Anda di halaman 1dari 13

tugas bedah buku

KESELAMATAN
KERJA BIDANG KEBAKARAN

Jasmadi, S.Kom
NIM.14B20061
PROAGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KESELAMATAN
KERJA BIDANG KEBAKARAN
A. Definisi Kebakaran
Adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya
cahaya dan panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru
melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api terbentuk karena adanya
interaksi beberapa unsur atau elemen yang pada kesetimbangan tertentu
dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana
yang ditimbulkan oleh api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa
mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Ditinjau dari jenis, api dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak
dan liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai/dikendalikan
oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai/dikendalikan oleh
manusia oleh karena itu sering dikenal dengan istilah kebakaran.
B. Unsur-unsur Penyebab Kebakaran
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari
teori segitiga api yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen.
Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen
sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara
yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara
lain:
1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung
dalam beraktivitas seperti: masak, las, dan lain-lain.
2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem
peralatan atau rangkaian listrik seperti: setrika, atau karena adanya
korsleting.
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan
ion negatif dengan ion positif seperti: peti.

4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat


gesekan/benturan benda seperti: gerinda, memaku, dan lain-lain.

Prinsip dasar pencegahan kebakaran adalah mengontrol atau


mengisolasi sumber bahan bakar dan panas sehingga tidak terjadi
pembakaran
C. Klasifikasi Kebakaran
Merupakan penggolongan atau pembagian kebakaran berdasarkan jenis
bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, cepat dan
lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan untuk
memadamkan kebakaran. Dengan mengacu pada standar (Depnaker, Traning
Material K3 bidang penanggulangan kebakaran :1997:14).
Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24) terdapt
dua versi standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak berbeda.
Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu LPC (Loss
Prevention Committee) menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi dalam dua
klas A, B, C, D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire
Prevention Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A,
B, C, D.

Kelas A: Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang,


kertas, tekstil, plastik dan sejenisnya

Kelas B:

Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang,


kertas, tekstil, plastik dan sejenisnya. Bahan cair dan gas,
seperti bensin,

solar,

minyak

tanah,

aspal,

gemuk

alkohol gas alam, gas LPG dan sejenisnya


Kelas C: Bahan cair, seperti bensin, solar, minyak tanah dan
sejenisnya. Peralatan listrik yang bertegangan. Bahan gas,
seperti gas alam, gas LPG
Kelas D: Bahan logam, seperti Magnesium, aluminium, kalsiun dan
lain - lain D Bahan logam, seperti magnesium, aluminium,
kalsium dan lain-lain
Sedangkan Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam
Peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980 yang
pembagiannya adalah sebagai berikut :
Kelas A : Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat
terbakar dengan sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat
panas yang datang dari luar, molekul -molekul benda padat
terurai dan membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar,
hal kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya
mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan
gas akan terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat
adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup
menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan
sendirinya diatas cairan pada umunya terdapat gas, dan gas
ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar cair ini suatu
bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan
menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah
mengalir dan menyalakan api ketempat lain.
Kelas C: Kebanyakkan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang
mana sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A
dan kelas B atau kombinasi dimana ada aliran listrik.
Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media
pemadam yaitu tidak menghantar listrik untuk melindungi

orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.


Kelas D: Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium,
sodium. Lithium, dan potassium. Pada kebakaran jenis ini
perlu

dengan

alat

atau

media

khusus

untuk

memadamkannya.
D. Penyebab Kebakaran
Kebakaran merupakan penderitaan dan malapetaka khususnya mereka
yang menjadi korban kebakaran. Pada umumnya penyebab terjadinya
kebakaran bersumber pada 3 faktor yaitu:
a. Faktor Manusia
b. Faktor Alam
c. Faktor Teknis
E. Peyebab Kebakaran Karena Faktor Manusia
a. Tenaga kerja
- Tidak tau atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan atau
penanggulangan bahaya kebakaran.
- Menetapkan

