Anda di halaman 1dari 10

PROSIDING

Seminar Nasional Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2014

PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR

DESAIN CATU DAYA HYBRID TENAGA SURYA DAN GENSET


BERBASIS PLC UNTUK APLIKASI PERTAMBANGAN
Ign. Agus Purbhadi Wirgiyanto, Budi Suhendro, Lucky Septian Pratama
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
Jalan Babarsari PO BOX 6101, Yogyakarta 55281
E-mail: aguspurbhadi@gmail.com

ABSTRAK
Energi listrik yang digunakan di pertambangan harus memiliki keandalan yang tinggi
untuk meminimalkan dampak yang merugikan.Sementara itu energi matahari di area
pertambangan yang luas dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif yaitu pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS). Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain system interlock catu daya
hybrid antara PLTS dan genset menggunakan PLC, beban secara otomatis disuplai bergantian
antara PLTS dan genset. Apabila baterai PLTS penuh, listrik disuplai oleh PLTS. Demikian
juga sebaliknya secara otomatis menghidupkan genset apabila baterai PLTS habis. Penelitian
ini meliputi perancangan, pembuatan, dan pengujian. Perancangan sistem kontrol dan diagram
tangga menggunakan CX Programmer PLC OMRON SYSMAC CP1E. Pembuatan panel
simulasi kontrol dilakukan dengan merangkai semua perangkat keras berupa panel surya,
genset, sensor, PLC, relai, BCR, inverter dan baterai. Panel surya yang digunakan berkapasitas
1000 WP (watt panel) dan genset berkapasitas 11.6 kVA. Pengujian dilakukan terhadap
instalasi listrik dan unjuk kerja sistem. Hasil pengujian instalasi listrik sesuai standart PUIL
2000 dengan tahanan isolasi instalasi rata-rata sebesar 162,15 M. Pengujian unjuk kerja
sistem interlockcatu daya hybrid pada kapasitas baterai kurang dari 25% (11,22 volt) genset
hidup secara otomatis memikul beban, dan saat baterai penuh (13,5 volt) genset secara otomatis
mati dan beban disuplai oleh PLTS.
Kata kunci: interlock, PLC, hybrid, genset, PLTS
ABSTRACK
Electrical energy used in mining must have high reliability to minimize adverse
impacts. While the energy of the sun in the vast mining area can be utilized as an alternative
energy ie solar power plants (SPP). The purpose of this study is to design a hybrid power
supply system interlock between SPP and generator use PLC, the load is supplied
automatically alternate between SPP and generator. When the SPP battery is full,the
electricity is supplied by solar. And vice versa automatically turn on the generator when the
SPP battery is depleted. This research includes the design, manufacture, and testing. Control
system design and ladder diagram using CX Programmer OMRON PLC SYSMAC CP1E.
Making simulation control panel is done by assembling all the hardware in the form of solar
panels, generators, sensors, PLCs, relays, BCR, inverters and batteries. The solar panels used
capacity 1000 WP (watt panels) and a capacity of 11.6 kVA generator. Tests carried out on the
electrical installation and system performance. Results of testing of electrical installations
ISBN 978-979-99141-6-3

