PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Prolapsus uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga
serviks berada di dalam orifisium vagina. Derajat satu kalau masih di atas
introitus vagina (dalam vagina), derajat dua bila organ yang turun tersebut
telah mencapai introitus vagina (1 cm sebelum atau sesudah bekas
hymen), derajat tiga kalau bagian yang turun tersebut telah keluar dari
introitus vagina dan derajat empat bila seluruh uterus telah keluar dari
vagina Penyebab prolapsus uteri adalah multifaktorial, secara umum
antara lain; frekuensi partus yang tinggi, partus dengan penyulit, asites
atau
tumor-tumor
daerah
pelvis,
usia
tua,
defisiensi
hormonal
yang ditimbulkan olehnya, namun juga oleh karena diagnosis letak yang
tepat perlu sekali guna menyelenggarakan berbagai tindakan pada uterus.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Klasifikasi
Prolapsus adalah jatuh atau tenggelamnya suatu bagian atau viskus.
Prolapsus uteri adalah rahim keluar atau menonjol di vagina. Prolapsus
uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks berada di
dalam orifisium vagina (prolapsus derajat 1), serviks berada di luar
orifisium (prolapsus derajat 2), atau seluruh uterus berada di luar
orifisium.1,2
Prolapsus uteri diklasifikan sebagai berikut:3,4
Friedman dan Little ( 1961 ) mengemukakan beberapa macam
klasifikasi yang dikenal yaitu:
1. Prolapsus uteri tingkat I, dimana serviks uteri turun sampai introitus
vagina; Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari
introitus vagina ; Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari
vagina; prolapsus ini juga disebut prosidensia uteri.
2. Prolapsus uteri tingkat I, serviks masih berada di dalam vagina;
Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus, sedang pada
prosidensia uteri uterus seluruhnya keluar dari vagina.
3. Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vagina; Prolapsus
uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari setengah
bagian; Prolapsus uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus lebih
besar dari setengah bagian.
4. Prolapsus uteri tingkat I, serviks mendekati prosesus spinosus;
Prolapsus uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosesus spinosus dan
introitus vagina; Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari
introitus.
5. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus
uteri tingkat IV (prosidensia uteri).
Klasifikasi prolapsus uteri menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2004):
1.
3.
Keganasan uterus
Obesitas
Diabetes
Bronchitis chronis
Asma
Pekerjaan - pengangkat beban berat terutama bila otot panggul sudah
lemah atau uterus retroversion.
C. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling
ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan,
khususnya persalinan pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahankelemahan ligament yang tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot
serta fasia-fasia dasar panggul.Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal
yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutama
apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam
menopause.6,7
tidak
dapat
dikosongkan
seluruhnya.
5. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk,mengejan.
6. Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu
berjalan dan bekerja.Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan
lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
7. Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena
infeksi serta luka pada portio uteri.
E. Penatalaksanaan
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan terapi prolapsus
adalah:8-11
Keadaan umum
Masih bersuami atau tidak
Keinginan punya anak
Umur
Tingkat prolaps
memendekkan
ligamentum
Rotundum
atau
mengikatkan
10
G. Prognosis 15,16
Quo ad vitam: bonam. Prognosis ini di tegakan karena polapsus alat
genital tidak menyebabkankematian apalagi pada pasien ini telah di
tatalaksana
Quo ad fungtionam: dubia ad bonam. Prognosis ini di tegakan karena
pada pasien ini uterus telah diangkatsepenuhnya sehingga tidak dapat
berfungsi lagi, tapi perlu di ingat pasien ini sudahmasuk pada masa
senium
sehingga
uterus
memang
sudah
tidak
berfungsi,
kelemahan
otot-otot
panggul,
menopause
itusendiri
menyebabkan keadaan hipoestrogen yang adapat menyebabkan otototot dasar panggul seperti diafragma pelvis, diafragma urogenital dan
ligamentum serta fasiaakan mengalami atrofi dan melemah, serta
terjadi atrofi vagina. Selain itu pasien juga menderita konstipasi sejak
muda
H. PROLAPS UTERI DALAM KEHAMILAN13-15
Kalau uterus dengan prolapsus parsialis menjadi hamil maka
biasanya uterus yang membesar itu keluar dari rongga kecil dan terus
tumbuh dalam rongga perut. Kalau uterus naik maka serviks ikut tertarik
keatas sehingga prolaps tidak tampak lagi atau berkurang.
Jika ada prolaps dalam kehamilan maka baiknya uterus ditahan
dengan pessarium sampai bulan keempat, kalau dasar panggul terlalu
lemah sehingga pessarium terus jatuh maka pasien dianjurkan istirahat
rebah sampai bulan keempat. Istirahat mengurangi penderitaan wanita dan
memungkinkan uterus tumbuh secara wajar sampai kehamilan mencapai
cukup bulan.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prolapsus uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi
vagina
Tingkat II
Tingkat III
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Juniza F. Prolapsus alat genitalia. Dalam: Buku ajar: Uroginekologi. Bagian
Uroginokologi rekonstruksi. 2002. Jakarta. Bagian Obstetri dan Ginekologi
FKUI/RSUPN-CM. Hal.70 - 762.
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. 2007.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-131, 421-446
3. Lazarou G. Uterine prolapse: overview. 2010. Emedicine. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/264231-overview. [29-05-2014]
4. Snell RS. Anatomi Klinik Edisi Keenam Bagian II Cavitas Pelvis. 2006.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC ; 356-360.
5. Ganon WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20: Endokrinologi,
Metabolisme dan Fungsi Reproduksi. 2002. Mc Graw Hill ; 417-431
6. Winkjosastro H. Ilmu Kandungan. Kelainan Letak Alat-Alat Genital. Edisi
kedua. 2007. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal.
421.
7. Lotisna, D. Prolaps Genitalia. Devisi uroginekologi rekonstruksi. Departemen
Obstetri dan Ginekologi. FK UH. Makassar.
8. Junizaf. Prolapsus alat genitalia. Dalam: Junizaf.
13
11. Muchtar R. Kelainan dalam letak alat-alat genital. Dalam: S, Saifuddin AB.
Ed. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2011: 360-374
12. Suheimi K.H. Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan. Prolapsus Uteri. 2008.
http://ksuheimi.blogspot.com/2008/06/penyakit-dan-kelainan-alat
kandungan_26.html [25-05-2014]
13. Clinic
Mayo.
Uterine
Prolaps.
2008.
Womens
Health.
http://www.womenshealthlondon.org.uk/leaflets/prolapse/prolapse.html [2705-2014]
14. Mc. Neeley. G.S. et al. Gynecology and Obstetrics. Pelvic Relaxation
Syndrome. 2008.
15. NN.
Prolaps
Uteri.
2011.
Available
http://www.stjohnsmercy.org/healthinfo/adult/urology/cystocel.asp
at
:
[01-03-
2014]
16. Widjanarko B. 2010. Ginekologi: Disfungsi Sistem Urogenital pada Wanita.
14