menyinggung perlunya suatu transaksi yang mendahului dengan alasan bahwa syarat ini sudah
digunakan untuk mengeluarkan sumber daya yang seharusnya dilaporkan untuk mendapatkan
interpretasi yang tepat mengenai posisi suatu perusahaan atau organisasi. Pendekatan definisi
ini sengaja bersifat mencakup semua (alk-inclusive) dan memungkinkan masalah pengukuran
diperlakukan secara terpisah. Terakhir, kita harus memperhatikan bahwa semua aktiva pada
dasarnya identik, bagaimanapun klasifikasi konvensionalnya.
d.

Tiga Sifat Dasar Kewajiban

Menurut FASB, suatu kewajiban memiliki tiga karakteristik esensial berikut ini:
1.

2.

3.

Kewajiban mengandung tugas atau tanggung jawab saat ini bagi satu atau lebih satuan
usaha, yang memerlukan penyelesaian berupa kemungkinan penyerahan atau penggunaan
aktiva di masa depan pada tanggal tertentu atau yang dapat ditentukan, bila terjadi suatu
peristiwa tertentu, atau berdasarkan permintaan.
Tugas atau tanggung jawab itu menimbulkan kewajiban bagi satuan usaha tertentu,
dengan tidak atau sedikit menyisakan kebebasan untuk menghindari pengorbanan masa
depan.
Transaksi atau peristiwa lain yang menimbulkan kewajiban satuan usaha itu sudah
terjadi.

Kewajiban Saat ini.


Yang pertama dari ketiga karakteristik esensial di atas benar-benar suatu amalgam yang
kompleks dari beberapa syarat yang berlainan. Syarat pertama adalah bahwa suatu kewajiban
haruslah merupakan kewajiban saat ini 9present obligation). Syarat kedua adalah bahwa
kewajiban itu timbul antar satuan usaha. Hal ini, seperti yang kita bahas sebelumnya,
mengeluarkan swa-asuransi untuk properti milik sendiri. Syarat ketiga adalah bahwa harus ada
saat atau peristiwa di mana kewajiban itu akan diselesaikan.
Syarat-syarat ini juga tidak membatasi kewajiban pada satu individu saja. Mungkin saja
satu transaksi menimbulkan kewajiban bagi lebih dari satu pihak, seperti dalam kasus garansi.
Kewajiban legal, Karena Keadilan, atau Konstruktif (legal, Equitable, bor Constructive
Obligations).
Karakteristik esensial kewajiban yang kedua adalah bahwa kewajiban itu tidak atau
sedikit menyisakan kebebasan bagi pengutang untuk menyelesaikan utangnya. Kewajiban
karena keadilan kadang-kadang disebut sebagai kewajiban moral. Kewajiban ini timbul dari
pembtasan etika atau moral, dan bukan pembatasan legal.
4

Posisi yang tersempit bahwa hanya kewajiban legal atau utang (debt) yang harus
dimasukkan sebagai kewajiban akuntansi.
Transaksi dan Peristiwa Lain.
Karakteristik esensial kewajiban yang ketiga, menurut FASB, adalah bahwa kewajiban
itu harus didahului oleh suatu transaksi atau peristiwa lain. Suatu peristiwa didefinisikan
sebagai terjadinya konsekuensi bagi satuan usaha. Suatu transaksi didefinisikan sebagai
jenis peristiwa tertentu, yaitu, peristiwa eksternal yang menyangkut penyerahan sesuatu yang
bernilai (manfaat ekonomi masa depan) antara dua (atau lebih) satuan usaha. Jika kewajiban
dibatasi pada situasi di mana ada transaksi yang mendahului, berarti kita kembali ke masa di
saat kredit mengikuti debet. Sebaliknya, penambahan istilah peristiwa lain pada syarat ini
sangat melonggarkan definisi ini.
Ikhtisar.
Singkatnya, dari sudut pandang interpretif, kewajiban dapat didefinisikan sebagai
kewajiban atau tugas badan usaha untuk memberikan uang, barang, atau jasa kepada
seseorang, perusahaan, atau organisasi lain pada saat tertentu di masa depan. Seperti definisi
aktiva, dan dengan alasan yang sama, definisi ini tidak menyinggung kebutuhan akan
transaksi yang mendahului.
2. Pengakuan
Bila suatu sumberdaya atau suatu kewajiban muncul di dalam laporan posisi keuangan,
sumberdaya atau kewajiban itu disebut diakui. Banyak yang berpendapat bahwa hanya sedikit
perbedaan antara mengakui suatu sumberdaya atau kewajiban dan mengungkapkannya dalam
catatan kaki. Mereka menyatakan bahwa sepanjang peristiwa-peristiwa yang terkait sudah
diungkapkan, para pemakai dapat menafsirkan dan memperhitungkan peristiwa-peristiwa itu
dalam model-model prediksi mereka.
Kewajiban Kotinjen
SFAS 5 menyatakan bahwa kontinjensi kerugian semacam itu harus diakui sebagai kewajiban
jika:
a. Memenuhi definisi kewajiban.
b. Probabilitas terjadinya peristiwa masa depan itu relatif tinggi.
c. Kerugian kontinen dapat destinasi secara wajar.
Kewajiban dalam garansi merupakan contoh kewajiban kontinen karena suatu peristiwa,
kegagalan produk, belum terjadi. Kewajiban ini diakui karena probabilitas bahwa pembayaran
tertentu harus dilakukan adalah tinggi, walaupun jumlah totalnya harus destimasi.
3. Klasifikasi