283

Desain Catu Daya Hybrid Tenaga Surya dan Genset Berbasis PLC
untuk Aplikasi Pertambangan
Oleh: Ign. Agus Purbhadi Wirgiyanto, dkk.
compliant PUIL 2000 with the installation of insulation resistance by an average of 162.15
M. Performance testing of the interlock system on the battery capacity is less than 25%
(11.22 volts) gensets turns on automatically carry the load, and when the battery is fully
charged (13.5 volts) gensets automatically shuts down and load supplied by solar.
Keywords: interlock, PLC, hybrid,generator, SPP
PENDAHULUAN
Energi listrik yang digunakan di
pertambangan harus memiliki keandalan yang
tinggi untuk meminimalkan dampak yang
merugikan
atau
terhentinya
operasi
pertambangan yang disebabkan kontinyuitas
sistem pencatu daya listrik di pertambangan
yang yang tidak handal. Genset merupakan
pencatu daya listrik yang biasa digunakan
untuk mensuplai kebutuhan energi di
pertambangan. Namun penggunaan genset
berbahan bakar minyak membutuhkan biaya
yang mahal disamping perlu waktu untuk
perawatan dan pemeliharaan. Sementara itu
energi matahari di area pertambangan yang
luas dapat dimanfaatkan sebagai energi
alternatif yaitu pembangkit listrik tenaga
surya (PLTS).
Berdasarkan hal tersebut, penulis
melakukan penelitian tentang pembuatan
sistem interlock catu daya hybrid tenaga
surya dan genset berbasis PLC untuk
diaplikasikan sebagai pencatu daya listrik di
pertambangan.
DASAR TEORI
Sistem Hybrid
Hybrid System Sistem catu daya
hybrid Adalah penggunaan 2 sistem atau
lebih pembangkit listrik dengan sumber
energi yang berbeda. Umumnya system
pembangkit yang banyak digunakan untuk
hybrid adalah genset, PLTS, mikrohydro,
tenaga angin, maupun energi terbarukan yang
lain.

284

Sistem ini merupakan salah satual


ternatif sistem pembangkit yang tepat
diaplikasikan pada daerah-daerah yang sukar
dijangkau oleh sistem pembangkit nasional
seperti jaringan PLN atau pembangkit listrik
daerah yang menggunakan tenaga diesel.
Sistem catu daya hybrid ini
memanfaatkan renewable energy sebagai
sumber utama (primer) yang dikombinasikan
dengan sumber energi cadangan (sekunder).
Pada penelitian ini sumber utama yang
digunakan adalah PLTS dan dikombinasikan
dengan genset sebagai sumber energi
cadangan.
Sistem Interlock
Salah satu hal yang sangat menunjang
kinerja
sebuah
pertambangan
adalah
ketersediaan suplai energi listrik dan
kelancaran distribusi energi listrik. Gangguan
energi pada sistem listrik yang cukup lama
dapat mengganggu aktivitas kerja. Untuk
mengatasi hal demikian, selain diperlukan
suatu sistem pembangkit cadangan yang
dapat meminimalisasikan resiko akibat
padamnya listrik. Juga diperlukan suatu
sistem yang dapat mengamankan jalannya
proses serta pengamanan peralatan dari unit
yang paling kecil sampai keseluruhan sistem
yang disebut sistem interlock.
Pada sistem hybrid antara PLTS dan
genset,PLTS tidak bisa menangani beban
secara langsung tetapi dibutuhkan perangkat
tambahan, untuk mensuplai beban dc (direct
current) dibutuhkan pengatur tegangan
baterai
sedangkan
untuk
beban
ac

ISBN 978-979-99141-6-3

PROSIDING
Seminar Nasional Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2014

PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR


(alternating current) dibutuhkan inverter
sebagai pengubah tengangan dc dari panel
surya menjadi tegangan ac. Sedangkan genset
dapat langsung mensuplai beban ac. PLTS
sebagai energi utama biasanya efektif
beroprasi pada malam hari untuk mengurangi
konsumsi genset dan perawatan genset dapat
diminimalisasikan karena pemakaiannya
terjadwal. Selain itu pemakaian PLTS pada
malam hari dapat memaksimalkan pengisian
baterai PLTS pada siang hari. Untuk
meningkatkan kehandalan maka dibutuhkan
suatu kontrol interlock yang bekerja otomatis
pada saat pemindahan sumber daya. Bagan
sistem interlock sistem PLTS dan genset
dapat dilihat pada Gambar 1.

