Sebagian hasil ekskresi (urin) dikeluarkan melalui tubuli (papilla renalis) calyx minor calyx
major pelvis renalis ureter
Selanjutnya darah pada cortex dikembalikan melalui :
Dari Cortex a.efferen v.interlobularis v.arquata v.interlobaris (v.lobaris)
v.segmentalis v.renalis sin & dex vena cava inferior, masuk ke atrium dextra.
Persyarafan Ginjal
Saraf yang mempersarafi ginjal berasal dari plexus simpatikus renalis dan tersebar sepanjang cabang
cabang av. Renalis. Serabut afferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk medulla spinalis melalui n.
thoracalis X, XI dan XII.
Sintopi Ginjal
a. Kanan :
- Depan : flexura coli dextra, colon ascendens, duodenum pars descendens, Hepar lobus dextra dan
mesocolon transversum
- Belakang : m.psoas dextra, m.quadratus lumborum dextra, m.transversus abdominis dextra,
n.subcostalis (VT12) dextra, n. ileohypogastricus dextra, n.ileoinguinalis (VL1) dextra dan Costae 12
dextra
- Ginjal kanan terletak di tepi atas VT 12 sampai tepi atas VL 4
b. Kiri :
- Depan : fleura coli sinistra, colon descendens, pancreas (corpus dan cauda), pangkal mesocolon
transversum, lien, curvature major (gaster)
- Belakang : m.psoas sinistra, m.quadratus lumborum sinistra, m.transversus abdominis sinistra,
n.subcostalis (VT 12) sinistra, n. ileohypogastricus sinistra, n.ileoinguinalis (VL1) sinistra, costae 11 dan
12 sinistra
- Ginjal kiri terletak di pertengahan VT 11 saampai pertengahan VL 3, sehingga ginjal kiri lebih tinggi
setengah vertebrae daripada ginjal kanan
1. Pelvis Renalis
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong. Sebelum
berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing
masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid.
Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks
mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria) panjangnya 25 30 cm.
Terdiri dari 2 bagian : pars abdominalis dan pars pelvica. Batas keduanya diambil suatu bidang
disebut aditus pelvis.
2. Makroskopik
Korteks : Glomerulus (banyak), tubulus contortus proksimal dan tubulus contortus distal
Medula : Duktus Coligens, Ductus Papillaris (bellini) dan Ansa Henle
Diameter arteriol aferen lebih besar dibanding diameter arteriol eferen dan akibatnya glomerulus menjadi
sebuah sistem yang bertekanan relatif tinggi, membantu pembentukan cairan jaringan dalam jalinan kapiler.
Epitel parietal, yaitu podosit, mengelilingi sekelompok kecil kapiler dan di antara ansa kapiler dekat
arteriol aferen dan eferen terdapat tangkaidengan daerah bersisian dengan lamina basal kapiler yang tidak
dilapisi endotel. Dalam daerah seperti itu terletak sel mesengial. Sel ini berbentuk bintang mirip perisit
yang dijumpai di tempat lain dengan cabang-cabangsitoplasma yang kadang-kadang meluas di antara
endotel dan lamina basal. Sel mesangial ini dapat berkerut jika dirangsang oleh angiotensin, dengan akibat
berkurangnya aliran darah dalam kapiler glomerulus.
Selain itu, sel mesangial dianggap bersifat fagositik dan akan bermitosis untuk proliferasi pada
beberapa penyakit ginjal. Berdekatan dengan glomerulus, sel-sel otot polos dalam tunika media arteriol
aferen bersifat epiteloid. Intinya bulat dan sitoplasmanya mengandung granula, walaupun granula itu tak
tampak dengan pulasan rutin hematoksilin dan eosin. Sel-sel ini adalah sel Juksta-glomerular (JG). Dalam
arteriol aferen, lamina elastika interna tidak ada, sehingga sel JG berdekatan denganendotel, jadi
berdekatan dengan darah dalam lumen. Sel-sel itu juga berhubungan erat dengan makula densa, suatu
bagian khusus tubuluskontortus distal yang terdapat di antara arteriol aferen dan eferen. Makuladensa tidak
mempunyai lamina basal.
Berhubungan dengan sel yang bergranul, terdapat beberapa sel warna pucat yang disebut sel Lacis atau
Sel mesangial ekstraglomerular. Fungsinya tidak diketahui, akan tetapi mungkin menghasilkan eritropoietin
(EPO), hormon yang merangsang eritropoiesis didalam sumsum tulang.Sel JG menghasilkan enzim yang
disebut renin. Dalam darah, renin mempengaruhi angiotensinogen (suatu protein plasma) untuk
menghasilkan angiotensin I. Bentuk ini tidak aktif, akan tetapi diubah menjadi angiotensin II oleh sekresi
suatu enzim konversi yang terdapat dalam paru (angiotensin converting enzyme /ACE). Angiotensin II
berperan terhadap korteks adrenal dan menyebabkan pelepasan aldosteron yang pada gilirannya
mempengaruhi tubulus renal (terutama tubulus distal) untuk menambah reabsorpsi natrium dan klorida;
jadi air yang menambah volume plasma. Angiotensin II juga merupakan suatu vasokonstriktor yang kuat
Sel-sel di glomerulus yang berperan dalam Glomelurar filtration barrier
a. Endothel
- Type fenestrata
- Sitoplasma melebar, tipis dan mempunyai fenestrab)
b. Membrana Basalis
Fusi antara membrana basalis podocyte dan endothel
- Lamina rara interna
- Lamina densa
- Lamina rara externac)
b. Podocyte
Annisa Karla Arini Sesunan 1102013035
Merupakan perubahan sel otot polos tunica media dinding arteriole afferen
Sel otot polos berubah menjadi sel sekretorik besar bergranula yangmengandung renin
melintang. Umumnya sel kurang mengambil warna bila dibandingkan dengan sel-sel tubulus kontortus
proximal. Di dalam sitoplasma bagian basal terdapat interdigitasi tonjolan-tonjolan sel lateral yang rumit
mirip dengan yangtampak pada tubulus proximal. Hal ini memberikan gambaran bergaris pada bagian basal
sel dan merupakan mekanisme pompa natrium yang aktif dari cairan tubular. Setiap tubulus kontortus distal
dihubungkan oleh saluran penghubung pendek keduktus koligens yang kecil
Ansa Henle Segmen Tipis
- Mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya lebih tebal, shg sitoplasma lebih jelas terlihat
- Dalam lumennya tidak terdapat sel-sel darah
Segmen tipis. Peralihan dari pars descendens yang tebal (tubulus proximal pars rekta) ke segmen tipis
biasanya mendadak, berselang beberapa sel dengan perubahan epitel kuboid dan torak rendah ke gepeng.
Diameter luar segmen tipishanya 12-15 m, dengan diameter lumen relatif besar, sedangkan tinggi epitel
hanya1-2 m.
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Desendens
- Mirip tub.kont.proximal, tetapi diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis
- selalu terpotong dlm berbagai potongan
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Asenden
- Mirip tub.kont.distal, tetapi diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis
- selalu terpotong dlm berbagai potongan
- epitel selapis kubis
- batas sel lebih jelas
- Inti bulat, letak agak berdekatan
- Sitoplasma basofil (biru)
- Tidak mempunyai brush border
- Absorbsi ion Na dalam pengaruh aldosteron.
- Sekresi ion K
Segmen tebal. Peralihan segmen tipis ke segmen tebal tiba-tiba,dengan sel-sel yang bertambah tinggi dari
gepeng sampai kuboid. Pada nefron panjang, perubahan terjadi di pars ascendens. Pada nefron pendek,
perubahan biasanya terdapat pada pars descendens sehingga segmen tebal membentuk ansa. Melihat
strukturnya, segmen tebal mirip tubulus kontortus distal pars kontorta, akan tetapi tinggi epitel lebih
pendek dan inti cenderung menonjol kelumen. Pars rekta tubulus distal berjalan dari medula ke korteks,
menuju korpuskel renal asal dan menempati tempat bersisian dengan arteriol aferendan eferen sebagai
makula densa, dengan demikian membentuk bagian akhir ansa Henle.
2. Ductus koligentes
- Saluran pengumpul, menampung beberapa tubulus distal, bermuara sebagai ductus papillaris
Bellini di papilla renis
- Mirip tub.kont.distal
- Batas sel epitel jelas
- Sel lebih tinggi dan lebih pucat
Duktus koligen atau duktus eksretorius bukan merupakan bagian dari
nefron. Setiap tubulus kontortus distal berhubungan dengan duktus
koligens melalui sebuahcabang sampai duktus koligen yang pendek yang
terdapat dalam berkas medular;terdapat beberapa cabang seperti itu.
Duktus koligen berjalan dalam berkas medulamenuju medula. Di bagian
medula yang lebih ke tengah, beberapa duktus koligens bersatu untuk
membentuk duktus yang besar yang bermuara ke apeks papila. Saluran ini
disebut duktus papilaris (Bellini) dengan diameter 100-200 m atau lebih.
Muara ke permukaan papila sangat besar, sangat banyak dan sangat rapat,
sehingga papilatampak seperti sebuah tapisan (area cribrosa). Sel-sel yang
yang melapisi saluran ekskretorius ini bervariasi ukurannya,mulai dari
kuboid rendah di bagian proximal sampai silindris tinggi di duktus
papilaris utama. Batas sel teratur dengan sedikit interdigitasi dan
umumnya seltampak pucat dengan beberapa organel. Duktus koligen
menyalurkan kemih darinefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi oleh hormon
anti-diuretik (ADH).
LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI DDAN BIOKIMIA DARI GINJAL
1. Filtrasi
Merupakan proses pertama dalam pembentukan urin. Air, ion dan zat makanan serta zat terlarut di
keluarkan dari darah ke tubul us proksimal. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula
Bowman harus melewati tiga lapisan yang membentuk membran glomerulus, yaitu dinding kapiler
glomerulus, membrana basal dan lapisan dalam kapsula bowman.
Sel darah dan beberapa protein besar atau protein bermuatan negatif seperti albumin secara efektif
tertahan oleh karena ukuran dan mu atan pada membran filtrasi glomerular. Sedangkan molekul yang
berukuran lebih kecil atau yang bermuatan postif, seperti air dan kristaloid akan tersaring. Tujuan utama
filtrasi glomerulus adalah terbentuknya filtrat primer di tubulus proksimal (Sherwood, 2011).
Annisa Karla Arini Sesunan 1102013035
Tekanan yang berperan dalam proses laju filtrasi glomerulus adalah tekanan darah kapiler
glomerulus, tekanan onkotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula bowman. Tekanan kapiler
glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan
darah glomerulus yang meningkat ini mendorong cairan keluar dari glomerulus untuk masuk ke kapsula
bowman di sepanjang kapiler glomerulus dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi
glomerulus (Sherwood, 2011).
GFR dapat dipengaruhi oleh jumlah tekanan hidrostatik dan osmotik koloid yang melintasi
membran glomerulus. Tekanan onkotik plasma melawan filtrasi, penurunan konsentrasi protein plasma,
sehingga menyebabkan peningkatan GFR. Sedangkan tekanan hidrostatik dapat meningkat secara tidak
terkontrol dan dapat mengurangi laju filtrasi. Untuk mempertahankan GFR tetap konstan, maka dapat di
kontrol oleh otoregulasi dan kontrol simpatis ekstrinsik (Sherwood, 2011).
Mekanisme otoregulasi ini berhubungan dengan tekanan darah arteri, karena tekanan tersebut
adalah gaya yang mendorong darah ke dalam kapiler glomerulus. Jika tekanan darah arteri meningkat,
makaakan diikuti oleh peningkatan GFR. Untuk menyesuaikan aliran darah glomerulus agar tetap
konstan,maka ginjal melakukannya dengan mengubah kaliber arteriol aferen, sehingga resistensi terhadap
aliran darah dapat di sesuaikan. Apabila GFR meningkat akibat peningkatan tekanan darah arteri, maka
GFR akan kembali menjadi normal oleh konstriksi arteriol aferen yang akan menurunkan aliran darah ke
dalam glomerulus (Sherwood, 2011).
Selain mekanisme otoregulasi, untuk menjaga GFR agar tetap konstan adalah dengan kontrol
simpatis ekstrinsik GFR. Diperantarai oleh masukan sistem saraf simpatis ke arteriol aferen untuk
mengatur tekanan darah arteri sehingga terjadi perubahan GFR akibat refleks baroreseptor terhadap
perubahan tekanan darah(Sherwood, 2011).
Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus di filtrasi dengan tekanan
filtrasi 10 mmHg dan menghasilkan 180 L filtrat glomerulus setiap hari untuk GFR rata-rata 125 ml/menit
pada pria dan 160 liter filtrat per hari dengan GFR 115 ml/menit untuk wanita (Sherwood, 2011).
2. Reabsorbsi
Reabsorpsi tubulus merupakan proses menyerap zat-zat yang diperlukan tubuh dari lumen tubulus ke
kapiler peritubulus. Proses ini merupakan transport transepitel aktif dan pasif karena sel-sel tubulus yang
berdekatan dihubungkan oleh tight junction. Glukosa dan asam amino direabsorpsi seluruhnya di sepanjang
tubulus proksimal melalu i transport aktif. Kalium dan asam urat hampir seluruhnya direabsorpsi secara
aktif dan disekresi kedalam tubulus distal. Reabsorpsi natrium terjadi secara aktif disepanjang tubulus
kecuali pada ansa henle pars descendens. H2O, Cl-, dan urea direabsorpsi dalam tubulus proksimal melalui
transpor pasif (Sherwood, 2011).
Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada tubulusmelalui dua cara yaitu:
a. Transport aktif
Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3-, glukosa
dan asam amino. Terjadinya difusi ion-ion khususnya ion Na+, melalui sel tubulus kedalam pembuluh
kapiler peritubuler disebabkan perbedaan ptensial listrik didalamep-itel tubulus (-70mvolt) dan diluar sel (3m volt). Perbedaan electrochemical gradient inimembentu terjadinya proses difusi. Selain itu perbedaan
konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar sel tubulus membantu meningkatkan proses difusi tersebut.
Meningkatnya difusi natrium disebabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion natrium relative tinggi.
Keadaanini dimungkinkan karena terdapat banyak mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses
ini memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus.
b. Transpor pasif
Terjadinya transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada lumen tubulus,
permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrate dan perbedaan muatan
listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transfor pasif, misalnya ureum, sedangkan air keluar
dari lumen tubulus melalui proses osmosis. Perbedan potensial listrik didalam lumen tubulus dibandingkan
diluar lumen tubulus menyebabkan terjadinya proses dipusi ion Na+ dari lumen tubulus kedalam sel epitel
tubulus danselanjutnya menuju kedalam sel peritubulus. Bersamaan dengan perpindahan ion Na+
diikuti pula terbawanya ion Cl-, HCO3- kedalam kapiler peritubuler. Kecepatan reabsorsi iniditentukan
pula oleh perbedaan potensial listrik yang terdapat didalam dan diluar lumen tubulus. Sedangkan sekresi
tubulus melalui proses: sekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktif merupakan kebalikan dari transpor
aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi dari kapiler peritubuler kelumen tubulus. Sedangkan sekresi pasif
melalui proses difusi. Ion NH3- yangdisintesa dalam sel tubulus selanjutnya masuk kedalam lumen tubulus
melalui proses difusi.Dengan masuknya ion NH3- kedalam lumen tubulus akan membantu mengatur
tingkat keasaman cairan tubulus. Kemampuan reabsorpsi dan sekresi zat-zat dalam berbagai segmentubulus
berbeda-beda.