Klasifikasi diperlukan dalam penelitian dan mengkomunikasikan informasi yang relevan


dalam semua ilmu fisika dan sosial. Demikian pula dalam akuntansi. Pengklasifikasian
sumberdaya dan komitmen suatu perusahaan ke dalam kategori-kategori yang tepat diperlukan
untuk menyajikan ikhtisar informasi yang bisa ditafsirkan dan dianalisi oleh para investor.
Jika data yang belum diklasifikasikan disajikan kepada mereka yang memiliki kepentingan
dalam perusahaan, mereka terpaksa harus membuat ikhtisar mereka sendiri; otak hanya bisa
menangani sejumlah tertentu data pada satu saat.
a.

Tujuan Klasifikasi

Para pembaca laporan-laporan eksternal mempunyai tujuan yang berbeda dan latar
belakang yang berbeda sehubungan dengan pengetahuan mereka tentang perusahaan tersebut.
Ikhtisar dan klasifikasi biasanya menghilangkan sebagian informasi dan hubungan yang
mungkin bernilai bagi pembaca atau kelompok pembaca tertentu. Dengan demikian,
klasifikasi neraca harus diupayakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Di antara sekian
banyak tujuan yang diidentifikasi oleh para ahli teori akuntansi, dapat kita temukan yang
berikut ini:
1.
2.
3.
4.

Penyajian solvabilitas kepada kreditor.


Deskripsi operasi badan usaha.
Penjelasan tentang proses akuntansi.
Menyoroti metode-metode penilaian.

Penyajian Likuiditas Kepada Kreditor.


Tujuan terawal klasifikasi neraca adalah menyajikan kepada kreditor informasi yang
memperlihatkan solvabilitas perusahaan yaitu kemungkinan memperoleh pelunasan
seandainya perusahaan dilikuidasi.
Penentuan urutan (ordering) neraca menurut likuiditas menimbulkan pembedaan yang
semakin nyata antara elemen-elemen lancar dan tak lancar serta membawa pada konsep
modal kerja sebagai selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar.
Sekarang ini, tujuan-tujuan pelaporan keuangan sudah jauh lebih meluas, dan laporan
posisi keuangan hanyalah salah satu dari beberapa laporan keuangan.

Deskripsi Operasi Badan Usaha.


Sudah lama diakui bahwa neraca harus memberikan informasi tentang operasi dan juga
informasi tentang likuiditas. Klasifikasi lancar sebagai suatu deskripsi operasi juga sudah
lama ditetapkan dalam akuntansi dana pemerintah. Profesor William Vatter dari Berkeley
6

menyatakan bahwa klasifikasi lancar ini juga sangat tepat dalam penerapan teori dana pada
akuntansi keuangan umum.
Penjelasan tentang Proses Akuntansi
Klasifikasi akuntansi seringkali ditetapkan karena memudahkan proses pembukuan.
Klasifikasi beban yang ditangguhkan misalnya sering digunakan sebagai tempat istirahat bagi
debet-debet yang belum dialokasikan. Pengklasifikasian menurut proses akuntansi tidak
mesti sepenuhnya tidak relevan bagi para pembaca laporan keuangan yang diterbitkan.
Pengklasifikasian ini mungkin berarti untuk melakukan pembedaan antara pos-pos yang
secara langsung atau tidak langsung akan menghasilkan arus kas.
Menyoroti Metode-metode Penilaian
Pernah disarankan bahwa aktiva harus diklasifikasikan menurut dasar-dasar penilaiannya,
yaitu aktiva yang dinilai menurut biaya kini akan dipisahkan dari aktiva yang dinilai dengan
dasar biaya historis. Dari sudut pandang teoritis, suatu prosedur yang eklektik tidak mesti
tidak dapat disetujui, karena konsep penilaian yang dipilih akan tergantung pada bukti yang
tersedia, derajat ketidakpastian dalam setiap kasus, dan upaya untuk mendekati konsep
penghasilan yang relevan.
Mendalami Pemikiran Manajemen
Tujuan yang mungkin lainnya dalam pengklasifikasian aktiva dan kewajiban adalah
untuk member pemakai suatu pengertian tentang niat-niat manajemen sehubungan dengan
apakah akan mengikatkan kembali dana untuk digunakan dalam operasi. Aktiva lancar secara
keseluruahan mungkin sama permanennya dengan investasi dalam aktiva tak lancar, tetapi
kesempatan untuk menginvestasikan kembali kedalam operasi berjalan terjadi dalam siklus
operasi bisnis tersebut.
Prediksi Arus Kas
Seperti yang ditunjukkan dalam bab sebelumnya, penyajian informasi yang
memungkinkan prediksi arus kas masa depan perusahaan haruslah menjadi salah satu tujuan
laporan keuangan. Pengklasifikasian sumber daya dan komitmen saja tidak memungkinkan
dilakukannya prediksi arus kas masa depan, tetapi suatu klasifikasi mungkin relevan bila
dikaitkan dengan informasi arus kas historis atau yang dianggarkan. Klasifikasi semacam itu
seharusnya memberikan informasi mengenai saat yang mungkin untruk terjadinya konversi
sumberdaya menjadi kas, atau ketersediaan sumberday untuk konversi, serta saat pembayaran
kewajiban.
Operasi dan Siklus Operasi

