Referat Anestesi
Referat Anestesi
PENDAHULUAN
Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blockade konduksi atau
blockade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang
transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestetik
local setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan
dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf. Semua obat anestetik
local baru adalah sebagai rekayasa obat lama yang dianggap masih mempunyai
kekurangan-kekurangan.1
Obat-obat anestetik lokal mempengaruhi semua sel tubuh, tapi mempunyai
predileksi khusus pada jaringan saraf. Pengaruh utamanya adalah memblok
hantaran saraf bila mengadakan kontak dengan suatu neuron. Obat anastetika local
bergabung dengan protoplasma saraf dan menghasilkan analgesia (blok hantaran
impuls nyeri) dangan mencegah terjadinya depolarisasi dengan cara menghambat
masuknya ion sodium (Na+). Sifat blok ini disebut nondepolarizing block.
Reaksi ini bersifat reversible dan fungsi fisiologis saraf tersebut akan kembali
sempurna seperti sediakala setelah blok berakhir.1
Intensitas dan luasnya blok analgesia tergantung dari tempat, volume total
dan konsentrasi obat anestetika local dan kemampuan penetrasi obat anestetika
local tersebut. Umumnya obat-obat anestetika local adalah hydrophilic amino
group yang bergabung dengan rantai lyphophilic aromatic residue. Obat
anestetika local adalah sintesis (kecuali kokain) mengandung nitrogen, bereaksi
basa dan rasanya pahit. Obat anestetika local merupakan garam hidroklorik atau
asam sulfirat. Garam ini membebaskan asam kuat namun iritasi jaringan minimal
karena kemampuan buffer yang kuat dari tubuh.2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Anestesi Regional atau anestesi lokal merupakan Penggunaan obat
analgetik lokal untuk menghambat hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri
dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversible) fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya dan dalam keadaan penderita tetap sadar.1
2.2 Klasifikasi
Anestesi local dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:2,3
1. Neurological blockade perifer
Anesthesia spinal
Anesthesia epidural
Sodium conductance
No action potential
Conduction blockade
2.4.2. Farmakodinamik
Onset, intensitas, dan durasi blokade saraf ditentukan oleh ukuran dan
lokasi anatomis saraf. Saluran Na+ penting pada sel otot yang bisa dieksitasi
seperti jantung. Efeknya terhadap saluran Na+ jantung adalah dasar terapi
anestetika lokal dalam terapi aritmia tertentu (biasanya yang dipakai lidokain).
Anestetika lokal umumnya kurang efektif pada jaringan yang terinfeksi dibanding
jaringan normal, karena biasanya infeksi mengakibatkan asidosis metabolik lokal,
dan menurunkan pH. 4,6
lebih murah.
Relatif aman untuk pasien yg tidak puasa (operasi emergency,
lambung penuh) karena penderita sadar sehingga resiko
aspirasi berkurang
Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
Perawatan post operasi lebih ringan/ murah
Kehilangan darah sedikit
belum selesai.
2.6 Toksisitas Pada Anestesi Lokal
Secara umum, toksisitas pada anestesi local mempengaruhi dua system
terpenting pada tubuh pasien, yaitu sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular
Toksisitas tersebut dapat terbagi dalam beberapa fase disertai gejalanya, antara
lain:,7,8,9
CARDIOVASCULAR SYSTEM
Initial phase
Initial phase
Circumoral paresthesia
Hypertension
Tinnitus
Tachycardia
during
CNS
excitatory
phase
Confusion
Excitatory phase
Intermediary phase
Convulsions
Myocardial depression
Decreased cardiac outp
Hypotension
Depressive phase
Terminal phase
Loss of consciousness
Peripheral vasodilatation
Coma
Severe hypotension
Respiratory depression
Sinus bradycardia
Conduction defects
Dysrhythmias
a. Sistem kardiovaskular
miokardial
dan
kecepatan
konduksi
ditekan
pada
10
ketika
menggunakan
posisi
litotomi
selama
berhubungan
dengan
pembedahan.
c. Peningkatan
neurotoksisitas
insidensi
derajat
yang
bermacam-macam
anestesi
11
12
tergantung
kepada
spesifikasi
obat
anestetik
local.
