Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan
No. RM
Tgl. Pemeriksaan

: Tn. A
: Laki-laki
: 76 tahun
: Kelayan A
: tukang ojek
: 107
: 23 desember 2013

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
: Mata kiri tidak dapat melihat
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik mata RSUD Ulin dengan keluhan utama mata kiri
tidak dapat melihat. Keluhan dirasa sejak 1 tahun yang lalu dan memberat 2-3 bulan
terakhir. Penurunan penglihatan terjadi secara perlahan, awalnya pasien masih dapat
melihat dengan kedua mata, namun terlihat berbayang pada mata sebelah kiri.
Sekarang pasien merasa pada penglihatannya terhalang kabut putih tebal sehingga
tidak dapat melihat sama sekali. Pasien juga mengeluhkan mata silau pada sebelah
kiri. Selain keluhan tersebut, tidak ada keluhan lain seperti merah, berair,
mengeluarkan sekret, melihat lingkaran pelangi saat melihat lampu, maupun rasa
mengganjal. Tidak ada keluhan pada mata sebelah kanan. Pasien juga mengaku tidak
mual dan muntah serta tidak memiliki penyakit diabetes maupun hipertensi.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan mata (kabur,nyeri,merah,dll) sebelumnya : (-)
Riwayat Diabetes Melitus
: (-)
Riwayat hipertensi
: (-)
Riwayat penggunaan kacamata
: (-)
Riwayat trauma pada mata
: (-)
Riwayat penggunaan steroid jangka lama
: (-)
Riwayat alergi makanan dan obat
: (-)
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa
Riwayat Hipertensi
Riwayat Cancer

: (-)
: (-)
: (-)
1

Riwayat Diabetes Melitus


Riwayat alergi

C. Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi Rate

: (-)
: (-)

: compos mentis
: 130/90 mmHg.
: 88x/menit.
: 36,7oC.
: 20x/ menit

D. Status Oftalmologi
Pemeriksaan

VISUS
PALPEBRA

BULBUS OKULI

KONJUNGTIVA

SCLERA
KORNEA
COA
IRIS & PUPIL

Okuli sinistra

Okuli dextra

1/~
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Hiperemis (+, minimal)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (+)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)
Warna keruh kekuningan
Arcus senilis (+)
Permukaaan licin (+)
Edema (-)
Dangkal, jernih
Iris normal, pupil sentral,

5/24
Edema superior (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-)
Ekropion (-)
Entopion (-)
Gerak mata normal
Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-)
Strabismus (-)
Hiperemis (-)
Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-)
Secret (-)
Warna putih keruh
Arcus senilis (+)
Permukaaan licin (+)
Edema (-)
Dangkal, jernih
Iris normal, pupil sentral,

diameter 3mm, reflek cahaya diameter 3mm, reflek cahaya


LENSA
FUNDUS MEDIA

direk/indirek (+/+)
Keruh padat
Sulit dievaluasi

direk/indirek (+/+)
Jernih
Sulit dievaluasi
2

PAPIL
MAKULA
RETINA
TIO
Proyeksi
dan

Sulit dievaluasi
& Sulit dievaluasi
N
SINAR Baik

Sulit dievaluasi
Sulit dievaluasi
N
Baik

Proyeksi

Warna
SHADOW TEST

Negative

Positif

E. Diagnosis Banding (berdasarkan penurunan visus dan leukokoria)


OS katarak sinilis
OS katarak komplikata
F. Diagnosis Kerja
OS katarak senilis matur
G. Penatalaksanaan
1. Katarak Senilis Matur
Dilakukan rencana operasi :
Extra Capsular Cataract Extraction (ECEC) + IOL (Intra Okuler Lens).
Phacoemulsifikasi + IOL (Intra Okuler Lens)
H. Prognosis
Quo
Ad Vitam
Ad cosmetican
Ad fungsionam
Ad visam

Okuli Dextra
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam

Okuli Sinistra
ad bonam
ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur biconvex, avaskular, tidak bewarna, dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. lensa tergantung pada zonula
dibelakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus cilliare. Disebelah anterior lensa
terdapat aquos humor, disebelah posteriornya vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane
semipermeabel (sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler) yang melewatkan air dan
elekrolit untuk makanannya.1,2
Lensa terdiri dari kapsul lensa, nucleus dan korteks lensa. Kapsul lensa merupakan
membrane basalis elastic yang dihasilkan epithelium lensa. Pada bagian anterior dibentuk sel
epitel dan di posterior oleh serabut kortikal. Sintesa kapsul posterior berlangsung sepanjang
kehidupan sehingga ketebalannya meningkat, sedangkan kapsul posterior relative konstan.
Epitel lensa yaitu pada kapsul anterior berperan dalam mengatur metabolik aktifitas sel
termasuk DNA, RNA, protein dan biosintesa lemak dan untuk menghasilkan ATP yang
berguna untuk menghasilkan energi yang diperlukan lensa. Nukleus dan korteks lensa terbuat
dari lamellar kosentris yang memanjang, serabut-serabut lamellar terus berproduksi sesuai
usia..1,2
Katarak
II.1 Definisi
Kata katarak berasal dari bahasa latin- Cataracta yang berarti air terjun, karena
orang yang menderita katarak mempunyai penglihatan yang kabur seolah-olah
penglihatannya dihalangi air terjun.3 Katarak adalah kekeruhan atau opasifikasi dari lensa
mata atau kapsula lensa yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan. 4,5,6 Kekeruhan
ini terjadi akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak dapat terjadi