barang-barang

yang

mudah

terbakar

tampa

menghiraukan norma-norma pencegahan dan penanggulangan


bahaya kebakaran.
- Pemakaian listrik yang belebihan, melebihi kapasitas.
- Merokok

ditempat

terlarang

membuang

punting

rokok

sembarangan.
b. Manajemen
- Tidak ada / kurang komitmennya terhadap K3
- Kurang pengawasan terhadap kegiatan
- Tidak ada standar kode yang dapat diandalkan atau penerapannya
tidak tegas.
- System penanggulangan kebakaran tidak memadai
- Tidak dilakukan pelatihan penanggulangan bahaya kebakaran bagi
tenaga kerja.

- Sarana proteksi kebakaran tidak ada atau kurang.

F. Teknik Pemadaman Kebakaran


Memadamkan

kebakaran

dapat

dilakukan

dengan

prinsip

menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api.
Menurut panduan Departemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang
Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 17 untuk memadamkan api dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
A. Pendinginan (cooling)
B. Penyalimutan (smothering)
C. Memutuskan reaksi api
D. Melemahkan (dilution)
G.
Jenis
Kebakaran

Media

Pemadaman

Menurut DepartemenTenaga Kerja dalam bukunya Training Material K3


Bidang Penanggulangan Kebakaran, pemadaman kebakaran dapat dilakukan
dengan efektif, efisien dan aman dengan bantuan beberapa media yang
sesuai dengan jenis kebakaran yang terjadi. Dari bentuk fisiknya media
pemadam kebakaran memiliki 5 jenis, yaitu :
1. Air
2. Busa
3. Serbuk kimia kering
4. Kabon dioksida (CO)
5. Halon

1. Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau
tepat untuk memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat
menembus sampai bagian dalam.

Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air


adalah seperti kayu, arang, kertas, tekstil, plastik dan sejenisnya.
2. Busa.
Jenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang
dapat digunakan untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang
berfungsi untuk memadamkan kebakaran yaitu busa kimia dan busa
mekanik.
Busa kimia dibuat dari gelembung yang mengandung zat arang
dan carbon dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuaran
zat
arang dengan udara. Busa dapat memadamkan kebakaran
melalui kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu:
- Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar,
sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus.
- Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar.
- Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar
sehingga suhunya menurun.
3. Serbuk kimia kering
Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah
serbuk yang dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butirbutir serbuk kimia kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi.
Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan
adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk
memadamkan kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia
kering ini adalah secara fisik dan kimia.
5. Halon
Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan
api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi
yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas halon
terkena

panas

api

kebakaran

pada

suhu

sekitar

485C

maka

akan

mengalami
penguraian, dan zat zat yang dihasilkan akan mengikat unsur
hydrogen
dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa
unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan
terhadap manusia.
H. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) merupakan
bagian dari manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, prosedur, proses dan sumber daya manusia yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan penerapan manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu
sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja,

kondisi

dan

lingkungan

kerja

yang

berintegrasi

dalam

rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
menciptakan tempat kerja terhadap kebakaran, peledakan dan kerusakan
yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada.
Manajemen Penanggulangan Kebakaran
Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah suatu
sistem penataan dini dalam rangka mencegah dan mengendalikan
bahaya

kebakaran

sehingga

kerugian

berupa

meterial

dan

jiwa
manusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik
berupa kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti
inspeksi peralatan, pemberian pendidikan dan pelatihan bagi
penghuni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran,

maupun penyediaan sarana pemadam kebakaran.


Program Penanggulangan Kebakaran
Program penanggulangan kebakaran adalah segala upaya yang
dilakukan
(Depertemen

untuk

mencegah

Tenaga

Kerja,

atau
Training

memberantas kebakaran.
Material

K3

Bidang

Penanggulangan Kebakaran, 1997). Tindakan untuk menanggulangi


kebakaran antara lain :
-

Mengendalikan setiap perwujudan energi panas, seperti listrik,


rokok, gesekan mekanik, api terbuka, sambaran petir, reaksi
kimia dan lain-lain.