Lidocaine / Xylocaine
Prilocaine
Bupivacaine
Etidocaine
Ropivacaine
Levobupivacaine
13
Selatan. Daunnya
biasa
dikunyah
oleh
14
sedang denyut jantung bertambah karena perangsangan pusat simpatis dan efek
langsung pada sistem saraf simpatis. Tidak ada bukti bahwa kokain dapat
menambah kekuatan kontraksi otot. Hilangnya kelelahan disebabkan oleh
perangsangan sentral. Kokain mempunyai daya pirogen kuat. Kenaikan suhu
badan disebabkan oleh 3 faktor, yaitu : (1) penambahan aktivitas otot akan
meninggikan produksi panas; (2) vasokonstriksi menyebabkan berkurangnya
kehilangan panas; dan (3) efek langsung pada pusat pengatur suhu. Pada
keracunan kokain dapat terjadi pireksi.
Pada organ yang mendapat persarafan simpatis, kokain mengadakan
potensiasi respons terhadap norepinefrin, epinefrin, dan perangsangan saraf
simpatis.
Efek lokal kokain terpenting, yaitu kemampuannya untuk memblokade
konduksi saraf. Atas dasar efek ini, pada suatu masa kokain pernah digunakan
secara luas untuk tindakan di bidang optalmologi; tetapi kokain ini dapat
menyebabkan terkelupasnya epitel kornea. Atas dasar ini, dan adanya
kemungkinan penyalahgunaan obat, maka penggunaan kokain sekarang sangat
dibatasi untuk pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran napas atas.
FARMAKOKINETIK KOKAIN
Walaupun vasokonstriksi lokal menghambat absorpsi kokain, kecepatan
absorpsi masih melebihi kecepatan detoksikasi dan ekskresinya, sehingga kokain
sangat toksik. Ekskresi kokain di semua tempat termasuk selaput lendir.
Mengalami hidrolisis di usus dan detoksikasi di hati serta diekskresikan sebagian
kecil di urine dalam bentuk utuh.
INTOKSIKASI KOKAIN
Kokain sering menyebabkan keracunan akut. Gejala keracunan terutama
berhubungan dengan perangsangan SSP. Penderita mudah terangsang, gelisah,
banyak bicara,cemas, dan bingung. Refleks meningkat disertai sakit kepala, nadi
cepat, napas tidak teratur, dan suhu badan naik. Juga terjadi midriasis,
16
eksoftalmus, mual, muntah, sakit perut, dan kesemutan. Selanjutnya dapat timbul
delirium, pernapasan Cheyne-Stokes, kejang, penurunan kesadaran, dan akhirnya
kematian disebabkan oleh henti napas. Keracunan ini berlangsung cepat, mungkin
karena kecepatan absorpsi yang normal dan efek toksik pada jantung.
DOSIS
derivat-benzoat yang disintesa pada tahun 1905 (Einhorn) dengan sifat yang tidak
begitu toksik dibandingkan Kokain. Anestetik lokal dari kelompok ester ini
bekerja dengan durasi yang sangat singkat. Dalam tubuh zat ini dengan cepat dan
sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi dietilaminoetanol dan PABA
(asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja sulfonamida, sehingga
toksisitasnya di dalam vascular (sistemik) dapat minimal. Akan tetapi, resorpsi
Prokain di kulit buruk, karena itu, Prokain hanya digunakan sebagai injeksi dan
sering kali bersamaan dengan adrenalin untuk memperpanjang daya kerjanya.
Sebagai anestetik lokal, prokain sudah banyak digantikan oleh lidokain dengan
efek samping yang lebih ringan. 7,8
FARMAKODINAMIK PROKAIN
Pada penyuntikan prokain SK dengan dosis 100-800 mg, terjadi analgesia
umum ringan yang derajatnya berbanding lurus dengan dosis. Efek maksimal
berlangsung 10-20 menit, dan menghilang sesudah 60 menit. Efek ini mungkin
merupakan efek sentral, atau mungkin efek dari dietilaminoetanol, yaitu hasil
hidrolisis prokain, yang bersifat analgesik, antiaritmia, berefek anestetik lokal, dan
antipasmodik yang lebih lemah dari prokain. Prokain dan beberapa anestetik
lokal lain dalam badan, dihidrolisis menjadi PABA (Para Amino Benzoic Acid),
yang dapat menghambat daya kerja sulfonamid. Oleh karena itu, sebaiknya
17
prokain dan anestetik lokal derivat PABA lain tidak diberikan bersamaan dengan
terapi sulfonamid. Anestetik lokal bukan derivat PABA tidak menghambat kerja
sulfonamid.