System adalah panel surya, Battery Charge


Regulator, baterai, dan inverter.[8]
Genset
Genset merupakan suatu alat yang
dapat mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Genset dapat digunakan sebagai
sistem cadangan listrik atau "off-grid"
(sumber daya yang tergantung atas kebutuhan
pemakai). Sistem starting elektrik ini dipakai
oleh mesin generator yang memiliki daya
sedang yaitu < 500 PK. Sistem ini
menggunakan motor DC dengan suplai listrik
dari baterai/accu 12 atau 24 volt untuk menstart Genset. Sistem starting ini dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 1. Sistem interlock pada sistem hybrid[12].


Gambar 2. Metoda starting genset[4].

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Energi surya adalah salah satu jenis
dari energi terbarukan (renewable energy).
Matahari (surya) adalah sumber energi yang
dijumpai dalam sistem galaksi, yang
menghasilkan energi yang dikumpulkan
langsung dari cahaya matahari.
Pada dasarnya Home Solar Sistem
adalah bentuk aplikasi dari pembangkit listrik
tenaga surya, pembangkit listrik tenaga surya
itu konsepnya sederhana. Yaitu mengubah
cahaya matahari menjadi energi listrik.
Bagian-bagian penting dari Home Solar

Programable Logic Contro-ller(PLC)


Merupakan
sebuah
alat
yang
digunakan untuk menggantikan relai yang
digunakan pada kendali konvensional. PLC
bekerja dengan cara mendeteksi masukan
(melalui sensor-sensor terkait), kemudian
malakukan proses dan melakukan tindakan
sesuai dengan yang dibutuhkan, berupa
menghidupkan atau mematikan keluarannya
(logic, 0 dan 1, hidup atau mati)[4]. PLC
dirancang untuk dapat menangani suatu
sistem
kendali
otomatis,
yang

ISBN 978-979-99141-6-3

285

Desain Catu Daya Hybrid Tenaga Surya dan Genset Berbasis PLC
untuk Aplikasi Pertambangan
Oleh: Ign. Agus Purbhadi Wirgiyanto, dkk.
pengendaliannya
terprogram.

dilakukan

secara

METODE PENELITIAN
Perancangan Sistem Interlock Catu Daya
Hybrid
Sistem interlock catu daya hybrid
bekerja berdasarkan skema seperti yang
terlihat pada Gambar 3.

pengkabelan ini diketahui melalui sebuah


perhitungan untuk menentukan spesifikasi
kabel baik diameter, panjang dan jenis kabel
yang digunakan seperti pada persamaan 2.1
.Hal ini dilakukan untuk meminimalkan rugi
daya dan tegangan jatuh serta meminimalkan
jumlah koneksi agar kehandalan meningkat,
dan sistem lebih aman.
(2.1)

Gambar 3. Diagram sistem interlock catu daya hybrid.

Diagram sistem hybrid terdiri dari


panel surya, genset, sensor, PLC, relai,
Baterai Charge Regulator (BCR), inverter
dan baterai. Panel surya yang digunakan
adalah panel surya dengan daya 1000 watt
yang terdiri dari lima buah panel masing
masing 200 WP yang dihubungkan secara
paralel, dengan tegangan panel surya
maksimal 19,5 voltdc. Spesifikasi panel surya
yang digunakan memungkinkan dihubungkan
dengan BCR yang dapat mengalirkan arus 50
ampere dan baterai 12 volt serta inverter
(modified sine wave) berdaya 1000 watt
dengan tegangan masukan 12 volt DC dan
tegangan keluaran 220 volt AC. Panel surya
dihubungkan sistem interlock dengan Genset
sebagai pembangkit cadangan.
Untuk menghubungkan semua bagian
dari sistem tersebut dibutuhkan sistem
pengkabelan (wiring system) dimana sistem
286

Dari hasil perhitungan, Panjang kabel


yang dibutuhkan untuk menjangkau dari
panel listrik ke panel surya adalah 7 meter.
Dengan daya masing-masing panel 200 watt
dan tegangan 12 volt, kabel yang digunakan
kabel adalah kabel tembaga serta rugi
tegangan tidak melebihi 5%. Dengan
menggunakan persamaan 2.1 Didapatkan
kabel
dengan
penampang
minimum
sehingga pada instalasi
wiring sistem hybrid digunakan kabel NYAF
dengan luas penampang
,
disesuaikan dengan keberadaan ukuran kabel
yang ada di pasaran. Sedangkan panjang
kabel dari BCR menuju baterai dan inverter
adalah 1 m sesuai manual book yang terdapat
pada BCR.
Pembuatan Panel Interlock Sistem Hybrid
Panel listrik untuk sistem control
terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm,
dengan ukuran 40x30 cm. Di dalam kotak
panel kontrol diletakan rel relai yang
ukurannya telah disesuaikan dengan ukuran
kotak panel kontrol, rel relai berfungsi
sebagai dudukan relai dan kontaktor magnet
serta MCB. Pada bagian luar kotak panel
kontrol diletakan lampu indikator, frekuensi
meter,
hourmeter,
amperemeter,
dan
voltmeter. Seperti yang terlihat pada Gambar
3.3.

ISBN 978-979-99141-6-3

PROSIDING
Seminar Nasional Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2014

PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR

Perancangan dan Pembuatan Program


PLC (Software)
1. Rangkaian Sensor
Untuk penanda bahwa baterai sudah
habis digunakan rangkaian sensor
optik berupa pasangan LED dengan
foto dioda
2. Perancangan Ladder Diagram
Pada perancangan Ladder Diagram ini
digunakan CX Programmer 9.0.

hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat


pada Tabel 1.
Tabel 1
Hasil pengujian tahanan isolasi.

No
1
2

Penginstalasian Perangkat Keras dan


Perangkat Lunak
Setelah selesai dibuat, hardware dan
software kemudian diinstalasi melalui PLC.
Diagram tangga kemudian di download ke
PLC dan dari PLC dihubungkan dengan panel
kontrol PLC dimana panel kontrol PLC ini
terhubung dengan HSS, sensor, relay-relay
dan lampu indikator.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian
Hasil uji unjuk kerja dari panel
simulator sistem interlock catu daya darurat
menggunakan PLC terdiri atas pengujian
perangkat keras (hardware) dan pengujian
perangkat lunak (software) dan pengujian
sistem Interlock.
Pengujian Panel Simulasi
Pengujian tahanan isolasi dilakukan
dengan cara menguji fasa dengan body atau
panel simulasi, nol atau netral dengan body
atau panel simulasi.
Pengujian kelistrikan dilakukan untuk
mengetahui unjuk kerja dari masing-masing
komponen kelistrikan dan pengawatan antar
komponen maupun pengawatan antara
komponen dengan panel. Hasil pengujian
tahanan isolasi rata-rata adalah 162,15 M ,

Isolasi yang diuji


Fasa dengan body
atau badan aparat
Nol atau netral
dengan body atau
badan aparat
Kaki kaki relay

Tahanan
isolasi (M)
113,92
126,41

246,12

Pengujian Ladder Diagram


Pengujian Ladder Diagram dilakukan
dengan cara melakukan simulasi dengan CX
Programmer menggunakan komputer. Setelah
Ladder Diagram selesai dibuat, untuk
mengetahui kebenarannya dapat dilihat
melalui simulasi di layar monitor komputer.
Pengujian Sistem Interlock
Pegujian sistem interlock dilakukan
setalah penginstalan hardware dam software
telah selesai dilakukan. Tujuan dari pengujian
ini yaitu untuk mengetahui apakah sistem
interlock dengan menggunakan PLC yang
telah dibuat dapat berjalan secara otomatis
atau tidak.
Pembahasan
Dari
hasil
pengujian
isolasi,
didapatkan tahanan isolasi sebesar 113,92
M antara fasa komponen dengan body atau
panel simulasi, dan 126,42 M antara nol
(netral) dengan body dan 246,12 M untuk
kaki-kaki relai. Jadi rata-rata tahanan isolasi
instalasi listrik adalah 162,15 M.Hal ini
membuktikan dengan jelas bahwa instalasi
panel simulasi sistem interlock menggunakan
PLC sudah memenuhi syarat PUIL 2000,
karena menurut PUIL 2000 (Peraturan Umum

