Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS EKONOMI
S1 MANAJEMEN
2015
Oleh :
3.1
13080574046
2. Ribka Anastasha N. M.
13080574107
3. Dewi Rahmawati
13080574117
13080574118
instrumen
lembaga
keuangan
syariah,
dibuktikan
dengan
penyelesaian krisis ekonomi dan pangan dunia, rujukan dasar bagi sistem
distribusi pendapatan, dan bahkan telah menjadi model sistem ekonomi dunia
yang diakui memiliki berbagai keunggulan yang positif bagi kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat dunia.
3.2 PERBEDAAN
EKONOMI
SYARIAH
DENGAN
EKONOMI
KONVENSIONAL
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan
pada ajaran dan nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, Ijma
dan Qiyas. Ini telah dinyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 3. Ilmu ekonomi
islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalahmasalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
Selanjutnya akan dibahas mengenai perbedaan umum antara ekonomi
Islam dan Konvensional yang dapat diterangkan dalam tabel berikut:
Ilmu Ekonomi Islam
Ilmu Ekonomi Konvensional
Manusia sosial namun religius
Manusia sosial
Menangani
masalah
dengan Menangani masalah sesuai dengan
menentukan prioritas
Pilihan
alternative
keinginan individu
kebutuhan Pilihan
alternative
dituntun
oleh
kebutuhan
kepentingan
individu/egois
Sistem pertukaran dituntun oleh Pertukaran dituntun oleh kekuatan
etika Islami
pasar
Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwasanya dalam ekonomi Islam
tidak hanya mempelajari individu sosial tetapi juga bakat religius mereka.
Perbedaan
timbul
berkenaan
pilihan
dimana
ilmu
ekonomi
Islam
Ekonomi Kapitalis
Bersumber
dari
Al-quran,
As- Bersumber
dari
pikiran
dan
usaha
syariat
Kesejahteraan
dikontrol
bersifat
sendiri
oleh Kompetisi usaha bersifat bebas dan
melahirkan monopoli
jasmani, Kesejahteraan bersifat jasadiah
Ekonomi Islam
Bersumber dari Al-quran,
Ekonomi Sosialis
As- Bersumber dari hasil pikiran
individu
usaha
dikontrol
syariat
Kesejahteraan
melainkan
bersifat
disesuaikan
dengan
pengawas,
dan
perekonomian
Motif mencari keuntungan diakui Tidak mengakui
penguasa
motif
utama
mencari
Menyamakan
penghasilan
dan
pendapatan individu
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat perbedaan yang jelas antara
ekonomi konvensional adalah sbb :
1. Ekonomi islam mempunyai pedoman/acuan dalam kegiatan ekonomi
yang bersumber dari wahyu ilahi maupun pemikiran para mujtahid
sedangkan ekonomi konvensional didasarkan kepada pemikir yang
didasarkan kepada paradigma pribadi mereka masing-masing sesuai
dengan keinginannya, dalam ekonomi konvensional menilai bahwa agama
termasuk hukum syariah tidak ada hubungannya dengan kegiatan
ekonomi.
2. Dalam ekonomi islam negara berperan sebagai wasit yang adil,
maksudnya pada saat tertentu negara dapat melakukan intervensi dalam
perekonomian dan adakalanya pun tidak diperbolehkan untuk ikut
campur, contohnya pada saat harga-harga naik, apabila harga naik
disebabkan karena ada oknum yang melakukan rekayasa pasar maka
pemerintah wajib melakukan intervensi sedangkan apabila harga naik
karena alamiah maka pemerintah tidak boleh ikut campur dalam
menetapkan harga, seperti yang diriwayatkan dalam hadits Nabi terkait
kenaikan harga. Dalam ekonomi konvensional, kapitalis tidak mengakui
peran pemerintah dalam perekonomian, dalam sosialis negara berperan
absolut dalam ekonomi sehingga tidak terdapat keseimbangan antara
kedua sistem tersebut.
3. Dalam ekonomi islam mengakui motif mencari keuntungan tetapi dengan
cara-cara yang halal, dalam ekonomi kapitalis mengakui motif mencari
keuntungan tetapi tidak ada batasan tertentu sehingga sangat bebas sesuai
yang dilandasi dengan syahwat spekulasi dan spirit rakus para pelaku
ekonomi, dalam ekonomi kapitalis tidak mengakui motif mencari
keuntungan sama sekali sehingga keduanya tidak dapat berlaku adil dalam
ekonomi.