Tubulus Proksimal
-Mempunyai: daya reabsorpsi tinggi; brushborder; membran basolateral yg luas; banyak mitokondria
-Reabsorpsi aktif Na+, 65% dari jumlah yg difiltrasi (juga K+)
-Reabsorpsi aktif sekunder : glukosa, asam amino, HCO3-, fosfat, sulfat
-Reabsorpsi pasif/parasel : urea(50% direabsorbsi), klorida(berdasarkan reabs Na+)dan H2O(65%
direabsorbsi)
Ansa Henle
-Ansa Henle desenden yg tipis: permeabel untuk air, sedikit untuk solut (urea,sodium [Na+]); hanya sampai
medula luar, pada nefron jukstamedula sampai medula dalam mendekati papilla. Cairan ujungnya :
hiperosmotik. Ujung ansa Henle tipis nefron jukstamedula 1200 mosm/L. Diserap 20% air
-Ansa Henle asenden yg tipis: tidak permeabel untuk air, permeabel untuk NaCl(keluar) dan urea (masuk)
-Ansa Henle asenden yg tebal: tidak permeabel untuk airkotranspor Na+, K+, 2CL- melalui transpor
aktif sekunder. Mempunyai Na+ - H+countertransport di membran lumen mengsekresi H+. Reabsorpsi
HCO3-.Ansa Henle tipis dan tebal diserap 25% solut : Na+, CL-, K+, Ca++, Mg++, HCO3- diluting
segment
Tubulus Distal
-Reabsorpsi Na+ & sekresi K+ dikontrol aldosteron menggiatkan dan menambahpompa Na+ -K+dan
menggiatkan saluran Na+ luminal.
-Sekresi aldosteron naik pada plasma Na+rendah, plasma K+tinggi, ACTH naik, Angiotensin II naik
-Mereabsorpsi Na+ kira-kira 2%
Duktus Coligens
-Reabsorbsi H2O bervariasi (menyerap 4.7% air) ,dikontrol oleh vasopresin (ADH)
Natrium yang difiltasi seluruhnya di glomerulus, 98-99% akan direabsorpsi secara aktif di tubulus.
Sebagian natrium 67% direabsorpsi di tubulus proksimal, 25% di reabsorpsi di lengkung henle dan 8% di
tubulus distal dan tubulus pengumpul (Sherwood, 2011). Natrium yang direabsorpsi sebagian ada yang
kembali ke sirkulasi kapiler dan dapat
juga berperan penting untuk reabsorpsi glukosa, asam amino, air dan urea (Corwin, 2009)
c. Reabsorpsi Air
Air secara pasif direabsorpsi melalui osmosis di sepanjang tubulus. Dari H2O yang difiltrasi, 80% akan
direabsorpsi di tubulus proksimal dan ansa henle. Kemudian sisa H2O sebanyak 20% akan direabsorpsi di
tubulus distal dan duktus pengumpul dengan kontrol vasopressin (Sherwood, 2011).
d. Reabsorpsi Klorida
Ion klorida yang bermuatan negatif akan direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien reabsorpsi
aktif dari natrium yang bermuatan positif. Jumlah Cl- yang direabsorpsi ditentukan oleh kecepatan
reabsorpsi Na (Sherwood, 2011).
e. Reabsorpsi Kalium
Kalium difiltrasi seluruhnya di glomerulus, kemudian akan direabsorpsi secara difusi pasif di tubulus
proksimal sebanyak 50%, 40% kalium akan direabsorpsi di ansa henle pars asendens tebal, dan sisanya
direabsorpsi di duktus pengumpul (Corwin, 2009).
f. Reabsorpsi Urea
Urea merupakan produk akhir dari metabolisme protein. Ureum akan difiltrasi seluruhnya di glomerulus,
kemudian akan direabsorpsi sebagian di kapiler peritubulus, dan urea tidak mengalami proses sekresi.
Sebagian ureum akan direabsorpsi di ujung tubulus proksimal karena tubulus kontortus proksimal tidak
permeable terhadap urea. Saat
mencapai duktus pengumpul urea akan mulai direabsorpsi kembali (Sherwood, 2011).
g. Reabsorpsi Fosfat dan Kalsium
Ginjal secara langsung berperan mengatur kadar kedua ion f osfat dan kalsium dalam plasma. Kalsium
difiltrasi seluruhnya di g lomerulus, 40% direabsorpsi di tubulus kontortis proksimal dan 50% di reabsorpsi
di ansa henle pars asendens. Dalam reabsorpsi kalsium di kendalikan oleh hormon paratiroid. Ion fosfat
yang difiltrasi, akan direabsorpsi sebnayak 80% di tubulus kontortus proksimal kemudian sisanya akan
dieksresikan ke dalam urin.
3. Sekresi
Sekresi adalah proses perpindahan zat dari kapiler peritubuluskembali ke lumen
tubulus. Proses sekresi yg terpenting adalah sekresi H+,K+ dan ion-ion organik.
Proses sekresi ini melibatkan transportasi transepitel. Di sepanjang tubulus, ion H+
akan disekesi ke dalam cairan tubulus sehingga dapat tercapai keseimbangan asam
basa. Asam urat dan K+ disekresi ke dalam tubulus distal. Sekitar 5% dari kalium
yang terfiltrasi akan dieksresikan dalam urine dan kontrol sekresi ion K+ tersebut
diatur oleh hormon antidiuretik (ADH).
4. Eksresi
Ekresi urin adalah pengeluaran bahan bahan dari tubuh ke dalam urin. Semua konstituen
plasma yang terfiltrasi aau disekresikan tetapi tidak di reabsorbsi akan tetap di tubulus dan mengalir
ke pelvis ginjal untuk dieksresikan sebagai urin dan dikeluarkan dari tubuh.
5. Laju filtrasi glomerulus berserta faktor faktor nya
Laju filtrasi glomerulus ( LFG ) tidak hanya bergantung pada filtrasi netto tetapi juga pada
seberapa luas permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan sebarapa permeable
membrane glomerulus .
Faktor yang tidak mempengaruhi LFG adalah tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan
hidrostatik kapsula bowman karena tidak berada di regulasi dan pada saat keadaan normal tidak
banyak berubah.
6. Proses pembentukan urin dan faktor yang mempengaruhi nya
Hormon
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis
Annisa Karla Arini Sesunan 1102013035
posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan
ekstrasel.
b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium, dan sistem angiotensin rennin.
c. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e. Renin
Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis
pada :
Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
Innervasi ginjal dihilangkan
Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan
mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan
aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi
angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah
2. Zat - zat diuretik
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat diuretik ini
maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah.
Diuresis adalah peningkatan ekskresi urine (> 1ml/menit).
sebagai berikut:
Diuresis air :
Terlalu banyak meminum air menyebabkan pengenceran plasma dan
menurunkan sekresi ADH. Akibatnya, urine hipoosmolal diekskresikan atau terdapat
ekskresi air bebas. Kejadian yang sama bila terjadi kegagalan sekresi ADH seperti pada
diabetes insisipidus. Air bebas adalah jumlah air yang dikeluarkan melalui urine untuk
mempertahankan osmolalitas plasma.
Diurisis Osmotik : Bila zat terlarut yang tidak dapat diserap, diekskresikan harus disertai
dengan jumlah air yang sesuai.
Diuresis tekanan : Bila tekanan darah meningkat, otoregulasi mencegah peningkatan aliran
plasma ginjal dalam korteks sementara pada bagian medulla otoregulasi kurang efektif.
Aliran darah medulla meningkat dn menurunkan konsentrasi di medulla. Hal ini
menyebabkan penurunan gradian osmolaritas urine maksimum dan menyebabkan diuresis