Oleh:
Kelompok 22
1. Akbar Fauzi W.
H 0812009
Ketua
2. Ade Septiana N.
H 0812002
Anggota
3. Dana Marshelia
H 0812031
Anggota
4. Dimas Pratama
H 0812042
Anggota
5. Dyah Ayu Sawitri
H 0812051
Anggota
6. Eni Apriyanti
H 0812054
Anggota
7. Evans Noor
H 0812058
Anggota
8. Fahrisa Surya
H 0812060
Anggota
9. Yuni Herawati
H 0812196
Anggota
10. Yunike Ega W.H 0812197
Anggota
11. Yuyun Marita
H 0812198
Anggota
12. Zakiah Rifqi H.
H 0812199
Anggota
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan sebuah upaya dalam
memanajemen budidaya untuk mempertahankan serangan hama dan
penyakit dibawah ambang batas kerugian ekonomis yang terbentuk pada
sebuah pendekatan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. PHT
dan Pertanian Berkelanjutan merupakan suatu kebijakan pemerintah yang
disahkan dalam Undang-Undang. Program PHT menggunakan informasi
yang
ekstensif,
yang
dikumpulkan
dalam
sistem penanaman
dan
ini
dalam
Tanaman) tanpa
penggunaan
pengendalian
mempertimbangkan
pestisida.
Padahal
ada
OPT
(Organisme Penganggu
efesiensi
yang
dan
dapat
bahaya
digunakan
akibat
untuk
II.
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisio : Spermatophyta
Divisio
: Magnoliophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Liliidae
Ordo
: Amaryllidales
Famili
: Alliaceae
Genus
: Allium
Spesies
karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah
mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena
kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram inilah
tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol pada
ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah berbunga
sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga ruangan
dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak
tahan terhadap sinar matahari.
Kegunaan utama bawang merah adalah sebagai bumbu masak. Meskipun
bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang merah cenderung selalu dibutuhkan
sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Kegunaan lainnya adalah sebagai
obat tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun kadar gula
dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah dan
maag) karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida
(Rahayu,Estu. 2008).
Adapun teknik budidaya bawang merah menurut Singgih Wobowo (2008)
yaitu harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Syarat Tumbuh Bawang Merah
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan,
berstruktur remah, dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei
Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah memerlukan udara
hangat untuk pertumbuhannya (25 s/d 32C), curah hujan 300 sampai 2500 mm
pertahun, ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %. Tanaman bawang
merah dapat tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah sangat
peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca
berkabut (Sutarya dan Grubben 1995, Nazarudin 1999).
Pada budidaya bawang merah, faktor iklim merupakan faktor yang
paling berpengaruh. Apabila iklimnya sesuai, maka hampir semua tipe tanah
dapat digunakan dalam budidaya bawang merah. Unsur-unsur yang termasuk
dalam faktor iklim, yaitu seperti ketinggian tempat, suhu, kelembaban, cahaya,
curah hujan, dan angin. Tanaman bawang merah dapat tumbuh di dataran
rendah hingga dataran tinggi 800 dpl. Pertumbuhan optimal dijumpai di daerah
dengan ketinggian antara 10-250 m dpl (Anon, 1985 dalam Sumarni dan
Sumiati, 1995). Tanaman bawang merah dapat menghasilkan umbi yang baik
pada suhu udara antara 20o-30o C, dengan suhu rata-rata 24oC (Grubben,
1990 dalam Sumarni dan Sumiati, 1995).
2) Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan lapisan
tanah yang gembur, memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan
permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak atau dicangkul
dengan kedalaman 20 cm, kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175 cm,
tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai disesuaikan dengan kondisi lahan.
Saluran drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan kedalaman 50 - 60 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan
di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk
mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO)
dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan
merata di atas bedengan.
3) Penyediaan Bibit
Pada umumnya perbanyakan bawang merah dilakukan dengan
menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu
faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi
yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang cukup tua yaitu berumur
70 - 80 hari setelah tanam, dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10 gram,
diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak
keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit telah siap tanam apabila telah
disimpan 2 - 4 bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi.
Bibit yang bermutu adalah bibit yang seragam, murni dan sehat, berikut cirriciri bibit yang baik :
a. Masa dormanse yang tepat
b. Bila ditekan terasa keras/tidak gembos
c. Bakal tunas tidak rusak
f.
g.
h. Pertumbuhan serempak.