3.3 METODOLOGI EKONOMI SYARIAH
Sesuai dengan tugasnya, ilmu ekonomi islam tidak dibatasi sematamata sebagai ilmu yang bersifat positif atau normatif. Pembatasan ilmu
ekonomi islam semata-mata sebagai ilmu yang bersifat positif atau normatif
adalah tidak perlu dan tidak produktif. Setiap usaha untuk membatasi aspekaspek positif dan normatif pada akhirnya akan berakibat buruk, dalam arti
menyebabkan lahir dan tumbuhnya sekularisme di dalam ilmu Ekonomi
Islam (Mannan, 1997, hal 9-13).
Aksiologi membahas tentang tujuan ilmu pengetahuan disusun, atau
dengan kata lain, untuk apa ilmu yang telah disusun itu akan digunakan.
Tujuan ilmu ekonomi islami adalah untuk mencapai falah, atau kebahagiaan
dunia akhirat. Untuk kehidupan dunia, falah mengandung tiga pengertian:
kelangsungan hidup, kebebasan dari kemiskinan, dan kekuatan dan
kehormatan. Untuk kehidupan akhirat, falah mengandung tiga pengertian:
kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan yang abadi, kemuliaan abadi,
dan pengetahuan yang bebas dari segala kebodohan.
Posisi dan Perkembangan Beberapa penulis mengungkapkan pandangan
yang berbeda tentang hubungan ilmu ekonomi islami dan ilmu ekonomi
konvensional. Sebagian menempatkan ilmu ekonomi islami secara de novo,
sebagai bagian dari ilmu pengetahuan islami secara keseluruhan. Sebagian
menempatkan ilmu ekonomi islami at par dengan ilmu ekonomi
konvensional, sebagai bagian dari ilmu ekonomi secara keseluruhan.
Meskipun terkait, tetapi Ilmu ekonomi islam bukan fiqh muamalah.
Fiqh muamalah adalah pengetahuan tentang aturan-aturan syariah yang
bersifat praktis di bidang ekonomi (perdata) dan dalil-dalil yang terkait
dengan aturan-aturan tersebut. Ilmu ekonomi islam memiliki tiga hubungan
fungsi dengan fiqh muamalah: [1] Fungsi yang berbeda dengan fiqh
muamalah, [2] Fungsi yang sama dengan fiqh muamalah, [3] Fungsi yang
mendukung fiqh muamalah.
Pengetahuan tentang sejarah perekonomian Muslim sangat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu ekonomi islami. Namun, apa yang telah dilakukan
oleh pendahulu Muslim tersebut tidak harus diartikan sebagai panduan ideal
bagi perekonomian islami (kecuali apa-apa yang dicontohkan pada masa
kenabian Rasulullah saw).
berlandaskan Quran dan Hadits dan Ijma itu sudah cukup, karena
didalamnya sudah termuat kandungan etika dan moral dalam bertransaksi
maupun pengembangan ilmu ekonomi yang ada sekarang ini.
Realita pasar membenarkan kebutuhan tersebut, karena berkembangnya
industri maupun pesaing-pesaingnya membuat menipisnya laba atau
keuntungan yang diharapkan dan memeras otak untuk membuat sesuatu yang
lebih baru maupun hal-hal yang inovatif agar dilirik dan menjadikan suatu
peluang baru dalam industrisasi ekonomi. Hal inilah yang sebenarnya inovatif
akan tetapi ketika dikaji secara mendalam, hal-hal tersebut tidak hanya
sekedar pemuas pasar dengan menggunakan label-label tersendiri yang akan
lebih menarik kapital untuk bergabung maupun berkecimpung didalamnya.
Baik realitas tersebut benar adanya dengan menggunakan suatu prinsipprinsip hukum yang berbeda tetapi, bukankah seharusnya lebel tersebut tidak
dijadikan sebagai perdagangan pada kepentingan pasar bebas yang
berkembang pada saat ini. Dan didalam prakteknya, hanya sedikit perubahan
yang ada dari pelaksanaan praktek yang terdahulu, dengan beberapa alasan
yang dihadapi maupun belum siapnya untuk menjalankan secara keseluruhan
dari aturan fiqh muamalah yang seharusnya. Bisa ditanyakan apakah konsep
Mudharabah yang ada dalam tatanan prakteknya sekarang ini sudah murni
sesuai dengan konsep yang ditekankan oleh fiqh muamalah?, atau sudahkah
konsep murabahah sudah sesuai dengan apa yang ada pada fiqh muamalah?
Jawabannya belum sepenuhnya teoritis yang ada sudah melaksanakan hingga
banyak penyangkalan yang tidak bisa diterapkan dilapangan sebagai illah
pada tatanan prakteknya.