pada saat perkembangan serat atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya
dan telah memulai proses degenerasi.7
Kekeruhan lensa dapat mengenai satu atau kedua mata dan tampak kekeruhan
lensa yang mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih.
Walaupun demikian, jika karatak mengenai satu mata tidak berarti akan menularkan ke
mata lain.8
II.2 Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak yakni berdasarkan : 1,2,3
a. Waktu terjadi (katarak didapat dan congenital)
b. Maturitas
c. Morfologi.
Klasifikasi katarak menurut waktu terjadinya yaitu : 1,2,3
1. Katarak didapat (acquired cataracts) , yakni > 99% katarak.
a. Katarak senilis ( lebih dari >90% katarak)
b. Katarak dengan penyakit sistemik
c. Katarak sekunder dan komplikata
1. Katarak dengan heterochromia
2. Katarak dengan iridosiklitis kronik
3. Katarak dengan vasculitis retinal
4. Katarak dengan renitis pigmentosa
d. Katarak ikutan (post-operasi katarak)
e. Katarak traumatik
1. Kontusio atau perforasi rosette
2. Radiasi infrared (katarak glassblower)
3. Injury electrical
4. Radiasi ionisasi
f. Katarak toksik
1. Korticosteroid yang menginduksi katarak (lebih sering)
2. Chlorfromazin, miotik agen, busulfan jarang digunakan.
b. Katarak congenital (kurang dari 1 %)
1. Katarak Herediter
a. Autosom-dominan
b. Autosom perifer
c. Sporadic
d. X-linked.3
2. Katarak berkaitan dengan kerusakan embrionik awal (transplacental)
a. Rubella (40-60%)
b. Mumps (10-22%)
c. Hepatitis (16%)
d. Toxoplasmosis (5%).3
II.3 Katarak Senilis
a.
Definisi
Katarak senilis adalah katarak primer yang terjadi pada usia lebih dari 50
tahun.2,8 Namun, jika disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes mellitus yang
5

akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat derajat kekeruhan yang sama atau
berbeda.9
b.

Epidemiologi Katarak senilis


Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak. Katarak akibat penuaan
merupakan penyebab umum gangguan penglihatan. Berbagai studi cross-sectional
melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak
50%; prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu diatas 75 tahun.5
Tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin terhadap penurunan penglihatan5

c.

Klasifikasi Katarak Senilis


a. Berdasarkan maturitas yakni sebagai berikut :
1.
Stadium insipient
2.
Stadium imatur
3.
Stadium matur
4.
Stadium hipermatur
b. Berdasarkan morfologisnya, yakni sebagai berikut :
1.
Katarak subcapsular
2.
Katarak nuclear
3.
Katarak kortikal
4.
Christmas tree cataract12
d.
Etiologi Katarak Senilis
Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi karena :
1. Proses pada nucleus
Oleh karena serabut- serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong
kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat
(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion calcium dan sclerosis. Pada
nucleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi
lebih hipermetrop. Lama-kelamaan nucleus lensa yang pada mulanya bewarna
putih, menjadi kekuning-kuningan.2
2. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah diantara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan calcium, sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung, dan
membengkak, menjadi lebih miop.berhubung adanya perubahan refraksi kea rah
myopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru
e.

untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.2


Patofisiologi Katarak Senilis
Patofisiologi terjadinya katarak senilis terjadi sangat kompleks. Dan belum
sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak secara karakteristik
6

terdapat agregrat-agregat protein yang menghamburkan cahaya dan mengurangi


transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna
lensa menjadi kuning atau coklat.. temuan tambahan mungkin berupa vesikel
diantara serat-serat lensa atau migrasi epitel dan pembesaran epite-epitel yang
menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya
katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas) sinar UV, dan
malnutrisi.1,5
f.

Diagnosis
Berdasarkan maturitasnya, katarak diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Stadium insipient
Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan
lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan
mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda, dengan satu matanya.
Pada stadium ini proses degenerasi belum menyerang cairan mata kedalam lensa
sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris
dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam
penglihatan pasien belum terganggu.9
Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat
pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama
mengenai korteks anterior, sedang aksis relative masih jernih. Gambaran inilah
yang disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium
lanjut, gambaran baji dapat dilihat pula pada pupil yang normal.2
b. Stadium imatur 1,2
Pada stadium ini lensa yang degenerative mulai menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini terjadi
pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini
dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien
merasa tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak,
iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau
tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaucoma sekunder.9
Kalau tidak ada kekeruhan dilensa, maka sinar dapat masuk kedalam mata
tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa,
maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan
7

sehinnga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai
refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,
akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut iris
shadow test (+).2
c. Stadium Matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini terjadi
kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan
seimbang dengan cairan dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata
sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat
iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka
normal, dan uji bayangan iris negative. Tajam penglihatan sangat menurun dan
dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.9
Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Iris shadow test membedakan
stadium matur dari imatur dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan
midriatika.10 Dengan melebarkan pupil akan tampak bahwa kekeruhan hanya
terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur
(iris shadow test (+)), dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung
jari, bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu tak hingga, hanya ada persepsi
cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut stadium
vera matur.2
d. Stadium Hipermatur
Dimana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam didalam korteks lensa
(kataraks morgagni). Pada stadium ini terjadi juga degenerasi kapsul lensa
sehingga bahan lensa ataupun korteks lensa yang cair keluar dan masuk kedalam
bilik mata depan.
Pada stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada
normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.
Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga
keluar dari kapsul, lalu masuk bilik mata depan maka akan timbul reaksi jaringan
uvea berupa uveitis.
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga
disebut glaucoma fakolitik
8

g.

Penyulit Katarak 4,7


1. Glaucoma , melalui proses : - Fakotopik
- Fakolitik
- Fakotoksik
2. Dislokasi Lensa
h.
Penatalaksanaan
1.
Medikamentosa
a. Preparat iodine
b. Protein lensa
c. Hormone
d. Zat yang berkurang pada kekeruhan lenda missal : vitamin, ATP, mineral
Pengobatan medikamentosa pada katarak belum memperlihatkan hasil yang
jelas hanya untuk psikologis pasien
Bedah katarak 4,8,9
Ada beberapa teknik pada operasi katarak senilis, berikut ini dapat dilihat

2.

keuntungan dan kerugian dari beberapa teknik bedah katarak tersebut :

Jenis bedah

Keuntungan

Kerugian

katarak
Intra
capsular Semua komponen lensa

cataract
diangkat

extraction (ICCE)

Insisi lebih besar


Edema pada macula
Komplikasi pada vitreus
Sulit pada usia <40

tahun
Endopthalmitis
Jarang dilakukan

capsular Insisi kecil


Jarang terjadi
cataract
komplikasi vitreus
extraction
Edema pada macula
(ECCE)
lebih jarang
Trauma terhadap
Extra

Kekeruhan pada kapsul


posterior
Dapat terjadi
perlengketan iris dengan
kapsul

endothelium kornea
lebih sedikit
Retinal detachment lebih
9


Fakoemulsifikasi

Small
cataract

sedikit
Lebih mudah dilakukan
Insisi kecil
Memerlukan dilatasi
Astigmata jarang terjadi
pupil yang baik
Perdarahan lebih sedikit Pelebaran luka jika ada
Teknik paling cepat
IOL

incision Insisi lebih kecil


surgery Prosedur cepat

Komplikasi dislokasi lensa

(SICS)
i.

Indikasi Operasi 1
a.
Indikasi Klinis : bila katarak matur, untuk mencegah penyulit yang ditimbulkan
b.
Indikasi sosial : bila kekeruhan lensa tidak dapat lagi melakukan pekerjaan
sehari-hari2

j.

Kontraindikasi Katarak 6
a. Infeksi sekitar mata dilakukan anel test
b. Tekanan bola mata cukup tinggi
c. Fungsi retina harus baik
d. Keadaan umum harus baik (hioertensi, diabetes mellitus, batuk kronis)
e. Adanya astigmatisma.
k.
Kompikasi bedah katarak 4
1. Komplikasi mayor selama operasi rupture kapsul lensa ( biasanya pada

l.

ICCE), perdarahan, kehilangan vitreus.