FARMAKOKINETIK PROKAIN
Absorpsi berlangsung cepat dari tempat suntikan dan untuk memperlambat
absorpsi perlu ditambahkan vasokonstriktor. Sesudah diabsorpsi, prokain cepat
dihidrolisis oleh esterase dalam plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol.
INTOKSIKASI
Absorpsi
prokain
diperlambat
dengan
vasokonstriktor,
sehingga
toksisitasnya menjadi jauh lebih ringan. Hasil hidrolisis prokain tidak toksik.
INDIKASI
Prokain digunakan secara suntikan untuk anestesi infiltrasi, blokade saraf,
epidural,kaudal, dan spinal.
EFEK SAMPING
Efek samping yang serius adalah hipertensi, yang kadang-kadang pada
dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian, serta reaksi alergi
terhadap sediaan kombinasi prokain-penisilin. Berlainan dengan kokain zat ini
tidak memberikan adiksi. Reaksi alergi ini dapat juga terjadi karena pemakaian
secara berulang preparat Prokain bagi tubuh.
DOSIS
c. Tetrakain
Tetrakain (Pontocaine) adalah obat anestesi lokal yang biasanya digunakan
sebagai obat untuk diagnosis atau terapi pembedahan. Akan tetapi, penelitian pada
hewan menunjukkan efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau
lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian
pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
18
Selain itu, Tetrakain yang potensiasinya lebih tinggi dibandingkan dengan dua
obat anestesi local golongan ester lainnya ini memiliki efek samping berupa rasa
seperti tersengat. Namun, efek ini tidak membuat Tetrakain jarang digunakan, hal
ini karena salah satu kelebihannya adalah tidak menyebabkan midriasis. Tetrakain
biasanya digunakan untuk anestesi pada pembedahan mata, telinga, hidung,
tenggorok, rectum, dan dan kulit.7,8 Berkhasiat 10 kali lebih kuat
daripada prokain, tapi juga 10 kali lebih toksik daripada prokain.
Lebih disukai digunakan sebagai anestesi permukaan. Dosis tunggal maksimum
sebesar 20 mg. Sangat cepat diabsorpsi dari membran mukosa yang terluka,
sehingga terdapat bahaya keracunan absorpsi.
Salah satu anastetik lokal yang dapat digunakan secara topikal pada mata
adalah Tetrakain Hidroklorida.
DOSIS
Untuk Pemakaian topikal pada mata digunakan larutan Tetrakain
Hidroklorida 0,5%. Kecepatan anastetik Tetrakain Hidroklorida 25 detik dengan
durasi aksinya selama 15 menit atau lebih.
2.7.2. Obat Anestesi Golongan Amide
a. Lidocaine
Lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat ( potensi bagus ) yang
digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesia terjadi
lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada yang ditimbulkan
oleh
prokain.
Pada
konsentrasi
yang
sebanding.
Lidokain
merupakan
19
20
21
b. Etidokain
Indikasi pemberian suntikan Duranest (etidocaine HCl) adalah untuk
anasesi infiltrasi, perpheral nerve blok (pada Brachial Plexus, intercostals,
retrobulbar, ulnar dan inferior alveolar) dan pusat neural blok (Lumbar atau
Caudal epidural blok). 10,11
Efek samping pada Sistem kardiovaskular biasanya bradikardi, pembuluh
darah kolaps, dan berbagai macam penyakit cardiac, reaksi alergi berupa lesi
cutaneus, urticaria, edema atau reaksi anafilaktik.
c. Levobupivacaine
Levobupivacaine adalah obat anestesi lokal yang mengandung gugus asam
amino sehingga termasuk dalam golongan amid (CONH-) yang memiliki atom
karbon asimetrik dan isomir Levo(-). Ini merupakan entiomer-S dari bupivacaine.
Levobupivakain memiliki pKa 8,1. Peningkatan pH akan meningkatkan molekul
basa bebas, molekul bebas melintasi membran akson dengan mudah dan beraksi
lebih cepat. Ikatan dengan protein lebih dari 97% terutama pada asam 1
glikoprotein dibandingkan pada albumin. Pada pasien hipoproteinemi, sindrom
nefrotik, kurang kalori protein, bayi baru lahir dengan sedikit kadar protein,
menyebabkan kadar obat bebas dalam plasma tinggi sehingga efek toksik terlihat
pada dosis rendah.9
Jika dibandingkan dengan buvicaine, levobupivacaine menyebabkan lebih
sedikit vasodilatasi dan memiliki duration of action yang lebih panjang yaitu
sekitar 8 jam. Obat ini memiliki sekitar 13 persen daya potensil (melalui
molaritas) lebih rendah daripada golongan buvicaine. 6
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
22
sebagi
analgesia
pada
anak-anak.6
Levobupivacaine
EFEK SAMPING
Jarang terjadi reaksi efek samping jika pemberian obat ini benar. Beberapa
efek samping yang terjadi berhubungan dengan teknik pemberian (dihasilkan pada
systemic exposure) atau efek farmakologikal dari anestesi yang diberikan, tetapi
reaksi alergi jarang terjadi.Systemic exposure untuk jumlah yang berlebih dari
buvicaine terutam dihasilkan di sistem saraf pusat (CNS) dan efek kardiovaskular.
23
Efek CNS biasanya terjadi pada konsentrasi pembuluh darah yang lebih
rendah, sementara efek kardiovaskuler tambahan terdapat pada konsentrasi yang
lebih tinggi, sebelumnya Kolaps cardiovaskular dapat juga terjadi dengan
konsentrasi yang rendah. 6
Efek CNS meliputi eksitasi CNS (gelisah, gatal disekitar mlut, tinitus,
tremor, pusing, penglihatan kabur, seizure) dan diikuti oleh depresi (perasaan
kantik,
kehialngan
kesadran,
penurunan
pernafasan
dan
apnea).
Efek
EFEK SAMPING
Efek samping ropivakain mirip dengan efek samping anastetik lokal
kelompok amida lainnya. Reaksi efek samping anastetik lokal kelompok amida
terutama berkaitan dengan kadarnyan dalam plasma yang berlebihan, yang dapat
terjadi apabila melebihi dosis, jarum suntik masuk ke dalam pembuluh darah
tanpa sengaja atau jika metaolisme obat tersebut dalam tubuh lambat. 6,11
Kejadian tentang efek sampingnya telah dilaporkan berdasarkan penelitian
klinik yang telah dilakukan di amerika serikat dan negara-negara lainnya. Obat
yang dijadikan acuan biasanya adalah bupivakain. Penelitian tersebut meggunakan
bermacam-macam obat premedikasi, sedasi dan prosedur pembedahan. Sebanyak
3988 pasien diberikan naropin dengan konsentrasi sampai 1% dalam percobaan
24
klinik. Setiap pasien dihitung sekali untuk setiap jenis reaksi efek smaping yang
dialaminya.10
Efek samping akut yang paling sering dijumpai dan memerlukan
penanganan yang cepat adalah efek sampingnya pada sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem kardiovaskuler. Reaksi efek samping ini pada umumnya tergantung
pada dosis dan disebabkan oleh kadar obat dalam plasma yang tinggi yang bisa
terjadi karena over dosis, absorbsi (penyerapan) obat terlalu cepat dari tempat
suntikan, rendahnya toleransi pasien terhadap obat, atau apabila jarum suntik
anastesi lokal masuk ke dalam pembuluh darah. 11
Di samping toksisitas sistemiknya yang tergantung pada dosis, masuknya
obat ke dalam subaraknoid secara tidak sengaja ketika melakukan blok epidural
melalui lumbal (tulang punggung) , atau ketika melakukan blok saraf di dekat
kolumna vertebra (khususnya di bagian kepala dan dibagian leher), dapat
mengakibatkan depresi pernafasan dan apnea (sesak nafas) total atau apnea sesuai
tingkat saraf spinal yang mengontrol pernafasan. Juga dapat terjadi hipotensi
karena berkurangnya tonus (kekuatan) saraf simpati atau para lisis respirasi
(kelumpuhan otot-otot pernafasan) serta hipoventilasi karena obat anastetik
mencapai tingkatan saraf motorik di kepala. Keadaan ini dapat memicu henti
jantung apabila tidak ditangani dengan segera. 8,11
Faktor-faktor yang mempengaruhi ikatan obat dengan protein plasma
misanya asidosis, penyakit sistemik yang dapat mengubah produksi protein dalam
tubuh, atau kompetensi dengan obat-obat lainnya untuk berikatan dengan protein,
dapat menurunkan toleransi (daya terima terhadap obat) seorang pasien.
Pemberian naropin secara epidural pada beberapa kasus seperti halnya pemberian
obat-obat anastesi lainnya dapat meningkatkan suhu tubuh secara mendadak diatas
38,5oC. ini paling sering terjadi apabila dosis naropin diatas 16mg/jam.
Efek samping pada sistem saraf ditandai dengan kegelisahan dan depresi.
Ketegangan, kecemasan, pusing, telinga berdengung (tinitus), penguatan kabur,
atau tremor (bergetar) dapat terjadi dan bahkan dapat menimbulkan komvulsi
25
(kejang otot). Akan tetapi, kegelisahan dapat terjadi mendadak atau bisajuga tidak
terjadi, dimana reaksi efek samping hanya berupa depresi. Depresi ini bisa
berlanjut menjadi rasa kantuk dan akhirnya kesadaran pasien hilang dan terjadi
henti nafas. Efek samping lainnya pada sistem saraf pusat adalah nausea (mual),
muntah menggigil, dan konstriksi pupil (pupil mata menyempit). 11
Dosis tinggi atau masuknya jarum suntik kedalam pembuluh darah dapat
menyebabkan kadar obat dalam plasma meningkat sehingga mengakibatkan
depresi otot jantung (jantung menjadi lemah), darah yang dipompa jantung
berkurang, hambatan konduksi saraf pada jantung, hipotensi, bradikardi (denyut
nadi kurang 60 kali/menit), aritmia ventrikular (denyut jantung tidak berirama),
yaitu takikardi ventrikel (denyut jantung diatas 100 kali/ menit) dan vibrilasi
atrium (jantung berdebar) dan bahkan henti jantung (oleh karena itu, perlu
diperhatikan catatan peringatan, pencegahan, dan overdosis pada label obat).
Pada penggunaan naropin injeksi, jarang terjadi reaksi alergi tetapi bisa
saja terjadi jika pasien terlalu sensitif terhadap obat anestesi lokal (perhatikan
peringatan pada label obat). Reaksi efek samping alergi ditandai dengan gejalagejala berupa urtikaria (kulit bengkak merah), pruritus (gatal-gatal), eritema (kulit
merah-merah), udem angioneurotik (misalnya udem laring), takikardi, bersinbersin, mual, muntah, pusing, sinkop (pingsan), keringatan, badan panas dan
bahkan reaksi anapilaksis (termaksuk hipotensi berat). Sensistifitas silang antar
obat anestesi lokal kelompok amida pernah terjadi.
7,8
e. Bupivacaine
Struktur mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin dan
butyl piperidin. Bupivakain berikatan dengan bagian intracellular dari kanal
sodium dan menutup sodium influk kedalam sel saraf. Merupakan anestetik lokal
yang mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blockade terhadap
sensorik lebih besar daripada motorik. Karena efek ini bupivakain lebih popular
digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa
pascapembedahan. Suatu penelitian menunjukan bahwa bupivakain dapat
26
mengurangi
dosis
penggunaan
morfin
dalam
mengontrol
nyeri
pada
28
(20 mg) akan menghasilkan konsentrasi plasma < 0,1 mg/ml. Bupivacaine
dimetabolisir oleh hepar menjadi 2,6 pipecolylxylidine serta derivetnya, hanya 6%
yang diekskresikan dalam bentuk yang tak berubah (Aninom, 1999).Bupivacaine
dapat menembus plasenta. Karena ikatan protein pada fetus kurang dibandingkan
ibu, maka konsentrasi total plasma akan lebih tinggi pada ibu, walaupun
konsentrasi obat bebas plasma. Konsentrasi efektif minimal 0,125%. Mula kerja
lebih lambat dibanding lidokain,tetapi lama kerja sampai 8 jam. Setelah suntikan
kudal, epidural, atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 45 menit,
kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8 jam.
