BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.
Konsep Nifas
Berat Uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
10
11
12
suhu sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum,
dengan mengecualikan hari pertama (Wiknjosastro, 2007 : 689).
2. Tanda dan gejala.
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna
kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas
dapat berbentuk:
a. Infeksi lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,
pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilitas terbatas karena rasa nyeri,
temperature badan dapat meningkat.
b. Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah menurun
dan nadi meningkat, pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak,
kesadaran gelisah sampai sampai menurun dan koma, terjadi gangguan
involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor (Ambarwati, 2008:
124).
3. Cara terjadinya infeksi
a. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau periksa dalam yang
berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada kedalam rongga
Rahim.
b. Alat-alat yang tidak suci hama.
c. Infeksi doplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi, kontaminasi
yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong.
13
14
2.3.2 Mastitis.
Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat terjadi pada setiap wanita,
Mastitis semata-mata merupakan komplikasi pada wanita menyusuio. Mastitis
harus dibedakan dari peningkatan suhu transien dan nyeri payudara akibat
pembesaran awal karena air susu masuk kedalam payudara Mastitis terjadi akibat
invasi jaringan payudara (mis: glandular, jaringan ikat, areolar, lemak) oleh
organisme infeksius atau adanya cedera payudara. Organisme yang umum
termasuk S. aureus, streptococci, dan H. Parainfluenzae. Cedera payudara
mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara,
stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya atau fisura putting susu bakteri
dapat berasal dari berbagai sumber: tangan ibu, tangan orang yang merawat ibu
atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah sirkulasi, stress dan keletihan (Varney,
2008 : 1006).
Mastitis dapat terjadi pada setiap wanita, mastitis semata-mata merupakan
komplikasi pada wanita menyusui. Tanda dan gejala aktual mastitis meliputi
peningkatan suhu yang cepat dari 39,50C s/d 400C, peningkatan kecepatan nadi,
menggigil, malaise umum, sakit kepala, nyeri hebat, bengkak, perubahan warna
mamae area payudara keras (Varney, 2008 : 1007).
2.3.3 Hemoragi pascapartum lambat
Perdarahan nifas dinamakan sekunder (hemoragi pascapartum lambat) bila
terjadi 24 jam atau lebih sesudah persalinan, perdarahan ini bisa timbul pada
minggu kedua nifas. Perdarahan sekunder ini ditemukan kurang dari 1% dari
semua persalinan. Sebab-sebabnya ialah sub involusi, kelainan kongenital uterus,
15
16
lochea lebih lama, diikuti dengan leukoria dan perdarahan banyak yang tidak
teratur. Sub involusi awal pada masa purpurium menunjukkan uterus lunak, tidak
bergerak, tidak berkurang ukurannya dan tinggi fundus uteri tidak berubah, tidak
menurun, lochea banyak dan berwarna merah terang sampai coklat kemerahan
(Varney, 2007 : 1009).
2.3.5 Tromboflebitis dan emboli paru.
Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita
varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding
vena dan statis vena. Kehamilan menyebabkan statis vena dengan sifat relaksasi
dinding vena akibat efek progesterom dan tekanan pada vena uterus. Kehamilan
juga merupakan status hiperkoagulabel. Kompresi vena selama posisi persalinan
atau peralihan juga dapat berperan terhadap masalah ini. Tromboflebitis
digambarkan sebagai superfisial atau bergantung pada vena apa yang terkena.
Tromboflebitis superfisial ditandai dengan nyeri tungkai, hangat terlokalisasi,
nyeri tekan, atau inflamasi pada sisi tersebut, dan palpasi adanya simpulan atau
teraba pembuluh darah. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan tanda dan
gejala berikut:
1. Kemungkinan peningkatan suhu ringan.
2. Takikardia ringan.
3. Awitan tiba-tiba nyeri, sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan
atau saat berdiri.
4. Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha.
5. Tanda Homan positif.
17
sekali
terjadi
pada
tromboflebitis
vena
profunda
dan
kecil
18
dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang
dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah
suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan
terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan
sedikit saja perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya. Pada 1 12 minggu
setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap
normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin
baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada
keadaan normal.
