Pengklasifikasian Relay Sistem Pentanahan Dan Proteksi
Pengklasifikasian Relay Sistem Pentanahan Dan Proteksi
Disusun Oleh :
M Yudha Rizki P
(115060300111036)
(115060307111044)
KATA PENGANTAR
Pertama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmatNya kepada kami. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Harry
Soekotjo Dachlan selaku dosen mata kuliah Sistem Pentanahan dan Proteksi, sehingga
makalah ini bisa terselesaikan.
Kami sebagai penyusun makalah berharap dengan makalah pengklasifikasian relay
ini bisa menambah pengetauhan dan pengertian tentang mata kuliah Sistem Pentanahan
dan Proteksi khususnya bagi kami sendiri, dan pembaca. Selain itu kami juga menyadari
masih banyaknya kekurangan pada makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sistem penyaluran tenaga listri baik dalam tegangan tinggi (high voltage) yakni
jaringan tansmisi maupun untuk tegangan rendah (low voltage) yakni jaringan distribusi,
dibutuhkan menjadi sistem penyaluran yang baik dan sesuai standar yakni dapat
menyalurkan dengan baik dan kontinyu, artinya berkelanjutan tanpa adanya ganguan baik
secara teknis maupun nonteknis. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu
alat proteksi yag baik agar dapat mendeteksi kesalahan atau gangguan secara baik dan
dapat pula memperbaikinya dengan baik pula.
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan relay sudah banyak dijumpai. Di bidang
rumah tangga, komunikasi, transportasi, komersil, dan industri relay merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan lagi. Di setiap aspek yang menggunakan listrik, maka kemungkinan
terdapat penggunaan relay.
Salah satu alat yang umum digunakan tersebut adalah relay, relay merupakan suatu
alat proteksi yang dapat memproteksi beberapa jenis ganguan yang umum terjadi pada
suatu jaringan transmisi maupun distribusi. Untuk itu dibutuhkan pemahaman mengenai
relay tersebut terutama bagi mahasiswa teknik elektro yang bergerak dibidang kelistrikan.
Itulah yang menjadi latar belakang penulis menyusun makalah yang berjudul
Pengklasifikasian Relay .
Hal yang paling penting pada penggunaan relay terdapat pada sistem daya listrik, dari
sisi pembangkit, transmisi, distribusi, dan beban. Relay disini berfungsi sebagai pendeteksi
dan proteksi terhadap gangguan sistem. Jenis relay beragam dengan fungsi yang beragam
pula. Makalah pengklasifikasian relay ini dibuat untuk mengetauhi jenis-jenis dan fungsi
relay-relay yang sering digunakan pada sistem daya elektrik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Relay secara umum
Relay merupakan perangkat elektronik yang didesain untuk merespon sebuah masukan
tertentu dengan kondisi tertentu, sehingga ketika kondisi telah penuh alat tersebut
memberikan sinyal keluaran yang digunakan perangkat lain untuk melakukan operasi pada
sistem. Input yang digunakan relay merupakan besaran elektris (arus, tegangan, dan daya),
mekanis, thermal, atau kombinasi dari besaran besaran di atas.
2.2 Prinsip Kerja Relay dan Fungsi Secara Umum
Relay pada dasarnya bekerja mengubah sinyal masukan berupa besaran elektris,
mekanis, atau thermal dengan suatu kondisi tertentu (integrasi waktu) menjadi sinyal
keluaran yang akan digunakan perangkat lain untuk beroperasi.
Relay apabila bekerja sendiri hanyalah merupakan sebuah pendeteksi gangguan yang
sifatnya sebagai alarm. Relay tidak mampu mengatasi gangguan pada sistem tanpa adanya
circuit breaker. Relay diibaratkan otak yang digunakan untuk mesensing gangguan dan
circuit diibaratkan otot yang dikendalikan relay untuk membuka rangkaian dan
mengisolasi area yang bermasalah pada sistem daya.
Relay adalah komponen listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi medan
elektromagnetis. Jika sebuah penghantar dialiri oleh arus listrik, maka di sekitar
penghantar tersebut timbul medan magnet. Medan magnet yang dihasilkan oleh arus listrik
tersebut selanjutnya diinduksikan ke logam ferromagnetis.
Penjelasan Gambar:
1. Amarture, merupakan tuas logam yang bisa naik turun. Tuas akan turun jika tertarik
oleh magnet ferromagnetik (elektromagnetik) dan akan kembali naik jika sifat
kemagnetan ferromagnetik sudah hilang.
2. Spring berfungsi sebagai penarik tuas. Ketika sifat kemagnetan ferromagnetik
hilang, maka spring berfungsi untuk menarik tuas ke atas.
3. Shading Coil, ini untuk pengaman arus AC dari listrik PLN yang tersambung dari C
(Contact).
4. NC Contact, NC (Normally Close). Kontak yang secara default terhubung dengan
kontak sumber (kontak inti, C) ketika posisi OFF.
5. NO Contact, NO (Normally Open). Kontak yang akan terhubung dengan kontak
sumber (kontak inti, C) ketika posisi ON.
6. Electromagnet, kabel lilitan yang membelit logam ferromagnetik. Berfungsi
sebagai magnet buatan yang sifatya sementara. Menjadi logam magnet ketika lilitan
dialiri arus listrik, dan menjadi logam biasa ketika arus listrik diputus.
7. Aplikasi Rangkaian Pemicu Relay ini adalah rangkaian yang akan memicu relay
untuk menjadi ON pada kondisi tertentu. Rangkaian pemicu ini biasanya memiliki
sensor atau rangkaian timer (memanfaatkan 'time delay'). Rangkaian yang
Sistem Pentanahan dan Proteksi
menggunakan sensor misalnya sensor suhu, sensor air, sensor cahaya, sensor arus,
dll. Sedangkan rangkain timer misalnya timer pada mesin cuci, dll.
Sebenarnya aplikasi relay banyak sekali. Dari mobil-mobilan, kulkas, lampu sein motor
dan mobil, pompa air otomatis, hingga peralatan pada pesat terbang. Dari relay yang
jenisnya kecil hingga yang mempunyai daya besar. Dari relai DC 5 volt, 12 volt hingga
yang bervoltase tinggi. Keuntungan dari penggunaan relay sendiri adalah:
Relay juga menjadi solusi pada switch dengan arus yang besar
Bisa melakukan switch pada banyak kontak dalam waktu yang bersamaan
4. Relay monitoring
5. Relay auxiliary
2.3.1
Relay Proteksi
Relay ini beroperasi pada keadaan yang tidak bisa ditoleransi oleh sistem. Relay ini
sangat penting dan dipasang di semua peralatan sistem daya elektrik, mulai dari sisi
pembangkitan, transmisi, distribusi dan sisi beban.
2.3.1.1 Pengertian Relay Proteksi
Relay adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur /memasukan
suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan lain.
2.3.1.2 Perangkat Sistem Proteksi
Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri dari
komponen-komponen berikut :
1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya
memberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT).
2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran listrik
primer dari sistem yang diamankan ke relai (besaran listrik sekunder).
3. Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.
4. Batere beserta alat pengisi (batere charger) sebagai sumber tenaga untuk
bekerjanya relai, peralatan bantu triping.
5. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sisrkit sekunder (arus dan/atau tegangan),
sirkit triping dan sirkit peralatan bantu.
Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama. Masingmasing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :
1.
Elemen pengindera.
Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan,
frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian ini besaran
Sistem Pentanahan dan Proteksi
yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan
gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke
elemen pembanding.
2.
Elemen pembanding.
Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima
oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat
keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.
3.
Elemen pengukur/penentu.
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepat pada besaran ukurnya
dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah
keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat
pembanding sekaligus alat pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan
besaran dari alat pengindera dan membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja
relay.
Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya,
maka kumparan relay akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda
dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT.
Sebagai sumber energi penggerak adalah sumber arus searah atau baterai.
2.3.1.3 Syarat-syarat Relay Proteksi
Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem proteksi
yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1.
Sensitif.
Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu dari
suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk dalam jangkauan
pengamanannya. Relay proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah
pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan
rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk
memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal
ini tidak boleh terbuka.
2.
Selektif.
Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam
mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil. Relay
proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi
didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan
gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya.
3.
Cepat.
Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan
Handal.
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi tidak
Ekonomis.
Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan relay proteksi mempunyai
Sederhana.
Perangkat relay proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan fleksibel.
Relay arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika ialah jika jangka waktu
relay mulai saat relai arusnya pick up (kerja) sampai selesainya kerja relai sangat singkat
(20-100 ms), yaitu tanpa penundaan waktu. Relay ini pada umumnya dikombinasikan
dengan relai arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) atau waktu
terbalik (inverse time) dan hanya dalam beberapa hal berdiri sendiri secara khusus.
2. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (Definite time over current relay)
Relay arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jika jangka waktu mulai
relay arus pick up sampai selesainya kerja relai diperpanjang dengan nilai tertentu dan
Sistem Pentanahan dan Proteksi
tidak tergantung dari besarnya arus yang menggerakan. Relay ini bekerja berdasarkan
waktu tunda yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak tergantung pada perbedaan
besarnya arus.
3. Relay arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (Inverse time over current relay)
Relay dangan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu mulai relay arus
pick up sampai selesainya kerja diperpanjang dengan besarnya nilai yang berbanding
terbalik dengan arus yang menggerakkan. Relay ini bekerja dengan waktu operasi
berbanding terbalik terhadap besarnya arus yang terukur oleh relai. Relay ini mempunyai
karakteristik kerja yang dipengaruhi baik oleh waktu maupun arus.
4. Inverse Definite Time Relay
Relay ini mempunyai karakteristik kerja berdasarkan kombinasi antara relai invers dan
relay definite. Relay ini akan bekerja secara definite bila arus gangguannya besar dan
bekerja secara inverse jika arus gangguannya kecil.
Sistem proteksi memiliki komponen utama yaitu Relay, jenis-jenis relay ini dapat di
gunakan pada system pembangkitan, transmisi tenaga listrik, system distribusi dll.
2.3.1.5 Jenis-jenis Relay Proteksi
Adapun jenis-jenisnya adalah sbb :
No
1
2
4
5
Nama Relay
Fungsi Relay
Untuk mendeteksi gangguan 2 fasa atau
Relay jarak (distance relay)
3 fasa di muka generator sampai batas
jangkauannya.
Pengaman Bantu generator untuk
Relay periksa sinkron
mendeteksi persaratan sinkronisasi
(parallel).
Mendeteksi turunnya tegangan sampai
Relay tegangan kurang (under dibawah harga yang di izinkan (relay ini
voltage relay)
bekerja apabila sebelum rele loss of field
bekerja)
Untuk mendeteksi daya balik, sehingga
Relay daya balik (reverse power
mencegah generator bekerja sebagai
relay)
motor.
Untuk mendeteksi kehilangan medan
Relay kehilangan medan penguat
penguat generator.
No
Nama Relay
Fungsi Relay
Untuk mendeteksi arus urutan negatif
yang disebabkan oleh beban tidak
seimbang pada batas-batas yang tidak
diizinkan
Sistem Pentanahan dan Proteksi
10
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
2.3.2
Relay Regulasi
Relay ini beroperasi pada keadaan sistem yang normal, apabila terjadi gangguan maka
sistem ini tidak akan bekerja. Relay ini berfungsi sebagai pengatur suatu besaran elektrik.
Relay ini biasanya diterapkan sebagai tap changer pada trafo dan voltage regulator pada
pembangkit, untuk mengontrol tegangan pada beban yang berubah ubah.
2.3.3
Relay ini biasanya digunakan sebagai pengenergize atau pemulih saluran agar
beroprasi kembali setelah terjadinya gangguan, dan interkoneksi peralatan yang
preenergize pada sistem
Sistem Pentanahan dan Proteksi
11
2.3.4
Relay monitoring
Relay ini digunakan untuk mengetahui kondisi suatu sistem daya ataupun keadaan
sistem proteksi. Pada sistem, relay ini berfungsi untuk memonitor keadaan rangkaian, dan
alarm. Contoh relay ini adalah relay arah, pendeteksi gangguan, pengecek tegangan dimana
relay ini hanya mensensor gangguan pada sistem daya secara tidak langsung.
2.3.5
Relay Auxiliary
Relay ini digunakan di hamper semua sistem proteksi dengan tujuan yang berbeda
beda. Pada dasarnya relay ini dikategorikan menjadi 2 yaitu contact multiplication dan
pengisolasi rangkaian
2.4 Pengklasifikasian lain
Di atas telah dibahas pengklasifikasian relay berdasarkan fungsinya. Dalam sistem
daya elektrik terdapat banyak jenis relay yang digunakan, selain berbeda fungsi terdapat
relay yang masukannya berbeda, prinsip kerjanya, dan karakteristik performanya.
1. Relay berdasarkan masukannya diklasifikasikan menjadi :
-
Relay arus
Relay tegangan
Relay daya
Relay frekuensi
Relay suhu
Relay elektromekanis
Relay solid state
Relay digital
Relay percentage differential
Relay multi restraint
Relay product unit
Relay jarak
Relay reaktansi
Relay arah arus lebih
Relay fasa
Relay ground
Relay cepat
Relay lambat
Sistem Pentanahan dan Proteksi
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Relay adalah suatu alat yang
bekerja secara otomatis untuk mengatur /memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip
atau alarm) akibat adanya perubahan lain. Perangkat relay proteksi dibagi dalam beberapa
elemen diantaranya adalah elemen pegindraan, elemen pembanding, elemen pengukur atau
eleme penentu.
Relay proteksi yang baik adalah relay yang telah memenuhi beberapa syarat relay
proteksi, adapun syarat itu diantaranya adalah, sesnsitif, selektif, handal, cepat, lebih
ekonomis, sederhana. Sederhana disini maksudnya adalah sederhana dari segi teknik
pemasangan dan pengoperasiannya. Adapaun jenis-jenis dari relay proteksi ini diantaranya
adalah Relay jarak (distance relay), Relay periksa sinkron, Relay tegangan kurang (under
voltage relay), Relay daya balik (reverse power relay), Relay kehilangan medan penguat,
Relay fasa urutan negative, Relay arus lebih seketika (over current relay instanteneous),
Relay arus lebih dengan waktu tunda (time over current relay), Relay penguat lebih (over
excitation relay), Relay tegangan lebih , Relay waktu (time delay) (voltage balanced
Sistem Pentanahan dan Proteksi
13
relay), Relay stator gangguan tanah (stator ground fault relay), Relay kehilangan
sinkronisasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://smart-chameleon.blogspot.com/2013/11/Cara-Kerja-Dan-Kegunaan-KomponenElektronika-Relay.html
Sutrisno. (2000). Sistem Proteksi Tenaga Listrik. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Press.
Thomas J. Domin & J. Lewis Blackburn (2007). Protective Relaying: CRC Press
15
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
Pengklasifikasian Relay...........................................................................................7
2.3.1
Relay Proteksi......................................................................................................7
Relay Regulasi...................................................................................................11
2.3.3
2.3.4
Relay monitoring...............................................................................................12
2.3.5
Relay Auxiliary..................................................................................................12
2.4
Pengklasifikasian lain............................................................................................12
Kesimpulan............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
16