Anda di halaman 1dari 2

Patogenesis atresia biliaris

Agen infeksius
Belum ditemukan satu agen pasti yang dapat menyebabkan atresia biliaris, meskipun peranan
organisme infeksius sudah dipelajari secara luas. Fischler dkk melaporkan infeksi
sitomegalovirus pada 25% bayi yang menderita atresia biliaris. Menariknya, beberapa peneliti
melaporkan adanya peningkatan infeksi sitomegalovirus yang lebih tinggi lagi pada bayi-bayi
yang menderita hepatitis neonatus idiopatik. Hal ini semakin mendukung konsep yang
menjelaskan bahwa kelainan atresia biliaris memiliki spektrum patologis yang sama dengan
hepatitis neonatus idiopatik.(1) Investigasi pada reovirus tipe 3 justru menghasilkan hasil
yang berlawanan. Wilson dkk menemukan virus ini merusak duktus biliaris dan hepatosit
pada tikus. Sedangkan pada penelitian lain, Steele dkk gagal menemukan bukti infeksi pada
bayi yang mengalami kolestasis. Penelitian lain sudah berusaha mencari peran rotavirus grup
A, B dan C serta virus hepatitis A, B, C yang biasa menyerang hati, namun hingga kini belum
ditemukan hubungan yang dapat menyebabkan atresia biliaris.
Faktor genetik
Adanya bentuk atresia biliaris yang terjadi pada usia di bawah 2 minggu kehidupan yang
selalu berasosiasi dengan kelainan kongenital lainnya, memberikan kemungkinan adanya
hubungan antara faktor genetis dengan insidens atresia biliaris. Beberapa penelitian telah
menemukan adanya mutasi genetis spesifik pada tikus yang mengalami heterotaksi viseral
dan kelainan jantung, yang mana kelainan ini menyerupai bentuk kelainan yang ditemukan
pada atresia biliaris tipe yang usia bayinya < 2 minggu. Abnormalitas genetik lainnya
termasuk delesi gen c-jun tikus (sebuah faktor transkripsi proto-oncogen) dan mutasi faktor
gen transkripsi homeobox yang berhubungan dengan kelainan hati dan limpa. Tapi masih
belum dapat dijelaskan hubungan langsung antara mutasi gen ini dengan atresia biliaris.
Penyebab lain
Kelainan pada proses sintesis asam empedu dicurigai juga sebagai penyebab atresia biliaris.
Faktanya, asam empedu memang memiliki kontribusi yang besar terhadap kerusakan
hepatoseluler dan kerusakan ductus bilier pada semua pasien atresia biliaris. Namun tetap
saja, tidak ditemukan hubungan pasti antara kelainan pembentukan asam empedu dengan
peristiwa terbentukanya atresia biliaris. Beberapa peneliti lain berusaha mempelajari efek
agen potensial lain seperti teratogen dan faktor imunologis. Tapi lagi-lagi, belum ditemukan
hubungan yang jelas antara atresia biliaris dengan faktor-faktor tersebut.

Figure 3. Proposed pathways for pathogenesis of two forms of BA. Perinatal


BA may develop when a perinatal insult, such as a cholangiotropic viral
infection, triggers bile duct (BD) epithelial cell injury and exposure of self- or
neo-antigens that elicit a subsequent immune response. The resulting inammation induces
apoptosis and necrosis of extrahepatic BD epithelium resulting
in bro-obliteration of the lumen and obstruction of the BD. Intrahepatic bile
ducts may also be targets in the ongoing TH1 immune (autoimmune?) attack
and the cholestatic injury, resulting in progressive portal brosis culminating
in biliary cirrhosis. Embryonic BA may be the result of mutations in genes
controlling normal bile duct formation or differentiation, which secondarily
induces an inammatory/immune response within the common bile duct and
liver after the initiation of bile ow at approximately 1113 wk of gestation.
Secondary hepatocyte and intrahepatic bile duct injury ensue either as a result
of cholestatic injury or as targets for the immune (autoimmune?) response that
develops. The end result is intrahepatic cholestasis and portal tract brosis,
culminating in biliary cirrhosis. Other major factors may be the role played by
genetic predisposition to autoimmunity and modier genes that determine the
extent and type of cellular and immune response and the generation of brosis

Anda mungkin juga menyukai