Kupersembahkan untuk:
Ibu, Bapak, Dik Bayu
Keluargaku tercinta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
ii
iii
iv
ix
I.
II.
III.
IV.
V.
Asumsi ............................................................................... 79
VI.
Hipotesis ............................................................................. 80
VII.
VIII.
Definisi ................................................................................ 81
I.
II.
III.
IV.
II.
III.
IV.
V.
Pembahasan....................................................................... 128
II.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Berganda
..........................................................................................107
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Status
Sosial....................................................................................... 111
Tabel 9.
Akses
Komunikasi.............................................................................. 112
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Akses
Komunikasi.............................................................................. 118
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.
Tabel 21.
Tabel 22.
Tabel 23.
Tabel 24.
Tabel 25.
Tabel 26.
125
Tabel 27.
BAB I
PENDAHULUAN
Aksi
Mahasiswa
Islam
se-Indonesia),
HMI
LDK
seperti
Muhammadiyah,
NU
ataupun
varian
cenderung
menghindari
benturan-
10
dan
pada
akhirnya
mengalami
penyesuaian-penyesuaian
sampai
menjalankan
sekarang
Jamaah
aktivitas-aktivitas
Shalahuddin
organisasi
dengan
masih
baik,
11
persoalan
penggunaan
istilah
jihad
dan
istighotsah,
disebutkan
di
atas
dimungkinkan
untuk
Untuk
mengetahui
Shalahuddin.
pola
interaksi
keanggotaan
Jamaah
12
2.
Untuk
mengetahui
terhadap
variabel-variabel
kecenderungan
konflik
yang
yang
ada
berpengaruh
di
Jamaah
B. Tujuan Praktis
Sesuai dengan kajian Ilmu Sosiatri, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
Ilmu Sosiatri di masa sekarang dan masa yang akan datang,
khususnya mengkaji pluralitas Islam di Indonesia.
13
14
golongan
modernis
justru
mendukung
modernitas.
Diantara golongan besar itu masih ada golongan lain yang relatif kecil
dan
tidak
dapat
terlalu
jelas
didefinisikan
seperti
golongan
sebagai
proses
sejarah
negara
Indonesia.
(Noer,
1980:
36)
15
16
lagi
menunjukkan
identitas
keislamannya
seperti
17
membawa
warna
Islam
tersendiri
ketika
mulai
berani
18
menghilangkan
kemunkaran;
tetapi
fakta
juga
19
dan
menguatkan
akses
menjadi
mutlak
20
21
Rata-rata
menunjukkan
pola
Shalahuddin.
Penelitian
laporan
dakwah
yang
dan
penelitian
struktur
menyinggung
yang
ada
hanya
organisasi
Jamaah
pluralitas
Jamaah
22
belakang
berbeda-beda,
baik
dari
motivasi
dan
tujuan
23
itu.
Keempat,
bahwa
kelompok-kelompok
menjadi
hal
paling
inti
dalam semua
proses
menyebabkan
24
hanya
mengandalkan
observasi
selama
dua
hari
dan
dalam
proses
transformasi
kelembagaan
di
Jamaah
25
terbentuk
atas
kelompok-kelompok
dengan
latar
26
Jamaah
Shalahuddin.
Yang
ada
hanyalah
HMI-MPO
27
Said
Hawwa
dan
Yusuf
Qardhawi.
(Sumber:
28
jumlah
komunitas
IM
demikian
besar
jika
menjalankan
amanah
atau kerja
29
tanggapan-tanggapan
Shalahuddin
yang
minor
mempertanyakan
di
papan
keimanan
opini
Jamaah
mereka
yang
periode
1996-1997.
Reaksi ini
berlanjut
dengan
30
terjadi. Pada
akhirnya
untuk
ini
menyepakati
untuk
tidak
mengulangi
peristiwa
itu
konflik
yang
bersifat
kultural justru
lebih
menonjol
31
contoh,
golongan
IM
memiliki
kebiasaan
mengucap
saat
itu
memegang
pengurus
inti
membentuk
Partai
32
daripada
persoalan-persoalan
pluralitas
Jamaah
sebagai
ketua
Dewan
Syuro
Jamaah
Shalahuddin
33
cenderung
kepada
konflik
kulturan
seperti
pro-kontra
penelitian
menyimpulan
bahwa
value
(Islam)
memungkinkan penyatuan Jamaah Shalahuddin terhadap potensipotensi konflik yang terjadi, tetapi dari hasil wawancara terlihat bahwa
banyak konflik yang berakhir tidak jelas ataupun tanpa penyelesaian
dan tanpa gugatan. Yang pasti, bahwa sampai sekarang nuansa
konflik yang ada tidak sampai mengakibatkan dibubarkannya Jamaah
34
perinstiwa-peristiwa
konflik
sampai
dengan
proses
35
36
Tulisan
tersebut
mendapat
tenggapan
dengan
nada
37
dalam surat Ar-Rum: 32 dan surat Al-Muminun 53 AlQurnn jelas-jelas mengkritik sikap bangga golongan:
Tiap-tiap golongan berbangga diri dengan yang ada
padanya.
38
Aku nggak ngerti dengan ini dunia. Kok ya pada ngakungaku Islam, so jadi merasa paling benar, paling baik,
paling berhak jadi kholofah. Rasanya kok lantas bukan
pada jadi kholofah tetapi pada jadi penindas. Aku nggak
dong dengan semua ini. Aku jadi ogah untuk jadi orang
Islam.