Sebagai alat untuk menggambarkan operasi-operasi perusahaan, lasifikasi lancar-tak


lancar ini kurang baik. Akiva-aktiva seperti piutang bunga tidak timbul dari jenis operasi
yang sama seperti piutang usaha dan persediaan, tetapi semua pos itudikelompokan bersama
sebagai aktiva lancar. Pengklasifikasian lancar-tak lancar juga dikritik karena asumsinya
bahwa pos-pos modal kerja erat berkaitan dengan operasi berjalan, dan bahwa aktiva dan
kewajiban jangka panjang dikaitkan dengan fungsi perencanaan jangka panjang organisasi.
Siklus Operasi
Kesulitan ini dilipatgandakan dengan cara konsep siklus operasi diterapkan dalam
praktik. Umumnya,jika siklus itu kurang dari satu tahun, aturan satu tahun tetap berlaku.
Hasilnya adalah bahwa klasifikasi aktiva lancar tidak mengungkapkan secarakonsisten
frekuensi sirkulasi suatu aktiva.
Modal Kerja Bersifat Statis
Penyajian modal kerja biasanya memberikan informasi yang sah kepada para pemberi
kredit jangka pendek karena penyajian itu menunjukkan derajat proteksi atau jumlah
penyangga yang dimiliki oleh kreditor jangka panjang dan pemegang saham. Akan tetapi
baik jumlah modal kerja atau rasio modal kerja tidak mesti merupakan indikasi yang baik
mengenai kemampuanperusahaan untuk membayar kewajiban lancar saat jatuh tempo. Hal
ini karenamodal adlah konsep yang statis, dan kemampuan membayar utang bersifat dinamis.
Ketiadaan Relevansi
Pengkalsifikasian aktiva dan kewajiban menjadi lancar dan tidak lancar sebagai metode
untuk menyajikan solvabilitas perusahaan sekarang ini kurang penting dibandingkan
sebelumnya, karena beberapa alasan:
1. Laporan-laporan lain, terutama laporan laba rugi dan laporan arus kas, dapat memberikan
informasi yang lebih baik mengenai perkiraan solvabilitas.
2. Laporan keuangan eksternal lebih banyak digunakan oleh investor dan keloompokkelompok lain daripada oleh kreditor.
3. Perseroan biasanya dianggap lebih permanen sifatnya dan lebih satabil daripada sebagian
besar perusahaan abad ke-19.
4. Luasnya penggunaan beberapa prosedur penilaian, seperti LIFO, membuat rasio modal
kerja kurang berarti dibandingkan sebelumnya.
5. Permintaan kreditor dan pihak lain akan rasio modal kerja yang menguntungkanmemaksa
manajemen untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu.
6. Badan usaha menjadi sangat kompleks, sehingga tidak ada rasio modal kerja yang bias
dianggap perlu untuk mencapai solvabiliatas yang memadai.
7. Semakin banyaknya perusahaan yang memasuki industry jasa membuat sovabiliats tidak
begitu tergantung pada sumberdaya yang diklasifikasikan sebagai lancar.

Alternatif-alternatif
Karena adanya kesulitan-kesulitan sehubungan dengan penafsiran siklus operasi, sudah
pernah disarankan agar neraca diklasifikasikan berdasarkan metode penilaian. Alternative
lain yang pernah diajukan adalah :
1. Menyajikan suatu klasifikasi kewajiban yang didasarkan pada jenis sumber kredit yang
tersedia bagi perusahaan.
2. Mengungkapkan informasi pelengkap mengenai jumlah dan saat penerimaan kas dan
pengeluaran kas yang diharapkan, yang berkaitan dengan aktiva dan kewajiban tertentu.
b. Saling Mengurangkan (Offsetting) Kewajiban dan Aktiva
Sebaga prinsip umum, aktiva dan kewajiban tidak boleh saling dikurangkan kecuali bila
da hak spesifik untuk saling mengurangkan. Ada dua pengecualian utama dari prinsip umum
ini, keduanya disetujui oleh FASB. Yang pertama berkaitan dengan pension, dimana
perusahaan mempunyai hak untuk saling mengurangkan kewajiban pension dengan dana
pension, sehingga menyisakan kewajiban pension bersih. Yang kedua, berkaitan dengan
penggunaan metode ekuitas dalam mempertanggungjawabkan investasi induk perusahaan
dalam anak perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai