BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Difteri
Difteri
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
bakteri
Pertusis
Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah
penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui tetesantetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit
adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang
lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk
menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah
pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit
3
Tuberkulosis
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
10
Guerine).
Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles.
Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala
awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
conjunctivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan
leher, kemudian menyebar ketubuh dan tangan serta kaki.
Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan
infeksi saluran napas (pneumonia). Penyakit campak dapat dicegah
11
kuning)
adalah
penyakit
yang
Kekebalan Pasif
Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan pasif
disebut imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor
kekebalan pada seseorang yang membutuhkan. Contohnya adalah
pemberian imunoglobulin spesifik untuk penyakit tertentu, misalnya
imunoglobulin anti tetanus untuk penderita penyakit tetanus.
Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme
oleh tubuh.
12
Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
antigen secara alamiah atau melalui imunisasi. Imunisasi yang
diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif disebut imunisasi aktif
dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan tindakan
itu disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi
berlangsung lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya memori
imunologis yang efektif maka vaksinasi harus mengikuti cara
pemakaian dan jadwal yang telah ditentukan oleh produsen vaksin
melalui bukti uji klinis yang telah dilakukan.
13
hepatitis A.
Seluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera,
lepra.
Vaksin fraksional yang masuk sub unit, contoh hepatitis B,
d
e
pneumokokus).
Imunisasi Wajib (Imunisasi Dasar)6,7
Jadwal imunisasi berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia adalah :
BCG (0-3 bulan, 1 kali pemberian), Hepatitis B (0, 1 dan 6 bulan),
Polio (0, 2, 4, 6, 18-24 bulan dan 5 tahun), DTP (2, 4, 6, 18-24 bulan dan
5 tahun), Campak (9 bulan dan 5-7 tahun), HiB (2, 4, 6, 15-18 bulan),
Pneumokokus (PCV) (2, 4, 6, 15-18 bulan), Influenza (6 bulan-18 tahun,
14
Jenis Imunisasi
0-7 hari
HB 0
1 bulan
BCG, Polio 1
2 bulan
DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan
DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan
DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan
Campak
15
b
c
d
e
Efek samping :
a Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat
umum seperti demam 1-2 minggu
16
leher,
menimbulkan demam.
Imunisasi Hepatitis B
Vaksin hepatitis B (HepB) harus segera diberikan setelah lahir,
karena vaksinasi HepB merupakan upaya pencegahan yang sangat
efektif untuk memutuskan rantai penularan dari ibu kepada bayinya
segera setelah lahir. Jadi imunisasi HepB-1 diberikan dalam waktu
12 jam setelah lahir, mengingat sedikitnya 3,9% ibu hamil mengidap
hepatitis B aktif dengan resiko penularan kepada bayinya sebesar
45%. Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) setelah
imunisasi HepB-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Imunisasi HepB3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
17
disekitar
tempat
penyuntikan
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari
18
19
20
Imunisasi DPT
Vaksin jerap DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) adalah vaksin
yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta
bakteri pertusis yang telah diinaktivasi. Imunisasi DPT dasar
diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan
sebelum umur 6 minggu) dengan jarak 4-8 minggu. DPT-1 diberikan
pada umur 2 bulan, DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 pada umur
6 bulan. Ulangan (booster/penguat) DPT selanjutnya diberikan satu
tahun setelah DTP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT-5 pada
saat masuk sekolah umur 5 tahun.
Vaksin DPT dapat dikombinasi dengan vaksin lain yaitu
Hepatitis B, Hib, atau polio injeksi (IPV). Pada umur 5 tahun harus
diberikan penguat ulangan DPT. Untuk meningkatkan cakupan
imunisasi ulangan, vaksinasi DTP diberikan pada awal sekolah dasar
dalam program bulan imunisasi anak sekolah (BIAS).
Kontraindikasi :
a
kontraindikasi pertusis
Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis
kedua dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan
DT
Efek Samping :
21
Imunisasi Campak
Vaksin campak disebabkan oleh virus campak. Virus campak
termasuk didalam famili paramyxivirus. Virus campak sangat
sensitiv terhadap panas, sangat mudah rusak pada suhu 37 0C. Vaksin
campak disuntikan pada umur 9 bulan, vaksinasi campak diberikan
pada kesempatan kedua (second oppotunity pada crash program
campak) pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6. Crash program
campak ini telah dilakukan secara bertahap (5 tahap) disemua
provinsi pada 2006 dan 2007.
Selanjutnya vaksinasi campak dosis ke-2 diberikan pada
program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yaitu secara rutin
22
23
serta
pelaksanaan
suatu
program
ditentukan
dengan
24
yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis
vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.
c. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi.
Sebagai mana telah kita ketahui, respon imun, sekunder
menimbulkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi
produksinya. Di samping frekuensi, jarak pemberianpun akan
mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila pemberian vaksin
berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih
tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh
antibodi spesifik yang masih tinggi tersebut sehingga tidak
sempat merangsang sel imunokompeten. Bahkan dapat terjadi
apa yang dinamakan reaksi Arthus, yaitu bengkak kemerahan
didaerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen
antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal.
d. Ajuvan adalah zat yang secara nonspesifik dapat meningkatkan
respon imun terhadap antigen. Ajuvan akan meningkatkan
respon imun dengan mempertahankan antigen pada atau dekat
dengan suntikan, dan mengaktivasi sel APC (antigen presenting
cells) untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi
interleukin yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya.
25
Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem
riset berasal atau dikaitkan.
- Ketersediaan Vaksin
- Ketersediaan Petugas
- Jadwal Imunisasi
Imunisasi Terlaksana
26
Pengetahuan
orang tua
Partisipasi
masyarakat
Stigma sosial
Kualitas dan
kuantitas vaksin
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang
berhubungan antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui
penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan kerangka teori diatas, maka
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
27
Variabel Independen
Variabel dependen
Partisipasi masyarakat
Stigma sosial
4
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha1 : Ada pengaruh pengetahuan orang tua dengan insidensi hilangnya
kesempatan imunisasi di Kecamatan Cibeber Kota Cilegon tahun
2012.
28
Ho1 :
Ha2 :
Ho2 :
Ho4 : Tidak ada pengaruh kualitas dan kuantitas vaksin dengan insidensi
hilangnya kesempatan imunisasi di Kecamatan Cibeber Kota
Cilegon tahun 2012.