Persoalan
tersebut
ternyata
tidak
terdapat
bukti-bukti
39
semua
Pengurus
Harian
dilibatkan
dalam
pengambilan
40
(Sumber:
Kumpulan
Arsip
Laporan
Pertanggungjawaban
Shalahuddin yang tidak plural. Bidang PSDI yang diketuai oleh Ruli
Sunardi menjawab bahwa kendala utama ketidakpluralan Pengurus
Harian juga dikarenakan tidak adanya keahlian khusus membina
pengurus yang plural. Kemudian, Ratri menanyakan pula usaha PSDI
menghadapi kepluralan, PSDI hanya menjawab bahwa pluralitas
Jamaah Shalahuddin tidak lepas dari kesadaran kita.
Kemudian, dalam catatan notulensi sidang pada hari Ahad 16
Mei 1999, notulen Yenni Octarita dan pimpinan sidang Ferriawan
Agung Nugroho, pukul 15.35. Isu tentang pluralitas diangkat lagi oleh
Ferri yang juga sebagai anggota HMI-MPO berkaitan dengan
homogennnya komposisi bidang Intern.
41
42
43
selaku
Ketua
Dewan
terjadi
dikarenakan
Ayu C.W.
pada
saat
itu
juga
44
Antar
Lembaga
ekstra
ataupun
Pergerakan
tidak
memiliki
warna
keislaman
yang
afiliasi
bisa
(HMI-MPO),
Dwi
Purnomo
(Muhammadiyah),
Haditya
45
46
UGM,
dan
dihadiri
oleh
para
alumni
Jamaah
Ahmad
Fanani (mantan
pengurus
Jamaah
bahwa
tujuan
awal
Jamaah
Shalahuddin
dan
pemahaman
seberapapun
untuk
bisa
47
kelembagaan
Jamaah
Shalahuddin
bersifat:
48
seiring
dengan
kompetisi
golongan
di
Jamaah
49
2. Kultur
Potensi konflik yang berkaitan dengan persoalan kultural dapat
dilihat dari persoalan sederhana seperti hijab, persoalan musik,
adab pergaulan dan sejenisnya. Kasus dipakai tidaknya hijab,
sepakat tidak sepakatnya nasyid sebagai musik Islami dan di
luar nasyid tidak diijinkan di JS, islami tidaknya pacaran, dan
beberapa kasus lain seperti suka tidaknya mendengar umpatan
di lingkungan Jamaah Shalahuddin,
50
anggota
golongan
tersebut
memperoleh
dzhon
sudah
menjadi
hal
yang
rancu
(khilafiyah).
dengan
persoalan
yang
mempertanyakan
51
5. Hak
Potensi konflik yang berkaitan dengan hak-hak individu di
Jamaah Shalahuddin nampak dalam banyak hal seperti
penggunaan inventaris, hak untuk berekspresi dalam bentuk
tulisan dan kritik kepemimpinan dan lain sebagainya. Dalam
contoh kasus di atas, sebagai contoh, adalah pemutaran film
Little Budha yang menjadi kontroversi antara golongan IM
dengan golongan HMI.
dapat
dikatakan
sebagai
visi
dan
misi
dakwah,
rumusan visi
dan
misi
Jamaah
Shalahuddin
52
anggota
Jama'ah
Shalahuddin,
dapat
dirumuskan
kecilnya
(akumulasi)
kecenderungan
konflik
di
Jama'ah Shalahuddin?
2. Seberapa jauh faktor-faktor yang melatarbelakangi individu
tersebut mempengaruhi kecenderungan konflik di Jamaah
Shalahuddin?
53
V. Landasan Teori
Islam sebagai agama yang mempengaruhi pola pikir individu
dan prilaku sosial masyarakat telah banyak diteliti secara sosiologis,
bahkan dari sosiolog-sosiolog terkemuka seperti Max Weber. Weber
sendiri telah membuat thesis bahwa Etika Protestanlah yang
mendasari munculnya semangat kapitalisme dalam bukunya The
Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism. Tulisan Weber tentang
Islam setidaknya tertuang dalam Religionz Soziologie, walaupun
akhirnya tulisan tersebut tidak selesai. Secara lebih konkrit tulisan
tentang Islam dalam konteks sosiologi dapat disimak pada karya
Bryan S. Turner yang berjudul Sosiologi Islam; Suatu Telaah Analitis
Atas Tesa Sosiologi Weber. (Turner: 1992)
Pada kasus konflik Jamaah Shalahuddin menunjukkan bahwa
konflik berjalan secara simultan dan menemukan mediasi-mediasi
dengan pertemuan antar kelompok, membiarkan begitu saja, ataupun
dengan kesepakatan-kesepakatan informal. Mediasi-mediasi seperti
disebutkan di atas jelas memiliki latar belakang ataupun motivasimotivasi. Diduga, Value ataupun nilai (Islam) disimpulkan dari
penelitian sebagaimana disebutkan dalam landasan pemikiran di atas
adalah salah satu alasan terciptanya mediasi-mediasi konflik sehingga
konflik tidak mengakibatkan goncangan atau bahkan perpecahan
Jamaah Shalahuddin. Pada kondisi tersebut, pluralitas di Jamaah
54
fungsionalisme
struktural
bisa
menjadi
alat
imperatif)
atau
syarat-syarat
fungsional
(functional
masyarakat
sedang
berkembang
akan
timbul
masyarakat
lain
mengalami
proses-proses
sosial
dan
55
transformasi-transformasi
sosial
yang
mampu
diamati
secara
antara
masyarakat
Baduiy
dengan
masyarakat
kota
kepercayaan-kepercayaan
dan
peribadatan
yang
Mempengaruhi
individu
dengan
dorongan
psikologi,
56
57
www.hewett.norfolk.sch.uk/curric/soc/religion/funct3.htm diakses 22
Juni 2001)
Sebagaimana
halnya
pandangan
kaum
fungsionalis,
peran
berbeda
dapat
terwujud.
Melalui
proses
58
dalam
pendekatan
ini
pendekatan
fungsional
terlebih
dahulu
daripada
struktur-struktur
lain
akan
dari
konsekuensi-konsekuensi
fungsionalnya.
Dengan
59
keutamaan
kelompok
serta
mempererat
hubungan
60
61
diri)
sampai
terjadinya
harmoni.
(sumber:
www.w3c.org/TR/1999/REC-html401-19991224/ loose.dtd)
Pengaruh teori fungsional dari Emile Durkheim terhadap
pemikiran Lewis Coser sangat tinggi. Lewis Coser mengikuti logika
Durkheim dalam mendefinisikan pendekatan fungsional pada sebuah
sistem sosial. Dalam uraian Lewis Coser tentang Functional
Explanation, Coser sependapat dengan Durkheim
bahwa ada
62
memiliki
keseluruhan.
63
dalam
menggolongkan
Coser,
beberapa
orang
tokoh-tokoh
sebagaimana
yang
golongan
menggunakan
Marxian
seperti
pendekatan
halnya
konflik
Dahrendorf,
64
65
persoalan-persoalan
kesalahpahaman
yang
dengan
mudah
dikatakan
bahwa
di
Jamaah
Shalahuddin
memiliki
66
adalah
proses
interaksi
social
yang
67
(Nimmo,
1993: 6).
Dalam
komunikasi
organisasi,
terdapat perangkat-
system
yang
disampaikan
melalui
saluran
(bahkan
68
keheningan)
komunikasi
dalam
sebuah
organisasi
bisa
diartikan sebagai sejauh mana anggota memiliki saluransaluran komunikasi, baik untuk tujuan formal organisasi seperti
halnya birokrasi, ataupun mediasi-mediasi yang sifatnya
informal maupun non formal. Dalam sebuah organisasi akan
tersedia perangkat-perangkat ataupun wadah-wadah yang
merupakan akses anggota untuk melakukan komunikasi
organisasi. Wadah-wadah ini seringkali
istilah-istilah
demokrasi,
transparansi,
dimaknai dengan
mediasi
dan
lain
memperoleh
informasi
ataupun
melakukan
ada
di
seputar
keorganisasian
individu
yang
69
menjadi
konflik-konflik
berkepanjangan.
Istilah
prasangka sendiri bagi kalangan muslim ataupun individuindividu di Jamaah Shalahuddin sering dikenal dengan kata
dzhon. Prasangka yang baik
berarti khusnudzhon
dan
70
mengenai
aliran-aliran
Islam
dapat
Nasution,
aliran-aliran
Islam
adalah
pandangan-
71
mengenai
sifat-sifat
dan
keesaan
Allah
dalam
persoalan-persoalan
predeterminasi
sifat-sifat
seperti
ketuhanan,
keputusan
predeterminasi
dan
dan
72
kebenaran
ataupun
idiologi
dengan
segenap
percaturan
dunia
luar.
Apabila
fanatisme
tersebut
73
hukum-hukum
Islam
(tidak
bermadzhab).
negosiasi,
tukar
pemikiran,
dan
perubahan-
74
75
dalam
sebuah
idiologi
Islam
fanatis,
tetapi
76
77
78
variabel
akses
komunikasi
dengan
tingkat
lembaga
dapat
mengakibatkan
semakin
79
dari
sistem
maupun
kemampuannya
untuk
80
81
untuk
Berbeda
dengan
Lewis
Coser,
Simon
Fisher
Komunitas
(Community
Relation
Theory).
Yang
ketidakpercayaan
dan
permusuhan
diantara
82
adalah
mempromosikan
toleransi
besar
dan
Kedua,
Komunikasi
Fisher
menemukakan
Intrakultural
(Intracultural
teori
Kesenjangan
Miscommunication
menciptakan
..Intercultural
miscommunication
theory
assumes that conflict is caused by incopatibilities
between different cultural communication styles.
83
semakin
meningkatkan
Islam
di
ketegangan-ketegangan
Indonesia
ataupun
sendiri
muncul
banyak
konflik-konflik
yang
84
Pertentangan
pemahaman
terhadap
hukum
Islam,
85
Semakin
fanatis
aliran
yang
berselisih
dalam
medium
ke
arah
integrasi.
Semakin
kuatnya
individual:
"..Conflicts in which the participants feel that
they are merely the representatives of collectives
and groups, fighting not for self but for the ideals
of the group they represent, are likely to be more
radical and merciless than those that are fought
for
personal
reasons..
(sumber
:
http://www.nazarene.org/)
86
fanatisme
kecenderungan
aliran
konflik
akan
berpengaruh
kelompok-kelompok
di
pada
Jamaah
Shalahuddin.
Fanatisme sendiri berasal dari akar kata fanaticism yang
artinya sikap tergila-gila ataupun semangat buta dalam
kelompok pada beberapa kasus, baik agama, sosial maupun
politik (Selingmen, 1935: 90). Penyebab fanatisme sendiri
menurut Selingmen, susah dimengerti dengan jelas. Hal
tersebut diyakini begitu saja secara lahiriah (biosocial).
Senada dengan preposisi Coser, Selingmen juga
mengatakan bahwa fanatisme tidak bisa dielakkan sebagai
salah
satu
masalah
yang
harus
diperhitungkan
dalam
VI. Asumsi
Masyarakat selalu dalam keadaan seimbang selama tidak ada
faktor-faktor dari luar masyarakat yang turut campur ataupun
berpengaruh ke dalam masyarakat itu secara fungsional. Maka dalam
87
Jamaah
golongan-golongan,
tetapi
Shalahuddin
terdiri
golongan-golongan
dari
beberapa
tersebut
memiliki
VII. Hipotesis
A. Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara status sosial individu, akses komunikasi
individu dan fanatisme aliran individu terhadap kecenderungan
konflik individu di Jamaah Shalahuddin.
B. Hipotesis Minor
-
Ada
hubungan
antara
status
sosial
terhadap
Ada
hubungan
antara
akses
komunikasi
terhadap
88
X2
Y
X3
Keterangan:
1. Variabel bebas
X1
X2
X3
2. Variabel terikat
Y
Shalahuddin
IX. Definisi
Definisi Konseptual
a. Status sosial individu
Status sosial individu adalah posisi seseorang di dalam kelompok
(Taneko,
1984:131).
Status
merekomendasikan
perbedaan
89
meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang menuntut dan
satu individu lainnya, yaitu siapa yang menghormati tuntutan itu.
b. Akses Komunikasi Individu
Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang
untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai
dunia (yang berdasarkan mereka bertindak) dan untuk bertukar
citra itu melalui symbol-simbol.(Nimmo,1993: 6) Akses komunikasi
dalam sebuah organisasi bisa diartikan sebagai sejauh mana
anggota memiliki saluran-saluran komunikasi (Nimmo, 1993: 76)
c. Fanatisme aliran
Fanatisme berasal dari kata fanaticism yang artinya adalah sikap
tergila-gila ataupun semangat buta dalam kelompok pada
beberapa kasus, baik agama, sosial maupun politik (Selingmen,
1935: 90). Aliran, dalam hal ini aliran Islam, adalah golongangolongan, faksi-faksi ataupun varian-varian umat Islam yang
dibedakan berdasarkan pandangan-pandangannya tentang Islam
(Nasution, 1972 : x). Fanatisme aliran adalah sikap tertutup dalam
menerima saran dan buah pikiran yang dipandang berasal dari lain
golongan. (Munawwir, 1985: 182)
d. Kecenderungan Konflik
Konflik adalah suatu kondisi hubungan antara dua atau lebih faksi
(baik individu atau kelompok) yang memiliki, ataupun diperkirakan
mereka memiliki, ketidaksamaan tujuan ataupun cita-cita, dimana
90
tuduhan-tuduhan,
klaim
dan
lain
sebagainya.
individu
dalam
menyelesaikan
masalah
organisasi
Individu
dibandingkan
anggota
91
d. Pengetahuan
keagamaan
individu
dibandingkan
anggota
artinya
(Reksohadiprojo,
1995:
7.10),
untuk
melakukan
komunikasi.
Menurut
ada
tidaknya
proses
komunikasi
yang
keputusan.
Hal
ini
bisa
diamati
dengan
92
pribadi
yang
berupa
ketakutan,
rendah
diri,
berubah
menjadi
fanatisme
sempit,
yakni
93
kepada kepemimpinan
konflik
menurut
Kuper
dan
Kuper
dapat
berujud
ketidakkompakkan,
ketidaksinkronan,
94
BAB II
METODE PENELITIAN
95
yang
pengumpulan
dipakai
data
dalam
dengan
interview
cara
guide,
mengajukan
yaitu
daftar
pertanyaan-pertanyaan
yang
telah
disusun
96
pertanyaan
dipersiapkan
dan
atau
peneliti
kuesioner
telah
membacakan
disusun,
sekaligus
97
S i2
k
cronbach
1 i1 2
Sp
k 1
keterangan:
k = jumlah pertanyaan
Si2 = variansi item
Sp2=variansi dari keseluruhan skor
rit
x x
x x
i t
2
t
keterangan:
rit = koefisien korelasi antara skor butir pertanyaan
dengan skor total instrumen
x i = jumlah kuadrat deviasi skor dari xi
xt = jumlah kuadrat deviasi skor dari xt
b. Uji Normalitas
Untuk menguji sejauh mana responden memberikan
data
mengenai
kurva
normal,
dilakukan
r
F ( xr )
n
uji
KS
98
hubungan
rXY
n XY - ( X)( Y)
(nX 2 ( X ) 2 )(nY 2 ( Y) 2 )
r n k 1
1 r2
keterangan :
XY
Dimana :
bn= koefisien variabel Xn
= konstanta persamaan
99
X2
fh
( f
f h )2
fh
( f kolom)( f baris)
Jumlah Total
keterangan:
db
= (baris-1)(kolom)
X2
f0
= frekuensi observasi
fh
= frekuensi harapan
X2
n X2
1 1/ m
100
Keterangan :
N
: jumlah total
101
BAB III
GAMBARAN UMUM ORGANISASI
JAMA'AH SHALAHUDDIN
102
103
Islam
mahasiswa
UGM
mulai
dikenal
dan
rutin
104
kronologis
Perkembangan
kelembagaan Jama'ah
1976-1978
1978-1984
1984-1987
1987-1999
1999- sekarang
105
Shalahuddin
adalah
lembaga
dakwah
yang
Sumber: Dokumen
106
adalah
sebagai
institusi
pendidikan
dan
institusi
kepada
operasionalnya
pembinaan,
masyarakat.
menjalankan
pengkajian
Jamaah
fungsi
dan
Shalahuddin
Pergerakan,
pelayanan.
dalam
pengkaderan,
(Sumber:
Dokumen
penyampaian
(tabligh),
merupakan
usaha
untuk
pengetahuan
Islam
agar
masyarakat
memiliki
merupakan
usaha
untuk
mengkonsolidasikan
dan
akademika
komponennya
Universitas
Gadjah
Mada
dengan
seluruh
107
bulan
Ramadhan
Jama'ah
Shalahuddin
forum
pengambilan
keputusan
tertinggi
di
Jama'ah
yang
108
2. Sekretaris Jenderal
Syahrul
Ahmad
Fatriansah (SP/99)
Sunardi
: Yanuar Reza
Yulias (TP/00)
7. Ketua BSO Dompet Shalahuddin
109
BAB IV
ANALISIS DATA
110
uji
korelasi
yang
sering
digunakan
untuk
111
Item pertanyaan
tidak lolos uji
Item pertanyaan
lolos uji
X1
Jumlah
pertanyaan
semula
15
3,4,5,6,7,9,12
X2
31
X3
31
1,2,3,4,6,8,9,10,11,1
3,14,16,18,19,22,23,
24,25, 26,27,30,31
3,4,6,8,9,10,11,15
1,2,8,10,11,13,14,
15,16
5,7,12,15,17,20,2
1,28, 29
30
4,6,7,8,9,11,13,18,
19,22,23,24,25,
28,29,30,
Keterangan : taraf signifikansi 0,05
1,2,5,7,12,13,14,1
6,17,18,19,20,21,
22,23,24,25,26,27
,28,29,30,31
1,2,3,5,10,12,14,1
5,16,17,20,21,26,
27
Jumlah
pertanyaan
lolos uji
9
9
23
14
112
No.
Variabel
K-Sz
Prob (2 tails)
Test Distribusi
1.
Status sosial
0,944
0,335
Normal
2.
Akses komunikasi
1,084
0,190
Normal
3.
Fanatisme golongan
0,786
0,567
Normal
4.
Kecenderungan konflik
0,878
0,424
Normal
Keterangan: p = 5%
kecenderungan
konflik
di
Jama'ah
Shalahuddin.
b. H1 : Ada hubungan antara status sosial dengan
kecenderungan konflik(Y) di Jama'ah Shalahuddin
2. Hipotesis 2 menyatakan sebagai berikut :
a. Ho : Tidak ada hubungan antara akses komunikasi
(X2) dengan kecenderungan konflik (Y) di Jama'ah
Shalahuddin.
b. H1 : Ada hubungan antara akses komunikasi dengan
kecenderungan konflik di Jama'ah Shalahuddin
3. Hipotesis 3 menyatakan sebagai berikut :
a. Ho : Tidak ada hubungan antara fanatisme golongan
(X3) dengan kecenderungan konflik (Y) di Jama'ah
Shalahuddin.
113
Rhitung
rtabel
Keterangan
1. X1 dan Y
50
0,3096012
0,27
Signifikan
2. X2 dan Y
50
0,3576731
0,27
Signifikan
3. X3 dan Y
50
0,1796834
0,27
Tidak Signifikan
114
2.
Ho ditolak dan H1
diterima,
sehingga disimpulkan
di atas
115
= b1 X1 + b2X2 +
Persamaan tersebut dikatakan sebagai sebuah model regresi linear
berganda dengan 2 variabel bebas, sedangkan b menunjukkan koefisien
model regresi dan menunjukkan konstanta.
Untuk mengetahui harga b1 dan b2 dan dapat dihitung dengan
analisa regresi menggunakan SPSS 10.01 dengan hasil keluaran
sebagai berikut:
Tabel 5. HASIL OUTPUT SPSS 10.01 ANALISA REGRESI LINEAR BERGANDA
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
X1
X2
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
20.926
2.816
.129
.186
.274
.184
Standardi
zed
Coefficien
ts
Beta
.126
.273
t
7.431
.690
1.491
Sig.
.000
.493
.143
a. Dependent Variable: Y
116
H1
H1
H1
117
Ho : bo = 0
H1 : b1 0
Atau dengan kata lain :
Ho
H1
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
111.828
706.352
818.180
df
2
47
49
Mean Square
55.914
15.029
F
3.720
Sig.
.032a
keseluruhan
hasil
analisis
regresi
di
atas
dapat
118
119
Dalam analisis ini, data skor dari variabel X1,X2,X3 dan Y dibagi
menjadi tiga kategori, yakni rendah, sedang dan tinggi. Untuk
menentukan lebar interval tiap kelas digunakan rumus:
jarak pengukuran
jarak interval
Lebar interval =
Variabel
X1
Rendah
9 15
Sedang
>15-21
Tinggi
>21-27
X2
9 15
>15-21
>21-27
X3
23 - 38,3
>38,3 - 53,6
>53,6 69
14 23,3
>23,3 32,6
>32,6 42
status
sosial,
akses
komunikasi,
fanatisme
120
Putra
(%)
Putri
(%)
Jumlah
Rendah
9
(18%)
13
(26%)
22
Sedang
13.
(26%)
10
(20%)
23
Tinggi
4
(8%)
1
(2%)
5
Jumlah
26
(52%)
24
(48%)
50
Rendah
2
(4%)
3
(6%)
5
Sedang
11
(22%)
15
(30%)
26
Tinggi
13
(26%)
6
(12%)
19
Jumlah
26
(52%)
24
(48%)
50
121
2
(4%)
5
(10%)
7
Sedang
18
(36%)
16
(32%)
34
Tinggi
6
(12%)
3
(6%)
9
Jumlah
26
(52%)
24
(48%)
50
Putra
(%)
Putri
(%)
Jumlah
Rendah
2
(4%)
5
(10%)
7
Sedang
18
(32%)
19
(38%)
37
Tinggi
6
(12%)
0
(0%)
6
Jumlah
26
(52%)
24
(48%)
50
122
variabel
status
sosial,
akses
komunikasi,
12.
HUBUNGAN
ANTARA
VARIABEL
KETERIKATAN
Sedang
Tinggi
Jumlah
123
1
(2%)
3
(6%)
9
(18%)
8
(16%)
9
(18%)
4
(16%)
1
(2%)
9
(18%)
3
(6%)
2
(4%)
1
(2%)
0
(0%)
13
(26%)
9
(18%)
11
(22%)
17
(34%)
21
23
50
Jumlah
13.