ISBN 978-979-99141-6-3

287

Desain Catu Daya Hybrid Tenaga Surya dan Genset Berbasis PLC
untuk Aplikasi Pertambangan
Oleh: Ign. Agus Purbhadi Wirgiyanto, dkk.
Instalasi Listrik) tahanan isolasi yang
diperkenankan untuk instalasi adalah minimal
1000 kali tegangan kerja. Sedangkan dari
hasil pengujian isolasi didapatkan harga
tahanan isolasi di atas batas minimal yang
diperkenankan, sehingga instalasi pada panel
sistem interlock menggunakan PLC tersebut
memenuhi syarat aman sesuai standar PUIL
2000.
Untuk mengetahui batas tegangan
baterai atau sensor photodioda bekerja
dilakukan pengujian sistem interlock malam
hari dan siang hari. Dimana pada pengujian

malam hari diharapkan diketahui batas bawah


dari kapasitas baterai agar pensuplai beban
beralih dari PLTS ke Genset. Sedangkan pada
pengujian siang hari diketahui batas atas
tegangan beterai agar pensuplai beban beralih
dari Genset ke PLTS. Dari pengujian sistem
interlock dengan menggunakan beban 60
%dan 80 %yang dilakukan tanpa suplai arus
dari panel surya, dapat dibuat sebuah grafik
arus beban baterai fungsi waktu seperti yang
terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4. Grafik arus beban baterai fungsi waktu pada pengujian beban 60 %.

Gambar 5. Grafik arus beban baterai fungsi waktu pada pengujian beban 80 %.

288

ISBN 978-979-99141-6-3

PROSIDING
Seminar Nasional Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2014

PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR


Pengujian tersebut dilakukan dengan
selang waktu pengambilan data 1 menit. Dari
grafik tersebut dapat dilihat bahwa arus beban
baterai umumnya tetap, hal itu dikarenakan
karena tidak adanya masukan dari panel surya
untuk pengisian baterai (malam hari)
sedangkan beban yang dipakai tetap.
Sedangkan penurunan yang signifikan pada
grafik menunjukan pada saat tersebut adanya
pengalihan suplai dari PLTS ke Genset.
Setelah suplai dipindahkan ke Genset, arus
beban baterai tetap turun karena baterai masih
tetap digunakan untuk menghidupkan
inverter. Tetapi pada saat tegangan pada
baterai 12,2 maka dengan otomatis BCR akan
mematikan inverter. Selanjutnya untuk
menunjukan adanya perpindahan suplai dari
PLTS ke PLN pada pengujian malam hari
(tanpa suplai arus dari panel surya), dalam
dilihat pada grafik tegangan baterai fungsi
waktu seperti yang pada Gambar 6.

Dari grafik tersebut dapat disimpulkan


bahwa dengan beban 60 watt PLTS akan
menyuplai beban selama 86 menit. Setelah
tegangan pada baterai 12,22 maka kedua
lampu indikator pada BCR mati dan otomatis
genset akan starting dan setelah 5 detik
setelah starting sesuai dengan perintah ladder
diagram, beban akan langsung disuplai oleh
genset.
Sedangkan pada pengujian dengan
beban 80 watt PLTS akan menyuplai beban
selama 40 menit. Setelah tegangan pada
baterai 12,22 maka kedua lampu indikator
pada BCR mati dan otomatis genset akan
starting dan 5 detik setelah genset hidup
sesuai dengan perintah ladder diagram, beban
akan langsung disuplai oleh genset. Grafik
hubungan tegangan baterai dengan waktu
dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 6. Grafik tegangan baterai fungsi waktu dengan beban 60 %.

ISBN 978-979-99141-6-3

289

Desain Catu Daya Hybrid Tenaga Surya dan Genset Berbasis PLC
untuk Aplikasi Pertambangan
Oleh: Ign. Agus Purbhadi Wirgiyanto, dkk.

Gambar 7 Grafik tegangan baterai fungsi waktu dengan beban 80 %.

Pada pengujian siang hari (dengan


suplai dari panel surya) tidak tepaku pada
beban, karena suplai yang awal adalah genset.
Pada pengujian ini dipakai hanya pada beban
60 watt dapat dibuat sebuah grafik arus beban
baterai fungsi waktu seperti yang terlihat pada
Gambar 8.
Pengujian siang hari juga dimulai
dengan selang waktu pengambilan data 1
menit Karena pengujian dilakukan pada siang
hari, maka arus baterai mengalami osilasi
yang tidak stabil karena arus baterai
tergantung
pada
kondisi
penyinaran

matahari. Selanjutnya untuk menunjukan


adanya perpindahan suplai dari genset ke
HSS pada pengujian siang hari (dengan suplai
arus dari panel surya), dapat dilihat pada
grafik tegangan baterai fungsi waktu seperti
yang pada Gambar 9.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan beban 60 % pada tegangan
baterai 13,5 volt merupakan tegangan untuk
menghidupkan 2 lampu indikator BCR. Hal
ini menandakan suplai beban akan
dipindahkan dari genset ke panel surya pada
tegangan tersebut.

Gambar 8. Grafik arus fungsi waktu pada pengujian siang hari.

290

ISBN 978-979-99141-6-3

PROSIDING
Seminar Nasional Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang Tahun 2014

PUSAT TEKNOLOGI BAHAN GALIAN NUKLIR

Gambar 9. Grafik tegangan baterai fungsi waktu pada pengujian siang hari.

Pengujian sistem interlock telah sesuai


dengan hasil yang diharapkan, yaitu sistem
interlock dapat bekerja secara otomatis.
Adapun urutan proses kerjanya adalah
sebagai berikut:
1.

2.

Kondisi awal rangkaian dihidupkan


Saat tombol ON ditekan, sistem
akan member waktu tunda 10 detik
sebelum R3a dan R3b aktif. R3a dan R3b
adalah relai 24 volt yang berfungsi
sebagai masukan dari masing-masing
jenis suplai (R3a adalah masukan panel
surya dan R3b adalah masukan dari
genset. Setelah R3a dan R3b aktif, BCR
(battery charge regulator) akan membaca
kapasitas baterai saat itu.
Pada kondisi kapasitas baterai 100%
Jika kapasitas baterai 100%, maka
2 lampu indikator pada BCR akan
menyala, sehingga sensor fotodioda akan
menerima input, sensor akan aktif.
Sensor fotodioda tersebut dihubungkan
dengan relai (R1 dan R2) sebagai
keluarannya, sesuai dengan program
yang telah dibuat dimana saat kedua relai
ini hidup maka mengaktifkan R4 (R4
adalah keluaran inverter/panel surya),
dengan R4 dalam posisi aktif, maka

3.

beban akan disuplai oleh panel surya, hal


ini ditunjukkan dengan menyalanya
lampu indikator surya pada kotak panel
kontrol, sedangkan lampu indikator
genset mati.Pada saat tegangan mulai
berkurang dan 1 lampu indikator mati.
Beban akan tetap disuplai oleh panel
surya sampai kedua lampu indikator pada
BCR mati.
Pada kondisi kapasitas baterai 25%
Jika kapasitas baterai 25%, maka 2
lampu indikator mati, sehingga sensor
fotodioda tidak menerima input, dan
sensor tidak aktif. sesuai dengan program
yang telah dibuat dimana saat kedua relai
ini tidak hidup maka mengaktifkan R6
selama 4 detik,sesuai dengan timer 002
yang aktif. Apabila genset tidak mau
starter selama 4 detik maka ada waktu
tunda selama 10 detik (timer 004) setelah
10 detik barulah timer 003 aktif dan
genset akan starter selama 3 detik,
setelah genset menyala maka akan
menghidupkan timer 001 untuk memberi
waktu tunda 5 detik untuk genset
menyuplai beban. Selama genset start
dan dalam waktu tunda 5 detik beban
masih disuplai oleh oleh PLTS sehingga
catu daya ke beban tidak terputus.

ISBN 978-979-99141-6-3

291

Desain Catu Daya Hybrid Tenaga Surya dan Genset Berbasis PLC
untuk Aplikasi Pertambangan
Oleh: Ign. Agus Purbhadi Wirgiyanto, dkk.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
perancangan,
pembuatan dan pengujian sistem interlock
catu daya hybrid PLTS dan Genset dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Instalasi sistem interlock catu daya
hybrid PLTS dan Genset memenuhi
syarat PUIL 2000 dengan nilai tahanan
isolasi rata-rata sebesar 162,15 M.
2. Sistem interlock catu daya hybrid bekerja
mensuplai beban menggunakan Genset
apabila kapasitas baterai PLTS 25 %
atau tegangan terminal baterai PLTS
sebesar 11,22 volt (DC).
3. Pada pengujian malam hari dengan beban
80 % genset akan starting pada menit ke
86 dan 40 dengan tegangan baterai 12,22
volt. Setelah Genset mengeluarkan
tegangan, beban langsung disuplai oleh
genset.
4. Pada pengujian siang hari dengan beban
80 % genset padam pada menit ke 140
dengan tegangan baterai 13,5 volt dan
beban dialihkan ke PLTS.
Saran
Keandalan sistem perlu diuji untuk
pemakaian jangka panjang karena terkait
kualitas bahan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. ANWIR, A., Rancang Bangun Simulasi
Otomasi Catu Daya Darurat Tanpa
Terputus, Laporan Tugas Akhir, STTNBATAN, Yogyakarta, 2009.
2. APRILAWATI, H.,Perancangan Unit
Instalasi Genset di PT. AICHI TEX
Indonesia, Laporan Tugas Akhir
Program Diploma III, Politeknik Negeri
Bandung, Bandung, 2007.
292

3. HARTEN,
P.V.,
SETIAWAN,
E.,Instalasi Listrik Arus Kuat I, Bina
cipta, Bandung, 1986.
4. KRISTINA,
D.,Rancang
Bangun
Simulasi Sistem Interlock Catu Daya
Darurat Menggunakan PLC, Laporan
Tugas Akhir, STTN-BATAN, Yogyakarta,
2012.
5. Panitia PUIL, , Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000),
Yayasan PUIL, Jakarta, 2000.
6. PURBHADI, A.,Petunjuk Praktikum
Perlengkapan Sistem Tenaga, STTNBATAN, Yogyakarta, 2006.
7. PUTRA,
A.E.,PLC
Konsep,
Pemrograman, dan Aplikasi, Gava
Media, Yogyakarta, 2004.
8. RENDI.,Rancang
Bangun
Sistem
Interlock Pada Home Solar System
Menggunakan PLC, Laporan Tugas
Akhir, STTN-BATAN, Yogyakarta, 2013.
9. SETIAWAN, I.,Programmable Logic
Controller
(PLC)
dan
Teknik
Perancangan Sistem Kontrol, ANDI,
Yogyakarta. 2006.
10. SUHONO., Invetarisasi Permasalahan
Pada Instalasi Solar Home System Di
Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta,
Laporan Kerja Praktek, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta, 2009.
11. TAZVINGA,
H.,Photovoltaic/Diesel/
Battery Hybrid Power Suplay Sistem,
VDM, South Africa, 2010.
12. YULINDA,
F.,Rancang
Bangun
Simulasi Sistem Hybrid Tenaga Surya
dan Tenaga Angin Sebagai Catu Daya
Base Transceiver Station (BTS) 3G,
Laporan Tugas Akhir, Universitas
Indonesia, Jakarta, 2009.

ISBN 978-979-99141-6-3

Anda mungkin juga menyukai