Anda di halaman 1dari 2

Undang-Undang Republik Indonesia No.

7 tahun 1984
Tentang : Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita (CEDAW)
Disajikan pada Round Table Discussion PPA-LHOHA
Jakarta, 19 Maret 2010
Prof. DR.Hj. Sri Mulyani Soegiono, SH
Dalam Konferensi Dunia IV mengenai Perempuan Dan Pembangunan di Beijing
tahun 1995, dimana pemerintah Indonesia sebagai salah satu anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang ikut berperan serta pada saat itu, berjanji memajukan kesetaraan
pembangunan dan perekonomian bagi perempuan dimanapun, dan dikenal dengan
Deklarasi Beijing.
Deklarasi tersebut telah memberi panduan bagi pembuat kebijakan publik. Hal ini
telah ditanggapi oleh pemerintah Indonesia dengan menandatangani berbagai konferensi
antara lain : mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita,
menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam tidak
manusiawi atau merendahkan martabat manusia.
Sebagai tindak lanjut pemerintah Indonesia telah membuat berbagai undangundang dan peraturan-peraturan sehubungan dengan adanya Kekerasan Dalam Rumah
Tangga

(KDRT),

Pemberantasan

Tindak

Pidana

Perdagangan

Orang

(PTPO)

,perlindungan anak.
Pada kenyataannya yang terjadi di negeri yang kita cintai ini tiap hari selalu ada
berita-berita tentang kekerasan di berbagai media cetak maupun elektronik disamping
hasil berbagai survey.
Kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan terus terjadi bahkan dari tahun
ke tahun terus meningkat. Korban kekerasan cenderung berusia muda bahkan termasuk
dalam usia anak-anak berkisar antara unmur 13-18 tahun. Hal ini terjadi banyaknya
kekerasan psikis dan seksual yang terjadi dalam ranah keluarga. Pencabulan dengan dalih
perkawinan siri dalam usia muda ataupun poligami. Tidak dapat dipungkiri karena masih
adanya budaya patriakat dan keadaan sosial ekonomi dan pendidikan yang masih rendah
sehingga perdangan orangpun terus meningkat terutama bagi perempuan dan anak-anak.
Setiap hari 20 perempuan di perdagangkan sebagai komoditas dan budak seks (data
Kompas 5 Maret 2010)
Perdagangan manusia (Trafficking in person) sebagai kejahatan yang sungguh
memprihatinkan. Pelaku kejahatan melakukan apapun yang tidak sesuai dengan kehendak
korban, sehingga korban menderita karena perlakuan tersebut sebagaimana dipekerjakan
sebagai PSK, kerja pakasa atau bekerja serupa perbudakan termasuk juga pengambilan
organ tubuh.

Sebagaimana telah diuraikan tadi bahwa perdagangan perempuan dan anak makin
meningkat. Khususnya bagi anak-anak setiap hari penculikan marak di mana-mana baik
di sekolah, diluar jalanan dan sebagainya. Perlakuan eksploitasi misalnya tidakan atau
perbuatan permperalat, memanfaatkan atau memeras anak untuk memperoleh keuntungan
pribadi, keluarga atau golongan; perlakuan penelantaran, perlakuan yang kejam,
perlakuan kekerasan, penganiayaan, perlakuan ketidak adilan, perlakuan pelecehan atau
perbuatan tidak senonoh kepada anak, yang seharusnya justru mendapat hak dan
kewajiban sebagai perlindungan terhadap anak.

Anda mungkin juga menyukai