Autis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

kesehatan

mari kita sama sama mencari ilmu. semoga bermanfaat bagi kita semua

Beranda
Minggu, 05 Mei 2013

makalah autis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Autis pertama kali diperkenalkan dalam suatu makalah pada tahun 1943 oleh seorang
psikiatris Amerika yang bernama Leo Kanner. Ia menemukan sebelas anak yang memiliki ciriciri yang sama, yaitu tidak mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan individu lain dan
sangat tak acuh terhadap lingkungan di luar dirinya, sehingga perilakunya tampak seperti hidup
dalam dunianya sendiri.
Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan
dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam macam Anak
Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis.
Anak autis juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu
keterampilan,
maupun
secara
akademik.
Permasalahan yang dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis
tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam pengkajian
tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak autis, penyebabnya dan lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.
Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak
tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam
karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita
mengetahui anak autis tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan
masalah
makalah
1. Apakah pengertian autis ?
2. Apa faktor penyebab?
3. Bagaimana gejala autis?
4. Bagaimana karakteristik autis ?
5. Apakah hambatan-hambatan anak autis ?
6. Bagaimana terapi penunjang bagi anak autis ?
7. Bagaimana pendekatan pembelajaran anak autis?
8. Bagaimana model pelayanan pendidikan anak autis?
9. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar ?

ini,

antara

lain:

10. Bagaimana hambatan dan solusi belajar mengajar ?


C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
bagaimana anak luar biasa, terutama anak autis.
Yang mana ingin mengetahui:
1. Pengertian autis
2. Faktor penyebab
3. Gejala autis
4. Karakteristik autis
5. Hambatan-hambatan anak autis
6. Terapi penunjang bagi anak autis
7. Pendekatan pembelajaran anak autis
8. Model pelayanan pendidikan anak autis
9. Proses kegiatan belajar mengajar
10. Hambatan dan solusi belajar mengajar

BAB II
PEMBAHASAN
A.

a.
b.

c.

PENGERTIAN AUTIS
Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu aut yang berarti
diri sendiri dan ism yang secara tidak langsung menyatakan orientasi atau arah atau keadaan
(state).
Sehingga autisme dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik
dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Pengertian ini menunjuk pada bagaimana anak-anak autis gagal bertindak dengan minat
pada orang lain, tetapi kehilangan beberapa penonjolan perilaku mereka. Ini, tidak membantu
orang lain untuk memahami seperti apa dunia mereka.
Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan perkembangan dalam
dunianya sendiri.
Autis Menurut Para Ahli Yaitu:
Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada
anak, mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri.
Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau
diri sendiri (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri (3) Keyakinan
ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan
dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan
Bagi Anak Austistik. (American Psychiatic Association 2000)
Anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social;
Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain; Gangguan
sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak norma. Penampakan gejala dapat mulai tampak

sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun) (Power, 1983). Gangguan
autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36 bulan Sumber dari Pedoman
Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi yang
normal.
Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat
kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi,
interaksi sosial serta perilakunya.
Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga
anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini.
Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak
yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria
DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.
Ditinjau dari segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku,
bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.
Ditinjau dari segi sosial anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan
bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang
bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan
gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
B.

FAKTOR PENYEBAB
1. Faktor Genetik
2. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada hampir semua
struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada otak kecil.
3. Ketidak seimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan dengan
makanan atau kekurangan kimiawi di badan.
4. Kemungkinan Lain
Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat merusak otak sepertivirus rubella
yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan kerusakan otak.

C.

GEJALA AUTIS
Gejala anak autis antara lain:
1. Interaksi sosial
Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
Lebih suka menyendiri
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang inginkan
2. Komunikasi

Perkembangan bahasa lambat


Senang meniru atau membeo
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
3. Pola Bermain
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
Senang akan benda-benda yang berputar
Tidak bermain sesuai fungsi mainan
Tidak kreatif, tidak imajinatif
Dapat sangat lekat dengan benda tertentu
4. Gangguan Sensoris
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
Sering menggunakan indera pencium dan perasanya
Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
5. Perkembangan Terlambat
Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi
Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun bahkan
sirna
6. Gejala Muncul
Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil
Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak agak kurang
D.
KARAKTERISTIK AUTIS
Anakautis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
E.

HAMBATAN-HAMBATAN ANAK AUTIS


Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu: Anak autis memiliki
hambatan kualitatif dalam interaksi sosial .
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk menyenangi lingkungan
yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas artinya mereka apabila
menyukai suatu perbuatan maka akan terus menerus mengulang perbuatan itu. anak autistik juga
menyenangi keteraturan yang berlebihan.
Lorna Wing (1974) menuliskan dua kelompok besar yang menjadi masalah pada anak autis
yaitu:

a. Masalah dalam memahami lingkungan (Problem in understanding the world)


1). Respon terhadap suara yang tidak biasa (unusually responses to sounds).
Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung mengabaikan suara yang sangat
keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan benda di sampingnya. Anak autis dapat
juga sangat tertarik pada beberapa suara benda seperti suara bel, tetapi ada anak autis yang
sangat tergangu oleh suara-suara tertentu, sehingga ia akan menutup telinganya.
2). Sulit dalam memahami pembicaraan (Dificulties in understanding speech).
Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna, 7 tidak dapat
mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila dirinya dimarahi (scolded).
Menjelang usia lima tahun banyak autis yang mengalami keterbatasan dalam memahami
pembicaraan.
3). Kesulitan ketika bercakap-cakap (Difiltuties when talking). Beberpa anak
Autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk mengatakan sedikit katakata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang diucapkan orang lain, mereka memiliki
kesulitan dalam mempergunakan kata sambung, tidak dapat menggunakan kata-kata secara
fleksibel atau mengungkapkan ide.
4). Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (Poor pronunciation and voice control).
Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan suara tertentu yang mereka
dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yanghampir sama, memiliki kesulitan untuk
mengucapkan kata-kata yang sulit.Mereka biasanya memiliki kesulitan dalam mengontrol
kekerasan (loudness)suara.
5). Masalah dalam memahami benda yang dilihat (Problems in understanding things that are seen).
Beberapa anak autis sangat sensitif terhadap cahayayang sangat terang, seperti cahaya
lampu kamera (blitz), anak autismengenali orang atau benda dengan gambaran mereka yang
umum tanpamelihat detil yang tampak.
6). Masalah dalam pemahaman gerak isarat (problem in understanding gesturs).
Anak autis memiliki masalah dalam menggunakan bahasa komunikasi;seperti gerakan
isarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah.
7). Indra peraba, perasa dan pembau (The senses of touch, taste and smell).
Anak-anak autis menjelajahi lingkungannya melalui indera peraba, perasa dan pembau
mereka. Beberapa anak autis tidak sensitif terhadap dingin dan sakit.
8). Gerakan tubuh yang tidak biasa (Unusually bodily movement).
Ada gerakangerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan oleh anakanak
yang normal seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-loncat, dan menyeringai.
9). Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih (clumsiness in skilled movements).
Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak anggun, mampu memanjat danseimbang
seperti kucing, namun yang lainnya lebih kaku dan berjalan sepertimemiliki bebrapa kesulitan
dalam keseimbangan dan biasanya mereka tidakmenikmati memanjat. Mereka sangat kurang
dalam koordinasi dalam berjalan dan berlar atau sebaliknya.

1.
2.
3.
4.
5.

b. Masalah gangguan perilaku dan emosi (Dificult behaviour and emotional


problems).
Sikap menyendiri dan menarik diri (Aloofness and withdrawal).
Menentang perubahan (Resistance to change).
Ketakutan khusus (Special fears).
Prilaku yang memalukan secara sosial (Socially embarrassing behaviour).
Ketidakmampuan untuk bermain (Inability to play).

F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

TERAPI PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS


Sebelum/sembari mengikuti pendidikan formal (sekolah). Anak autistik dapat dilatih
melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
Terapi Wicara
Terapi Okupasi
Terapi Bermain
Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy)
Terapi melalui makan (diet therapy
Auditory Integration Therapy
Biomedical treatment/therapy
Hydro Therapy
Terapi Musik

G.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK AUTIS
1. Discrete Tial Training (DTT) :
Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang mempergunakan pembelajaran perilaku.
Dalam pembelajarannya digunakan stimulus respon atau yang dikenal dengan orperand
conditioning. Dalam prakteknya guru memberikan stimulus pada anak agar anak memberi
respon. Apabila perilaku anak itu baik, guru memberikan reinforcement (penguatan). Sebaliknya
perilaku anak yang buruk dihilangkan melalui time out/ hukuman/kata tidak
2. Intervensi LEAP (Learning Experience and AlternativeProgramfor Preschoolers and
Parents) menggunakan stimulus respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam
lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar berperilaku melalui pengamatan
perilaku orang lain.
3. Floor Time merupakan teknikpembelajaran melalui kegiatan intervensi interaktif. Interaksi
anak dalam hubungan dan pola keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi
perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi kumunikasi, sosial, dan perilaku
anak.
4. TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and Related Communication
Handicaps) merupakan pembelajaran bagi anak dengan memperhatikan seluruh aspek layanan
untuk pengembangan komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari segi diagnosa,
terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun
orangtua.
H.

MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS


Pendidikan untuk anak autis usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan.
Berbagai model antara lain:
1. Kelas transisi

Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi memerlukan layanan
khusus termasuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi
sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi
dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan
acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai kebutuhan anak.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi
anak autistik. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara
lain:
1. Guru terkait telah siap menerima anak autistik
2. Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk penanganan individual
3. Tersedia guru pembimbing khusus dan guru pendamping.
4. Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autistik.
5. Dan lain-lain yang dianggap perlu.
3. Program Pendidikan Terpadu
Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/waktu
tertentu, anak-anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial
4. Sekolah Khusus Autis
Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan
dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat
berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan
pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.
5. Program Sekolah di Rumah
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di
sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental
atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di
rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis
atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.
6. Panti (griya) Rehabilitasi Autis
Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat
mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih
terfokus pada pengembangan:
(1) Pengenalan diri
(2) Sensori motor dan persepsi
(3) Motorik kasar dan halus
(4) Kemampuan berbahasa dan komunikasi
(5) Bina diri, kemampuan sosial
(6) Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.

I.

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


1. Prinsip-prinsip pengajaran dan pendidikan
Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya dilaksanakan berdasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik diterapkan prinsip terstruktur, artinya dalam
pendidikan atau pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi yang paling mudah
dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah kemampuan tersebut dikuasai, ditingkatkan lagi ke bahan
ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian yang tidak terpisah dari materi
sebelumnya.
Struktur pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik meliputi :
- Struktur waktu
- Struktur ruang, dan
- Struktur kegiatan
b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola dan terjadwal, baik
di sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.
Oleh karena itu dalam pendidikannya harus dikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang
teratur.
c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang ingin dicapai
dan memudahkan dalam melakukan evaluasi.
d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku bagi anak autistik, prinsip konsistensi
mutlak diperlukan. Artinya : apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap
susatu stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan respon positif
(reward/penguatan), begitu pula apabila anak berperilaku negatif (Reniforcement) Hal tersebut
juga dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara tetap dan tepat,
dalam arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
anak-anak pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan
juga mutlak diperlukan bagi anak autistik. Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara
prinsip dasar pengajaran, program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam
pelaksanaan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan
dirumah dan lingkungan sekitar anak. Kesimpulannya, therapi perilaku dan pendidikan bagi anak
autistik harus dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh dan
terpadu).
2. Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik tentunya harus
berdasarkan pada kurikulum pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan ketidak
mampuan anak dengan memperhatikan deferensiasi masing-masing individu.
3. Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan Pendekatan dan program
individual. Sedangkan metode yang digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang
ada, dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari
pengajaran yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autistik adalah metode
yang memberikan gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga anak dapat menangkap pesan,
informasi dan pengertian tentang "sesuatu" tersebut.
4. Sarana Belajar Mengajar

Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu kelancaran proses pembelajaran dan
membantu pembentukan konsep pengertian secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir anak
autistik pada umumnya adalah pola pikir kongkrit. sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga
harus kongkrit. Beberapa anak autistik dapat berabstraksi, namun pada awalnya mereka dilatih
dengan sarana belajar yang kongkrit
5. Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan
adanya evaluasi (penilaian). Dalam pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik evaluasi dapat
dilakukan dengan cara:
1. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan dengan cara seketika pada saat proses kegiatan berlangsung
dengan cara meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang atau pembelajaran yang
sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan oleh pembimbing dengan cara memberi
reward atau demonstrasi secara visual dan kongkrit..
2. Evaluasi Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan laporan perkembangan atau permasalahan yang
ditemukan atau dihadapi oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi bulanan ini dilakukan dengan
cara mendiskusikan masalah dan perkembangan anak antara guru dan orang tua anak autistik
guna mendapatkan pemecahan masalah (solusi dan pemecahan masalah), antara lain dengan
mencari penyebab dan latar belakang munculnya masalah serta pemecahan masalah macam apa
yang tepat dan cocok untuk anak autistik yang menjadi contoh kasus.
3. Evaluasi Catur Wulan
Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program yang dimaksud sebagai tolok ukur
keberhasilan program secara menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan pengajaran
telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka kelanjutan program dan kesinambungan program
ditingkatkan dengan bertolak dari kemampuan akhir yang dikuasai anak, sebaliknya apabila
program belum dapat terkuasai oleh anak maka diadakan pengulangan program (remedial) atau
meninjau ulang apa yang menyebabkan ketidak berhasilan pencapaian program.
J. HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN SOLUSINYA
1. MasalahPerilaku
Masalahperilaku yang seringmunculyaitu :stimulasidiri dan stereotip.
Bilaperilakutersebutmuncul yang dapatkitalakukan :
MemberikanReinforcement.
Tidakmemberiwaktuluangbagianakuntukasyikdengandirisendiri
Siapkan kegiatan yang menarik dan positif
Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti diri.
2. Masalah Emosi :
Masalah ini menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil, misalnya; menangis, berteriak,
tertawa tanpa sebab yang jelas, memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum.Cara mengatasinya
:
a.
Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
b.
Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap tenang.
c.
Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat dilanjutkan.
3. Masalah Perhatian (Konsentrasi)

Perhatian anak dalam belajar kadang belum dapat bertahan untuk waktu yang lama dan masih
berpindah pada obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak. Untuk itu maka usaha yang
harus diupayakan oleh pembimbing adalah:
a. Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap.
b. Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.
c. Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan kembali, dimaksudkan untuk mengurangi
kejenuhan pada anak, misal: menyanyi, bermain,
4. Masalah Kesehatan
Bila kondisi kesehatan siswa kurang baik, maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat
berjalan secara efektif, namun demikian kegiatan belajar tetap dapat dilaksanakan, hanya saja
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi anak.
5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk Perkumpulan Orang Tua Siswa,
sebagai sarana penyebaran berbagi pengalaman sesama seperti informasi baru dari informasi
internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap muka dengan tokoh yang berkaitan dalam
pendidikan untuk anak autistik atau anak dengan kebutuhan khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan materi-materi yang mungkin diperlukan untuk kepentingan terapi anakanaknya misalnya :
- Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,
- Buku-buku pelajaran

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Autisme dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik dengan
dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Adapun factor penyebabnya adalah gangguan gnetik, gangguan pada sisitem saraf,
ketidak seimbangan kimiawi, kemungkinan lain. Adapula gejalanya diantaranya interaksi social,
komunikasi, pola bermain, gangguan sensoris, perkembangan terlambat, gejala muncul.
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk menyenangi
lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas artinya mereka
apabila menyukai suatu perbuatan maka akan terus menerus mengulang perbuatan itu. anak
autistik juga menyenangi keteraturan yang berlebihan.
B.

SARAN
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih peduli bagi
anak-anak barkebutuhab khusus terutama bagi anak autis. Sebagai manyarakat secara umum kita
harus bisa menerima anak-anak tersebut.
Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan
pendidikan bagai anak-anak autis.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html
Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa Suara
Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan
http://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-tentang-autisme.html
Pendidikan Khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas
Diposkan oleh mutmainnah basri di 02.29
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link


Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)


Mengenai Saya

mutmainnah basri
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog

www.google.com. Template Awesome Inc.. Gambar template oleh anzeletti. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai