Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi Dan Pembagian Limbah Secara Umum


Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan

berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik
secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan,
kesehatan,

kelangsungan

hidup

manusia

atau

makhluk

hidup

lainnya

(Mahida,1984).
Setiap limbah perlu dikarakteristik terlebih dahulu sebelum rancangan
proses dimulai. Sifat limbah cair yang perlu diketahui adalah volume aliran,
konsentrasi organic, karakteristik dan toksisitas. Tingkat bahaya keracunan yang
disebabkan oleh limbah juga bergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam
beberapa golongan yaitu :
1) Limbah domestic, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur,
tempat cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi
terdiri atas zat organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya dan beracun
(B-3), garam terlarut, lemak.
2) Limbah nondomestic, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri,
pertanian, peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber
lainnya. Limbah pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan
lainnya (Kristianto,2002)

10

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Tujuan Pengolahan Limbah


Tujuan pengolahan limbah adalah menurunkan kandungan bahan organic

dan bahan lainnya di dalam limbah, baik dalam bentuk cair maupun gas sehingga
diperoleh konsentrasi yang aman untuk dibuang. Teknologi pengolahan maupun
pemanfaatan limbah telah berkembang sehingga pihak perkebunan mempunyai
beberapa pilihan untuk pengolahan limbahnya. Pemilihan teknologi tersebut
bergantung pada jenis dan potensi industri di sekitar lokasi perkebunan kelapa
sawit.

2.3

Limbah Kelapa Sawit


Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak

termasuk dalam product utama yang merupakan hasil ikutan pada proses
pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa
sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit
dan limbah industri kelapa sawit.
2.3.1

Limbah Perkebunan Kelapa Sawit


Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa

tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan serta peremajaan
saat panen kelapa sawit. Jenis limbah ini antara lain kayu, pelepah daun, dan
gulma. Dalam satu tahun setiap satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata
menghasilkan limbah pelepah daun sebanyak 10,4 ton bobot kering.

11

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Limbah Industri Kelapa Sawit


Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat

proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu
limbah padat, limbah cair, dan gas.
a) Limbah padat
Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong
kelapa sawit (TKKS). Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya.
Komponen terbesar dalam limbah padat tersebut adalah selulosa, disamping
komponen lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa dan liqnin.
b) Limbah cair
Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit terutama
dari centrifuge waste dan claybath waste. Limbah cair ini apabila dibuang
keperairan akan mengakibatkan perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi
perairan sehingga akan merusak lingkungan. Oleh karena itu industri kelapa
sawit melakukan suatu perlakuan terhadap limbah cairnya sebelum dibuang
kebadan air sehingga mengurangi pencemaran limbah cair PKS pada badan
air.
c)

Limbah gas
Industri kelapa sawit selain menghasilkan limbah padat dan cair, juga

menghasilkan limbah bahan gas. Limbah bahan gas ini antara lain dari gas
buangan uap air pada saat perebusan.

12

Universitas Sumatera Utara

2.4. Karakteristik Fisik Dan Kimia Limbah Cair Kelapa Sawit


Sifat fisik dan kimiawi limbah cair penting diketahui untuk keperluan
penangannan, pengolahan maupun teknik manajemen lingkungan. Sifat-sifat
tersebut juga dapat diterapkan dalam analisis limbah cair dari industri kelapa
sawit (Tobing,1997).
Karakteristik fisik dan kimiawi limbah cair yang berasal dari setiap unit
proses tersebut tidak sama karena peralatan yang digunakan, jumlah dan volume
air pada setiap proses berbeda.
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya pertama yang
dilakukan dalam pengolahan limbah, karena bersifat mencegah atau mengurangi
terjadinya limbah yang keluar dari proses produksi. Di Indonesia, lebih dari 95%
pabrik kelapa sawit mengolah limbah cair tanpa melakukan reduksi pada
sumbernya terlebih dahulu (Poeloengan,2000).
2.4.1. Aplikasi Karakteristik Fisis
Berdasarkan sifat fisika suatu limbah mudah untuk diukur atau dianalisa.
Oleh karena itu, yang termasuk karakteristik fisika yang akan di observasi adalah
sebagai berikut :
a) Total solid
Total solid adalah total padatan yang merupakan indikator daya serap limbah
cair terhadap udara (oksigen). Kandungan padatan yang terdapat di dalam limbah
disebabkan oleh senyawa-senyawa organik maupun anorganik. Pemisahan
padatan dari suspensi karena pengendapan akibat gravitasi disebut sebagai
sedimentasi (Lubis,1992)

