Eksodonsia
Eksodonsia adalah salah satu cabang ilmu bedah mulut yang bertujuan untuk
mengeluarkan seluruh bagian gigi bersama jaringan pathologisnya dari dalam socket gigi
serta menanggulangi komplikasi yang mungkin timbul.
Eksodonsia yang sempurna menunjukan bahwa bagian gigi dan jaringan
pathologisnya yang melekat seluruhnya harus ikut terambil keluar dari dalam socket.Sisa akar
gigi granuloma apikalis dan serpihan jaringan gigi serta tulang alveolar harus diangkat keluar
socket.
Indikasi Eksodonsia
1.
Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan
apapun.
2.
Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan
Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak
Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi
normal.
14.
Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat
pencabutan nantinya akan menyebabkan infeksi pada luka atau tidak adanya penyembuhan
normal.
Bentuk lurus
Bentuk S
Untuk pencabutan gigi-gigi yang letaknya ditengah premolar atau molar, mahkota
atau sisa akar
Bentuk bayonet
Untuk pencabutan gigi molar tiga atau sisa akar gigi-gigi posterior.
Tang untuk pencabutan gigi molar rahang atas atau mahkota dibedakan atas kiri dan
kanan sesuai bentuk beak. Sedangkan tang untuk gigi insisivus, kaninus dan premolar tidak
dibedakan atas kanan atau kiri.
c.Tang rahang bawah
Tang yang digunakan untuk gigi-gigi RB mempunyai ciri antara paruh dan pegangan
membentuk sudut 90 derajat atau dimodifikasi lebih dari 90 derajat (untuk gigi yang letaknya
di sudut mulut).
Tang rahang bawah umumnya tidak dibedakan antara kanan dan kiri, tapi ada juga
yang dibedakan. Untuk gigi I, C, dan P bentuk beak pada umumnya tumpul, yang
membedakannya terletak pada lebar paruh (beak) dalam ukuran mesio-distal. Untuk tang
molar ditandai yaitu pada beaknya ada ujung yang tajam pada kedua sisi dan tengah.
biasanya dipakai untuk pencabutan gigi pada penderita yang sukar membuka mulut.
Tang Tanduk / Cow Horn yaitu yang dipergunakan untuk mencabut gigi yang
tidak bermahkota dimana bifurkasi masih baik.
Tang modifikasi yaitu bentuk beak dan handle tidak membentuk sudut 90
derajat.
2. Elevator/pengungkit
Alat ini digunakan untuk mengungkit gigi dari alveolus. Untuk pengungkit gigi/akar
dengan titik fulcrum, dimana letak fulcrum tergantung dari lokasi objek yang diungkit.
a. bagian-bagian alat pengungkit
- blade, merupakan ujung yang tajam untuk mengungkit gigi
- shank, merupakan bagian yang menghubungkan blade dan handle
- handle, merupakan bagian yang digunakan untuk pegangan
Menurut bentuknya elevator dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1. straight ( lurus )
Alat ini mempunyai bentuk dimana handle, shank dan blade membentuk suatu garis
lurus.
2. cross Bar
Alat ini mempunyai bentuk antara handle dan shank, membentuk sudut 90 . Alat ini
berpasangan mesial/distal atau kiri/kanan.
3. Angular
Alat ini mempunyai bentuk dimana blade membentuk sudut terhadap shank dan
handle.
Tang trismus
Tang M3 Rahang Atas
Tang cow horn
2.
Gigi kaninus rahang atas
Untuk ekstraksi gigi caninus rahang atas, dianjurkan untuk menggunakan upper
universal forceps (no. 150). Gerakan awal ekstraksi gigi caninus dilakukan pada aspek buccal
dengan tekanan kearah palatal. Sedikit gaya berputar pada forceps mungkin berguna untuk
memperluas socket gigi, terutama jika gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah
gigi terluksasi dengan baik, gigi bisa di cabut dari socket kearah labial-incisal dengan labial
tractional forceps
3.
Gigi premolar 1 RahangAtas
Ekstraksi gigi ini dilakukan dengan upper universal forceps (no. 150). Sebagai
alternatif, bias juga digunakan forceps no. 150A. Gigi harus diluksasi sebanyak mungkin
dengan menggunakan elevator lurus. Gaya berputar harus dihindari pada gig iini agar tidak
terjadi fraktu rakar.
4.
Gigi premolar 2 RahangAtas
Forceps yang direkomen dasikan untuk ekstraksi gigi ini adalah forceps no. 150 atau
150 A. gigi ini memiliki akar yang kuat, sehingga pergerakan yang kuat bias diberikan pada
ekstraksi gigi ini.
5.
Gigi molar Rahang Atas
Forceps no. 53 R dan 53 L biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi molar rahang atas.
