Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Pakan merupakan hal yang sensitif jika dihubungkan dengan
bidang peternakan. Hal itu disebabkan biaya pakan dalam suatu usaha
peternakan memegang proporsi yang paling besar dalam biaya produksi.
Oleh karena itu, kualitas bahan pakan menjadi patokan utama yang perlu
diperhatikan untuk mencapai keberhasilan usaha.
Kualitas pakan yang baik dapat ditentukan dari kandungan kimia
maupun kemurniannya. Bahan pakan memiliki standar kandungan
kimianya masing-masing. Kandungan kimia dalam bahan pakan dapat
berubah karena beberapa faktor. Penambahan bahan lain ke dalam bahan
pakan sudah menjadi hal yang biasa bagi beberapa pelaku karena
bermaksud untuk mengubah kandungan kimia bahan pakan. Bahan lain
yang dicampur dengan bahan pakan asli biasanya memiliki bentuk, warna,
dan tekstur yang sama, sehingga konsumen yang kurang jeli akan mudah
sekali tertipu. Agus (2007) menyebutkan bahwa beberapa bahan pemalsu
yang paling sering digunakan adalah dedak padi halus, ekskreta ayam
dan urea (bahan pemalsu yang mengandung nutrien) dan serbuk gergaji,
tepung arang, pasir halus, dan batu bata giling (bahan pemalsu yang tidak
mengandung nutrient).
Pendeteksian pemalsuan bahan pakan menjadi hal yang wajib
diketahui supaya biaya produksi tidak banyak habis di biaya pakan. Selain
itu, bahan pemalsu yang ditambahkan belum tentu aman bagi ternak,
sehingga diperlukan perhatian khusus supaya produksinya tidak menurun.
Kontrol kualitas adalah salah satu cara alternatif yang mampu mendeteksi
pemalsuan bahan pakan. Uji yang biasa dilakukan yaitu uji kandungan
sekam, kandungan urea, uji kandungan garam, uji modulus of fineness, uji
modulus uniformity. Pemahaman cara control kualitas diharapkan mampu
mencegah terjadinya pemalsuan bahan lain ke dalam bahan pakan asli.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung
Jagung atau Zea mays merupakan bahan pakan sumber energi
yang paling banyak digunakan dalam industri ternak. Di Indonesia dikenal
beberapa jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih, dan jagung
merah. Jenis yang paling banyak digunakan adalah jagung kuning karena
mengandung karoten provitamin A yang cukup tinggi (Agus, 2007). Jenis
jagung yang digunakan pada ransum ayam ini adalah jagung kuning yang
telah kering dan digiling.
Modulus Uniformity
Modulus uniformity merupakan perbandingan ukuran diameter
butiran yang lolos dari suatu ukuran saringan tertentu. Semakin besar nilai
uniformity maka diameter partikel bahan semakin seragam, sedangkan
apabila nilai uniformity kecil maka diameter partikel bahan tidak banyak
seragam. Cara yang dilakukan untuk memperoleh keseragaman yaitu
dengan

cara

pengayakan.

Proses

pengayakan

dilakukan

untuk

memisahkan ukuran-ukuran partikel dari butiran kasar sampai butiran


halus (Purwantana et al., 2008). Syah et al. (2013) menambakan bahwa
kriteria keseragaman dibagi menjadi kriteria halus, sedang, dan kasar.
Modulus of Fineness
Modulus of fineness atau derajat kehalusan adalah jumlah fraksi
yang tertahan pada setiap saringan dibagi 100. Derajat kehalusan tidak
berbanding lurus dengan indeks keseragaman. Derajat kehalusan hanya
memberikan ukuran rata-rata, tetapi tidak menunjukkan penyebaran fraksi
halus dan kasar pada contoh bahan hasil suatu proses pengolahan.
Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan nilai indeks keseragaman
(Widyotomo, 2008).

Menurut Syah et al. (2013), semakin banyak persentase ukuran


partikel yang halus maka akan semakin rendah nilai derajat kehalusannya.
Derajat kehalusan menunjukkan keseragaman hasil penggilingan atau
penyebaran fraksi kasar dan halus. Derajat kehalusan dapat dipengaruhi
oleh ukuran partikel bahan dan alat penggiling yang digunakan.

BAB III
MATERI DAN METODE
Materi
Uji Modulus of Fineness
Alat. Alat yang digunakan dalam uji modulus of fineness antara lain
mesin shaker, timbangan, dan plastik.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam uji modulus of fineness
adalah jagung giling.
Uji Modulus Uniformity
Alat. Alat yang digunakan dalam uji modulus uniformity antara lain
mesin shaker, timbangan, dan plastik.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam uji modulus uniformity
adalah jagung giling.
Metode
Uji Modulus of Fineness
Jagung yang telah digiling dalam acara grinding diambil sampelnya
sebanyak 500 gram. Sampel bahan kemudian dimasukkan ke dalam
mesin shake yang terdapat beberapa lapis screen. Mesin dinyalakan
selama 15 menit. Kemudian partikel yang terdapat pada masing-masing
screen ditimbang dan dihitung persentasinya.
Uji Modulus Uniformity
Jagung yang telah digiling dalam acara grinding diambil sampelnya
sebanyak 500 gram. Sampel bahan kemudian dimasukkan ke dalam
mesin shake yang terdapat beberapa lapis screen. Mesin dinyalakan
selama 15 menit. Kemudian partikel yang terdapat pada masing-masing
screen ditimbang dan dihitung persentasinya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Modulus of Fineness
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil uji modulus
of fineness yang dihasilkan tercantum pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil uji modulus of fineness
Shift
I

kelompok
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

II

Hasil MF
4,373
4,724
4,48
4,29
4,22
4,146
4,192
4,52
44
4,37
4,43
4,44
-

Hasil praktikum menunjukkan bahwa nilai rata-rata modulus of


fineness yang tertinggi pada kelompok 16 dan yang terendah pada
kelompok 26 dan 28. Perhitungan MF dilakukan dengan menentukan
presentase sampel dikalikan dengan nomor perjanjian dibagi dengan 100.
Hasil grinding yang diuji dengan Tyler Sleve menunjukan dalam kategori
kasar karena berkisar antara 4,1 sampai 7,0. Hal ini sesuai dengan
peryataan Retnani (2010), bahwa bahan pakan hasil grinding dengan nilai
MF 4,1 sampai 7,0 masuk kategori kasar. Menurut Syah et al. (2013),
semakin banyak persentase ukuran partikel yang halus maka akan
semakin

rendah

nilai

derajat

kehalusannya.

Derajat

kehalusan

menunjukkan keseragaman hasil penggilingan atau penyebaran fraksi


kasar dan halus. Derajat kehalusan dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel
bahan dan alat penggiling yang digunakan.

Uji Modulus Uniformity


Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil uji modulus
uniformity yang dihasilkan tercantum pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil uji modulum uniformity
Shift
I

kelompok
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

II

Kasar
1,6
1,93
1,86
1,4
1,19
1,03
1,22
1,56
1,46
1,0
1,56
1,56
-

Medium
6,31
6,93
6,33
6,33
6,43
6,4
6,23
6,83
6,16
6,97
6,59
6,53
-

Halus
2,08
1,16
1,76
2,33
2,33
3,06
2,59
1,52
1,93
2,03
1,49
9,63
-

Hasil praktikum menunjukan data perbandingan yang tinggi yaitu


kasar kelompok 16 dan tererndah kelompok 24, pada kelas medium data
yang paling tinggi yaitu kelompok 22 dan terendah pada kelompok 26 dan
27, sedangkan pada kelas halus tertinggi pada kelompok 27 dan terendah
26 dan 27. Modulus uniformity (MU) atau sering disebut dengan ukuran
keseragaman nilai perbandingan jumlah antara partikel yang termasuk
kategori kasar, sedang dan halus. Pengayakan merupakan salah satu
cara untuk memperoleh keseragaman. Dalam proses pengayakan
dilakukan pemisahan ukuran-ukuran dari butiran partikel suatu bahan dari
ukuran kasar sampai ukuran yang paling halus. Proses dan kelembutan
butiran-butiran partikel. Indeks keseragaman dipakai untuk menentukan
sebaran

partikel

berdasarkan

kriteria

halus,

sedang,

dan

kasar

berhubungan (Schneider dan William, 1975; Adelina, 2011).


Modulus uniformity (MU) atau ukuran keseragaman dihitung
dengan rumus :

MU = Coarse : Medium : Fine


= (% bahan Sieve no 7 + 6 + 5) 010 : (% bahan Sieve no 4+ 3)/10 :
(% bahan Sieve no 2 + 1) / 10. (Henderson dan Perry, 1976; Adelina,
2011).

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa uji Modulus Uniformity dan modulus of fineness berada dikisaran
normal.

DAFTAR PUSTAKA

Adelina.C.C. 2011. Skripsi Uji Sifat Fisik dan Evaluasi Kecernaan Biskuit
Berbasis Rumput Lapangan dan Limbah Tanaman Jagung Pada
Domba. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor
Agus, A. 2007. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Bagian Nutrisi
dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Purwantana, B., Nursigit B., dan Puji W. 2008. Kajian Kinerja Mesin
Ekstraksi Tipe Ulir pada Proses Pembuatan Pati Aren (Arenga
pinnata Merr.). Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.
Syah, H., Yusmanizar, dan Oki M. 2013. Karakteristik Fisik Bubuk Kopi
Arabika Hasil Penggilingan Mekanis dengan Penambahan Jagung
dan Beras Ketan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia
Vol. 5 (1).
Widyotomo, S. 2008. Pengaruh Suhu dan Beban Sangrai terhadap
Perubahan Karakteristik Fisik Keping Biji Kakao. Jurnal Enjiniring
Pertanian Vol. 6 (1).

Anda mungkin juga menyukai