Anda di halaman 1dari 24

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ionofor
Ionfor adalah sebuah molekul lemak-larut biasanya disintesis oleh
mikroorganisme untuk mengangkut ion di lapisan ganda lemak membran sel. Ada
dua klasifikasi ionofor, yaitu :
1. Senyawa kimia (mobile ion carrier) yang mengikat ion tertentu,
melindungi muatan dari lingkungan sekitarnya, dan dengan demikian
memfasilitasinya melintasi bagian dalam hidrophobik dari membran
lemak.
2. Pembentuk channel (saluran) yang memperkenalkan kedalam pori-pori

hidrofilik membran, yang memungkinkan ion melewati serta menghindari


kontak dengan bagian dalam hidrophobik membran itu.Berikut contoh
lintasan ionofor seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1. Lintasan Ionofor


Beberapa ionophor (dengan ion (s) bertindak atas): 2,4-Dinitrophenol (H+)
; A23187 (Ca2+); Beauvericin (Ca2+ ,Ba2+); Calixarene (CS+, Pb2+); Calcimycine
(A23187); Carbonyl cyanide m-chlorophenyl hydrazone; Crown ether (Na+, K+);
FCCP or Carbonyl Cyanide-p-trifluoromethoxyphenylhydrazone (H+); Enniatin
(Ammonium); Gramicidin A (H+, Na+, K+); Nigericin (K+, H+, Pb2+).

Ionofor mengganggu gradien konsentrasi ion transmembran, diperlukan


untuk memfungsikan dan kelangsungan hidup mikroorganisme, dan dengan
demikian memiliki sifat antibiotik. Mereka diproduksi secara alami oleh berbagai
mikroba dan bertindak sebagai pertahanan terhadap mikroba bersaing. Banyak
antibiotik, khususnya antibiotik makrolida, adalah ionofor yang menunjukkan
afinitas tinggi untuk Na+ atau K+. Struktur natrium dan kalium kompleks
antibiotik telah berulang kali diverifikasi oleh X-ray kristalografi.
Dalam penelitian laboratorium, ionofor digunakan untuk meningkatkan
permeabilitas membran biologis untuk ion tertentu. Selain itu, beberapa ionofor
digunakan sebagai antibiotik dan / atau karena pertumbuhan meningkatkan aditif
pakan untuk hewan pakan tertentu seperti sapi.
2.1.1. Crown Ether
Crown ether (eter mahkota) adalah senyawa kimia heterosiklik yang
berupa cincin yang mengandung beberapa gugus eter. Eter yang paling umum
adalah oligomer dari etilena oksida. Istilah mahkota merujuk pada struktur
senyawa ini yang mirip dengan mahkota ketika berikatan dengan kation, seperti
mahkota yang berada diatas kepala seseorang.
Eter mahkota mengikat beberapa kation tertentu dengan kuat, membentuk
kompleks. Atom-atom oksigen yang berada pada interior cincin berkordinasi
dengan kation, sedangkan eksterior cincin tersebut bersifat hidrofobik. Hasilnya
adalah kation tersebut akan membentuk garam yang larut dalam pelarut nonpolar.
Oleh karena itu, mahkota eter sangat berguna dalam katalis transfer fase.
Kedentatan polieter ini mempengaruhi afinitas eter mahkota terhadap beberapa
kation. Sebagai contoh 18-mahkota-6 memiliki afinitas yang kuat dengan kation
kalium. 15-mahkota-5 dengan kation natrium, dan 12-mahkota-4 dengan kation
litium. Afinitas 18-mahkota-6 yang kuat terhadap ion kalium mempengaruhi sifatsifat racunnya.
2.1.1.1. Afinitas Terhadap Kation
Selain afinitas yang tinggi terhadap kation kalium, 18-mahkota-6 juga
dapat mengikat amina terprotonasi dan membentuk kompleks yang sangat stabil
pada fase gas maupun pada larutan.

Beberapa asam amino, seperti lisina, mengandung amina primer pada


kedua sisi rantai. Gugus amino yang terprotonasi ini dapat mengikat 18-mahkota6 dan membentuk kompleks yang stabil pada fase gas. Ikatan hidrogen terbentuk
antara lain tiga atom hidrogen amina dengan tiga atom oksigen 18-mahkota-6.
Ikatan hydrogen ini menjadikan kompleks ini sebagai aduk yang stabil.
2.1.1.2. Aza-crown (Aza-mahkota)
Aza-mahkota adalah eter mahkota dengan atom oksigennya yang
digantikan dengan gugus amina. Terdapat pula mahkota amina-eter.
Turunan 21- dan 18- golongan eter diazacrown menunjukkan keunggulan
keselektifitasan kalsium dan magnesium dan sebagian besar digunakan pada
elektroda ion selektif. Beberapa atau semua atom oksigen pada eter crown dapat
digantikan oleh nitrogen untuk membentuk cryptand. Sebuah tetra aza crown yang
terkenal adalah cylen dimana tidak ada oksigen.
Struktur eter mahkota yang umum secara berurutan menurut gambar 2.2,
yaitu 1-mahkota-4; 15-mahkota-5; 18-mahkota-6; dibenzo-18-mahkota-6 dan
diaza-18-mahkota-6.