HUBUNGAN
ANTARA
VARIABEL
KETERIKATAN
X.
Rendah
1
(2%)
1
(2%)
1
(2%)
2
(4%)
Sedang
3
(6%)
6
(12%)
7
(14%)
10
(20%)
Tinggi
9
(18%)
2
(4%)
3
(6%)
5
(10%)
Jumlah
13
(26%)
9
(18%)
11
(22%)
17
(34%)
26
19
50
Jumlah
124
14.
HUBUNGAN
ANTARA
VARIABEL
KETERIKATAN
Rendah
2
(4%)
0
(0%)
1
(2%)
4
(8%)
Sedang
5
(10%)
8
(16%)
9
(18%)
12
(24%)
Tinggi
6
(12%)
1
(2%)
1
(2%)
1
(2%)
Jumlah
13
(26%)
9
(18%)
11
(22%)
17
(34%)
34
50
125
Tabel
15.
HUBUNGAN
ANTARA
VARIABEL
KETERIKATAN
XI.
Rendah
3
(6%)
2
(4%)
2
(4%)
0
(0%)
Sedang
8
(16%)
6
(12%)
7
(14%)
16
(32%)
Tinggi
2
(4%)
1
(2%)
2
(4%)
1
(2%)
Jumlah
13
(26%)
9
(18%)
11
(33%)
17
(34%)
37
50
Jumlah
status
dan
Shalahuddin
sosial,
akses
kecederungan
komunikasi,
konflik
di
fanatisme
Jama'ah
126
12
(24%)
2
(4%)
4
(8%)
3
(6%)
Sedang
11
(22%)
1
2(%)
5
10(%)
6
(12%)
21
23
Tinggi
Jumlah
25
(50%)
4
(8%)
11
(22%)
10
(20%)
2
(4%)
1
(2%)
2
(4%)
1
(2%)
6
50
127
Hubungan
antara
asal
daerah
dengan
variabel
akses
3
(6%)
1
(2%)
1
(2%)
0
(0%)
5
Sedang
14
(28%)
3
(6%)
4
(8%)
5
(10%)
Tinggi
26
Jumlah
25
(50%)
4
(8%)
11
(22%)
10
(20%)
8
(16%)
0
(0%)
6
(12%)
5
(10%)
19
50
128
4
(8%)
2
(4%)
1
(2%)
0
(0%)
7
Sedang
20
(40%)
1
(2%)
8
(16%)
5
(10%)
34
Tinggi
Jumlah
25
(50%)
4
(8%)
11
(22%)
10
(20%)
1
(2%)
1
(2%)
2
(4%)
5
(10%)
9
50
Jateng&DIY
(%)
Jatim
(%)
Luar Jawa
(%)
Jabar
(%)
Jumlah
Rendah
2
(4%)
2
(4%)
3
(6%)
0
(0%)
Sedang
20
(40%)
2
(4%)
7
(14%)
8
(16%)
Tinggi
3
(6%)
0
(0%)
1
(2%)
2
(4%)
Jumlah
25
(50%)
4
(8%)
11
(22%)
10
(20%)
37
50
129
akses
komunikasi,
fanatisme
golongan
dan
baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung.
data
sampel
yang
telah
diperoleh
berdasarkan
130
Rendah
6
(12%)
6
(12%)
9
(18%)
1
(2%)
22
Sedang
5
(10%)
4
(8%)
14
(28%)
0
(0%)
23
Tinggi
4
(8%)
1
(2%)
0
(0%)
0
(0%)
5
Jumlah
15
(30%)
11
(22%)
23
(46%)
1
(2%)
50
Tabel
21.
HUBUNGAN
ANTARA
VARIABEL
KEIKUTSERTAAN
KAMMI
(%)
HMI
(%)
Non-Ekstra
(%)
PMII
(%)
Jumlah
Rendah
0
(0%)
3
(6%)
2
(4%)
0
(0%)
Sedang
5
(10%)
6
(12%)
14
(28%)
1
(2%)
Tinggi
10
(20%)
2
(4%)
7
(14%)
0
(0%)
Jumlah
15
(30%)
11
(22%)
23
(46%)
1
(2%)
26
19
50
131
Rendah
2
(4%)
3
(6%)
2
(4%)
0
(0%)
Sedang
7
(14%)
8
(16%)
19
(38%)
0
(0%)
Tinggi
6
(12%)
0
(0%)
2
(4%)
1
(2%)
Jumlah
15
(30%)
11
(22%)
23
(46%)
1
(2%)
34
50
ada
asosasi
antara
variabel
keikutsertaan
132
Tabel
23.
HUBUNGAN
ANTARA
VARIABEL
KEIKUTSERTAAN
KAMMI
(%)
HMI
(%)
Non-Ekstra
(%)
PMII
(%)
Jumlah
Rendah
4
(8%)
2
(4%)
1
(2%)
0
(0%)
7
Sedang
9
(18%)
8
(16%)
19
(38%)
1
(2%)
37
Tinggi
2
(4%)
1
(2%)
3
(6%)
0
(0%)
6
Jumlah
15
(30%)
11
(22%)
23
(46%)
1
(2%)
50
133
Kedokteran
Sastra
Teknik
Mipa
Farmasi
TP
Fisipol
Psikologi
Ekonomi
Geografi
Peternakan
Jumlah
Rendah
0 (0%)
3 (6%)
6 (12%)
4 (8%)
3 (6%)
0 (0%)
5 (20%)
0 (0%)
0 (0%)
1 (2%)
0 (0%)
22
Sedang
1 (2%)
5 (10%)
8 (16%)
2 (4%)
3 (6%)
0 (0%)
0 (0%)
1 (2%)
1 (2%)
0 (0%)
2 (4%)
23
Tinggi
2 (4%)
0 (0%)
1 (2%)
0 (0%)
0 (0%)
1 (2%)
1 (2%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
5
Jumlah
3 (6%)
8 (16%)
15 (30%)
6 (12%)
6 (12%)
1 (2%)
6 (12%)
1 (2%)
1 (2%)
1 (2%)
2 (4%)
50
asal
fakultas
dengan variabel
akses
134
Kedokteran
Sastra
Teknik
Mipa
Farmasi
TP
Fisipol
Psikologi
Ekonomi
Geografi
Peternakan
Jumlah
Rendah
0 (0%)
2 (4%)
0 (0%)
1 (2%)
1 (2%)
0 (0%)
1 (2%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
5
Sedang
0 (0%)
2 (4%)
7 (14%)
4 (8%)
4 (8%)
0 (0%)
4 (8%)
1 (2%)
1 (2%)
1 (2%)
2 (4%)
26
Tinggi
3 (6%)
4 (8%)
8 (16%)
1 (2%)
0 (0%)
1 (2%)
2 (4%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
19
Jumlah
3 (6%)
8 (16%)
15 (30%)
6 (12%)
6 (12%)
1 (2%)
6 (12%)
1 (2%)
1 (2%)
1 (2%)
2 (4%)
50
135
Rendah
0 (0%)
2 (4%)
1 (2%)
0 (0%)
1 (2%)
0 (0%)
2 (4%)
0 (0%)
0 (0%)
1 (2%)
0 (0%)
7
Sedang
1 (2%)
6 (12%)
11 (22%)
5 (10%)
5 (10%)
0 (0%)
3 (6%)
0 (0%)
1 (2%)
0 (0%)
2 (4%)
34
Tinggi
2 (4%)
0 (0%)
3 (6%)
1 (2%)
0 (0%)
1 (2%)
1 (2%)
1 (2%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
9
Jumlah
3 (6%)
8 (16%)
15 (30%)
6 (12%)
6 (12%)
1 (2%)
6 (12%)
1 (2%)
1 (2%)
1 (2%)
2 (4%)
50
136
Kedokteran
Sastra
Teknik
Mipa
Farmasi
TP
Fisipol
Psikologi
Ekonomi
Geografi
Peternakan
Jumlah
Rendah
0 (0%)
2 (4%)
0 (0%)
1 (2%)
1 (2%)
1 (2%)
2 (4%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
7
Sedang
3 (6%)
4 (8%)
11 (22%)
5 (10%)
4 (8%)
0 (0%)
5 (10%)
1 (2%)
1 (2%)
1 (2%)
2 (4%)
37
Tinggi
0 (0%)
2 (4%)
3 (6%)
0 (0%)
1 (2%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
6
Jumlah
3 (6%)
8 (16%)
15 (30%)
6 (12%)
6 (12%)
1 (2%)
6 (12%)
1 (2%)
1 (2%)
1 (2%)
2 (4%)
50
antara
jenis
kelamin
individu
dengan
variabel
137
V. Pembahasan
Dalam
kerangka
teori
dijelaskan
oleh
Fisher,
bahwa
138
memiliki,
di
Jama'ah
Shalahuddin
terdapat
konflik-konflik
yang
139
140
keagamaan
berpengaruh
dan
lain
sebagainya.
terhadap
Jadi, status
kecenderungan
konflik
sosial sangat
di
Jama'ah
yang
ada
organisasi
itu.
(Sumber:
www.
hawaii.edu/powerkills/TCH.CHAP18.HTM)
Kedua, sama halnya dengan status sosial, bahwa akses
komunikasi juga berpengaruh kepada kecenderungan
konflik di
Menurut Landecker,
141
dan
pada
akhirnya
membentuk
jembatan
komunikasi
sebagai
sharing
status).
(Sumber:
www.
hawaii.edu/powerkills/TCH.CHAP18.HTM)
Fanatisme golongan ternyata tidak berpengaruh terhadap
kecenderungan konflik di Jama'ah Shalahuddin.
Walaupun
demikian,
keyakinan
terhadap
golongannya
dengan
menggunakan
objek
penelitian
Jama'ah
142
http://www.nazarene.org/). Proses integrasi itu bisa berupa mediasimediasi, kesepakatan-kesepakatan dan lain sebagainya. Walaupun
demikian,
masih
dimungkinkan
adanya
variabel
lain
yang
tersembunyi.
Dalam uji regresi dapat disimpulkan bahwa status sosial dan
akses komunikasi yang berpengaruh terhadap kecenderungan konflik
tidak membentuk garis regresi linear yang signifikan. Artinya,
pengaruh satus sosial terhadap kecenderungan konflik tidak diikuti
oleh pengaruh akses komunikasi terhadap kecenderungan konflik.
Analisis ini membuktikan bahwa individu yang memiliki status sosial
yang tinggi tidak selalu diikuti dengan kepemilikan akses komunikasi
yang tinggi pula, walaupun kedua-duanya berpengaruh kepada
kecenderungan konflik di Jama'ah Shalahuddin. Belum tentu mereka
yang memiliki status sosial yang tinggi berarti memiliki akses
komunikasi yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
143
144
ikatan
emosional
individu
terhadap
golongan
yang
dari
fanatis
tidaknya
individu
dalam
memegang
nilai
145
dimungkinkannya
dilakukan
penelitian
lain
dengan
masih
dimungkinkan
agar
mendapatkan
pemahaman
146
147
BAB V
III.
Kesimpulan
Sejak awal berdirinya Jamaah Shalahuddin sebagai Lembaga
148
pertanyaan
kemudian,
faktor-faktor
apa
saja
yang
konsekuensi
untuk
tercapainya
integrasi
diantara
dalam
melatarbelakangi
suatu
kelompok
masyarakat.
Untuk
melihat
kecenderungan
konflik
yang
terjadi
di
Jamaah
149
150
IV. Saran
Penelitian ini hanya berhasil mengungkapkan faktor-faktor yang
menyebabkan
151
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, M. Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama;
Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1989
Alfian, M. Alfan, Polarisasi Massa Politik Islam, Harian Umum
Republika, ?,?, 1997
Anwar, Chairil, Islam dan Tantangan Kemanusiaan Abad XXI,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000
Azis, Abdul, Imam Tholkhah dan Soetarman, Gerakan Islam
Kontemporer di Indonesia, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1989
Billah, M.M., Persentuhan Islam dan Budaya Lokal, Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial PRISMA, Jakarta, LP3ES, 1976
Etzioni, Amitai , Organisasi-Organisasi Modern, Jakarta, UI Press,
1985
Esposito, John L., John O. Voll, Demokrasi Islam di Negara-Negara
Muslim, Bandung, Mizan, 1999
Fisher, Simon. (ed), Working With Conflict: Skills and Strategies for
Action, London, Zed Book LTD, 2000
Geertz, Clifford, The Religion of Java, London, The Free Press of
Glencoe, 1960
Hadi, Sutrisno, Statistik I, Yogyakarta, Andi Offset, 1988
Hadi, Sutrisno, Statistik II, Yogyakarta, Andi Offset, 1988
Hafifah, Nur, Jamaah Shalahuddin UGM Yogyakarta: Tinjauan
Manajemen Dakwah Kepengurusan 1920, Skripsi, Yogyakarta,
IAIN Sunan Kalijaga, 2000
Halina, Ilen, Peran Elit Politik dalam meredam Konflik Antar Etnis,
Skripsi, 1995
Hefner, Robert W., Civil Islam, Islam dan Demokratisasi di Indonesia,
Yogyakarta, Institut Study Arus Informasi (ISAI), 2001
Huntington, Samuel P., Class of Civilization?, Foreign Affairs 72(3),
Summer, 1993, p-22.
Irsyam, Mahrus, Ulama
Perkhidmatan, 1984
dan
Partai
Politik,Jakarta,
Yayasan
152
Maarif, Ahmad Syafii, Islam dan Politik: Teori Belah Bambu Masa
Demokrasi Terpimpin (1959-1965), Jakarta, Gema Insani Press,
1996
Mueller, Daniel J., Mengukur Sikap Sosial, Pegangan Untuk Peneliti
dan Praktisi, Jakarta, Bumi Aksara, 1992.
Munawwir, Imam, Mengapa Umat Islam Dilanda Perpecahan,
Surabaya, Bina Ilmu, 1989
Muzani, Syaiful, Kultur Kelas Menengah Muslim dan Kelahiran ICMI,
Studia Islamika, Vol. I no 1, April-June, 1994
Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta,
LP3ES, 1980
Nimmo, Dan , Komunikasi Politik: Komunikator Pesan dan Media,
Bandung, Rosdakarya,1989
Qodir, Zuli (Ed), ICMI, Negara dan Demokrasi, Catatan Kritis Kaum
Muda, Yogyakarta, Kelompok Studi Lingkaran, 1995
Qardhawi, Yusuf, 2001, Titik Lemah Umat Islam, Jakarta, Penebar
Salam, 2001
Rahardjo, Toto, et, al., (eds) Pendidikan Populer, Panduan Pendidikan
Untuk Rakyat, Yogyakata, Pustaka Pelajar, 2001
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpardigma Ganda,
Jakarta, Rajawali Press, 1992.
Singarimbun, Masri, Sofyan Effendi (ed.) Metode Penelitian Survei,
Jakarta, LP3ES, 1989
Soekanto, Soerdjono, Fungsionalisme dan Teori Konflik dalam
Perkembangan Sosiologi, Jakarta, Sinar Grafika, 1988
Soekanto, Soerdjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Sinar
Grafika, 1982
Sumartana, Th., Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di
Indonesia, Yogyakarta, Interfidei, 2001
Syahrastani, Abdul Karim, Sekte - Sekte Islam, Bandung, Pustaka,
1984
Selinger, Kevin, Encyclopedia of Social Science, London, Glenscoe,
1975
Tampubolon, Usman, Sosiologi Umat Islam Indonesia, Makalah untuk
Pengajian Iktikaf Ramadhan (PIR) XV di PP Budi Mulya,
Yogyakarta, 24 Januari 1998
Taneko, Soleman B., Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar
Sosiologi Pembangunan, Jakarta, CV Rajawali, 1984
Turner, Bryan S., Sosiologi Islam, Suatu Telaah Kritis Atas Tesa
Sosiologi Weber, Jakarta, Rajawali Grafitti, 1992
153
http://www.jurnalindonesia.com/200006/03TeoriHuntington.htm
http://www.hewett.norfolk.sch.uk/curric/soc/religion/funct3.htm
http://www.hidayatullah.com/2000/08/ihwal2.shtml#top
http://www.nazarene.org/coser.htm
http://www.pfeifer.edu/~lridiner/courses/coserr1.htm
http://faculty.fullerton,edu/morleans/581Discussion/00000213.htm
http://www.w3c,org/TR/1999/REC-html401-19991224/loose.dtd
http://www.hawaii.edu/powerkills/TCH.CHAP18.HTM
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/wawancara/wawancara
19.htm
http://isnet.itb.ac.id/institusi/fsldk/index.html
www.cf.ac.uk/socsi/ frameset_students/introsoc/durkw5.html)