13

Universitas Sumatera Utara

b) Bau
Limbah cair PKS mengeluarkan bau yang sangat tajam akibat pembusukan
bahan organik yang dikandungnya. Bau yang berasal dari asam-asam yang mudah
menguap merupakan gas-gas hasil fermentasi yang memberikan aroma spesifik,
seperti hidrogen sulfida yang diuraikan oleh bakteri anaerobik kemudian bakteri
anaerobik tersebut mereduksi sulfat menjadi sulfit. Bau ini dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman serta mengganggu suasana lingkungan. Bau juga merupakan
petunjuk adanya pencemaran udara. Untuk menghindari terjadinya bau ini dapat
dilakukan dengan pengawasan pH limbah cair antara 7.2-7.4, dengan demikian
dapat dikurangi akumulasi asam-asam dan pembusukan bahan organik lainnya
(Tobing,1997).
c) Suhu
Kenaikan suhu akan mempengaruhi kalarutan oksigen dalam air yang
berakibat fatal bagi beberapa jenis ikan. Meskipun ikan dapat beradaptasi
terhadap perubahan suhu, namun perubahan yang cepat dan terjadi secara tiba-tiba
menyebabkan ikan tersebut akan mati. Suhu merupakan suatu indikator adanya
polutan yang memiliki temperatur tinggi, namun tidak bisa berdiri sendiri sebagai
parameter karena harus berkaitan dengan kondisi lain. Sebagai contoh, misalnya
suhu perairan yang dinaikkan dari 110C menjadi 220C mengakibatkan konsentrasi
oksigen terlarut turun daari 11,7 mg/l menjadi 0,7 mg/l (Mahida,1984).

14

Universitas Sumatera Utara

d) Warna
Warna merupakan ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi
umum limbah cair. Air normal tidak berwarna, sehingga tampak bersih, bening,
dan jernih. Bila air tersebut warnanya berubah maka hal ini merupakan salah satu
indikasi bahwa air telah tercemar.
2.4.2. Aplikasi Karakteristik Kimiawi
Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifat air baik dalam
tingkat keracunan maupun bahaya yang ditimbulkan. Semakin besar konsentrasi
bahan pencemar dalam air maka semakin terbatas penggunaan air tersebut.
Karakteristik kimia terdiri dari kimia anorganik dan kimia organik. Secara umum
sifat air dipengaruhi oleh kedua kandungan bahan kimia tersebut.
Beberapa karakteristik kimia suatu limbah cair pabrik kelapa sawit adalah
sebagai berikut:
a. Keasaman Air (pH)
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang
mempunyai pH tinggi atau rendah dapat membunuh mikroorganisme air yang
diperlukan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air bersifat korosit terhadap
bahan kotruksi seperti besi.
Ditetapkannya parameter pH 6-9 bertujuan agar mikroorganisme dan biota
yang terdapat pada badan yang menerima tidak terganggu, serta diharapkan
dengan pH yang alkalis dapat menaikan pH badan penerima seperti sungai yang
umumnya digunakan sebagai tempat pembuangan. Oleh karena itu, keasaman
limbah segar yang pH 4 dinaikkan dengan penambahan alkali (Tobing,1997).
b. Alkalinitas

15

Universitas Sumatera Utara

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan oleh senyawa karbonat,


bikarbonat, garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium dalam air.
Semakin tinggi kesadahan suatu air maka air tersebut semakin sulit membuih.
Penggunaan air ketel selalu diupayakan agar air yang dimaksud mempunyai
kesadahan rendah. Jika air mengandung zat tersebut dalam konsentrasi tinggi, hal
ini dapat menimbulkan terjadinya kerak pada dinding delam ketel maupun pada
pipa pendingin. Oleh sebab itu, untuk menurunkan kesadahan air dilakukan
pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan ion
CaCO 3 , ion Ca, ion Mg, bikarbonat, karbonat dan lain-lain.
c. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Zat organik yang terdapat dalam air buangan terdiri dari unsur karbon,
hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan seperti nitrogen, belerang dan lainlain yang cenderung menyerap oksigen. Oksigen tersebut dipergunakan untuk
menguraikan senyawa organik. (Tobing,1997)
d. Chemical Oxygen Demand (COD)
Jumlah bahan organik di dalam limbah dapat diketahui lebih cepat dari uji
COD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji ini disebut
dengan uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi
bahan-bahan organik yang terdapat didalam air (Poeloengan,2000).

16

Universitas Sumatera Utara

2.5

Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit


Pengolahan limbah di perkebunan pada dasarnya terdiri dari dua aspek,

yaitu penanganan dan pemamfaatan limbah cair. Penanganan limbah cair


ditujukan untuk mengurangi daya cemar limbah, sedangkan pemamfaatan limbah
cair ditujukan untuk mendapatkan nilai tambah dari limbah cair yang akan
dibuang. Dalam hal ini peranan pusat-pusat penelitian perkebunan menjadi amat
penting dalam hal penyediaan teknologi pengolahan limbah yang muktahir. Di
Indonesia, pengolahan perkebunan kelapa sawit dan karet menghasilkan limbah
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan komuditas perkebunan lainnya seperti
kakao, kopi atau teh. Oleh karena itu, pengolahan limbah untuk komoditas ini
perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar.
Proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit ini terdiri dari
perlakuan awal dan pengendalian pengutipan minyak (fat-pit). Penurunan suhu
limbah dari 700C-800C menjadi 400C-450C melalui menara atau bak pendingin.
Hampir seluruh buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang
dapat terdegradasi. Oleh karenanya pemilihan proses biologis harus sesuai dengan
karakteristik fisik dan kimia limbah yang akan diolah. Proses biologis dapat
mengurangi konsentrasi BOD

limbah sampai 90%. Dekomposisi anaerobik

meliputi penguraian bahan organik majemuk menjadi asam-asam organik dan


selanjutnya diuraikan menjadi gas-gas dan air.
Selanjutnya limbah cair dialirkan ke kolam pengasaman. Air limbah di
dalam kolam ini akan mengalami asidifikasi, yaitu terjadinya kenaikan
konsentrasi asam-asam mudah menguap (volatile fatty acid) dari 1000 mg/l
menjadi 5000 mg/l sehingga air limbah yang mengandung bahan organik lebih
mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Sebelum diolah di unit

17

Universitas Sumatera Utara

pengolahan limbah (UPL) anaerobik, limbah dinetralkan terlebih dahulu dengan


penambahan kapur tohor hingga mencapai pH antara 7,0-7,5 (Naibaho,1998)
Tahapan pengolahan limbah cair meliputi hal-hal berikut :
a) Pendinginan
Limbah cair yang telah dikutip minyaknya pada sludge pit mempunyai
karakteristik, yaitu bersifat asam dengan pH 4,0-4,5 dan memiliki suhu 700C800C. sebelum limbah dialirkan ke kolam pengasaman, suhunya perlu diturunkan
menjadi 400C-450C agar bakteri mesophilik dapat berkembang dengan baik.
b) Pengasaman
Limbah akan mengalir ke kolam pengasaman setelah dari kolam pendingin
yang lebih berfungsi sebagai pra-kondisi bagi limbah sebelum masuk ke dalam
kolam anaerobik. Pada kolam ini limbah akan dirombak menjadi VFA (volatile
fatty acid)
c) Resirkulasi
Resirkulasi dilakukan dengan cara mengalirkan cairan dari kolam
anaerobik masuk ke kolam pengasaman yang bertujuan untuk menaikkan pH,
menambah nutrisi bakteri, dan membantu pendinginan.
d) Pembiakan Bakteri
Bakteri yang digunakan dalam proses anaerobik pada awalnya dipelihara
dalam suatu tempat yang bertujuan untuk memulai pembiakan bakteri. Di dalam
pembiakan awal perlu ditambahkan nutrisi yang akan dimamfaatkan sebagai
sumber energi dalam metabolisme bakteri seperti urea, pospat, dan limbah yang
telah diencerkan. Setelah bakteri menunjukkan perkembangan dengan indikasi
timbulnya gelembung-gelembung gas (biasanya 2-4 hari), bakteri tersebut
dimasukkan ke kolam pembiakan yang sebelumnya telah diisi dengan limbah dan
selanjutnya dialirkan ke kolam anaerobik.

18

Universitas Sumatera Utara

e) Proses Anaerobik
Limbah akan mengalir ke kolam anaerobik setelah mengalami beberapa
proses dari kolam pengasaman. Karena pH kolam pengasaman masih rendah,
maka limbah harus dinetralkan dengan cara mencampurkannya dengan limbah
kaluaran dari kolam anaerobik dengan cara resirkulasi pada parit masukan kolam
anaerobik, bersamaan dengan ini bakteri dari kolam pembiakkan dialirkan ke
kolam anaerobik. Dalam kolam anaerobik, bakteri anaerobik yang aktif akan
membentuk asam organik dan CO 2 selanjutnya, bakteri methane (methanogenic
bacterial) akan mengubah asam organik menjadi methane dan CO 2 .
Proses fermentasi metana pada limbah cair dapat menghasilkan komponen
organik yang sangat beragam yang dapat dioksidasi oleh bakteri, karena bakteri
metana yang aktif juga sangat beragam dan saling berinteraksi. Asam volatil akan
dipecah menjadi asam lainnya dengan berat molekul yang lebih kecil dan asam
tersebut bertindak sebagai prekusor pembentukan metana.
Tahapan reaksi yang penting dalam fermentasi adalah reaksi asam asetat
yang juga dapat digunakan oleh bakteri metana. Reaksi selengkapnya adalah
sebagai berikut ini :
Bahan Organik + nutrisi

bakteri

asam volatil + alkohol + H 2 + CO 2

Asam volatil + alkohol + H 2 + CO 2 + Nutrisi

CH 4 + CO 2

f) Proses Fakultatif
Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penonaktifan bakteri
anaerobik dan prakondisi aerobik. Aktifitas ini dapat diketahui dengan indikasi
pada permukaan kolam tidak dijumpai scum (buih) dan cairan tampak kehijauhijauan. Limbah dipisahkan menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan teratas sebagai
19

Universitas Sumatera Utara

daerah aerobik, lapisan tengah sebagai daerah fakultatif, dan lapisan bawah
sebagai daerah anaerobik. Pada kedalaman 1-2 m terjadi proses fotosintesis oleh
algae, reaksinya sebagai berikut :
CO 2 + H 2 O O 2 + karbohidrat
Di dalam kolam ini proses perombakan anaerobik masih tetap berjalan, yaitu
menyelesaikan proses-proses yang belum diselesaikan pada kolam anaerobik.
Pada bagian hulu kolam masih menunjukkan adanya gelembung-gelembung
udara yang keluar dari dalam air limbah sedangkan pada bagian hilir kolam
hampir tidak ada.
g) Proses Aerobik
Pada kolam ini telah tumbuh algae dan mikroba heterotrop yang
membentuk floks. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroba dalam kolam. Metoda pengadaan oksigen dapat dilakukan secara
alami dan atau menggunakan aerator. Dalam proses aerasi untuk menambahakan
oksigen ke dalam air limbah ada beberapa alat bantu yang digunakan seperti
kompresor, nozzle, fan dan menara ( Erningpraja dan Fauzan,2005).

2.6 Beberapa Parameter Analisa Limbah Cair


a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman mencirikan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat menaikkan kebasaan limbah.
Sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat dapat menaikkan
derajat keasaman limbah. Derajat keasaman limbah cair dapat mempengaruhi
jenis dan susunan zat dalam perairan. Ditetapkannya parameter pH 6-9, memiliki

20

Universitas Sumatera Utara

tujuan agar mikroorganisme dan biota yang terdapat pada badan penerima tidak
terganggu (Naibaho,1998).
b. Total Alkalinitas
Kapasitas air untuk menerika proton disebut alkalinitas. Alkalinitas air
tergantung pada konsentrasi HCO 3 -, CO 3 -, dan OH- yang terdapat dalam air
limbah. Alkalinitas sangat penting dalam air limbah untuk menahan perubahan pH
dengan reaksi dapar yang disebabkan oleh HCO 3 -.
Total alkalinitas dapat ditentukan dengan cara mengetahui kapasitas air
untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya
dengan larutan buffer, alkalinitas merupakan buffer terhadap pengasaman
(Anonim,2005).
c. Volatile Fatty Acid (VF A)
Volatile fatty acid adalah asam-asam yang mudah menguap pada suhu air
mendidih. Suatu kesulitan serius yang biasanya dialami dalam pembusukan
anaerobik adalah dihasilkannya asam-asam yang mudah menguap secara cepat
dan tiba-tiba. Bertambahnya asam-asam yang mudah menguap sebanyak beberapa
ratus ppm dapat berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Prinsip yang dipakai dalam analisa penetapan volatile fatty acid adalah
memisahkan asam-asam yang mudah menguap melalui metode destilasi yang
kemudian direaksikan dengan larutan kalium hidroksida (Mahida,1984).
d. Kadar N-Total
Nitrogen adalah nutrien penting dalam sistem biologik. Dalam limbah cair,
nitrogen akan terdapat sebagai nitrogen organik dan nitrogen ammonia,
proporsinya tergantung pada degradasi bahan organik yang berlangsung. Dalam
sistem biologik, senyawa nitrogen organik dapat ditransformasi menjadi nitrogen
amonium dan dioksidasi menjadi nitrogen nitrit dan nitrat.

21

Universitas Sumatera Utara

N organik

N amonium

N nitrit

N nitrat

Oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat disebut nitrifikasi dan


berlangsung di bawah kondisi aerobik. Definisi nitrifikasi yang lebih dasar adalah
konversi biologik senyawa nitrogen anorganik atau organik dari bentuk tereduksi
menjadi bentuk yang teroksidasi.
Kadar nitrogen harus selalu terkendali atau dibatasi jumlahnya pada
limbah karena akan mempengaruhi ketersediaan oksigen dalam suatu limbah
terutama pada limbah cair.
Pada limbah cair yang belum diolah, nitrogen dijumpai dalam bentuk
nitogen organik dan komponen ammonium. Nitrogen organik tersebut akan
diubah oleh aktivitas mikroba menjadi ion ammonium. Bila kondisi lingkungan
mendukung maka mikroba nitrifikasi akan mampu mengoksidasi ammonia (Jenie
dan Rahayu,1990).

e. Kadar Nitrogen Amoniakal


Pada umumnya limbah cair dari PKS terdiri dari suatu senyawa kompleks.
Hal ini menyebabkan produk akhir yang dapat dihasilkannya pun merupakan
beberapa jenis senyawa sederhana seperti amonia.
Sistem penanganan limbah juga diharapkan untuk penghilangan nitrogen
dalam bentuk amonia. Hal ini disebabkan karena amonia dapat menyebabkan
keadaan kekurangan oksigen pada air karena pada konversi amonia menjadi nitrat
membutuhkan 4,5 bagian oksigen untuk setiap bagian amonia. Dengan keadaan
tersebut yaitu bila terjadi perubahan amonia menjadi nitrat maka kadar oksigen
terlarut dalam cairan akan turun sehingga menyebabkan makhluk hidup, misalnya
ikan tidak dapat hidup.

22

Universitas Sumatera Utara

Amonia akan mampu dioksidasi oleh mikroba melalui proses nitrifikasi,


mikroba tersebut bersifat autotropik yaitu mendapatkan energinya melalui proses
oksidasi dari ion ammonium menjadi nitrit. Reaksinya adalah sebagai berikut :
2NH 4 + + 3 O 2

bakteri

4H+ + 2NO 2 - + 2H 2 O

Reaksi ini membutuhkan 3,43 gram molekul oksigen untuk setiap gram molekul
amonia yang akan teroksidasi menjadi nitrit. Bakteri yang paling dikenal dan
paling penting dalam proses oksidasi amonia menjadi nitrit adalah Nitrosomonas.
Sedangkan nitrit dapat dioksidasi menjadi nitrat dengan reaksi sebagai berikut :
2NO 2 - + 3 O 2

bakteri

2NO 3 -

Reaksi ini membutuhkan 1,14 gram molekul oksigen untuk setiap gram nitrit yang
dioksidasi menjadi nitrat. Bakteri yang paling penting pada proses oksidasi nitrit
menjadi nitrat adalah nitrobacter. Dan kedua reaksi tersebut dapat disimpulkan
bahwa untuk mengoksidasi 1 gram amonia menjadi nitrat dibutuhkan oksigen
sebanyak 4,57 gram. Pada bentuk cairan, amonia terdapat dalam dua bentuk yaitu
amonia bebas atau tidak terionisasi (NH 3 ) dan dalam bentuk ion amonia ( NH 4 +).
(Jenie dan Rahayu,1990)

23

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai