Anda di halaman 1dari 9

Pasien RSUD DR Soetomo Naik 200 Persen Pasca BPJS

Surabaya- Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola Badan Pengelola
Jaminan Sosial kesehatan ditanggapi antusias oleh masyarakat. Mereka banyak menyerbu rumah
sakit favorit sehingga terjadi penumpukan.
Di Surabaya, pasien yang berobat ke RSUD DR Soetomo membludak hingga tiga kali lipat atau
naik 200 persen. Bila sebelum ada BPJS jumlah pasien 1.000-1.200 pasien, kini berlipat menjadi
3.000 pasien per hari.
Hal ini membuat loket di IRJ (Instalasi Rawat Jalan) menjadi penuh sesak, kata wakil Direktur
Pelayanan Medik RSUD DR Soetomo, Kohar Hari Santoso ketika dihubungi Senin 20 Januari
2014.
Ketua Komisi Kesehatan DPRD Jawa Timur Sugiri Suncoko mengatakan BPJS mengubah
perilaku masyarakat. Karena ongkos berobat murah alias ditanggung asuransi, warga
berbondong-bondong ke rumah sakit.
Ada beberapa pasien yang sebetulnya tidak mempunyai penyakit parah berobat ke DR Soetomo,
salah satu rumah sakit rujukan terbaik di Indonesia bagian timur. Hanya sakit flu, batuk, sakit
perut berobatnya langsung ke DR Soetomo. Sebetulnya ke puskesmas saja bisa dapat diobati
kenapa harus di DR Soetomo? kata Sugiri seusai inspeksi mendadak ke RSUD DR Soetomo.
Sugiri mengatakan DPRD akan memanggil Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur agar
segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan kotakabupaten membenahi sistem JKN. Dinas
diminta mengawasi mekanisme rujukan pasien dari daerah agar pasien yang tidak mempunyai
penyakit yang berbahaya tidak perlu dirujuk ke DR Soetomo. Jangan jadi Soetomo sentris
seperti ini.
Selain penumpukan pasein, Sugiri mengatakan, dalam inspeksi mendadak dirinya juga menyoroti
pelayanan pasien BPJS di loket pendaftaran. Loket pelayanan tersebut perlu ditambah. Jika
pasien sakit datang ditambah dengan antrian yang panjang bisa bisa tambah sakit, katanya.
Masalah lain yang nampak adalah kurang banyaknya pekerja yang terkover oleh BPJS. Saat ini
menurut Sugiri jumlah pekerja di Jawa Timur sekitar 5 juta lebih sedangkan yang telah terkover
oleh Jamsostek hanya sekitar 1 juta lebih. Kami mengimbau dan harus mendaftarkan
pekerjanya ke BPJS kalau tidak bisa dipidana seperti yang tertera dalam Undang-Undang BPJS,
katanya.

Gubernur sudah menyampaikan surat pemberitahuan kepada para pengusaha (Apindo) untuk
segera memasukan pekerjanya dalam BPJS. Itu penting agar pekerja lebih tenang dan tidak
menjadi masalah baru lagi.
Pelaksanaan BPJS telah memasuki hari ke-20. Ia berharap banyak kekurangan dalam
pelaksanaan BPJS di Jawa Timur, terutama pekerja yang belum masuk Jamsostek, bisa segera
diurus.
Gaya Kepemimpinan Ahok Temperamental Tegas
Lembaga survei Cyrus Network mengatakan mayoritas masyarakat menilai Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan sosok pejabat publik yang temperamental
namun tegas dan berani dalam menjalankan tugas.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Cyrus Network terhadap 1.000 responden di Jakarta
pada 2-7 Maret 2015, sebanyak 17,5 persen responden menilai Ahok temperamental, sedangkan
50,3 persen di antaranya menilai sikap Ahok selama ini dalam memimpin ibu kota tegas dan
berani.
"Sehingga publik menilai Ahok sebagai Gubernur yang arogan dan temperamental namun
dianggap tegas dan berani," kata CEO Cyrus Network Hasan Nasbi dalam pemaparan hasil
survei Cyrus Network, di Jakarta, Kamis (12/3).
Hasan mengatakan penilaian publik terhadap Ahok itu kontras dengan penilaian terhadap DPRD
DKI Jakarta, khususnya menyangkut polemik dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) belakangan ini. Sebanyak 10,2 persen responden menyatakan DPRD DKI Jakarta
bermasalah.
"Survei juga menunjukkan apresiasi warga Jakarta terhadap kinerja Ahok lebih tinggi jika
dibandingkan dengan apresiasi terhadap kinerja DPRD DKI Jakarta. Dalam rentang 1-10 publik
memberikan nilai 6,34 bagi Ahok, dan 5,96 untuk DPRD," jelas dia.
Dalam survei itu juga diketahui kepercayaan publik terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama atau Ahok jauh lebih tinggi ketimbang terhadap DPRD DKI Jakarta, khususnya
terkait polemik dana APBD yang belakangan terjadi.
Sebanyak 63,4 persen responden menilai Ahok lebih dapat dipercaya, sedangkan 8,6 persen
percaya DPRD DKI Jakarta.
Terhadap Ahok, 27,15 persen responden menganjurkan yang bersangkutan mengedepankan
dialog dengan DPRD DKI Jakarta, sementara 25,75 persen responden menganjurkan agar Ahok
melaporkan dugaan penyelewengan dalam dana APBD kepada aparat hukum.

