Gizi Buruk II Hal 1 13 Ok1
Gizi Buruk II Hal 1 13 Ok1
39
Ind
t
Sumber Foto :
Training course on the Management of Severe Malnutrition WHO
Foto no : 26, 27, 28, 29
KATA PENGANTAR
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari 5,4%
tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih relatif besar, oleh karena itu diperlukan tenaga
yang mampu mengatasi kasus gizi buruk secara cepat, tepat dan profesional yang diikuti dengan penyiapan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk menyiapkan tenaga
kesehatan terampil seperti yang diharapkan selain memberikan peningkatan kapasitas juga diperlukan panduan tatalaksana gizi buruk yang akan digunakan tenaga kesehatan
dalam melakukan penanggulangan gizi buruk oleh tim asuhan gizi (dokter, perawat, dan ahli gizi).
Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam menangani kasus gizi buruk telah disusun pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk yang terdiri
dari 2 buku, yaitu: Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dan Petunjuk Teknik Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II) yang diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi tenaga kesehatan, dalam penanggulangan kasus gizi buruk di Indonesia.
Dalam Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dijelaskan tentang alur pelayanan dan tindakan kepada kasus gizi buruk secara berurutan yang merupakan rujukan
dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain 10 Langkah Tatalaksana Gizi Buruk, dalam buku bagan ini juga diperkenalkan 5 Langkah Rencana Pengobatan Anak
Gizi Buruk. Sedangkan dalam Buku Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku II) menjelaskan lebih rinci tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengobatan
(asuhan medik) dan perawatan (asuhan keperawatan) serta terapi gizi medis (asuhan gizi).
Kedua buku tersebut disusun lebih praktis berupa prosedur pelayanan, sehingga diharapkan lebih mudah dipahami. Walalupun kedua buku tersebut di desain untuk
pembelajaran mandiri, namun untuk, menerapkan tatalaksana anak gizi buruk secara baik dan benar dianjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan bagi dokter, perawat/bidan
dan nutrisionis.
Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (Buku I) dan Petunjuk Teknis Anak Gizi Buruk (Buku II) dicetak pertama kali pada tahun 2003, kemudian dicetak ulang pada
tahun 2005, 2006, 2007, 2009 dan cetak ulang kembali pada tahun 2011 setelah diadakan revisi. Pada cetakan ke 6 ini, Buku I dan Buku II dilengkapi dengan standar,
modul TOT Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
KES
I A NJakarta,
E
H 2011
Direktur Bina Gizi
deral
rat Jen
Direkto n Kesehatan
i da
Bina Giz an Anak
Ibu d
RE
ES
IA
KEME
ER
AN
AT
NT
Semoga buku ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya yang bekerja di Rumah Sakit, Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lain.
UB
Dr. Minarto,
N MPS
LIK IN D O
Contoh
-
Sumber : WHO, 2009, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Teruskan terapi TB
rujuk ke RS untuk evaluasi lebih lanjut
Berat Badan
(kg)
2 bulan
RHZ (75/50/150)
4 bulan
RH (75/50)
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 32
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet
1 tablet
2 tablet
3 tablet
4 tablet
Pada anak penderita gizi buruk yang tinggal di daerah risiko tinggi malaria atau ada
riwayat kunjungan ke daerah risiko tinggi malaria (dapat dilihat pada lampiran 9)
agar diperiksa tanda/gejala klinis malaria, sebagai berikut :
demam (teraba panas, suhu 37,5 C atau lebih)
menggigil dan berkeringat
renjatan (syok)
kaku kuduk atau kejang
kesulitan nafas
ikterik
perdarahan
Apabila ditemukan hal-hal tersebut diatas, maka dilakukan pemeriksaan darah malaria
(dengan mikroskop atau dengan uji reaksi cepat/Rapid Diagostic Test/RDT)
Anak Gizi Buruk yang menderita malaria berat (malaria serebral), segera ditransfusi
dengan packed red cell 10 ml/kgBB/3-4 jam, tidak diberikan furosemid sebelum transfusi,
karena penderita malaria umumnya terjadi hipovolemia. Obat anti malaria diberikan
secara intravena.
Pemberian Fe atau sirup besi tetap setelah 2 minggu (Fase Rehabilitasi), namun harus
diperhatikan bahwa anemia pada penderita bukan karena kurang Fe tetapi karena
pecahnya sel darah merah (hemolisis).
Obat antimalaria Primakuin tidak boleh diberikan pada anak umur kurang dari 1 tahun.
Untuk pemberian Artemisinin Based Combination Therapy (ACT) perlu dijelaskan pada
ibu agar mengamati anak selama 30 menit sesudah pemberian ACT. Jika dalam waktu
30 menit anak muntah, ulangi pemberian ACT dan ibu diminta kembali ke Puskesmas/
Rumah Sakit untuk mendaptkan tablet tambahan/pengganti. Selain itu dijelaskan
kemungkinan timbul gatal-gatal setelah pemberian obat.
ACT yang dipakai adalah kombinasi Artesunat - Amodiakuin diberikan sekaligus.
Bila tidak diberikan sekaligus maka jarak pemberiannya tidak boleh lebih dari 30 menit,
karena akan mempengaruhi kerja obat. Amodiakuin lebih dahulu diberikan,
baru kemudian Artesunat.