Gambar 2.2. Struktur eter mahkota (Situmorang, 2001).


Salah satu contohnya yaitu, sintesis senyawa ionofor diazakrown 7,16dibenzoyl-1,4,10,13-tetraoxa-7,16-diazacyclooctadecane

yaitu

pengubahan

senyawa 1,4,10,13-tetraoxa-7,16-diazacyclooctadecane dengan cara asilasi dalam


suasana basa dengan menggunakan benzoil klorida didalam asetonitril yang
mengandung natrium karbonat.

Persamaan

reaksi

diazacyclooctadecane

sintesis
menjadi

pengubahan

1,4,10,13-tetraoxa-7,16-

7,16-dibenzoyl-1,4,10,13-tetraoxa-7,16-

diazacyclooctadecane (DBODC) digambarkan seperti gambar 2.3 dibawah ini:


O

O
N

N
O

O
H

O
O

N
O

Gambar 2.3. Sintesis pengubahan DC menjadi DBODC (Situmorang,2001).


2.2. Ion Selektif Elektroda
Perkembangan elektrode selektif ion (ESI) sangat pesat. ESI telah dapat
digunakan untuk penentuan berbagai macam ion baik kation maupun anion
Keunggulan ESI antara lain adalah sederhana, selektif,

cepat dan bila telah

dilakukan karakterisasi dapat digunakan untuk analisis tanpa melakukan


pemisahan terlebih dahulu, dapat dilakukan m situ, dan murah (Bailey, 1976,
Siswanta, 1996). ESI dapat diterapkan dalam pengukuran biomedis, pengontrolan
proses industri, maupun pengontrolan lingkungan.Contoh ESI yang sangat luas
penggunaannya adalah elektroda gelas

untuk pengukuran pH. Dengan

mempelajari mekanisme timbulnya respon potensial oleh elektrode tersebut,


maka mulai dikembangkan berbagai jenis elektoda lain. Berikut contoh desain
sel galvanic sederhana pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Desain Galvanic Sederhana (Bailey, 1976).

10

Seperti telah diketahui, ISE yang paling umum digunakan yaitu pH


elektroda yang mengandung membran gelas tipis yang merespon konsentrasi H+
dalam larutan. Perbedaan pada permukaan membran ISE ditentukan dari
persamaan :
E = K (2.303 RT / nF ) log (a)
Dimana :
K = Konstanta untuk menghitung semua potensial ion
R = Konstanta gas
T = Temperatur
n = Jumlah elektron yang berpindah
F = Konstanta Faraday
a = Aktivitas ion analit dalam larutan
Dengan memplotkan potensial yang diukur versus log (a) akan diperoleh
kurva linier. Penentuan konsentrasi suatu analit tertentu menggunakan ion
selektif elektroda dapat dilakukan dengan pengukuran langsung terhadap
konsentrasi atau aktivasi ion yang dikenal dengan teknik potensiometri langsung.
Dimana dalam hal ini konsentrasi atau aktivasi ion analit ditentukan melalui kurva
kalibrasi yangdiperoleh dari pengukuran potensial pada konsentrasi ion standar
yang telah diketahui dengan pasti. Salah satu contoh membran ISE yang terbuat
dari LaF3 untuk membran dapat dilihat pada gambar 2.5 sebagai berikut :

Gambar 2.5. ISE Flouride Sederhana (Siswanta, 1996).

11

2.2.1. Kinerja Ion Selektif Elektroda


Kinerja Ion Selektif Elektroda di tentukan oleh beberapa parameter,
yaitu: Faktor Nersnt dan daerah kerja, waktu tanggap, usia pemakaian dan
selektifitas.
2.2.2. Faktor Nerst dan Daerah Kerja
Pada analisa dengan menggunakan elektroda selektif ion biasanya di buat
kurva antara potensial yang terukur (E) dengan logaritma aktivitas analit (log X).
Pada suatu rentang nila log X kurva yang dihasilkan berupa garis lurus yang
merupakan konsentrasi atau sering di sebut juga daerah kerja atau daerah linier.
Faktor Nersnt elektroda selektif ion di gunakan sebagai ukuran sensitifitas.
Hubungan antara aktivitas ion dengna potensial elektroda dapat dipakai
persamaan Nerst yaitu :
=

2,303

log

Hubungan aktivitas ion dengan konsentrasi ion(c) adalah :


X= c
Persamaan di atas dapat dihubungkan dengan persamaan garis lurus yaitu :
Y= a + bX
Dimana :
Y= E. a =

; b=

log

sebagai faktor Nersnt, dan X= log X. Grafik dapat

ditentukan sebagai berikut pada gambar 2.6 :