Pada tatanan keseharian praktek ini sudah menjadi suatu yang lumrah,
baik kerjasama (mudharabah/musyarakah), kredit (murabahah), jual beli
pesan (salam/istitsna) dan lain sebagainya yang berkaitan dengan transaksi
dengan transparansi akad maka ini merupakan istilah atau praktek yang ada
dalam fiqh muamalah untuk mencapai antaradhin minhuma atau adanya
suatu kerelaan dikedua belah pihak yang bertransaksi, dan dengan tidak ada
sesuatu keterpaksaan maupun unsur penipuan yang terselubung, dan lain
11
sebagainya yang membuat praktek ini menjadi suatu yang tersia-siakan dalam
fiqh muamalah, karena kunci dari transaksi yaitu suatu kerelaan dan
transparansi pada saat akad pelaksanaannya (kejelasan dalam perhitungan
maupun keuntungan), yang terakhir adalah kujujuran disetiap transaksi dan
lain sebagainya, karena kunci terakhir ini merupakan letak moralitas dan
sebagai sebagai pengontrol sikap personal dan akuntabilitas maupun
responsibility.
Transaksi yang ada sekarang adalah bertumpu pada suatu sikap trust
dan instant, konsep yang berlaku sekarang merupakan hanya mengandalkan
suatu kepercayaan dan juga suatu kecepatan dalam melakukan setiap
transaksi, jika hal ini ditelisik lebih dalam ada hal yang terlupakan dalam
proses yang dijalankan untuk mencapai akhirnya yaitu mendapatkan barang
tersebut melalui suatu negosiasi dan transparansi, walaupun satu yang sulit
untuk diterapkan oleh pedagang adalah sikap transparansi untuk produk yang
dijual hingga suatu sikap yang paling sulit dicapai adalah kejujuran. Sikap ini
adalah landasan dasar untuk menjalankan proses awal dalam menjalankan
transaksi sebagai salah satu sub pembangunan ekonomi yang berbasiskan
syariat atau etika transaksi yang lebih baik, sikap ini harus ditanam lebih
dahulu dalam setiap tindakan ke pribadi manusia itu sendiri. Pada transaksi
yang dilakukan oleh pedagang sekarang ini jarang sekali mereka mengatakan
harga pokok hingga mendapatkan suatu keuntungan, jarak antara mulai dari
harga pokok yang didapatkan hingga mencapai harga yang ditawarkan sang
pembeli tidak akan pernah mengetahuinya, hanya dapat menerka berapa harga
aslinya dan perolehan keuntungan yang didapatkan oleh sang pedagang
dengan melalui tahap negosiasi harga yang serendah mungkin dan paling
menguntungkan bagi sang pembeli, prilaku ini telah ditunjukkan oleh
Rasullauh saw pada perdagangan yang dilakukan oleh beliau dengan
menyebutkan harga pokok hingga berapa ia akan mengambil keuntungan, dan
terbukti sikap kejujuran yang dibangun membuat kepercayaan yang luar biasa
dan memberikan keuntungan secara materil dan juga kepercayaan (trust)
konsumen sebagai investasi pada masa mendatang.
12
Tindakan yang ditunjukkan oleh Rasulullah ini adalah start poin dalam
menjalankan roda ekonomi secara keseluruhan, baik secara mikro yang
dilakukan oleh pedagang kecil ataupun industri rumahan, maupun secara
makro yang dijalankan oleh industri raksasa dan pemerintahan sebagai
pemegang kebijakan negara dalam menjalankan roda perekonomian secara
keseluruhan. Ketika sikap ini telah ditanam pada diri setiap insan maka tidak
ada kehawatiran yang timbul dalam aplikasinya, dan tidak ada juga
kehawatiran terhadap sikap monopoli yang diluar kontrol maupun
menguasaan yang merugikan pada orang lain demi mencapai suatu
keuntungan pribadi yang berlebihan, dalam menjalankan bisa dilihat produkproduk yang dihasilkan oleh syariat dalam transaksi dengan berbagai macam
cara melalui transaksi apa saja dengan melalui prosedur fiqih muamalah.
Fiqh muamalah merupakan landasan hukum di setiap transaksi yang
dilakukan,
dengan
melakukan
kerjasama
(musyarakah/mudharabah),
transaksi jual-beli murabahah maupun yang lainnya dapat dijamin akan dapat
saling memuaskan. Sedangkan Islam adalah agama yang mengayomi
landasan-landasan yang ada didalam fiqh itu sendiri, sedangkan fiqh adalah
sub bagian yang membahas secara mendetail dalam setiap langkah yang
diambil untuk melakukan tindakan yang dijadikan justifikasi. Ini merupakan
awal dari fondasi dalam membangun Ekonomi Islam.
13