Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terjadi perubahan metode pembelajaran dari SMA ke perguruan tinggi. Di SMA kita belajar
secara konvensional dengan metode teacher centered learning dimana guru memberikan kita
ilmu dengan cara menjelaskan materi. Siswa mendengarkan guru, mencatat pelajaran,
menghafalkan dan mengerjakan soal latihan dari guru. Guru adalah narasumber utama pada
pembelajaran. Guru bersifat aktif sedangkan siswa bersifat pasif.
Namun di perguruan tinggi khususnya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan
Agung ( Unissula ) Semarang, metode yang digunakan berbeda dengan yang diterapkan di SMA.
Metode yang digunakan adalah metode Problem Based Learning ( PBL ). Metode PBL berbeda
dengan metode konvensional yang diterapkan di SMA. PBL menjadikan siswa yang aktif dalam
pembelajaran bukannya guru ( student centered learning ).
Pengenalan PBL pada awal pembelajaran sangat penting, karena pengenalan tersebut
bertujuan agar siswa memahami konsep PBL dan tidak terjadi kebingungan atau disorientasi
pada masing-masing siswa. Dalam PBL ini siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan
kelompok ini diberi skneario yang terdapat masalah di dalamnya. Skenario ini berfungsi sebagai
trigger. Siswa-siswa dalam kelompok dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan
tepat menggunakan brainstorming yang mereka miliki. Brainstorming membuat siswa menggali
pengetauhan awal mereka sehingga siswa termotivasi untuk banyak membaca agar pengetauhan
mereka bertambah. Selain brainstorming, siswa juga harus belajar mandiri untuk dapat
menyelesaikan masalah yang belum diketahui jawabannya.
Belajar adalah hal yang wajib bagi siswa. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ( Djamarah, S.B,
2008: 13 ). PBL dimerupakan bentuk pembelajaran yang diyakini efektif dan bermanfaat bagi
siswa. Sistem PBL ini sudah banyak diterapkan di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

Menurut Arends ( Trianto, 2007 ), PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana
siswa dihadapkan pada masalah otentik atau nyata sehingga diharapkan mereka dapat menyusun
pengetauhannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri,
mendirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Melihat banyak kelebihan dan keunggulan yang dimiliki sistem PBL, sistem PBL sebaiknya
diterapkan di universitas negeri maupun swasta di Indonesia.

B. SKENARIO
Seorang mahasiswa semester awal sangat senang karena telah diterima di FKG Unissula.
Menjadi dokter gigi merupakan cita-cita dalam hidupnya sejak kecil. Metode problem
based learning ( PBL ) adalah metode pembelajaran yang diterapkan di FKG Unissula
dengan sistem blok, berbeda ketika dia sekolah. Sehinga dia perlu mencermati buku
panduan akademik yang ada.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan system blok?
2. Mengapa diterapkan sistem PBL?
3. Apa kelebihan dan kekurangan PBL sehingga dapat diterapkan di beberapa
universitas?
4. Apa metode pembelajaran selain menggunakan PBL?
5. Mengapa mahasiswa awal itu perlu memahami system akademik dibuku panduan
blok?
6. Apa hubungan five star doctor dengan generasi khaira ummah?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala
sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting didalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi
manusia. Menurut definisi yang paling sederhana adalah proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk mengubah keadaan dari tidak tahu menjadi tahu. Menurut Cronbach
(dalam Djamarah, S.B, 2008:13) berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Menurut Slameto (dalam Djamarah, S.B, 2008:13), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
Banyak faktor yang mempengaruhi belajar antara lain faktor psikologi seperti motivasi,
intelegensi, minat, kebiasaan, sikap, perhatian, emosi, fantasi berfikir, bakat.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses
pendidikan disekolah. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak
murid.
2. Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi
saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof.
Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster
University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah
yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui
penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :
1. Menurut Duch (1995), Problem Based Learning (PBL) merupakan model
pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini
digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud.
2. Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata)
sehingga

diharapkan

mereka

dapat

menyusun

pengetahuannya

sendiri,

menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa,


dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
3. Menurut Glazer (2001) mengemukakan Problem Based Learning (PBL) merupakan
suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah
kompleks dalam situasi yang nyata.
Metode Problem Based Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan
nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL diharapkan siswa
mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari
kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam
kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan
pengolahan informasi (Amir, 2007).

Savery, Duffy dan Thomas (1995) mengemukakan dua hal yang harus dijadikan
pedoman dalam menyajikan permasalahan. Pertama, permasalahan harus sesuai
dengan konsep dan prinsip yang akan dipelajari. Kedua, permasalahan yang disajikan
adalah permasalahan real, artinya masalah itu nyata ada dalam kehidupan sehari-hari
siswa.
Dalam PBL pembelajarannya lebih mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru
harus

memfokuskan

diri

untuk

membantu

siswa,

mencapai

keterampilan

mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya,
mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas
pembelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan
pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru
dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran
gagasan.
Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)
Ciri yang paling utama dari model pembelajaran PBL yaitu dimunculkannya masalah
pada

awal

pembelajarannya.

Menurut

Arends

(Trianto,

2007),

berbagai

pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran


itu memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
1. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa
daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan
masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami
siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran Luas artinya masalah tersebut harus
mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu,
ruang, dan sumber yang tersedia.

5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecahan


masalah dan guru sebagai pembuat masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu
Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbgai disiplin ilmu.
c. Penyelidikan autentik (nyata)
Dalam

penyelidikan

siswa

menganalisis

dan

merumuskan

masalah,

mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis


informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menggambarkan
hasil akhir.
d. Mengahasilkan produk dan memamerkannya
Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan
hasil karyanya.
e. Kolaboratif
Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan
bersama-sama antar siswa.
Apapun beberapa karakteristik proses PBL menurut Tan (Amir, 2007) diantaranya :
a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
b. Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan
secara mengambang
c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa
menggunakan dan mendapatkan konsep dari bebrapa ilmu yang sebelumnya telah
diajarkan atau lintas ilmu kebidang lainnya
d. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran diranah
pembelajaran yang baru
e. Sangat mengutamakan belajar mandiri
f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi tidak dari satu sumber saja
g. Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan koperatif
h. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan
presentasi

Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses PBL dapat disimpulkan bahwa
tiga

unsur yang esensial dalam proses PBL yaitu adanya suatu permasalahan,

pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.


Kelebihan:
1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan barru bagi siswa.
2. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untukmemahami masalah
dunia nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembaangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.disamping itu,PBL dapat
mendrong siswa untuk melakukan evluasi sendiri baik terhadap hasil maupun
proses belajarnya.
5. Mengambangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk meyusuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Memeberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dala dunia nyata.
7. Mengembangakan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalpun
belajar pada pendididkan formal telah berakhir.
8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna
memecahkan masalah dunia nyata.
(Sanjaya,2007)

Kelemahan:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan

bahawa

masalaah

yang

dipelajari

sulit

dipecahkan,maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.

untuk

2. Untuk

sebagian

siswa

beranggapan

bahwa

tanpa

pemahaman

mengeaimateri yang diperlukan untuk menyelesaikan masaalah.mengapa


mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari,maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
(Sanjaya,2007)

3. Five Star Doctor


a. care provider (sebagai bagian dari keluarga, pelaksana pealyanan kedokteran
komprehensif, terpadu, berkesinambungan, pada pelayanan dokter tingkat pertama,
sebagai pelapis menuju ke pelayanan kedokteran tingkat kedua
b. decicion maker (sebagai penentu pada setiap tindakan kedokteran, dengan
memperhatikan semua kondisi yang ikut mempengaruhinya)

c. communicator (sebagai pendidik, penyuluh, teman, mediator dan sebagai penasehat


keluarga dalam banyak hal dan masalah: gizi, narkoba, keluarga berencana, seks,
HIV, AIDS, sters, kebersihan, pola hidup sehat, olah raga, olah jiwa, kesehatan
lingkungan).
d. community leader (membantu mengambil keputusan dalan ikhwal kemasyarakatan,
utamanya kesehatan dan kedokteran keluarga, sebagai pemantau, penelaah ikhwal
kesehatan dan kedokteran keluarga).
e. manager (ia berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan, dalam ikhwal
penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga)

4. Generasi Khaira Ummah


Khaira ummah dalam konteks kekinian adalah mereka yang mau berpegang teguh
pada al-Quran dan sunnah Rasulullah saw.

Sifat Rasul
Shidiq
Amanah
Tabligh
Fathonah

Arti
Jujur
Dapat dipercaya
Menyampaikan
Cerdas

Penerapan
COMUNITY LE
COMUNITY LE
COMUNICATO
DECISION MA

Umat terbaik adalah mereka yang mau meneladani karakteristik generasi terbaik yaitu
generasi pada sahabat dalam setiap gerak kehidupan.
Umat terbaik adalah generasi yang mampu menaklukkan dirinya sendiri dan sanggup
menyelesaikan urusan kehidupan dalam rangka menunjang kehidupan akherat. Umat
terbaik adalah mereka yang tidak menjadi beban bagi orang lain, mandiri dan berdikari.
Meminjam istilah motivator finansial kelas dunia Robert Kiyosaki, umat terbaik adalah
mereka yang independen secara ekonomi atau bebas finansial. Ekonomi memang
merupakan salah satu pilar utama penyangga eksistensi peradaban. Dunia telah melihat
jatuh bangun peradaban disebabkan resesi ekonomi. Sejarah juga telah membuktikan
bahwa keunggulan di bidang ekonomi membawa banyak sekali manfaat bagi kebangkitan
suatu peradaban. Contoh menarik dapat kita saksikan dalam peristiwa besar pembebasan
Konstantinopel, ibu kota Byzantium oleh Turki Utsmani yang dipimpin Sultan
Muhammad Al-Fatih.
(Disampaikan dalam acara Pelatihan Tutor PAI dan Motivator BUDAI yang
diselenggarakan LKPI Unissula (Semarang, 15-19 Juli 2013). Keseluruhan konten tulisan
ini diinspirasi oleh, Ahmad Mujib El-Shirazy, MA.)

5. Metode Konvensional
Metode pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan
pendekatan ceramah atau ekspositori dan disampaikan secara klasikal. Metode
pembelajaran ceramah merupakan metode pembelajaran konvensional atau tradisional.
Metode ini sudah digunakan sejak dahulu sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Kekurangan dari metode ceramah dapat diatasi dengan menggabungkan dengan


metode lain sehingga disebut sebagai metode ceramah bervariasi. Metode ceramah
bervariasi mempunyai beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain.
Komponen-komponen tersebut adalah (1) metode pembelajaran, (2) media pembelajaran,
(3) penampilan, dan (4) bahan sajian.

B. HASIL DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Metode PBL diterapkan dalam system blok dan pelaksanaannya dilaksanakan
dalam sebuah kelompok kecil. Sistem Blok adalah kumpulan mata kuliah yang di
kelompokkan

per

sistem

untuk

memudahkan

pembelajaran.

Contohnya

blok

cardiovaskuler yang akan membahas isinya anatomi fisio jantung, patologi jantung,
mengenalkan beberapa klinis jantung termasuk cara penanganan, pemeriksaan penunjang,
penyebab-penyebabnya, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan jantung. Sistem ini
diterapkan dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat pendidikan yang
ditempuh.
Sistem PBL diterapakan agar siswa tertantang kemampuannya serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetauhan baru bagi siswa. Siswa juga dapat
meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajarannya dalam menerapkan pengetauhan
siswa untuk memahami masalah dunia nyata. Pengetauhan siswa dapat berkembang dan
siswa belajar untuk bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Mahasiswa juga lebih aktif, karena sistem di SMA berbeda dengan system di FKG
Unissula, kita dituntut untuk mencari referensi sendiri. Siswa berkesempatan untuk
mengaplikasikan pengetauhan yang mereka miliki di dunia nyata. Siswa dikembangkan
minatnya secara terus menerus sekalipun pendidikan formal sudah selesai ditempuh.
Siswa dimudahkan untuk memahami konsep-konsep yang dipelajari guna menyelesaikan
masalah dunia nyata ( Sanjaya, 2007 ). Dan pada akhirnya mahasiswa dapat menjadi
Namun PBL sangat bergantung pada siswa. Jika siswa tidak memiliki motivasi, maka
siswa lebih berfikir kritis, untuk menarik kesimpulan dari hasil yang di diskusikan.
tidak akan menyelesaikan tugas yang diberikan dan siswa tidak akan berkembang seperti
yang d iharapkan. PBL juga memerlukan biaya yang cukup besar seperti penyediaan

ruangan serta fasilitas-fasilitas pendukung seperti LCD, air conditioner, chart dan
penunjang lainnya.
Terdapat juga metode-metode pembelajaran selain PBL yaitu kooperatif dan
konvensional atau secara langsung. Metode pembelajaran secara langsung menggunakan
guru sebagai narasumber utama atau teacher centered learning. Guru menjelaskan materi
dan siswa mendengarkan materi, mencatat dan menghafal. Kemampuan siswa
berkembang sangat minim dan sangat bergantung kepada pengajar atau guru. Sedangkan
metode kooperatif adalah system belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk
dalam struktur ini adalah lima unsure pokok yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok
( Johnson dan Johnson, 1993 ). Menurut Anita Lie dalam bukunya cooperative learning
( dalam Akhmat Sudrajat ) bahwa model pembelajaran kooperatif learning tidak sama
dengan sekedar belajar kelompok tetapi ada unsure dasar yang membedakannya dalam
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan maka harus diterapkan.
Mahasiswa pada awal pembelajarannya diberi buku panduan akademik yang perlu
dicermati agar mahasiswa memahami langkah-langkah yang perlu diambil dalam
pembelajarannya agar tidak terjadi kebingungan dan kondisi yang kacau yang
ditimbulkan.
Setelah memahami semua konsep pembelajarannya, dokter diharapkan menjadi
five star doctor dalam kerangka generasi Khaira Ummah. Five star doctor adalah fungsi
yang diharapkan agar menjadi dokter yang berkompeten dan berkualitas. Five star doctor
meliputi; care provider ( memberi pelayanan medis yang bermutu, menyeluruh, dan
berkelanjutan dan manusiawi ), decision maker ( mampu menjadi pembuat keputusan
yang tepat yang mana yang harus dipilih ), communicator ( mampu berkomunikasi dan
mengajak masyarakat dalam hidup sehat ), Community leader ( menjadi pemimpin
masyarakat yang dapat bekerjasama dengan oknum lain seperti keluarga, masyarakat,
pemimpin masyarakat, dan lingkungan sekitarnya), manager ( memiliki kemampuan
untuk mengatur dan mengkoordinasi dengan baik). Generasi khira ummah sendiri dalam
konteks kekinian adalah mereka yang mau berpegang teguh pada al-Quran dan sunnah
Rasulullah saw. Selain sunnah khaira ummah juga menerapkan sifat-sifat Rasulullah

diantaranya, sidiq ( jujur ), amanah ( dapat dipercaya ), tabligh ( menyampaikan),


fathanah ( cerdas ) dan hubungannya dengan 5 satr doctor adalah sebagai berikut.

Sifat-sifat Rasulullah SAW :


Sidiq
: jujur
Amanah : dapat dipercaya
Tabligh
: menyampaikan
Fathanah : cerdas

COMUNITY LEADER
COMUNITY LEADER
COMUNICATOR
DECISION MAKER.

BAB III
KESIMPULAN
Jadi sistem PBL itu sangat membantu mahasiswa lebih aktif dan mahasiswa lebih bisa
memahami suatu masalah di timbang menggunakan sistem belajar yang lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangatlah tepat memilih PBL untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi siswa.
Namun demikian, tidak berarti tidak akan ada masalah bagi guru untuk melaksanakan
PBL. Oleh karena dalam PBL basis dari pembelajarannya adalah masalah, maka pemilihan
masalah yang tepat merupakan hal yang penting sekali untuk keberhasilan pelaksanaannya.
Kendala yang kemudian muncul pada para guru adalah pemilihan masalah yang tepat bukanlah
hal mudah. Kondisi, kemampuan awal, tingkat dan kecepatan berfikir, dan aspek-aspek lain pada
diri siswa seringkali juga menjadi masalah tersendiri. Untuk itu seorang guru harus terus
menerus mengasah kepekaannya untuk dapat melihat siswa atau kelompok siswa mana yang
lebih memerlukan bantuan dibandingkan siswa atau kelompok siswa yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi 5.
Bandung: Tarsito.
Abbas, Nurhayati. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Beroriantasi
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction). Program Studi
Pendidikan Matematika Pasca Sarjana.UNESA.
Hajriana.
2010.
Problem
Based
Learning.
Artikel
diambil
dari
http://hajrianawarnadunia.blogspot.com/2010/04/problem-based-learning-pembelajaran.html.
Idris
Harta.
2010.
Problem
http://www.idrisharta.blogspot.com/.

Based

Learning.

Artikel

diambil

dari

I Wayan Satyasa. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif.


Artikel
diambil
dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH8f58/8094f08b.dir/doc.pdf
Anonim. 2012. Cooperative Learning. http://eliku08.blogspot.com/2012/06/cooperativelearning.html
Gwee M (2009). Problem-based learning: A strategic learning system design for the
education of
healthcare professionals in the 21ST Century. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences
(5), 231-239
Halonen D (2010). Problem based learning: A case study. University fo Manitoba. auspace.
athabascau.ca:8080/.../Problem%20Based%20Learning.ppt.
Harden RM, Sowden S, Dunn WR (2009). Educational strategies in curriculum development:
the SPICES model. ASME. www.medicaleducation.com
KKI (2006a). Standar pendidikan profesi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
KKI (2006b). Standar kompetensi dokter. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Wood DF (2003). ABC of learning and teaching in medicine. Problem based learning. BMJ,
326

Anda mungkin juga menyukai