Untuk dosis Artesunat dan Amodiakuin dianjurkan dihitung berdasarkan berat badan.
Untuk mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu tubuh, dapat diberikan parasetamol
terutama pada anak yang demam tinggi (suhu 38,5 C) atau nyeri telinga.
Hari
Hari
Jenis obat
Jenis obat
> 15 th
Hari
Jenis obat
0-2
bulan
2
3
4-14
Artesunate
Amodiakuin
Primakuin
Artesunate
Amodiakuin
Artesunate
Amodiakuin
Primakuin
2 - 11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10 - 14
tahun
> 15
tahun
1/4
1/2
1/4
1/2
*)
*)
1/4
1/2
1/4
1/2
1/4
1/2
1/4
1/2
1/4
1/2
3/4
*) semua pasien (kecuali ibu hamil dan anak usia < 1 tahun) diberikan tablet primakuin
Hari
HI - 7
Kina
*)
*)
H I - 14
Primakuin
3x
1/2
3x1
3 x 1 1/2
3x3
1/2
3/4
1/4
0-1
bulan
2 - 11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10 - 14
tahun
> 15
tahun
1/2
1,5
3-4
3/4
1 1/2
2-3
1/2
1,5
3-4
1/4
DHP
1
Jenis obat
Primakuin
2-3
DHP
1/4
Dihydroartemisinin : 2 - 4 mg/kgBB
Piperaquin
: 16 - 32 mg/kgBB
Primakuin
: 0,75 mg/kgBB
1
2
3
4 - 14
Klorokuin
1/4
1/2
Primakuin
1/2
1 1/2
Klorokuin
1/4
1/2
3-4
Primakuin
1/2
1 1/2
Klorokuin
1/8
1/4
1/2
1 1/2
Primakuin
1/2
1 1/2
Primakuin
1/2
1 1/2
3-4
H1
H2
H3
Jenis obat
Alternatif
2
Pengobatan Lini 2:
Plasmodium falciparum tanpa komplikasi
Obat
Kina
Tetracycline 250 mg
Primakuin
Kina
Doxycycline
Primakuin
II
III
3x2
4x1
3
3x2
2x1
3
3x2
4x1
3x2
2x1
-
3x2
4x1
3x2
2x1
-
1 - 4 th
5 - 9 th
10 - 14 th
> 15 th
*Artesunate
**Amodiaquine
Primaquin
3/4
1/2
2-3
*Artesunate
**Amodiaquine
*Artesunate
**Amodiaquine
Hari
IV
3x2
4x1
3x2
2x1
-
VI
VII
3x2
4x1
3x2
2x1
-
3x2
4x1
3x2
2x1
-
3x2
4x1
3x2
2x1
-
Jenis obat
AMO/
Hari
1-3
2 - 11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10 - 14
tahun
> 15
tahun
1/4
1/2
1,5
3-4
1/4
1/2
3/4
DHP
Primakuin
Hari
1-14
Dihydroartemisinin : 2 - 4 mg/kgBB
Piperaquin
: 16 - 32 mg/kgBB
Primakuin
: 0,25 mg/kgBB
Jenis obat
2 - 11
bl
Hari-7
Kina
*)
*)
Hari-14
Primakuin
1 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14
th
3x
1/2
1/4
> 15 th
3x1
3 x 1 1/2
3x2
1/2
3/4
Pengobatan lini 1 :
MALARIA BERAT
Di RS atau rawat inap:
- Artesunate injeksi intra vena:
Hari 1
: 2,4 mg/KgBB/hari
Hari II-VII : 2,4 mg/KgBB/hari
- Bila sudah bisa minum dilanjutkan dengan obat ACT selama 3 hari.
Dilapangan:
- Artemer injeksi intra muscular:
Hari 1
: 3,2 mg/KgBB/hari
Hari II-V
: 1,6 mg/KgBB/hari
- Bila sudah bisa minum dilanjutkan dengan obat ACT selama 3 hari.
Pengobatan lini 2 :
MALARIA BERAT
Di RS atau rawat inap:
- Kina HC1 25 % yang dilarutkan dalam NaCl 0,9 % atau Dextrosa 5 %
diberikan per infus dengan dosis :
10 mg/KgBB/4 jam setiap 8 jam
Total dosis kina 30 mg/KgBB/24 jam
Di lapangan:
- Kina HC1 25 % yang dilarutkan dalam NaCl 0,9 % atau Dextrosa 5 %
diberikan intra muscular:
10 mg/KgBB/4 jam setiap 8 jam
Total dosis kina 30 mg/KgBB/24 jam
Bila bisa minum obat dilanjutkan dengan Kina tab. + Doxy/tetra kapsul selama 7 hari
PENCEGAHAN
Salah satu tindakan pencegahan gigitan nyamuk penular malaria untuk anak dan ibu hamil
adalah dengan tidur menggunakan kelambu. Dianjurkan adalah kelambu berinsektisida tahan
lama (Long Lasting Insectisida Nets/LLIN). Disamping itu tindakan pencegahan
lain adalah dengan pemasangan kassa nyamuk, pemakaian lotion anti nyamuk,
memakai pakaian tertutup, penyemprotan dan lain-lain.
Sumber :
Buku Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI, 2008
Untuk Pengobatan Malaria Berat dilihat pada buku Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia
(Ditjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI, 2008 )