Lama penyimpanan bibit bawang merah adalah waktu yang diperlukan
untuk menyimpan benih sampai bibit siap tanam atau masa dormanse,menurut
Wibowo (1987), bibit bawang merah yang baik adalah pada penyimpanan 4 8
bulan dan jika sudah dicirikan : bila bibit dibelah sudah tumbuh tunah yang
berwarna hijau yang panjangnya setengah panjang umbi.
4) Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar
Setelah tanah selesai diolah selanjutnya dilakukan kegiatan pemupukan.
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti
pupuk kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang ayam
dengan dosis 5-6 ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5 ton/ha. Selain itu
pupuk P (SP-36) dengan dosis 200-250 kg/ha diberikan 2-3 hari sebelum
penanaman.
Umbi bibit ditanam dengan jarak 10 cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm.
Lobang tanaman dibuat setinggi umbi dengan menggunakan alat penugal.
Umbi bawang merah dimasukkan ke dalam lobang tanaman dengan gerakan
seperti memutar sekrup, hingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan
tanah. Setelah tanam dilakukan penyiraman dengan menggunakan embrat yang
halus.
5) Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35
hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah : Urea 75-100
kg/ha, ZA 150-250 kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan
di sepanjang garitan tanaman. Dosis pemupukan bervariasi tergantung dengan
situasi setempat, jika kelebihan Urea atau ZA dapat mengakibatkan leher umbi
tebal dan umbinya kecil-kecil, akan tetapi jika kurang, pertumbuhan terhambat
bawang
membutuhkan
air
yang
cukup
dalam
III.
METODE PENGAMATAN
A. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam Praktikum Pengelolaan Hama
Terpadu adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dalam praktikum atau
penelitian berarti memusatkan diri pada pemecahan masalah yang terjadi saat
ini, kemudian data dijelaskan dan dianalisis. Metode ini bekerja pada masalah
yang terjadi di lahan, dimana data yang diperoleh dari lahan akan dianalisis.
Penentuan atau penetapan sampel lahan pada praktikum ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan lahan yang sengaja
dipilih untuk diamati. Pada praktikum kali ini, berlaku sebagai sampel adalah
lahan bawang merah milik Bapak Kasimin di Desa Kotakan, RT 03 RW 06
Bakalan, Polokarto, Sukoharjo.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada praktikum
Pengelolaan Hama Terpadu ini adalah dengan teknik observasi, wawancara
dan pencatatan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
1.
Observasi
Observasi adalah dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana
yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian dengan melihat,
mendengar, merasakan yang kemudian dicatat seobyektif mungkin.
Dengan jenis pengamatan, baik pengamatan dengan partisipasi penuh,
partisipan dan pengamat sempurna (Creswell, 2002). Observasi dalam
kegiatan praktikum Pengelolaan Hama Terpadu dilakukan dengan
melakukan kegiatan pengamatan langsung terhadap lahan bawang merah.
2.
Wawancara
Pencatatan
Pencatatan adalah kegiatan menulis atau mendokumentasikan suatu
informasi yang di anggap penting. Teknik Pengumpulan data dengan
pencatatan yaitu mahasiswa mencatat langsung dari brosur ataupun bukubuku yang tersedia ataupun dari penjelasan pemilik lahan bawang merah
sebagai responden.
3. Pencocokan Literatur
Kasus-kasus hama tertentu yang ditemukan mahasiswa di lapangan
dilanjutkan dengan pencarian penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam
dan komprehensif berdasarkan teori atau hasil penelitian yang relevan.
4. Uji Laboratorium
Proses analisis paling mendalam melalui uji laboratorium yang
dapat dilakukan dengan pengawasan para ahli guna pengujian data yang
telah ditemukan.
D. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu
dilakukan dengan metode simple random sampling atau sampel acak
sederhana. Dimana setiap unsur populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk bisa dipilih menjadi sampel. Jumlah populasi sampel yang diambil
adalah sebanyak 30 tanaman dengan pola diagonal.
V
E. Cara Budidaya
Metodologi yang digunakan untuk mengetahui cara budidaya tanaman
adalah dengan metode wawancara langsung terhadap pemilik lahan yaitu
Bapak Kasimin. Selain metode wawancara, penelitian cara budidaya juga
dilakukan dengan metode observasi langsung pada lahan. Dengan melakukan
observasi langsung pada lahan, kita dapat mengetahui kondisi sebenarnya dan
cara budidaya yang telah diterapkan pada lahan oleh petani.
F. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi OPT
Metodologi yang digunakan dalam mendapatkan informasi kondisi
OPT adalah dengan cara wawancara langsung kepada pemilik lahan. Metode
ini digunakan karena degan mewawancarai langsung pemilik lahan, kita bisa
tahu kondisi OPT yang sebenarnya pada lahan. Informasi kondisi OPT juga
dilakukan dengan observasi langsung agar kita bisa melihat dengan jelas OPT
apa yang sebenarnya ada dan menyerang lahan. Selanjutnya untuk
memperoleh informasi tentang OPT lebih lanjut, metode yang digunakan
adalah dengan mencari data baik dari internet ataupun dari dosen
pembimbing.
G. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi Pertanaman
Informasi tentang kondisi pertanaman di lahan pengamatan dan
sekitarnya didapat dengan mewawancarai langsung pemilik lahan dan
observasi langsung.Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi
selengkap-lengkapnya mengenai kondisi pertanaman yang ada di lahan
pengamatan. Observasi secara langsung dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang kondisi pertanaman pada lahan secara faktual.
H. Cara Mendapatkan Informasi Kondisi Lingkungan
Metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
lingkungan adalah dengan observasi secara langsung.Observasi dilakukan
dengan mengamati secara langsung kondisi lingkungan pada lahan dan
lingkungan disekitarnya agar data yang didapat sesuai dengan keadaan
sebenarnya di lapangan.Selain metode tersebut, wawancara langsung kepada
pemilik lahan dan warga sekitar juga dilakukan agar informasi yang
didapatkan semakin lengkap.
I. Analisis Ekonomi
Untuk dapat menghitung analisis ekonomi dari suatu usaha tani, kita
harus mengetahui variabel-variabel apa saja yang harus dimasukkan dalam
perhitungan ekonomi. Wawancara langsung kepada petani berguna untuk
memperoleh informasi tentang biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan dalam
usaha taninya. Metode yang dilakukan dalam analisis ekonomi usaha tani
tersebut adalah dengan mengihitung keseluruhan biaya yang dikeluarkan, baik
langsung maupun tidak langsung, dan menghitung pendapatan dari usaha tani
tersebut.Selanjutnya, setelah semua itu dihitung, kita dapat mengetahui usaha
tani tersebut menguntungkan atau tidak dengan perhitungan B/C atau R/C
ratio.
J. Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam dunia pertanian sangat diperlukan dan merupakan
salah satu input dalam usaha tani. Tenaga kerja akan menentukan hasil atau
produktivitas dari suatu usaha tani. Akan tetapi penggunaan tenaga kerja di
pertanian kebanyakan berasal dari lingkungan internal atau merupakan
anggota keluarga mereka sendiri, sehingga akan menghemat biaa pengeluaran,
yang mana banyak dari mereka yang tidak diberikan upah. Metode yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan tenaga kerja
adalah metode wawancara. Wawancara digunakan untuk memperoleh
informasi yang lengkap dari pemilik lahan.Berdasarkan hasil wawancara
dengan pemilik lahan Bawang Merah, yaitu Bapak Kasimin, penggunaan
tenaga kerja sangat dibutuhkan. Akan tetapi tenaga kerja tersebut berasal dari
eksternal atau dengan kata lain bukan berasal dari anggota keluarga.
IV.
HASIL PENGAMATAN
b.
c.
3. Pemilihan Bibit
a.
Ukuran
umbi
bibit
c.
Umbi
bakal
bibit
tersebut juga harus berasal dari tanaman yang sehat dengan ciri-ciri:
terlihat cerah, segar, tidak kisut, dan tidak terdapat warna hitam yang
menjadi tanda adanya serangan penyakit yang di sebabkan jamur.
4. Penanaman
a. Pola tanam yang diterapkan adalah pola tanam monokultur.
b. Penanaman dengan kedalaman 8-10 cm dengan jarak 10 x 10 cm dari
tepi bedengan.
c. Penanaman dilakukan dengan cara mencelupkan bibit (masih ada
medianya) yang telah disemaikan ke dalam air terlebih dahulu sehingga
plastik dapat ditarik dan bibit beserta media tanamnya dapat terlepas.
d. Setelah bibit beserta media tanamnya terlepas, kemudian bibit langsung
ditanam beserta medianya.
5. Pemeliharaan
a. Penyiraman pada budidaya bawang merah dilakukan sehari dua kali
setiap pagi dan sore.
b. Pemberian pupuk organik dan pupuk buatan baik pada masa vegetatif
maupun generatif tanaman.
c. Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman bawang merah berumur 2
minggu. Jenis pupuk terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl yang
diaduk rata.
d. Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu
musim tanam. Namun apabila serangan gulma menghebat, penyiangan
dilakukan tanpa menunggu pemberian pupuk susulan.
kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur . Dalam suatu kelompok telur
terdapat 30 100 butir bahkan dapat mencapai 350 butir. Telur-telur dapat
menetas dalam waktu 2 5 hari dan telur umumnya menetas pada pagi
hari.
Larva (ulat) muda terdiri dari enam instar kadang ada juga yang
lima instar. Larva berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada
punggungnya, berukuran 1,2 1,5 mm. Sedangkan larva instar lanjut (25), berwarna hijau (umumnya didataran rendah) dan berwarna cokelat
(umumnya didataran tinggi), dengan garis kuning pada punggungnya.
Larva berukuran antara 1,5 19 mm, aktif pada malam hari, dan stadium
larva berlangsung selama 8-10 hari. Setelah melalui instar akhir, larva
mejatuhkan diri ke tanah untuk berkepompong (pupa). Larva S.exigua
mempunyai sifat polifag (pemakan segala).
Pupa berwarna cokelat muda dengan panjang 9-11 mm. Pupa
berada di dalam tanah 1 cm, dan sering dijumpai juga pada pangkal
batang, terlindung di bawah daun kering. Lama hidup pupa berkisar antara
6 7 hari. Siklus hidup dari telur sampai imago adalah 3 4 minggu.
Ngengat mempunyai sayap depan berwarna cokelat tua dengan garis-garis
kurang tegas dan terdapat bintik-bintik hitam, rentangan sayap antara 2530 mm. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergarisgaris hitam. Ngengat betina mulai bertelur pada umur 2-10 hari.
a. Populasi Hama
Produksi bawang merah musim tanam ini terbilang mengalami
kerugian akibat serangan dari ulat Spodoptera exigua. Spodoptera
exigua merupakan satu-satunya hama yang ada di lahan ini. Populasi
hama ulat yang menyerang diperkirakan mencapai 60-70 % dari total
lahan. Populasi yang besar ini mengakibatkan kesulitan bagi petani
untuk melakukan penanganan, karena penyebaran hama yang terlalu
cepat. Maka dengan adanya populasi hama yang sangat menguasai
lahan mengakibatkan produktivitas menurun dan mengurangi nilai
keuntungan.
Sumber : Logbook
b. Populasi Musuh Alami
Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang
dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga
dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase
Minggu I
2 / 18
Jumlah /Tanaman
Minggu II Minggu III
2 / 20
4/21
Minggu IV
3/20
3/18
3/22
5/21
4/22
0,27
0,23
0,42
0,33
Sumber : Logbook
c. Intensitas Kerusakan Hama Ulat Daun (Spodoptera exigua Hubner)
Serangan hama dapat dihitung dengan rumus intesitas hama.
Perhitungan ini berhubungan dengan perbandingan jumlah daun yang
terserang
pada
sempel
tanaman
bawang
merah
kemudian
Sumber : Logbook
2. Penyakit Tanaman
Penyakit yang ditemukan di lahan bawang merah I yaitu mati ujung
yang disebabkan oleh Phytophora porii. Awalnya pathogen hanya
menyerang sedikit tanaman akan tetapi semakin lama penyakit semakin
menyebar hingga hampir menyerang seluruh tanaman yang ada pada lahan
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Cyperales
Family
: Cyperaceae
Genus
: Cyperus
Spesies
lingkungan
dilahan
sangat
mendukung
untuk
dapat meningkat dengan sangat cepat dalam waktu 1-2 hari diperlukan
alternatif komponen pengendalian yang lain.
D. Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi atau analisis usaha tani merupakan alat yang
digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan dan kerugian yang diterima
oleh petani. Analisis Ekonomi dari usahatani bawang merah ini diketahui
dengan melakukan perhitungan untuk mengidentifikasi hasil dari usaha tani
tersebut. Cara pengidentifikasian ini dengan mengetahui luas lahan, hasil
produksi dan harga jual per kg. Perhitungan dilakukan seperti di bawah ini:
Luas lahan = 800 m2
Teknik budidaya pemeliharaan secara intensif
Hasil produksi = 5 kwintal = 500 kg
Harga jual = Rp 8.000,00/ kg
Tabel 4. Biaya Produksi Tanaman Bawang Merah
Uraian
1.Biaya Variabel
a. Benih (kg)
b. Pupuk
Pupuk organik (kg)
TSP (kg)
Za (kg)
c. Insektisida (ml)
d. Pengairan (ml)
e. Lem Tikus
Total
2.Biaya Tetap
a. Tenaga Kerja (Dalam)
Volume
Harga
Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
3,5
15.000
52.500
10
70
20
200
1
1
2550
2.000
1.400
350
20.000
15.000
20.000
25.500
28.000
70.000
20.000
15.000
231.000
Total
Sumber : Logbook
Produktivitas bawang merah dengan luas lahan 800 m2 adalah 500 kg.
Harga bawang merah ditingkat petani Rp 8.000,00/kg.
1. Pendapatan (TR)
= Rp 231.000 + Rp 0
= Rp 231.000,3. Penerimaan
= TR TC
= Rp 4.000.000,00 - Rp 231.000,00
= Rp 3.769.000,-
231.000
500
1.907 .915
1.500
1.907 .915
1.500
= 462 kg
Jumlah di atas menunjukkan bahwa pada saat diperoleh
produksi 462 kg bawang merah dari usaha tani tersebut tidak
menghasilkan keuntungan maupun mengalami kerugian.
b. BEP Harga Produksi
1.907 .915
2.000
231.000
8000
= Rp 8.875 / kg
Jumlah tersebut menunjukkan bahwa pada saat harga bawang
merah di tingkat petani sebesar Rp 8.875/kg, maka usaha tani
bawang merah tidak mendapat keuntungan dan akan mengalami
kerugian.
5. B/C Ratio
Total pendapatan
Total biaya produksi
3.000 .000
1.907 .915
18.600 .000
6.942.000
4.000 .000
231.000
= 17,3
Nilai B/C Ratio sebesar 17,3 menunjukkan bahwa dengan
mengeluarkan
biaya
sebesar
Rp
231.000,00
akan
memperoleh
Penerimaan
x 100
Modal usaha tani
3.769 .000
x 100
231.000
= 73,16 %
Nilai ROI sebesar 73,16 % menggambarkan bahwa setiap Rp 100
yang digunakan akan diperoleh kerugian sebesar Rp 73,16. Nilai ROI
yang rendah menunjukkan bahwa usaha tani bawang merah sangat tidak
efisien.
V.
PEMBAHASAN
kebijakan
impor
yang
diterapkan
pemerintah
yang
seringkali
dapat
diartikan
sebagai
bentuk
aktivitas
OPT
untuk
aktivitas OPT pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan
ekonomis. Kerusakan tanaman karena serangan OPT sangat beragam tergantung
pada gejala serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap
mutlak dan tidak mutlak. Kerusakan mutlak adalah kerusakan yang terkadi secara
permanen/keseluruhan pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen,
misalnya kematian seluruh jaringan tanaman dan layu. Sedangkan yang dianggap
mutlak seperti terjadinya busuk, rusaknya sebagian jaringan tanaman sehingga
tanaman atau bagian tanaman tidak produktif lagi. Kerusakan tidak mutlak,
merupakan kerusakan sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah, ranting,
cabang, dan batang.
Budidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan penyakit.
Namun yang paling sering menyerang di sentra-sentra produksi adalah hama ulat
dan penyakit layu. Hama ulat (Spodoptera sp.)menyerang daun, gejalanya terlihat
bercak putih pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama
ini ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk
dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan
sebanyak 40 buah per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5%
per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.
Penyakit layu fusarium, disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun menguning
dan seperti terpilin. Bagian pangkal batang membusuk. Penanganannya dengan
mencabut tanaman yang mati kemudian membakarnya. Penyemprotan bisa
menggunakan fungsidia.
Produksi bawang merah musim tanam ini terbilang mengalami kerugian
akibat serangan dari ulat Spodoptera exigua. Organisme pengganggu tanaman
yang terdapat pada lahan bawang merah tersebut dapat berkembang dengan cepat
karena kondisi lingkungan yang cocok untuk perkembangan hidupnya. Hama
yang menyerang tanaman bawang merah dalam sample yaitu berupa ulat daun
(Spodoptera exigua Hubner. Ordo : Lepidoptera; Famili : Noctuidae). Serangan
hama ini dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Sementara siklus hidup
dari ulat ini yaitu telur sampai imago adalah 3 4 minggu. Kondisi lingkungan
dengan kondisi yang lembab serta cuaca atau iklim yang tidak menentu ini juga
VI.
KESIMPULAN
VII.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Rabinowitch, H.D. dan Currah, L. 2002. Allium Crop Science: Recent Advances.
Cabi Publishing. Shanhua Taiwan.
Rahayu, Estu. 2008. Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Singgih, W. 1994. Budidaya Bawang: Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang
Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumarni, N. dan Rosliani, R. 1995. Ekologi Bawang Merah. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.
Surojo G, 2006, Pemupukan dan Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun,
Nganjuk
Surojo G, 2006, Penggunaan Benih dan Pemeliharaan Bawang Merah,
Dipertabun, Nganjuk
Wibowo, Singgih. 2006. Budi Daya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Jakarta:
Penebar Swadaya.