Sementara itu terhadap DPRD, 32,77 persen responden menantang agar DPRD DKI Jakarta
dapat membuktikan secara hukum segala tudingan dan kecurigaan Ahok pada DPRD keliru,
sedangkan 28,56 persen responden menganjurkan agar DPRD DKI Jakarta mengedepankan
dialog dengan Ahok.
"Yang menarik dukungan publik terhadap Hak Angket hanya 2,51 persen," ujar Hasan. Lebih
jauh 95 persen responden menilai popularitas Ahok masih sangat tinggi dengan tingkat kesukaan
sebesar 66,6 persen serta 62 persen responden menilai Ahok layak memimpin DKI Jakarta
kembali di periode berikutnya.

Kronologis Konflik Ahok vs DPRD DKI Jakarta


Konflik yang terjadi antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan
DPRD DKI Jakarta kini telah memasuki babak baru. Hal itu terlihat setelah sembilan fraksi yang
berada di DPRD sepakat untuk melakukan hak angket terkait APBD DKI 2015.
Dua pihak yang berseberangan itu saling melemparkan bola panas. Awal mulanya konflik itu
muncul setelah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengajukan draf APBD ke
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Terkait pengajuan itu, Ahok dinilai DPRD telah
melanggar kesepakatan kedua belah pihak, pasalnya draf yang dikirimkan Ahok ke Menteri
Tjahjo Kumolo bukanlah draf APBD yang telah disetujui bersama dalam paripurna DPRD.
Ketika dikonfirmasi soal hal itu, Ahok mengakui bahwa dirinya memang tidak mengirimkan draf
APBD yang telah disepakati tersebut. Pasalnya, mantan Bupati Belitung Timur itu menilai, ada
dana "siluman" sebesar Rp12,1 triliun yang tiba-tiba muncul di draf tersebut.
Bagaimana awal mulanya konflik yang terjadi antara eksekutif dengan legislatif itu? Berikut
kronologis lengkapnya.
27 Januari 2015
Pada 27 Januari 2015, DPRD menggelar sidang paripurna bersama dengan Pemprov DKI
Jakarta. Dalam sidang itu, ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Mursadi telah mengetuk palu
dan memutuskan APBD DKI sebesar Rp73,08 triliun. Jumlah tersebut meningkat 0,24 persen
dibandingkan APBD 2014 lalu.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M. Taufik mengatakan anggaran yang
diajukan itu berkurang dari yang diajukan KUA-PPAS oleh Ahok melalui surat Nomor 2525/1.173 tanggal 13 November 2014. Nilai besaran RAPBD 2015 yang semula diajukan Ahok
mencapai lebih dari Rp76 triliun.

"Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2015
sebagaimana diusulkan oleh pihak eksekutif, total anggaran yang diusulkan Rp 73,08 triliun atau
meningkat 0,24 persen dibanding dengan Perubahan APBD 2014 sebesar Rp 72,9 triliun," kata
Taufik di Ruang Sidang Paripurna DPRD DKI, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (27/1/2015).
2 Februari 2015
Enam hari setelah paripurna, tepatnya tanggal 2 Februari 2015 Pemerintah DKI pun mengajukan
draf APBD 2015 ke Kemendagri.
Empat hari setelah mengirimkan draf APBD, pada tanggal 6 Februari 2015 draf APBD yang
telah dikirimkan pun dikembalikan ke Pemerintah DKI dengan alasan tidak lengkap.
Kemendagri sendiri sudah menerima berkas APBD 2015 Pemprov DKI pada 5 Februari, di mana
dokumen itu sudah dilengkapi surat persetujuan bersama dari DPRD DKI. Namun, masalah
datang dari adanya berkas lampiran yang tak sesuai aturan.
"Lampiran 1A-nya yakni ringkasan APBD-nya tidak ada, belanja tidak langsung Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) tidak ada dan format serta struktur APBD tidak sesuai
dengan PP No 58 tahun 2005 dan Permendagri No 13 tahun 2006," kata Dirjen Daerah
Kemendagri Reydonnyzar Moenoek, Minggu (9/2/2015).
Menurutnya, format yang diajukan Pemprov dengan sistem e-budgeting tidak memerlukan tanda
tangan dewan di setiap lembarnya.
9 Februari 2015
Ahok mengakui draf APBD yang telah dikirimkan ke Kemendagri dipulangkan lagi ke Pemprov
DKI. Pasalnya, menurut Ahok, ada pihak DPRD yang juga telah mengajukan draf APBD DKI
versi mereka ke Menteri Tjahjo.
"Sebenarnya gini, ini nggak ada bukti sih jadi DPRD kirim surat ke Kemendagri mengatakan
yang dikirim ke situ harus minta izin mereka. Padahal prosedur yang betul adalah setelah
Mendagri mengoreksi, baru kita kembalikan bahas dengan Banggar," ujar Ahok di Balai Kota,
Senin (9/2/2015) lalu.
"Kalau menurut kami, DPRD ini terlalu cepat bikin surat kepada Mendagri. Nah, Mendagri
mengatakan kami belum minta izin dia (DPRD). Begitu ketok palu kan kita langsung serahkan
Kemendagri, nanti Mendagri koreksi baru kita kembali ke DPRD untuk bahas bersama Banggar,
panitia anggaran. Baru sama-sama kirim lagi," tegas Ahok.
11 Februari 2015

Setelah menyadari ada pihak DPRD mengajukan draf ke Kemendagri, Ahok pun geram.
Terlebih, kata Ahok, anggaran yang diajukan DPRD ke Memteri Tjahjo tidak menggunakan
sistem e-budgeting. Ahok berkeyakinan jika format APBD 2015 yang diajukan menggunakan ebudgeting tidak akan ada yang bisa diotak-atik. Ia beranggapan jika hal itu diubah-ubah maka
akan ada program DKI yang berantakan.
Namun, sebelumnya DPRD menganggap APBD yang diajukan DKI ke Kemendagri tidak sah,
karena tidak ada paraf Ketua DPRD selaku Ketua Badan Anggaran (Banggar).
"Makanya itu yang saya bilang, kalau kami bisa berantem dengan DPRD (berantem deh). Kalian
masih ingat enggak, waktu tahun 2012, saya minta potongan (anggaran) dan saya pangkas, tibatiba sudah masuk ke Mendagri (APBD) dalam bentuk bukan versi saya, makanya sekarang saya
paksa pakai e-budgeting," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (11/2/2015). Ahok juga
mengatakan, setelah DPRD DKI menilai APBD yang diajukan Ahok ke Kemendagri tidak sah,
DPRD DKI kembali menyerahkan APBD versi mereka, tanpa menggunakan sistem e-budgeting
yang selama ini digembar-gemborkan oleh Ahok.
Menanggapi hal itu, Ahok mengaku telah melakukan komunikasi kepada Mendagri Tjahjo
Kumolo. Ia juga berharap agar menteri Tjahjo tidak menerima APBD versi DPRD. Menurut
Ahok, melalui penggunaan e-budgeting, dokumen APBD yang diajukan ke Kemendagri tidak
perlu paraf Ketua DPRD DKI. Setelah mendapat evaluasi Kemendagri, baru ditandatangani antar
eksekutif dengan legislatif.
"Sekarang enggak boleh pakai paraf lagi, karena sudah pakai lock dan pakai password. Supaya
tidak ada lagi orang si A, si B merubah-rubah anggaran. Ini DPRD gila nih," kata Ahok.
13 Februari 2015
Mendengar sikap Ahok yang selalu menuding DPRD DKI Jakarta, ketua DPRD Prasetyo pun
angkat bicara dan meluapkan kekesalanya lantaran tersinggung dengan perkataannya.
"Saya ingin mengklarifikasi pernyataan Gubernur di sini, bahwa saya bukan oknum. Saya
sebagai pimpinan lembaga di sini sebagai ketua DPRD melihat rancangan 2015 yang bukan kita
bahas dan sepakati yang ternyata dikirim ke sana, ke Kemendagri," ujar Prasetyo ketika dalam
konferensi pers di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat
(13/2/2015).
Sebelumnya, dikatakan Prasetyo, Ahok telah menuding ada oknum di DPRD yang sengaja
mengirimkan surat ke Kemendagri meminta draft APBD ditolak karena tak mendapat legalitas
dari DPRD.

"Kami disini juga akan mengklarifiasi, kita akan langsung sebut nama orangnya saja lah. Saya
mengimbau keepada Gubernur bahwa harus pakai etika lah kalau bicara. Karena sudah banyak
sekali permasalahan di Jakarta ini yang situasinya hanya menyalahkan orang saja," ujar Prasetyo
kesal.
Prasetyo juga mengaku merasa tertipu dengan dengan apa yang dilakukan eksekutif terkait
APBD 2015.
"Saya sebagai Ketua DPRD merasa ditipu, apa yang dilaksanakan oleh eksekutif mengenai
APBD 2015. Karena pada saat saya ketok palu APBD 2015 tanggal 27 Januari sebesar Rp 73,8
triliun. Jadi masalah buat saya, karena saya harus bertanggung jawab kepada 106 anggota DPRD,
di mana pembahasan per komisi kok enggak ada, dan anggaran dikirim gelondongan saja ke
Mendagri tanpa sepengetahuan DPRD," kata Prasetyo sambil meluapkan kekesalannya
14 Februari 2015
Karena perselisihan belum juga menemukan titik temu, Ahok mengaku telah melaporkan
permasalahan itu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saya sudah lapor pak Joko Widodo. Pak Joko Widodo tau persis persoalan ini," ujar Ahok di
Hotel Sun City, Jakarta, Sabtu (14/2/2015).

Tugas mata kuliah akuntansi


Lutfi Rohman
20130520003

jasa ukir jepara

Satu citra yang telah begitu melekat dengan Jepara adalah predikatnya sebagai Kota Ukir. =
telah menjadi idiom kota kelahiran Raden Ajeng Kartini ini, dan bahkan belum ada kota lain
yang layak disebut sepadan dengan Jepara untuk industri kerajinan meubel ukir. Namun untuk
sampia pada kondisi seperti ini, Jepara telah menapak perjalana yang sangat panjang. Sejak
jaman kejayaan Negara-negara Hindu di Jawa Tengah, Jepara Telah dikenal sebagai pelabuhan
utara pantai Jawa yang juga berfungsi pintu gerbang komunikasi antara kerajaan Jawa denga
Cina dan India .
Demikian juga pada saat kerajan Islam pertama di Demak, Jepara telah dijadikan sebagai
pelabuhan Utara disamping sebagai pusat perdagangan dan pangkalan armada perang. Dalam
masa penyebaran agama Islam oleh para Wali, Jepara juga dijadikan daerah pengabdian Sunan
Kalijaga yang mengembangkan berbagai macam seni termasuk seni ukir.
Factor lain yang melatar belakangi perkembangan ukir kayu di Jepara adalah para pendatang dari
negeri Cina yang kemudian menetap. Dalam catatan sejarah perkembangan ukir kayu juga tak
dapat dilepaskan dari peranan Ratu Kalinyamat . Pada masa pemerintahannya ia memiliki
seorang patih yang bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Negeri Campa Patih ini
ternyata seorang ahli pahat yang dengan sukarela mengajarkan keterampilannya kepada
masyarakat disekitarnya Satu bukti yang masih dapat dilihat dari seni ukir masa pemerintahan
Ratu Kalinyamat ini adalah adanya ornament ukir batu di Masjid Mantingan.
Disamping itu , peranan Raden Ajeng Kartini dalam pengembangkan seni ukir juga sangat besar.
Raden Ajeng Kartini yang melihat kehidupan para pengrajin tak juga beranjak dari kemiskinan,
batinnya terusik, sehingga ia bertekat mengangkat derajat para pengrajin. Ia memanggil beberapa
pengrajin dari Belakang Gunung (kini salah satu padukuhan Desa mulyoharjo) di bawah
pimpinan Singowiryo, untuk bersama-sama membuat ukiran di belakang Kabupaten. Oleh Raden
Ajeng Kartini, mereka diminta untuk membuat berbagai macam jenis ukiran, seperti peti jahitan,
meja keci, pigura, tempat rokok, tempat perhiasan, dan lain-lain barang souvenir. Barang-barang
ini kemudian di jual Raden Ajeng Kartini ke Semarang dan Batavia (sekarang Jakarta ), sehingga
akhirnya diketahui bahwa masyarakat Jepara pandai mengukir.
Setelah banyak pesanan yang datang, hasil produksi para pengrajin Jepara bertambah jenis kursi
pengantin, alat panahan angin, tempat tidur pengantin dan penyekat ruangan serta berbagai jenis
kursi tamu dan kursi makan. Raden Ajeng Kartini juga mulai memperkenalkan seni ukir Jepara
keluar negeri. Caranya, Raden Ajeng kartini memberikan souvenir kepada sahabatnya di luar
negeri. Akibatnya ukir terus berkembang dan pesanan terus berdatangan. Seluruh penjualan
barang, setelah dikurangi dengan biaya produksi dan ongkos kirim, uangnya diserahkan secara
utuh kepada para pengrajin.
Untuk menunjang perkembangan ukir Jepara yang telah dirintis oleh Raden Ajeng Kartini, pada
tahun 1929 timbul gagasan dari beberapa orang pribumi untuk mendirikan sekolah kejuruan.
Tepat pada tanggal 1 Juli 1929, sekolah pertukangan dengan jurusan meubel dan ukir dibuka
dengan nama Openbare Ambachtsschool yang kemudian berkembang menjadi Sekolah Teknik
Negeri dan Kemudian menjadi Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri.
Dengan adanya sekolah kejuruan ini, kerajinan meubul dan ukiran semaluas di masyarakat dan
makin banyak pula anakanak yang masuk sekolah ini agar mendapatkan kecakapan di bidang

meubel dan meubel dan ukir. Di dalam sekolah ini agar diajarkan berbagai macam desain motif
ukir serta ragam hias Indonesia yang pada mulanya belum diketahui oleh masyarakat Jepara .
Tokoh-tokoh yang berjasa di dalam pengembangan motif lewat lembaga pendidikan ini adalah
Raden Ngabehi Projo Sukemi yang mengembangkan motif majapahit dan Pajajaran serta Raden
Ngabehi Wignjopangukir mengembangkan motif Pajajaran dan Bali.
Semakin bertambahnya motif ukir yang dikuasai oleh para pengrajin Jepara , meubel dan ukiran
Jepara semakin diminati. Para pedagang pun mulai memanfaatkan kesempatan ini, untuk
mendapatkan barang-barang baru guna memenuhi permintaan konsumen, baik yang berada di
dalam di luar negeri.Kemampuan masyarakat Jepara di bidang ukir kayu juga diwarnai dengan
legenda . Dikisahkan, pada jaman dahulu ada seorang seniman bernama Ki Sungging Adi Luwih
yang tinggal di suatu kerajaan. Ketenaran seniman ini didengar oleh sang raja yang kemudian
memesan gambar permaisuri. Singkat cerita, KiSungging berhasil menyelesaikan pesanan
dengan baik. Namun ketika ia akan menambahkan warna hitam pada rambut, terpeciklah tinta
hitam dibagian pangkal paha gambar sang permaisuri sehingga nampak seperti tahi lalat. Gambar
ini kemudian diserahkan kepada raja yang sangat kagum terhadap hasil karya Ki Sungging.
Namun raja juga curiga karena ia melihat ada tahi lalat dipangkal paha. Raja menduga Ki
Sungging talah melihat permaisuri telanjang. Oleh karena itu raja berniat menghukum Ki
Sungging dengan membuat patung di udara dengan naik layang-layang. Pada waktu yang telah
ditentukan ki Sungging naik layang-layang dengan membawa pelengkapan pahat untuk membuat
patung permaisuri.
Namun karena angina bertiup sangat kencang, patung setengah jadi itu akhirnya terbawa angin
dan jatuh di pulau Bali. Benda ini akhirnya ditemukan oleh masyarakat Bali, sehingga
masyarakat setempat sekarang dikenal sebagai ahli membuat patung. Sedangkan peralatan
memahat jatuh di belakang gunung dan konon dari kawasan inilah ukir Jepara mulai
berkembang.
Terlepas dari cerita legenda maupun sejarahnya, seni ukir Jepara kini telah dapat berkembang
dan bahkan merupakan salah satu bagian dari nafas kehidupan dan denyut nadi perekonomian
masyarakat Jepara.
Setelah mengalami perubahan dari kerajinan tangan menjadi industri kerajinan, terutama bila
dipandang dari segi sosial ekonomi, ukiran kayu Jepara terus melaju pesat, sehingga Jepara
mendapatkan predikat sebagai kota ukir, setelah berhasil menguasai pasar nasional. Namun
karena perkembangan dinamika ekonomi, pasar nasional saja belum merupakan jaminan, karena
di luar itu pangsa pasar masih terbuka lebar. Oleh karena itu diperlukan kiat khusus untuk dapat
menerobos pasar internasional.
Untuk melakukan ekspansi pasar ini buka saja dilakukan melalui pameran-pameran, tetapi juga
dilakukan penataan-penataan di daerah. Langkah-langkah ini ditempuh dengan upaya
meningkatkan kualitas muebel ukir Jepara, menejemen produksi dan menejemen pemasaran. Di
samping itu dikembangkan Semangat Jepara Incoporated , bersatunya pengusaha Jepara dalam
memasuki pasar ekspor, yang menuntut persiapan matang karena persaingan-persaingan yang
begitu ketat .
Guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia misalnya, dilakukan melalui pendidikan
Sekolah Menengah Industri Kerajinan Negeri dan Akademi Teknologi Perkayuan dan pendidikan
non formal melalui kursus-kursus dan latihan-latihan. Dengan penigkatan kualitas sumber daya

manusia ini diharapkan bukan saja dapat memacu kualitas produk, tatapi juga memacu
kemampuan para pengrajin dan pengusaha Jepara dalam pembaca peluang pasar dengan segala
tentutannya.
Peningkatan kualitas produk dan pengawasan mutu memang menjadi obsesi Jepara dalam
memasuki pasar internasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan luar negri
terhadap produk industri Jepara. Karena itu pengendalian mutu dengan mengacu pada sistim
standard internasional merupakan hal yang tidak dapat di tawar-tawar lagi. Usaha ini dilakukan
melalui pembinaan terhadap produsen agar mempertahankan mutu produknya dalam rangka
menjamin mutu pelayanan sebagai mana dipersaratkan ISO 9000.
Di samping itu, perluasan dan intensifikasi pasar terus dilakukan dalam rangka meningkatkan
ekspor serta peluasan pasar internasional dengan penganeragaman produk yang mempunyai
potensi, serta peningkatan market intelligence untuk memperoleh transportasi pasar luar negeri.
Dengan demikian para pengusaha dapat dengan tepat dan cepat mengantisipasi peluang serta
tantangan yang ada dipasar internasional. Sementara itu jaringan informasi terus dilakukan
melalu pengevektivan fungsi dan kegiatan Buyer Reception Desk yang ada di Jepara. Langkahlangkah konseptual yang dilakukan secara terus menerus ini telah berbuah keberhasilan yang
dampaknya dirasakan oleh masyarakat Jepara, berupa peningkatan kesejateraannya. Dari data
yang ada dapat dijadikan cermin keberhasilan sektor meubel ukir dalam lima tahun terakhir.
Data diatas belum termasuk potensi kayu olahan , souvenir dan peti mati yang dalam tiga tahun
terakhir telah berhasil dilealisir ekspornya. Untuk dapat melihat lebih jauh potensi ukir kayu ini
juga dapat dilihat berbagai macam penghargaan, yang bersekala regional, nasional dan
internasional, baik bagi para pengusaha, pengrajin maupun bagi pimpinan daerah.
Sumber :JeparaKab.go.id

Anda mungkin juga menyukai