Potensial (E)

tangen (Faktor Nersnt)

E^

E
Konsentrasi (log a)

Gambar 2.6. Grafik Penentuan Faktor Nerst dan Daerah Kerja

12

2.2.3. Waktu Tanggap


Waktu tanggap elektroda selektif ion adalah waktu yang dibutuhkan
elektroda selektif ion membrikan waktu tanggap potensial yang cepat. Makin
cepat elektroda memberikan waktu tanggap potensial yang tetap makin baik
kinerja elektroda. Waktu tanggap di pengaruhi konsentrasi dan pengadukan.
Pengadukan terlalu kuat mengakibatkan potensial yang sulit dicapai.
2.2.4. Usia pemakaian
Usia pemakaian suatu elektroda menunjukkan berapa lama elektroda
tersebut masih bisa di pakai, artinya masih memiliki karakteristik yang hampir
sama pada elektroda itu dinyatakan baik. Usia pemakaian di tentukan dengan
mengukur potensialnya elektrodan dan kemudian menentukan faktor nersnt pada
selang waktu tertentu.
Apabila faktor nersnt telah menyimpang jauh dari karakteristik elektroda
maka elektroda kemudian dinyatakan tidak layak lagi di gunakan. Usia pemakaian
sangat tergantung pada sifat mekanik ini dipengaruhi oleh kelenturan membran,
daya tahan membran terhadap senyawa organik, zat oksidator, pH, dan tingkat
kelenturan membran.
2.2.5. Koefisien Selektifitas
Untuk menyatakan gangguan pengukuran oleh adanya ion lain umumnya
digunakan koeefisien selektivitas, yang diturunkan dari persamaan NikolskyEinsenman :

Dimana :

2,303

log(

Ai dan aj masing-masing adalah keaktifan ion utama dan ion penganggu, zi dan zj
adalah muatan ion utama dan ion penganggu, Kij adalah koefisien selektif. Jika kij
< 1 maka elektroda sangat selektif terhadap ion utama (Bakker, dkk., 1997)

13

2.3. Merkuri ( Hg)


Logam merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui bahan pangan
yang dikonsumsi, baik dari tanaman maupun hewan yang telah terkontaminasi
oleh logam tersebut. Merkuri mempunyai tekanan uap pada suhu kamar,
sehingga uap merkuri dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pemafasan. Proses ini dapat terjadi terutama pada orang-orang yang bekerja
dengan merkuri, misalnya dokter dan perawat gigi pada waktu membuat
amalgam. Senyawa-senyawa merkuri dapat mengalami transformasi hayati ke
dalam lingkungan maupun di dalam tubuh. Ion
merupakan

bentuk

senyawa

yang

sangat

metilmerkuri (CH3Hg)

beracun

dan

membahayakan

kesehatan manusia. Kadar metilmerkuri yang menyebabkan keracunan pada


manusia sebesar 9 - 24 ppm, yang setara dengan 0,3 mg Hg per 70 kg bobot
badan per hari (Lavender dan Cheng, 1980).
Faktor makanan dapat mempengaruhi waktu retensi dari metilmerkuri
yang masuk melalui mulut dari makanan dan minuman. Makanan dengan kadar
protein tinggi dan lemak rendah dapat menurunkan waktu retensi metilmerkuri
pada tikus. Kadar vitamin E yang tinggi dapat menurunkan tingkat kematian
akibat terserapnya

metilmerkuri dan merkuriklorida. Pelepasan merkuri ke

dalam tanah, air, dan udara pada saat ini kebanyakan berasal dari keaktifan
antropogenik yang dapat melalui beberapa proses :
1. Penambangan dan peleburan bijih, terutama pada peleburan tambang
Cu dan Zn.
2. Pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara.
3. Proses-proses produksi dalam suatu

industri,

terutama pada

proses

kloralkali sel Hg untuk memproduksi gas klor dan NaOH.


4. Insenerasi buangan.
Secara global efek antropokogenik tahunan yang dilepas ke lingkungan
sekitar 3xl06 kg selama tahun 1900, dan telah naik menjadi sekitar 9 x l0 6 kg
selama tahun 1970. Pelepasannya ke lingkungan lebih kurang 45% ke udara, 7%
ke air, dan 48% ke dalam tanah.

14

2.3.1. Efek Bahaya Dari Merkuri


Sampai sekarang belum diketahui fungsi biologis esensial dari logam
Hg. Sebaliknya, Hg merupakan unsur yang paling toksik bagi manusia dan
banyak hewan tingkat tinggi.

Semua senyawa kimia Hg

juga

toksik bagi

manusia. Garam-garam merkuri memperlihatkan toksisitas yang sangat akut


dengan bemacam gejala dan bahayanya, misalnya pneumonia dan oedema paw,
tremor dan gingivis. Beberapa senyawa organomerkuri, terutama alkilmerkuri
berbobot molekul rendah tergolong lebih berbahaya terhadap manusia karena
toksisitas kronisnya dengan pengaruh yang berrnacam-macam. Misalnya tak
dapat balik dan merusak sistem saraf. Dalam kasus ini yang paling penting
adalah metilmerkuri, karena zat ini dapat dihasilkan oleh mikroorganisme dari
ion Hg2+ dalam lingkungan alami yang berbeda. Metilmerkuri mengakibatkan
efek teratogenik kuat, karsinogenik, dan aktivitas mutagenik. Disamping itu
keracunan oleh merkuri organik adalah berupa gangguan saraf yaitu ataksia,
hiperestese (peka), konvulsi, kebutaan, koma, dan kematian.
Keracunan Hg akhir-akhir ini lebih sering terjadi. Kasus awal tejadi
di Jepang pada tahun 1953 - 1960, sewaktu penduduk di kota kecil
Minamata teracuni metilmerkuri dengan konsentrasi tinggi dari limbah pabrik
polivinil asetat (PVA) karena masyarakat mengkonsumsi ikan dari teluk
Minamata. Keracunan hewan liar di Swedia akibat makan biji-bijian yang telah
diperlakukan dengan metilmerkuri selama periode 1948 - 1965. Kasus lain juga
terjadi di lrak pada tahun 1971 yang memakan korban sampai 400 orang,
akibat kesalahan menggunakan bibit gandum yang telah diberi fungisida yang
mengandung raksa.
Penelitian kemudian dilakukan secara intensif sejak peristiwa-peristiwa
ini. Sampai beberapa dekade kemudian menunjukkan bahwa kandungan
metilmerkuri dalam daging ikan terus naik dan tersebar secara global. Di lain
pihak,

tampaknya

Hg

tidak

memperlihatkan masalah utama terhadap

fitotoksisitas. Konsentrasi Hg yang mengakibatkan gejala toksik bagi tanaman


jauh lebih tinggi dibanding konsentrasi normal dalam tanah.

15

Pada umumnya penyerapan Hg dari tanah ke tanaman rendah, dan akar


berfungsi sebagai penghalang (barrier) pada penyerapan Hg (Fleming, 2006).
Merkuri (Air Raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di
alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai
senyawa anorganik dan organik. Umumnya kadar dalam tanah, air dan udara
relatif rendah. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar ini,
misalnya aktivitas penambangan yang dapat menghasilkan merkuri sebanyak
10.000 ton / tahun. Pekerja yang mengalami pemaparan terus menerus terhadap
kadar 0,05 Hg mg/m3 udara menunjukkan gejala nonspesifik berupa neurastenia,
sedangkan pada kadar 0,1 0,2 mg/m3 menyebabkan tremor.
2.4. Potensiometri
Potensiometri

adalah

istilah

yang

digunakan

untuk

menjelaskan

pengukuran potensial atau voltage dari suatu sel elektrokimia yang terdiri dari
elektroda dan larutan. Larutan tersebut berisi komponen utama yang mempunyai
kemampuan mengion. Dasar metode potensiometri adalah membuat sel elektrik
dari analit suatu larutan sehingga perbedaan potensial sel tersebut berkaitan
dengan konsentrasi larutan. Kelebihan metode potensiometri biasanya lebih
sederhana, voltmeter dan elektrodanya jauh lebih murah daripada instrumeninstrumen analitik yang paling modern. Potensiometri pada dasarnya bersifat
nondestruktif terhadap sampel, dalam pengertiannya bahwa penyisipan elektroda
tidak mengubah komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit
dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990).
Potensiometri dibagi menjadi potensiometri langsung dan tidak langsung
atau titrasi potensiometri (Christian 1994). Metode langsung berdasarkan pada
perbandingan antara potensial yang terjadi saat elektroda indikator dicelupkan
pada larutan uji potensial dengan ketika elektroda dicelupkan pada larutan standar
analit. Dalam metode titrasi potensiometri, potensial diukur setelah penambahan
tiap tetes berurutan dari titran, dan pembacaan potensial yang diperoleh dijadikan
grafik bersama volume titran untuk memperoleh kurva titrasi.

16

Metode analisis potensiometri didasarkan pada hubungan antara potensial


elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Dalam metode
potensiometri, informasi mengenai komposisi yang terdapat dalam sampel
diperoleh melalui perbedaan potensial antara dua elektroda. Dengan demikian,
potensial sel dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
Esel

= Ecathode Eanode
= Eind Ereff

Dimana :
Esel

= Potensial sel dari sel elektrokimia

Ecathode = Potensial elektroda katoda


Eanode

= Potensial elektroda anoda

Eind

= Potensial elektrode indikator

Ereff

= Potensial elektrode pembanding


Dalam metode analisis potensiometri didasarkan pada pengukuran

potensial sel elektrokimia. Peralatan yang dibutuhkan untuk metode ini sederhana
dan tidak mahal, mencakup

elektrode pembanding (refference electrode),

elektroda indikator ( indicator electrode ) dan alat pengukur potensial.