DOSIS
Untuk anestesa spinal 0,5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.
f. Prilocaine
Walaupun merupakan devirat toluidin, agen anestesi lokal tipe amida ini
pada dasarnya mempunyai formula kimiawi dan farmakologi yang mirip dengan
lignokain
dan
mepivakain. Anestetik
lokal
golongan
amida
ini
efek
farmakologiknya mirip lidokain, tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama
daripada lidokain. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain. Sifat
toksik yang unik ialah prilokain dapat menimbulkan methemoglobinemia; hal ini
disebabkan oleh kedua metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitrosotoluidin. Walaupun methemoglobinemia ini mudah diatasi dengan pemberian birumetilen intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB larutan 1 % dalam waktu 5 menit;
namun efek terapeutiknya hanya berlangsung sebentar, sebab biru metilen sudah
mengalami bersihan, sebelum semua methemoglobin sempat diubah menjadi Hb.
29
10,11
30
2.8 Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak
digunakan
1. Anestesi permukaan.
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh
dokter gigi untuk mencabut geraham atau oleh dokter keluarga untuk
pembedahan kecil seperti menjahit luka di kulit. Sediaan ini aman dan
pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan luka.
2. Anestesi Infiltrasi.
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi
pada atau sekitar jaringan yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan
hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya
daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).
31
3. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun
untuk tujuan diagnostik dan terapi.
4. Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari
kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini
bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai
bawah.
32
5. Anestesi Epidural
Anestesi
epidural
(blokade
subarakhnoid
atau
intratekal)
disuntikkan di ruang epidural yakni ruang antara kedua selaput keras dari
sumsum belakang.
33
6. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan
melalui tempat yang berbeda yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui
hiatus skralis.
34
oksigenasi adekuat
sama sekali.14
Laju IVFD ditingkatkan sampai dua kali lipat sampai 0,5
pengobatan.
Intralipid adalah lipid emulsi yang terdiri dari minyak kacang kedelai, glycerol,
dan phospholipi telur. Intralipid biasanya digunakan sebagai bahan lemak untuk
nutrisi total parenteral (TPN) dan sebagai pelarut propofol. Intralipid telah
dibuktikan keefektifannya sebagai antidot dari kolaps kardiovaskular yag
disebabkan oleh toksisitas anestesi lokal.15,16 Intralipid bertindak sebagai lemak
35
yang larut dalam sirkulasi, mengusir anestesi lokal dari plasma dan berikatan
dengan anestesi lokal sehingga tidak ada lagi fraksi bebas anestesi lokal yang bisa
berikatan dengan reseptor. Konsentrasi tinggi lipid dapat mencegah influks lipud
kedalam myocyte jantung dengan cara lemak dengan mudah meliputi blokade
anestesi lokal dari LCAT enzim, meningkatkan pasokan FFA di mitokondria
sehingga meningkatkan produksi ATP, yang mana dapat meningkatkan kepekaan
myocardium terhadap resusitasi.
36
BAB 3
KESIMPULAN
(Nerve Block ), Infiltrasi local dan anestesi intravena regional atau dapat
dibagi menjadi neurological blockade perifer dan sentral
3. Inti dari mekanisme kerja dari anestesi local adalah menghambat kanal
Natrium
4. Anestesi regional memiliki keuntungan maupun kerugian dibandingkan
anestesi general
5. Salah satu kerugian dari anestesi regional adalah dapat menimbulkan
toksisitas baik sistemik yang melibatkan CNS dan CVS maupun toksisitas
local
6. Obat obat yang digunakan dalam anestesi local dapat dibagi dalam dua
golongan besar yaitu golongan ester dan golongan amide dengan
karakteristik masing masing
7. Neurological blockade sentral dapat dibagi ke dalam dua golongan besar
yaitu anestesi spinal dan anestesi epidural dengan karakteristik dan
kegunaan masing masing.
38
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
6.
7.
39
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
40