2. Depresi Pada Masa Nifas
Identifikasi depresi postpartum adalah tanggung jawab bidan dan ahli klinis
lain menemui wanita sepanjang tahun pasca partum pertama. Seperti halnya
proses pada penyakit lain, yang mungkin segan untuk dibicarakan oleh
wanita mendengar aktif dan penerimaan terhadap penjelasan wanita
mengenai pengalamannya adalah kunci untuk menggali ketakutan dan
kekhawatirannya. Beck menyebutkan prase pencuri yang mencuri
keibuannya untuk menggambarkan efek depresi pascapartum pada
kehidupan wanita. Nyatanya, setengah dari semua wanita yang mengalami
depresi pascapartum tidak mencari bantuan atau tidak didiagnosis dengan
penyakit umum ini (Varney, 2008: 1009)
Berbeda dengan baby blues, yang ringan dan sementara, depresi postpartum
sejati dapat terjadi pada setiap titik dalam bulan pertama pascapartum dan
19
20
i. Maternity blues.
j. Harga diri.
k. Status sosioekonomi.
l. Status perkawinan.
m. Kehamilan tidak diinginkan/tidak direncanakan.
2.4 Perawatan Ibu Nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan masa
nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada
perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan
perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada
sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya perdarahan post partum. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
perawatan masa nifas :
2.4.1. Ambulasi Dini
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk
selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam post Partum. Keuntungan early ambulation
adalah : Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat, Faal usus dan
21
kandung kencing lebih baik, Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu
untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dll selama ibu masih
dalam perawatan.
Kontra indikasi : Klien dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung,
penyakit paru dll.(Ambarwati, 2008 : 105)
2.4.2. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang
mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran
karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi. (Mansjoer, 2006)
2.4.3. Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
sulit kencing karena pada persalinan muschulus sphicter vesica et urethare
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muschulus sphicter
ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya
lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila
infeksi telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika
sudah pada tempatnya. (Mansjoer, 2006)
2.4.4. Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat
pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila masih
22
belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan
menimbulkan demam. (Mansjoer, 2006)
2.5 Kunjungan Nifas
Kunjungan Nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Hal ini dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir serta mencegah terjadinya masalah.
(Ambarwati, 2008)
2.5.1
Tujuannya :
1. Mencegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bila terjadi
perdarahan banyak.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya hipotermi.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan petugas harus tinggal dan
mengawasi 2 jam pertama.
2.5.2
Tujuannya :
1.
2.
23
3.
4.
5.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
2.5.3
1.
2.
3.
4.
5.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
2.5.4
1.
3.
24
4.
5.
6.
7.
8.
Jika ada yang tidak normal segera merujuk ibu dan atau
bayi ke puskesmas atau RS. (Ambarwati,2008:119)
25
Nifas
KN I
KN II
KN III
KN IV
Tidak
komplikasi
IBU
Komplikasi:
Infeksi puerperium
Mastitis
Hemoragi
pascapartum
lambat.
Subinvolusi.
Depresi pascapartum.
Tromboflebitis dan emboli
paru.
Hematoma.
Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
Kesehatan ibu pada masa nifas perlu diperhatikan dengan upaya kunjungan
nifas. Kunjungan ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu KN I, KN II, KN III dan KN
IV. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan
anak serta mencegah terjadinya kematian ibu. Dengan KN ini diharapkan
diketahui secara dini komplikasi yang muncul pada ibu di masa nifas. Beberapa
26
komplikasi sering dihadapi oleh bidan pada masa nifas adalah infeksi puerperium,
mastitis, tromboflebitis dan emboli paru, hematoma, hemoragi pascapartum
lambat, subinvolusi, depresi pascapartum (Varney, 2008: 1004-1013). Namun
peneliti membatasi meneliti komplikasi seperti infeksi puerperium, mastitis,
hemoragi pascapartum lambat, subinvolusi dan depresi pascapartum.