2. Hipotensi
3. Perlengketan koroid
4. Glaucoma pada apakia
5. Edema kornea
6. Edema makula cystoids
7. Endoftalmitis
8. Iris proplaps
9. Perlengketan membran descement
Follow up pasca operasi katarak
1. Visus
2. Tanda-tanda komplikasi pasca bedah katarak
3. TIO

10

BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus Tn.A ditegakkan diagnosis katarak senilis matur OS dari anamnesis dan
pemeriksaan ophtalmologi. Katarak adalah suatu keadaan patologik pada lensa mata dimana
lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
Dari identitas penderita, penderita berumur 73 tahun datang dengan keluhan utama
pandangan mata kiri kabur sejak 1 tahun yang lalu, dari keluhan utama kita ketahui kemungkinan
terganggunya media refraksi penderita. Gangguan refraksi dapat berupa katarak, katarak pada
usia tersebut disebut katarak senilis.
Perjalanan penyakit penderita ditemukan bahwa penurunan tajam penglihatan secara
perlahan dan mata tenang, yang merupakan ciri dari suatu proses katarak. Katarak dapat terjadi
akibat suatu trauma Jika dinilai dari trauma, yang dapat menyebabkan penderita tidak bisa
melihat yakni katarak traumatika. Dari anamnesis didapatkan riwayat trauma disangkal.
Katarak juga dapat terjadi akibat komplikasi penyakit sistemik seperti penyakit diabetes
melitus, namun pada kasus ini penderita menyangkal memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
tersebut.
Dari anamnesis juga didapatkan informasi bahwa penderita tidak mengeluh matanya merah
dan gatal, Mata penderita juga tidak mengeluarkan sekret. Hal ini dapat menyingkirkan
kemungkinan infeksi pada mata seperti keratitis yang dapat menurunkan tajam penglihatan.
11

Nyeri pada kedua mata juga disangkal. Ini bisa menyingkirkan kemungkinan komplikasi
atau penyulit seperti glaucoma. Bengkak juga tidak ada, ini juga bisa menyingkirkan komplikasi
seperti edema pada kornea.
Dari pemeriksaan ophtalmologi didapatkan visus mata kanan penderita 5/24. Pada mata kiri
penderita didapatkan penurunan visus yaitu 1/~. Dari pemeriksaan didapatkan perubahan
kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh. Hal tersebut yang menjadi kemungkinan sebab
penurunan tajam penglihatan.
Pada pemeriksaan kornea mata kanan, didapatkan kornea jernih, tidak ada komplikasi
berupa perlengketan membrane descement. Kripta iris juga normal sehingga kemungkinan
prolaps iris juga tidak ada.
Pada pupil pasien isokor, irisnya normal dan lensanya keruh seluruh serta shadow test (+),
COA sedang kemungkinan penderita mengalami katarak matur. Hal ini dikarenakan dilihat dari
visus yang sangat menurun dan dilihat dari kelainan diatas. Jika dilihat dari stadium katarak
senilis maka diketahui perbedaan pemeriksaan eksternalnya yaitu

Insipient

Imatur

Hipermatur

1/300-1/

1/

Tajam

5/5

penglihatan

koreksi

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Massif

COA

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Sempit

Normal

Terbuka

Sudut

dengan Sd 1/60

Matur

bilik Normal

mata
Besar lensa

Normal

Lebih besar

Normal

Kecil

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Penyulit

Normal

Glaucoma

Uveitis
Glaucoma

12

Pada penatalaksanaan selanjutnya yaitu pada mata kiri penderita sebaiknya dilakukan
operasi katarak : yaitu : ECCE, atau SICS atau teknik FACO + IOL karena untuk memperkecil
risiko komplikasi post operasi katarak dan penambahan IOL untuk mengurangi penggunaan
kacamata dengan speris terlalu tinggi dan memperbaiki tajam penglihatan.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.
128-139
2. Vaughan DG, Asbury T, Riodan Eva P. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya
Medika 2000. 175-183
3. Norman S. Jaffe, Mark S. Jaffe, Gary S. Jaffe. Cataract Surgery and Its Complications.
Edisi kelima. Toronto Philadephia : The C.V. Mosby Company . 1984
4. Kanski Jack J. Clinical Ophtalmology. Edisi 6. Saunders Elsevier. British. 2008
5. Vicente Victor D Ocampo Jr, MD. Senile Cataract. Department of Ophthalmology,
Asian Hospital and Medical Center, Philippines.
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview
6. Anynomous.
Types
of
senile
cataract.

2011. Available in URL


Available

in

URL

http://www.livestrong.com/article/78866-types-senile-cataracts/
7. Daniel. Oftalmologi. Suspensi Oftalmik untuk katarak senilis. Majalah farmacia. Edisi
Juni

2008,

Halaman

46.

Available

farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=816
8. Syis.
Moh
Z.
Katarak
senilis.

in
2009.

URL

http://www.majalah-

Available

in

URL

http://refmedika.blogspot.com/2009/02/katarak-senilis.html
9. Sayuti Kemala NST. Diagnosa dan Penatalaksanaan Katarak. Bagian Mata FK UNAND
RS Dr. M Jamil Padang. 2000. Available in URL http://www.linkpdf.com/ebookviewer.php?
url=http://repository.unand.ac.id/278/1/Diagnosa_dan_Penatalaksanaan_Katarak.pdf
10. Ilyas S. Dasar-dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006. 1-17, 111-112

14

15

Anda mungkin juga menyukai