2.4.1. Elektroda Pembanding (Refference Electrode)
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu
elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial
setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap
komposisi larutan yang sedang selidiki.. Elektroda pembanding ada dua jenis,
yaitu elektroda pembanding primer dan elektroda pembanding sekunder.
Pasangan elektrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working
electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang
diselidiki.

17

Syaratnya adalah:
1. Mematuhi persamaan Nerst bersifat reversible
2. Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu
3. Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil
4. Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu
5. Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal
Beberapa contoh elektroda pembanding adalah sebagai berikut :
a. Elektroda Kalomel (Calomel Electrode)
Setengah sel elektrode kalomel dapat ditunjukan sebagai,

Dengan x menunjukkan konsentrasi KCl didalam larutan. Reaksi elektroda


dapat dituliskan sebagai,

Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x (pada kalomel
yang tidak jenuh), dan harga konsentrasi ini harus dituliskan untuk
menjelaskan elektroda. Elektroda kalomel jenuh (saturated calomel
electrode, SCE) biasanya banyak digunakan oleh para pakar kimia analitik
karena banyak tersedia di pasaran dan konsentrasi klorida tidak
mempengaruhi harga potensial elektroda. Harga potensial SCE adalah
0,244 V pada 250C dibandingkan terhadap elektroda hidrogen standar.
b. Elektroda perak / perak klorida
Elektroda pembanding yang mirip dengan elektroda calomel adalah terdiri
dari suatu elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan KCI yang
dijenuhkan dengan AgCI. Setengah sel elektroda perak dapat ditulis :

Reaksi setengah selnya adalah

18

2.4.2. Elektroda Indikator ( Indicator Electrode )


Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial
elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur.

Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus


memenuhi tingkat kesensitifan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya
terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang
diramalkan dengan persamaan Nerst, yaitu
Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan
perbedaan tegangan.
Elektroda indikator secara umum dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu
sebagai berikut.
a. Elektroda indikator logam
Elektroda logam adalah elektroda yang dibuat dengan menggunakan
lempengan logam atau kawat yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit.
Elektroda logam dapat dikelompokkan ke dalam elektroda jenis pertama (first
kind), elektroda jenis kedua (second kind), elektroda jenis ketiga (third kind),
elektroda redoks.
b. Elektroda indikator membran
Elektroda indikator ini biasanya peka/sensitif terhadap satu jenis ion saja.
Tegangan yang ditimbulkan bergantung pada banyaknya ion dalam larutan yang
mengenai permukaannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah atau konsentrasi ion
dalam larutan. Sensor merupakan elektroda yang digunakan untuk analisis secara
kuantitatif yang menunjukkan selektifitas terhadap aktivitas ion yang diukur dan
ditandai dengan perubahan potensial secara reversibel (Evans, 1987). Sensor
mendapat perhatian luas dari para peneliti karena alat ini mudah perakitannya dan
pemakaiannya sederhana (Bailey, 1976). Elektroda membrane diklasifikasikan
dalam dua bagian utama yaitu elektroda selektif ion dan elektroda selektif
molekular.

19

2.5. Spektroskopi IR
Metode spektrofotometrik mengukur jumlah radiasi elektromagnetik yang
diserap oleh larutan contoh. Jumlah serapan ini berkaitan dengan konsentrasi
analit dalam larutan. Terdapat tiga proses dasar penyerapan radiasi oleh molekul
yang semuanya melibatkan kenaikan molekul ke tingkat energi yang lebih tinggi,
yaitu rotasi, vibrasi, dan transisi elektronik (Christian 1986). Radiasi IR tidak
memiliki cukup energi untuk menyebabkan transisi elektronik. Bila radiasi IR
dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul akan menyerap energi sehingga
terjadi vibrasi (Hendayana et al. 1994). Panjang gelombang serapan oleh suatu
ikatan bergantung pada jenis getaran ikatan antaratom. Oleh karena itu, tipe ikatan
yang berlainan akan menyerap radiasi IR pada panjang gelombang yang berbeda
(Fessenden & Fessenden 1986). Vibrasi yang terjadi meliputi vibrasi ulur dan
tekuk dan dikenal beberapa istilah, yaitu rocking, twisting, scissoring, dan waging
(Hollas 2004).
Daerah radiasi spektroskopi IR berkisar pada bilangan gelombang 1280010 cm-1. Daerah 1400-4000 cm-1 merupakan daerah yang khusus untuk
identifikasi gugus-gugus fungsional sedangkan daerah 1400-700 cm-1 merupakan
daerah sidik jari (fingerprint region). Pada daerah sidik jari, sedikit saja perbedaan
struktur dan susunan molekul akan menyebabkan perubahan distribusi puncak
serapan.
Spektrum IR diperoleh dengan mengukur intensitas radiasi cahaya
sebelum (I0) dan sesudah (I) melewati contoh. Spektrum IR ditampilkan dengan
mengalurkan transmitan (T=I/I0) sebagai fungsi dari bilangan gelombang. Nilai
transmitans dapat diganti dengan nilai serapan, yaitu sinar yang diserap oleh
contoh. Serapan pada panjang gelombang tertentu dapat menghasilkan nilai
konsentrasi contoh berdasarkan hukum Beer.
Metode spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang meliputi
tekhnik serapan (absorption), tekhnik emisi (emission), tekhnik fluoresensi
(fluorescence). Komponen medan listrik yang banyak berperan dalam
spektroskopi umumnya hanya komponen medan listrik seperti dalam fenomena
transmisi, pementulan, pembiasan, dan penyerapan.

