Anda di halaman 1dari 3

Hatta Gusnadi Putra

1106847086
Architecture International

Kejadian Rohaniah Manusia


Manusia merupakan makhluk yang diberikan kemuliaan oleh Allah dan ciptaan Allah
SWT yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Hal ini dapat dilihat dari aspek
fisik dan aspek kerohanian manusia yang sangat kompleks dan sempurna. Terdapat
dua unsur yang membentuk diri manusia yaitu unsur rohani (roh) dan jasmani
(jasad). Paduan dua unsur ini membentuk manusia yang sempurna kejadiannya. Jika
dilihat dari aspek kejadian rohaniah, manusia memiliki ruh yang hanya ada pada
manusia dan tidak diberikan pada makhluk lain.
Ruh merupakan bagian dalam diri manusia yang membedakannya dengan binatang
atau makhluk lain. Di dalam ruh terdapat potensi yang luar biasa dan menjadikan
manusia makhluk mulia jika ia mau menggunakannya. Potensi-potensi tersebut
antara lain potensi akal, fikiran dan kalbu. Dengan ketiga potensi tersebut, manusia
dapat menjadi makhluk yang berilmu, berbudaya dan berperadaban. Dengan
adanya akal, fikiran dan kalbu, manusia dapat memiliki berbagai ilmu yang
diberikan Allah SWT sehingga ia mampu menjadi khalifah di bumi.
Manusia (Al-insan) memiliki Al-nafs. Di dalam Al-nafs terdapat Ar-ruh, di dalam Arruh terdapat Al-qalb dan di dalam Al-qalb terdapat Al-aql dan Al-dzauq. Aspek-aspek
tersebut merupakan hakikat dari dalam diri manusia.
Al-Nafs
Al-nafs disebut juga nyawa/jiwa, yaitu sesuatu yang menjadikan makhluk itu hidup.
Jiwa adalah organ rohani yang besar pengaruhnya dan yang paling banyak
mengeluarkan instruksi pada jasmani (raga) untuk berbuat/bertindak.Sedangkan
menurut ahli tasawuf, al-nafs adalah potensi yang mendorong manusia bersikap
marah dan memperturutkan hawa nafsu, potensi yang terhimpun dari sikap-sikap
tercela sehingga harus dipatahkan.
Ar-Ruh
Sedangkan mengenai pengertian Ar-ruh, terdapat banyak perbedaan pendapat di
antara para ahli. Sebagian ahli berpendapat bahwa ruh adalah kehidupan. Sebagian
yang lain menyebutnya sebagai entitas-entitas yang dititipkan dalam wadah-wadah

khusus, bersifat lembut dan dialiri oleh Allah dengan gerak kehidupan, sehingga
badan manusia menjadi hidup selama ruh itu masih menetap di dalamnya.

Al-Qalb
Qalbu berasal dari kata qalaba yaqalibu qalban yang berarti merubah, membalik
atau membolak-balik. Menurut Al Ghazali qalbu secara fisik berarti segumpal daging
yang berbentuk bulat panjang, terletak di rongga dada sebelah kiri, sedangkan arti
kedua qalbu berarti sesuatu yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu
hakikat manusia sebagai makhluk berilmu, berpengetahuan dan arif sehingga
ditugaskan menjadi seorang khalifah di bumi.
Berdasarkan kondisinya, qalbu dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Qalbu yang sehat dan bersih (hati yang suci) dari setiap hawa nafsu yang
menentang perintah Allah SWT. Hati ini murni mengabdi pada Allah SWT.
2. Qalbu yang mati, ia tidak mengenal Tuhan-Nya, tidak menyembah-Nya
dan tidak mencintai ridho-Nya.
3. Qalbu yang tercampur. Orang yang memiliki qalbu ini terkadang
menjalankan perintah Allah SWT, tetapi kadang pula ia mengabaikan
perintah-Nya.
4. Qalbu yang hanya terikat pada jasad atau penampilannya. Orang yang
memilikinya biasanya terlalu mencintai dunia, pandangan batinnya tertipu
oleh nilai-nilai estetika fisik tanpa melihat hakikatnya.
Qalbu akan tetap bersih apabila selalu dijaga kesuciannya dengan menjalankan
perintah-Nya dalam mengharap ridho-Nya. Sebaliknya, qalbu akan menjadi kotor
dan hitam jika manusia hanya menuruti hawa nafsu dan menganggap segala yang
dilakukannya benar. Sedangkan hati munafik adalah hati yang tampak saleh di luar,
namun sebenarnya batinnya tertipu nilai-nilai estetik fisik dan mengabaikan
hakikatnya sehingga belum tentu meyakini Allah SWT.
Al-Aql dan Al-Dzauq
Qalbu memiliki potensi akal dan dzauq. Akal berasal dari bahasa Arab aqala yaqilu
aqlan yang secara sederhana berari memahami atau mengerti. Akal merupakan
daya yang terdapat pada diri manusia yang dapat menahan pemiliknya dari
perbuatan buruk dan berfungsi untuk membedakan mana yang baik dan yang
buruk. Berbeda dengan fikiran yang merupakan bagian dari aktifitas akal yang

mengarah pada pemikiran rasional. Manusia yang berakal dapat menyeimbangkan


antara penggunaan rasa dan logika, sehingga dapat menghasilkan kebijaksanaan
pada diri manusia. Menimbang baik dan buruk tidak hanya mengandalkan rasio,
tetapi juga harus mempertimbangkan rasa. Akal juga merupakan aspek penting
dalam manusia karena akal merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah AlQuran dan hadits, yang disebut dengan ijtihad.
Al-Dzauq merupakan sebagian potensi qalbu yang berperan dalam mempertajam
rasa, dzauq dikembangkan menjadi al-syaghaf kemudian al-shirr (rahasia-rahasia).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan Al-nafs, Ar-ruh, Al-qalb, Al-aql,
dan Al-dzauq memiliki pengertian secara Bahasa dan makna yang berbeda-beda.
Namun, semuanya mengarah pada pengertian yang hakiki yaitu hakekat manusia.
Dengan aspek kejadian rohaniah manusia yang sangat sempurna seharusnya
manusia semakin mengimani Allah SWT yang Maha Pencipta. Apalagi, manusia
dikaruniai akal yang membedakannya dari binatang atau makhluk lain. Dengan
adanya potensi-potensi tersebut, manusia seharusnya bisa menjalankan tugasnya
sebagai khalifah di bumi dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
Allah SWT.

Daftar Pustaka

Kosasih, Aceng. Konsep Manusia Utuh dalam Pendidikan Umum. Universitas


Pendidikan Indonesia.
Mubarak, Zakky. 2007. Menjadi Cendekiawan Muslim. Jakarta: PT Magenta
Bhakti Guna.
Naghfir dan Kholisoh. 2010. Unsur Rohani Manusia:Nafs, Akal, Qolb Dan Ruh.
Semarang: IAIN Walisongo.

Anda mungkin juga menyukai