Mengendalikan keamanan setiap penanganan dan penyimpanan


bahan yang mudah terbakar.

Mengatur kompartemenisasi ruangan untuk

mengendalikan

penyebaran/penjalaran api, panas, asap dan gas.


-

Mengatur lay out proses, letak jarak antar bangunan, pembagian


zone menurut jenis dan tingkat bahaya.

Menerapakan sistim deteksi dini dan alarm.

Menyediakan sarana pemadam kebakaran yang handal.

Menyediakan sarana evakuasi yang aman.

Membentuk regu atau petugas penanggulangan kebakaran.

Melaksanakan latihan penanggulangan kebakaran.

Mengadakan inspeksi, pengujian, Perawatan terhadap sistem


proteksi kebakaran secara teratur.

Pembentukkan petugas penanggulangan kebakaran


Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 186 tahun
1999 tentang unit penanggulangan kebakaran ditempat kerja dalam
pasal 5 meyebutkan bahwa unit penanggulangan kebakaran terdiri
dari: Petugas peran kebakaran, regu penanggulangan kebakaran,
koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis.

Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran


Tujuan dari latihan evakuasi untuk menetapkan suatu prosedur
untuk bertindak bila terjadi kebakaran dan untuk mengembangkan
kebiasaan para karyawan terhadap situasi api pada masa yang akan
datang. Adapun frekuensi latihan dan pendidikan evakuasi untuk
setiap perusahaan akan selalu tergantung kepada berat ringan bahaya
kebakaran dari masing masing perusahaan. Pada umumnya latihan
dilakukan sebagai berikut :
a. Bahaya kebakaran ringan : 1 2 kali / tahun
b. Bahaya kebakaran sedang : 3 4 kali / tahun
c. Bahaya kebakaran berat : 6 8 kali / tahun
Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang
diberikan kepada para peserta latihan harus memenuhi syarat :
a. Benar, jelas dan singkat
b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan
c. Tidak menimbulkan keragu raguan
Inspeksi sarana penanggulangan kebakaran
Untuk mengetahui kelayakan sarana penanggualangan kebakaran
yang ada, baik peralatan pendeteksi, pemadam, evakuasi dan sarana
penunjang kebakaran lainnya, maka perlu diadakan pemeriksaan
secara

berkala.

Kegiatan

pemeriksaan

dan

pemeliharaan

ini

merupakan unsur penting guna menjamin segi keandalan peralatan


proteksi

bila

terjadi

kebakaran.

Pemeriksaan

pengetesan, pemeliharaan dan pemeriksaan terhadap:


a. Sistem deteksi dan alarm kebakaran
b. Sistem sprinkler otomatis
c. Sistem hydrant
d. Sistem pemadaman api
e. Dan lain-lain
Sarana penanggulangan kebakaran

yang

disertai

Sarana penanggulangan kebakaran yaitu berupa alat atau sarana


yang

dipersiapkan

untuk

mendeteksi,

mengendalikan

dan

memadamkan kebakaran.Seperti sistem deteksi dan alarm, APAR,


hydrant, sprinkler, sarana emergency dan evakuasi.
Dalam strategi menghadapi bahaya kebakaran yang pertama
adalah perlu adanya sistem pendeteksian dini, sistem tanda bahaya
serta sistem komunikasi darurat. Agar api bisa lebih mudah
dikendalikan atau dipadamkan. Deteksi kebakaranadalah alat yang
berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal yang
terdiri dari:
- Detektor Asap (Smoke Detector)
Adalah

detektor

yang

bekerjanya

berdasarkan

terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu.


Ada dua tipe detektor asap yaitu Detektor Asap optik, digunakan
untuk mendeteksi pada kebakaran yang menghasilkan asap tebal
seperti pada kebakaran PVC. Detektor Asap ionisasi, digunakan
untuk mendeteksi asap kebakaran yang terdiri dari partikel kecil
yang biasa terjadi pada kebakaran yang sempurna.
- Detektor Panas (Heat Detector)
Adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu. Ada tiga tipe detektor panas yaitu :
a. Detektor bertemperatur tetap yang bekerja pada suatu batas
panas tertentu (Fixed temperature)
b. Detektor

yang

bekerja

berdasarkan

kecepatan

naiknya

tempetatur (Rate of rise).


c. Detektor kombinasi yang bekerja berdasarakan kenaikan
temperatur dan batas temperatur maksimum ditetapkan.
I.

Teknik Penanggulangan Kebakaran


Dasar sistem pemadaman api adalah merusak keseimbangan reaksi api,

hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pertama penguraian dengan
menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar, kedua pendinginan
dengan menurunkan panas sehingga suhu bahan yang terbakar berada pada
bawah titik nyala, dan ketiga cara isolasi dengan menurunkan kadar oksigen
dibawah 12% dari ketiga cara diatas dipilih cara mana yang bisa dilakukan
dengan efektif sehingga proses pembakaran terkendali, di ingatkan dalam
penanggulangan

kebakaran

berpacu

dengan

waktu,

keterlambatan

memanfaatkan waktu, akan berakibat kerugian yang amat besar.


Pada saat kejadian kebakaran, tindakan awal adalah sangat menentukan
karena pada saat itu api masih berkobar kecil mudah dan mudah
dikendalikan, karena itu tindakan awal harus cepat dan tepat, untuk ini
diperlukan pengetahuan tentang cara-cara pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dengan baik.
Dalam dunia industri masalah pencegahan bahaya kebakaran menjadi
perhatian serius, setiap orang yang berada dalam lingkungan industri harus
taat pada semua aturan kaitannya dengan peringatan kebakaran. Pencegahan
bahaya kebakaran dimaknai segala usaha yang dilakukan secara bersungguhsungguh agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak dapat dikendalikan.
Pencegahan bahaya kebakaran memiliki dua pengertian pertama
dinyatakan penyalaan api belum ada dan diusahakan agar tidak terjadi
penyalaan api, misalnya di tempat-tempat pembelian bensin di wilayah
gudang penimbunan barang di tempat reparasi kendaraan bermotor. Kedua,
penyalaan api sudah ada diusahakan agar kobaran api tersebut menjadi
terkendali, misalnya pada tempat-tempat pembakaran rutin, bengkel-bengkel
pande besi daerah ketel uap dan lain sebagainya.
Memahami teknik dan taktik pemadaman harus di tempatkan pada
proporsi yang tepat. Dua pemahaman didefinisikan : bahwa teknik
pemadaman adalah kemampuan bagaimana cara yang tepat mempergunakan
alat dan perlengkapan pemadam kebakaran dengan sebaik-baiknya sehingga
hasil yang dicapai sangat optimal, sedangkan teknik pemadaman adalah
kemampuan menganalisa situasi kebakaran sehingga dapat melakukan

tindakan dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan korban maupun


kerugian yang lebih besar.
Beberapa fenomena kebakaran yang terjadi dapat dipelajari bagaimana
menguasai teknik pemadaman antara lain menempatkan ragu pemadam
kebakaran yang sudah terlatih sanggup menguasai situasi kebakaran, dapat
mempergunakan

peralatan

dan

perlengkapan

pemadam

kebakaran

dengan cepat dan benar, menguasai dengan baik pengetahuan tentang


pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
Adapun menguasai taktik pemadaman diperlukan menganalisa situasi
kebakaran antara lain menguasai pengaruh angin, warna asap kebakaran,
lokasi kebakaran dan bahaya-bahaya lain yang mungkin bisa terjadi akibat
kebakaran. Terdapat model-model instalasi listrik unit kebakaran yang
dipelajari misalnya alat pemadam api ringan, peralatan pemadam api
instalasi tetap, peralatan pemadam api yang bergerak dan sekarang sudah
banyak ragam alat pemadaman yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai