Anda di halaman 1dari 2

Jokowi Bukan Cita Citata

Ubaidillah
Saya berharap Presiden Jokowi konsisten mencintai genre musik metal, seperti
Metallica itu. Celaka jadinya jika dia mulai berkenalan dangdut apalagi sampai tahu lagulagunya Cita Citata. Bukan saja akan tanggalnya predikat The First President of Metal tetapi
jauh lebih serius, kredibelitasnya sebagai presiden dipertaruhkan dan itu sungguh buruk
untuk mempersiapkan pencapresan kedua di pemilihan presiden 2019 nanti.
Yang saya maksud lagu Cita Citata adalah lagu Aku mah apa atuh. Tiada lain karena
lagu ini sejujurnya mengekspresikan lemahnya posisi tawar atau bahasa Jawanya itu
bargaining position dalam konstelasi kehidupan. Sungguh tiada posisi yang lebih rentan
kena damprat selain posisi selingkuhan dalam relasi percintaan. Sudah begitu, seorang
selingkuhan gampang untuk ditinggalkan. Apalagi sudah didamprat istri sahnya, ditinggal
pula sama pasangannya. Habis manis sepah dibuang, sudah jatuh tertimpah tangga,
dihisap madunya diinjak tangkainya. Sakitnya tuh di sini! teriak sang selingkuhan.
Tetapi, Presiden Jokowi bukanlah seorang selingkuhan. Jokowi dan rakyat Indonesia
adalah pasangan resmi yang mengikat janji setia di 20 Oktober tahun lalu. Selama ini pun,
rakyat masih setia pada janjinya untuk menerima keputusan Jokowi sebagai kepala
keluarga. Jadi Jokowi dilarang bilang Aku mah apa atuh.
Bukan karena itu saja, Jokowi dilarang mengucapkan kalimat yang tengah populer itu,
tetapi juga disebabkan Jokowi menjadi presiden di negara yang menggunakan sistem
presidensil. Sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, sungguh Jokowi sangat
powerful, sepoweful power rangers.
Di bidang keuangan, dialah sang Chief Executive Officer yang mengendalikan APBN
yang hampir 2000 triliun, di bidang yang terkait yudikatif, dia bisa menerima atau menolak
grasi terdakwa mati, ditolak ya orang melayang. Masih di bidang terkait yudikatif, intruksikan
saja Kejaksaan Agung untuk menerbitkan deponeering atau mengesampingkan perkara
demi kepentingan umum jika ada kasus yang pelakunya justru merupakan aset bagi
kepentingan publik apalagi aset dalam pemberantasan korupsi. Ingat kasus Bibit-Chandra
yang kasusnya di-deponeering Kejaksaan Agung?
Walaupun TNI sudah panglima berbintang empat tetapi TNI harus tunduk pada
perintah Jokowi sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata itu. Kurang gagah
bagaimana Jokowi? Makanya, sekali lagi haram bagi Jokowi bilang Aku mah apa tuh.
Untuk kewenangan Jokowi di bidang legislasi mungkin sudah umum khalayak
mengetahuinya, kalau sebagai presiden dia berhak mengajukan RUU ke DPR,
mengesahkan UU yang sudah disetujui bersama DPR.
Maka dari itu, pecat saja pembantu presiden (menteri-red) yang mengucapkan bahwa
Jokowi sekadar petugas partai. Bukan saja karena itu merupakan frase yang merendahkan
Jokowi sebagai presiden kepala negara dan kepala pemerintahan tetapi juga si pembantu
itu coba merusak rumah tangga antara Jokowi dan rakyat yang memang baru seumur
jagung- yang seharusnya tengah menikmati bulan madu yang manis nan indah, eh malah
pusing karena BBM naik setelah sebulan mengikat janji- dengan memfitnah Jokowi
selingkuh dengan partai.

Akan sangat jahat jika di kemudian hari ada yang bilang kalau Jokowi hanya sekadar
Petugas Pasar. Itu sama saja bilang Jokowi doyan selingkuh, belum selesai masalah
selingkuh sama Partai eh sudah selingkuh lagi sama Pasar.
Saya khawatir jika Jokowi berselingkuh, rakyat akan sangat sakit hati karena harus
putus cinta dengan pujaannya itu. Saya makin khawatir, putus cinta itu akan membuat
rakyat menjadi gegana-gelisah, galau, merana- dan akhirnya memilih goyang dumang biar
hati senang, pikiran pun tenang, galau jadi hilang, semua masalah jadi hilang. Kalau begitu,
jadilah Gerakan Goyang Dumang Nasional!

Anda mungkin juga menyukai