Juan Samuel
12/334152/KT/07322
B. Pasal 2
- Pasal 1 ayat 9 dinyatakan secara lebih terang dalam BAB
PENJELASAN Pasal 2 ayat 4.
C. Pasal 6
- Pada butir a dalam BAB PENJELASAN, peta tematik yang disediakan
adalah peta dasar tematik kehutanan (PDTK) dan peta rupa bumi
Indonesia (RBI). Padahal, dalam pasal sebelumnya (Pasal 1 ayat 3),
dalam klasifikasi DAS, pemanfaatan ruang wilayah menjadi salah
satu kriterianya. PDTK hanya berisikan bahan untuk Pengelolaan
Hutan Lestari, yang memuat informasi mengenai sumber daya
hutan saja. Seharusnya, dibutuhkan peta tematik lainnya, seperti
peta kelas penggunaan lahan, agar dalam pengklasifikasian DAS
tidak hanya condong pada penggunaan ruang wilayah untuk
kehutanan saja, namun dapat lebih luas, seperti pemukiman,
pertanian, dan sebagainya.
D. Pasal 8
- Pada ayat 1, muncul kata-kata batas DAS indikatif dan tidak
diterangkan definisinya pada ayat atau pasal selanjutnya. Apabila
PP ini hanya ditujukan pada kalangan yang disebutkan dalam
Instansi Terkait yang sudah mengerti isi dari PP ini, maka definisi
tersebut tidak diperlukan. Namun, karena dalam pengelolaan DAS
melibatkan peran serta masyarakat, diperlukan definisi tersebut,
khususnya untuk masyarakat yang kurang mengerti hal-hal
mengenai DAS.
E. Pasal 10 dan 11
- Pada kedua pasal ini, diterangkan bahwa dalam penentuan batas
DAS, pihak yang berwenang adalah kementerian saja. Hal ini
menunjukkan bahwa penentuan batas DAS dilakukan oleh
pemerintah pusat, yang memiliki cakupan daerah nasional. Untuk
batas DAS yang lebih akurat, dibutuhkan pertimbangan dari
cakupan daerah maupun lokal, tidak hanya atas pertimbangan
ranah kementerian saja.
F. Pasal 15
- Poin b, mengenai tingkat kesejahteraan penduduk, tidak dijelaskan
dalam BAB PENJELASAN pedoman atau kriteria yang digunakan
dalam penentuan tingkat kesejahteraan penduduk. Hal ini