20

Berikut contoh penyerapan gelombang magnetik yang ditangkap oleh alat


spektroskopi IR pada gambar 2.8.

Gambar 2.7. Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah


Penemuan inframerah pertama ditemukan pertama kali oleh William
Herschel pada tahun 1800. Penelitian selanjutnya diteruskan oleh Young, Beer,
Lambert, dan Julius melakukan berbagai penelitian dengan menggunakan
spektroskopi inframerah. Pada tahun 1892 Julius menemukan dan membuktikan
adanya

hubungan

antara

struktur

molekul

dengan

inframerah,

dengan

ditemukannya gugus metil dalam suatu molekul akan memberikan serapan


karakteristik yang tidak dipengaruhi oleh susunan molekulnya.
Penyerapan gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan terjadinya
eksitasi tingkat-tingkat energi dalam molekul. Dapat berupa eksitasi elektronik,
vibrasi, atau rotasi. Karakteristik dari Spektroskopi inframerah, yaitu tidak dapat
dilihat oleh manusia, tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang,
dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas, panjang gelombang
pada inframerah memiliki hubungan yang berlawanan atau berbanding terbalik
dengan suhu. Ketika suhu mengalami kenaikan, maka panjang gelombang
mengalami penurunan
Dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan didasarkan
atas senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan dengan
dua buah bola yang saling terikat oleh pegas. Berikut adalah macam-macam
serapan gugus fungsi yang dihasilkan dari hasil Spektroskopi IR. Dapat dilihat
pada tabel 2.1 dan 2.2.

21

Tabel 2.1. Serapan Khas Beberapa Gugus Fungsi


Gugus

Jenis Senyawa

C-H

alkana

C-H
C-H
C-H
C=C
C=C

O-H
O-H
O-H
N-H
C-N

Alkena
Aromatik
Alkuna
Alkena
Aromatik (Cincin)
Alkohol, Eter, Asam Karboksilat,
Ester
Aldehida,
Keton,
Asam
Karboksilat, Ester
Alkohol, Fenol(Monomer)
Alkohol, Fenol (Ikatan H)
Asam Karboksilat
Amina
Amina

-NO2

Nitro

C-O
C=O

Daerah Serapan
(cm-1)
2850-2960,
13501470
3020-3080, 675-870
3000-3100, 675-870
3300
1640-1680
1500-1600
1080-1300
1690-1760
3610-3640
2000-3600 (lebar)
3000-3600 (lebar)
3310-3500
1180-1360
1515-1560,
13451385

Sumber : Nainggolan, 2009


Berikut adalah macam-macam serapan khas crown eter yang dihasilkan
dari hasil Spektroskopi IR. Dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2. Serapan Khas Crown Eter
Jenis Vibrasi

Sumber (cm-1)

Serapan C-O

1300-1000

Serapan C-N Imina

1690-1640

Serapan N-H (stretch)

3310-3500

Serapan N-H (bending)

1640-1550

-CH2- Alifatik

2850-2960, 1350-1470

C=C Aromatik

1600-1475

22

2.6. GC-MS (Kromatografi Gas Spektrometer Massa)


Kromatografi gas-spektrometer massa (GC-MS) adalah metode yang
mengkombinasikan

kromatografi

gas

dan

spektrometri

massa

untuk

mengidentifikasi senyawa yang berbeda dalam analisis sampel. GC-MS adalah


terdiri dari dua blok bangunan utama, yaitu kromatografi gas dan spektrometer
massa.
Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang tergantung pada
dimensi kolom itu (panjang, diameter, ketebalan film) serta sifat fase (misalnya
5% fenil polisiloksan). Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang
berbeda dalam suatu campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan
sampel sepanjang kolom. Molekul-molekul memerlukan jumlah waktu yang
berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini
memungkinkan spektrometer massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat,
membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah. Spektrometer
massa melakukan hal ini dengan memecah masing-masing molekul menjadi
terionisasi mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk mengisi rasio.
Kedua komponen, yang digunakan bersama-sama, memungkinkan tingkat
lebih baik dari identifikasi substansi dari pada unit yang digunakan secara
terpisah. Tidaklah mungkin untuk membuat identifikasi akurat dari molekul
tertentu dengan kromatografi gas atau spektrometri massa sendirian. Kadangkadang dua molekul yang berbeda juga dapat memiliki pola yang sama fragmen
terionisasi dalam spektrometer massa (spektrum massa). Menggabungkan dua
proses membuatnya sangat tidak mungkin bahwa dua molekul yang berbeda akan
berperilaku dengan cara yang sama di kedua kromatografi gas dan spektrometer
massa.
Oleh karena itu ketika mengidentifikasi spektrum massa muncul pada
waktu retensi karakteristik dalam analisis GC-MS, biasanya meminjamkan untuk
meningkatkan kepastian bahwa kepentingan adalah analit dalam sampel.

23

2.7. Metode Spekstroskopi Serapan Ultraviolet dan Sinar Tampak


Penggunaan utama spektroskopi ultraviolet-sinar tampak adalah dalam
analisis kuantitatif. Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai struktur
kromofor atau mengandung gugus kromofor, serta mengabsorpsi radiasi
ultraviolet-sinar tampak penggunaannya cukup luas. Penentuan kadar dilakukan
dengan mengukur absorbsi pada panjang gelombang maksimum (puncak kurva),
agar dapat memberikan absorbsi tertinggi untuk setiap konsentrasi.
Apabila dalam alur radiasi spektrofotometri terdapat senyawa yang
mengabsorbsi radiasi, akan terjadi pengurangan intensitas radiasi yang mencapai
detektor.
2.7.1. Spektroskopi Ultraviolet
Penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu molekul dapat
menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state)
ke energi tingkat tinggi (excited state).
Proses ini meliputi dua tahap:
Tahap 1 :

M + hv

M*

Tahap 2 :

M*

M + heat

Umur molekul yang tereksitasi M* ini sangat pendek (10-8 10-9 detik)
dan molekul kembali ke tingkat dasar lagi M. Proses ini disebut reaksi fotokimia.
Pengabsorbsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding; akibatnya panjang gelombang absorbsi
maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul
tersebut. Oleh karena itu, spektroskopi serapan molekul berharga untuk
mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan
tetapi, yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan ultraviolet dan
sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa yang mengandung gugus-gugus
pengabsorbsi.

24

Instrumen Spektroskopi UV, berkas cahaya yang diserap bukan cahaya


tampak tapi cahaya ultraviolet dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur.
Pada Spektroskopi Ultraviolet energi cahaya yang terserap digunakan untuk
transisi elektron. Karena energi cahaya UV lebih besar dari energi sinar tampak
sehingga energi UV dapat menyebabkan transisi elektron atau (Mulja, 1995).
Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan
panjang gelombang radiasi
E = hv =

hc

dimana E = energi yang diabsorpsi (erg)


h

= tetapan Planck, 6.6 x 10-27 erg det-1

= frekuensi, dalam Hz

= kecepatan cahaya, 3 x 108 m/det

= panjang gelombang, dalam cm

Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada


mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak
energi untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang yang
lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih panjang (Fessenden & Fessenden, 1986).
2.7.2. Transisi Elektron
Keadan dasar suatu molekul organik mengandung elektron-elektron
valensi dalam 3 tipe utama orbital molekul. Orbital sigma (); orbital pi (); dan
orbital elektron bebas (n).
Baik orbital maupun dibentuk dari tumpang - tindih dua orbital atom
atau hibrid. Transisi elektron mencakup promosi suatu elektron dan salah satu dari
tiga keadaan dasar (, dan n) ke salah satu dari dua keadaan eksitasi (*atau ).
(Fessenden & Fessenden, 1994).

25

2.7.3. Spektroskopi Sinar Tampak


Menurut Day (2002) dan Rohman (2007), hukum Lambert-Beer
menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap
berbanding lurus dengan tebal sel dan konsentrasi larutan serta berbanding
terbalik dengan transmitan. Menurut Day (2002), hukum tersebut dituliskan
dengan :
A = log (Io/It) = a b c
Keterangan : A

= Absorbansi

Io

= Intensitas sinar datang

It

= Intensitas sinar yang diteruskan

= Absorptivitas

= Tebal sel (cm)

= Konsentrasi analit (g/l)

Cara kerja alat spektrofotometer UV-Visible ini adalah dimana sinar dari
sumber radiasi diteruskan menuju monokromator kemudian cahaya dari
monokromator diarahkan terpisah melalui blanko dan sampel dengan sebuah
cermin berotasi. Kedua cahaya lalu bergantian berubah arah karena pemantulan
dari cermin yang berotasi secara kontinyu. Detektor menerima cahaya dari blanko
dan sampel secara bergantian secara berulang-ulang. Sinyal listrik dari detektor
diproses, diubah ke digital dan dibandingkan antara sampel dengan blanko.
Berikut skema sederhana Spektoskopi UV-Visible pada gambar 2.9.