Paruh pada forceps ini memiliki bentuk yang pas pada bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigi
memilih untuk menggunakan forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa disebut upper cowhorn
forceps. Kedua forceps tersebut biasa digunakan untuk gigi molar yang memilik ikaries yang
besar atau restorasi yang besar. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang sudah erupsi,
biasanya menggunakan forceps 210 S yang bias digunakan untuk sebelah kiri atau kanan.
Pergerakan dasar ekstraksi gigi molar biasanya menggunakan tekanan yang kuat
buccal dan palatal, akan tetapi gaya yang diberikan pada buccal lebih besar dibandingkan
yang kearah palatal. Gaya rotational tidak digunakan pada ekstraksi gigi ini karena gigi molar
rahang atas memiliki 3 akar.
Ekstraksi Rahang bawah dianjurkan untuk menggunakan bite block. Selain itu, tangan
operator juga harus selalu menyokong rahang bawah
1.
Gigi anterior rahang bawah
Lower universal forceps (no. 151) biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi rahang
bawah anterior. Pergerakan ekstraksi biasanya dilakukan kearah labial dan lingual, dengan
menggunakan tekanan yang sama besar. Gigi dicabut menggunakan tractional forceps pada
arah labial-incisal.
2.
Gigi premolar rahangbawah
Pada ekstraksi gigi premolar rahang bawah, biasanya digunakan juga forceps no. 151.
Akan tetapi forceps no. 151A bias dijadika nalternatif. Pergerakan awal diarahkan keaspek
buccal lalu kembali keaspek lingual dan akhirnya berotasi. Pergerakan rotasi sanga
tdiperlukan pada ekstraksi gigi ini.
3.
Gigi molar RahangBawah
Forceps no. 17 biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pergerakan kuat pada arah
buccolingual digunakan unutuk memperluas socket gigi dan memberikan kemudahan gigi
untuk di ekstraksi pada arah buccoocclusal. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang
telah erupsi, biasanya digunakan forceps no. 222
yang merupakan resiko terkecil dan fraktur akar atau cedera serius lainnya, yang merupakan
konsekuensi terburuk.
Penggunaan tekanan yang terkontrol tergantung pada urutan tindakan. Posisi pasien
terhadap operator harus benar. Siku operator terletak di samping dengan telapak tangan ke
bawah untuk mencabut gigi-gigi bawah, dan telapak tangan ke atas untuk gigi-gigi atas.
Harus digunakan grasp atau pegangan yang benar, baik pinch grasp maksila atau sling
grasp mandibula. Yang terpenting adalah adanya sensai taktil dari besar tekanan yang
diaplikasikan dan perubahan mobilitas gigi. Aplikasi tekanan yang terkontrol akan menjamin
keamanan pencabutan dan mengurangi terjadinya komplikasi.
Teknik Pencabutan Gigi Akar Tunggal
Teknik pencabutan open method extraction dilakukan pada gigi akar tunggal jika
pencabutan secara intra alveolar/ pencabutan tertutup mengalami kegagalan, atau fraktur
akar dibawah garis servikal. Tahap pertama teknik ini adalah membuat flap mukoperiostal
dengan desain flap envelope yang diperluas ke dua gigi anterior dan satu gigi posterior atau
dengan perluasan ke bukal/labial.
Setelah flap mukoperiostal terbuka secara bebas selanjutnya dilakukan pengambilan
tulang pada daerah bukal/labial dari gigi yang akan dicabut, atau bisa juga diperluas kebagian
posterior dari gigi yang akan dicabut. Jika tang akar/ elevator memungkinkan masuk ke ruang
ligamen periodontal, maka pengambilan dapat digunakan tang sisa akar atau bisa juga
menggunakan elevator dari bagian mesial atau bukal gigi yang akan dicabut. Jika akar gigi
terletak di bawah tulang alveolar dan tang akar/ elevator tidak dapat masuk ke ruang ligamen
periodontal maka diperlukan pengambilan sebagian tulang alveolar. Pengambilan tulang
diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari luka bedah yang besar.
Pencabutan gigi teknik open method extraction tanpa pengambilan tulang dan pemotongan
tulang dengan tang (Peterson, 2003)
menghaluskan tepian tulang, kuretase debris atau soket gigi, mengirigasi dan melakukan
penjahitan tepian flap pada tempatnya.
arah linguo-bukal dengan bur sampai akar terpisahkan.Pengangkatan akar gigi beserta
potongan mahkotanya satu-persatu dengan tang.
Teknik open method extraction dengan pemotongan mahkota gigiarah linguo-bukal ( Peterson,
2003)
Cara lain adalah dengan pengambilan sebagian tulang alveolar sebelah bukal sampai
dibawah servikal gigi. Bagian mahkota dipotong dengan bur arah horizontal dibawah
servikal. Kemudian akar gigi dipisahkan dengan bur atau elevator, dan satu persatu akar gigi
diangkat. Tepian tulang atau septum interdental yang tajam dihaluskan. Selanjutnya socket
atau debris dikuret dan diirigasi serta penjahitan tepian flap pada tempatnya.
Pencabutan gigi molar bawah dengan teknik open method extraction, dimana dilakukan
pemotongan mahkota dan akar gigi (Peterson, 2003)
Pencabutan gigi molar atas dengan pemotongan mahkota dan pengambilan akar satu persatu
( Peterson, 2003)
Kolmplikasi Eksodonsia
Pencabutan dengan tang
Perdarahan
Sedikit perdarahan setelah dilakukan pencabutan gigi merupakan keadaan yang
normal. Perdarahan yang masih terjadi setelah 30-60 menit dilakukan penekanan dengan
menggigit tampon perlu perawatan lanjut hal ini disebut sebagai perdarahan primer ( primary
hemorrhage
).
Dapat pula terjadi perdarahan setelah beberapa hari dilakukan pencabutan disebut perdarahan
sekunder ( secondary hemorrhage ).
Terapi :
a.
b.
c.
d.
Fraktur akar
Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan tang, pada gigi yang mati oleh
karena rapuh, akar gigi yang bengkok, atau adanya hipercementosis dll. Bila akar yang
fraktur amat kecil dan letaknya jauh terbenam dalam tulang dapat dibiarkan dengan catatan
penderita diberitahu keadaan tersebut.
Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur
tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru
dilanjutkan pencabutan.
Terjdi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh karena
tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gigi palsu.
Terjadi pada pencabutan gigi-gigi premolar atau molar rahang atas. Keadaan ini lebih
mudah terjadi pada gigi dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena tulang antara akar
dan sinus terlibat keradangan kronis sehingga rusak.
Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan yang keluar melalui hidung bilamana
penderita kumur atau minum, kadang kala saat pencabutan tidak diketahui baik oleh dokter
ataupun penderita kalau terjadi perforasi.
Bila terjadi segera diatasi dengan menutup socket dengan jahitan yang rapat bila perlu
tulang bagian bukal dikurangi sehingga dapat dilakukan tarikan pada mukosa dari bukal
untuk menutup.
Penderita dianjurkan tidak meniup-niup hidung kurang lebih selama satu minggu,
jangan kumur terlalu keras.
Bila terjadi, dapat dicoba untuk mengambil bagian tersebut dengan jalan :
a.
b.
c.
Alveolitis
Keadaan ini sering terjadi dan menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan setelah
pencabutan gigi. Drysocket ditandai dengan hilangnya rusaknya blood clot pada socket,
dimulai dengan adanya blood clod yang keabu-abuan dan diikuti rusaknya blood clot
sehingga socket terlihat kering.
Terapi :
irigasi dengan H2O2 atau normal saline
pemberian aplikasi lokal pada socket : alvolgyl, iodoform
Control local untuk perdarahan, jika pasien dalam kondisi yang sadar bisa dilakukan
suction dengan menemukan sumber perdarahannya. Setelah ditemukan, bekuan darah tadi
dibersihkan dan diperiksa. Apabila perdarahan berasal dari dinding alveolus bisa diisi dengan
sponge gelatin yang dapat diabsorbsi atau sponge kolagen mikrofibriliar.
Hematom
Perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat. Bermula
sebagai pembengkakan rongga mulut yang berwarna merah dan seiring berjalannya waktu
menjadi noda memar berwarna biru dan hitam. Penanganannya bisa dengan memberi
penjelasan kepada pasien tentang pembengkakan dan menunggu observasi lebih lanjut. Untuk
beberapa pasien tertentu bisa diberikan antibiotic propilaktik karena hematom ini mudah
terinfeksi.
Edema
Merupakan kelanjutan normal dari setiap pencabutan dan pembedahan gigi. Usaha
usaha untuk menangani edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan) dan obat-obatan.
Aplikasi dingin selama 24 jam pertama, penekanan bisa dengan sebungkus es pada region
servikal maupun fasial. Sedangkan untuk obat obatan bisa yang paling sering digunakan
adalah jenis steroid.
Alergi obat sejatinya jarang terjadi bahkan relative jarang. Yang umum adalah alergi
aspirin yang bermanifestasi sebagai ruam kulit (aurtikaria), angiodema, dan asma. Untuk
reaksi akut terhadap antibiotic ( terutama penisilin)ndpat mematikan. Respon alergi dari obat
bisa diatasi dengan antihistamin, epineprin dan steroid. Akan tetapi reaksi alergi ini paling
baik dicegah dengan jalan memeriksa riwayat pasien secara lengkap.
Subcutan emphysema
Jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya tekanan udara yang masuk jaringan ikat
atau spacia pada wajah dari pemakaian hand piece dengan tekanan udara tinggi. Terjadi amat
cepat, terdapat pembengkakan, akan sembuh dalam 1 sampai 2 minggu tanpa pengobatan