Gambar 2.8. Skema Sederhana Spektrofotometer

26

Komponen-komponen dari Spektrofotometer :


1. Sumber Radiasi
Sumber energi radiasi yang biasa untuk daerah ultraviolet dan daerah
cahaya tampak adalah sebuah lampu wolfram ataupun lampu tabung discas
hidrogen (atau deutrium). Kebaikan lampu Wolfram adalah energi radiasi yang
dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Jika potensial
tidak stabil, akan didapatkan energi yang bervariasi. Untuk mengkompensasi hal
ini maka dilakukan pengukuran transmitan larutan sampel selalu disertai larutan
panjang pembanding.
2. Monokromator
Monokromator berfungsi mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau kisi difraksi. Untuk
mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini
digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang
dirotasikan untuk menghasilkan panjang gelombang yang diinginkan, Ada dua
tipe prisma yaitu susunan Cornu yang menggunakan sudut 60 dan susunan
Littrow yang menggunakan prisma yang sisinya tegak lurus dengan arah sinar
yang berlapis aluminium serta mempunyai sudut optik 30.
3. Kuvet
Pada pengukuran di darah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca korex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel
karsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya
adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil atau yang lebih besar dapat digunakan. Sel
yang biasa digunakan berbentuk persegi atau berbentuk silinder. Sel yang baik
adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya.
4. Detektor
Peranan detektor adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Dalam detektor diharapkan kepekaan tinggi di

27

dalam spektral yang penting, tanggap linier untuk tenaga radiasi, waktu tanggap
yang cepat, dapat dipengaruhi oleh amplifikasi dan tingkat stabilitas yang tinggi.
5. Amplifier
Rangkaian yang memperkuat pembacaan dari detektor. Dimana energi
cahaya yang dihasilkan diubah menjadi energi listrik yang bisa dibaca dengan
baik oleh rekorder.
6. Rekorder
Alat yang membaca energi yang diperkuat oleh amplifier berupa angka.
Angka tersebut dapa berupa transmitan atau absorbansi (Khopkar, 1990; Day dan
A. L. Underwood, 1981)
2.7.4. Warna Komplementer
Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan yang
berwarna maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap secara
selektif dan radiasi sinar lainnya akan diteruskan. Absorbansi maksimum dari
larutan berwarna terjadi pada daerah warna yang berlawanan dengan warna yang
diamati, misalnya larutan berwarna merah akan menyerap radiasi maksimum pada
daerah warna hijau. Dengan kata lain warna yang diserap adalah warna
komplementer dari warna yang diamati ( Suharta, 2005).
Tahap analisa dengan mengunakan spektrofotometri terdiri dari 3 tahap
yaitu sebagai berikut:
1. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang sinar yang digunakan harus dipilih karena komponen
yang akan dianalisa menyerap sinar tersebut semaksimal mungkin. Dengan
demikian penyerapan sinar tidak dipengaruhi oleh komponen penggangu yang ada
dalam analitit. Jika analit mempunyai warna tertentu maka unsur komplomentrnya
merupakan bagian pangjang gelombang maksimum yang sesuai untuk analisa
tersebut. Panjang gelombang dapat ditentukan dengan membuat kurva hubungan
antara serapan dan panjang gelombang yang menghasilkan serapan tertinggi
merupakan panjang gelombang maksimum.

28

Daftar panjang gelombang maksimum dan warna komplementer yang


dihasilkan dari larutan kompleks untuk alat spektroskopi uv-visible dapat dilihat
pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Daftar Panjang Gelombang Dan Warna Komplementer
Panjang Gelombang (nm)

Warna Yang Diserap

Warna Yang Diamati

410

Lembayung (Violet)

Kuning kehijauan

430

Biru Violet

Kuning

480

Biru

Jingga

500

Hijau Kebiruan

Merah

530

Hijau

Merah Purple

560

Kuning kehijauan

Lembayung (Violet)

580

Kuning

Biru Violet

610

Jingga

Biru

680

Merah

Hijau Kebiruan

720

Merah Purple

Hijau

2. Pembuatan kurva kalibrasi


Kurva kalibrasi ditetapkan dengan pengukuran serapan dengan berbagai
pengenceran larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat.
Kurva linier hubungan antara konsentrasi dengan serapan larutan baku yang
diperoleh digunakan untuk penentuan persamaan garis regresinya. Persamaaan
regresi linier ini digunakan untuk analisa kuantitatif suatu senyawa.

29

3. Penetapan kadar sampel


Penetapan kadar senyawa yang terdapat dalam sampel dianalisa
berdasarkan

tahap-tahapan

perlakuan.

Larutan

yang

diperoleh

dengan

memberikan perlakuan kondisi yang sesuai denagn larutan satandar diukur dengan
cara spektrofotometri pada panjang gelombang maksimun.
Dan hasilnya disesuaikan dengan kurva pembangding, sedangkan kadar
sampel dihitung brdasarkan persamaan regresinya linier yaitu:
Y = a + bx
A = a + bc
Dimana :

= absorbansi

= slope

= titik perpotongan

= konsentrasi

Anda mungkin juga menyukai