Anda di halaman 1dari 29

REGULASI

PERLINDUNGAN/PEMANFAATAN HIU
DI INDONESIA
TTIM PENGAJAR FAKULTAS PASCA SARJANA UNIVERSITAS PATTIMURA, AMBON

10 NEGARA PENGHASIL HIU TERBESAR DUNIA

USA
37,069 ton/th
5.14 %

1
0

FRANC
19,498 ton/th
2.70 %

3
SPAIN
62,157 ton/th
8.62 %

6
MEXICO
30,305 ton/th
4.20 %

BRAZIL
21,009 ton/th
2.91 %

4
ARGENTINA
39,952 ton/th
5.54 %

7
2

INDIA
79,193 ton/th
10.98 %
MALAYSIA
22,297 ton/th
3.09 %
INDONESIA
88,790 ton/th
12.31 %

TOTAL PRODUKSI HIU DUNIA


721,011 ton/th

TAIWAN
29,310 ton/th
4.07 %

SENTRA PRODUKSI PERIKANAN HIU DI INDONESIA

Sibolga
Sumatera Utara

Muara Baru &


Muara Angke - Jakarta
Pelabuhan Ratu
Jawa Barat

Prigi
Jawa Timur
Cilacap
Jawa Tengah

Benoa
Bali

Surabaya
Jawa Timur

Tanjung Luar
NTB

Kupang
NTT

PRODUKSI IKAN HIU DI SETIAP WPP-RI (2005-2010)

PASAR EKSPOR SIRIP HIU ASAL INDONESIA


Korea
0.8%

Malaysia
2%

China
4.5%

Hong
Kong
28%

Hong
Kong
34.7%

Japan
45.2%

Japan
57%
Taiwan
3%

2005

Malaysia
1.7%

Jordan
1%

Taiwan
0.6%

Singapore
8%

2006

Australia
0.7%

Singapore
Sri Lanka 11.4%
1.2%

JALUR PERDAGANGAN SIRIP HIU ASAL INDONESIA

KERAGAMAN HIU DAN PARI DI INDONESIA


HIU
Jumlah spesies hiu yang ada
di Indonesia sebanyak 116
spesies (Fahmi dan
Dharmadi, 2010),
Jumlah hiu yang dilindungi
secara penuh sebanyak 1
spesies (HIU PAUS),
Jumlah hiu yang dilarang
ditangkap berdasarkan
Resolusi IOTC (3 spesies);
Jumlah hiu yang diatur
perdagangan
internasionalnya sebanyak 4
spesies

PARI
Jumlah pari yang ada di
perairan Indonesia sebanyak
98 spesies (Fahmi dan
Dharmadi 2010)
Jumlah pari yang dilindungi
secara penuh sebanyak 3
spesies,

ISU TENTANG PERIKANAN HIU DAN PARI

1. Penangkapan berlebih (Over eksploitasi);


2. Penangkapan anakan;
3. Kepentingan ekonomi;

4. By-Catch pengoperasian gillnet dan rawai; da

5. Cara penangkapan ikan hiu yg dianggap kejam

Regulasi Terkait Perikanan Hiu dan Pari

Regulasi
Nasional

Regulasi
RFMO

Regulasi
CITES

HIU DAN PARI YANG DILINDUNGI


BERDASARKAN REGULASI NASIONAL

REGULASI NASIONAL

PP No.7/99 ! Pengawetan Tumbuhan dan Satwa

STATUS

HIU GERGAJI

PERLINDUNGAN

Pristis microdon

PENUH

TIDAK BOLEH
DIMANFAATKAN

REGULASI NASIONAL

Kep. MenKP No. 18/2013


Penetapan Status Perlindungan Ikan Hiu Paus (Rhyncodon typus)

Berukuran Besar (18 M)


Berumur panjang (100 150 Tahun)
Jumlah anakan sedikit
Melakukan migrasi jarak jauh
Lambat mencapai matang kelamin
(30 Tahun)
Pertumbuhannya lambat

DILINDUNGI BERDASARKAN KEPMENKP NO.4/2014

1
Nama Ilmiah

Manta alfredi

Nama Inggris

Reef Manta Ray

Nama
Indonesia

Pari Manta

Inf. Biologi

Usia dewasa ! 6 15 tahun; Ukuran anakan ! 182


192 cm
Ukuran dewasa ! 270 300 cm; Ukuran maksimum !

DILINDUNGI BERDASARKAN KEPMENKP NO.4/2014

Nama Ilmiah

Manta birostris

Nama Inggris

Oceanic manta ray, Giant manta ray, Devil ray

Nama
Indonesia

Indonesia ! Pari Manta; Lombok ! Pari Kerbau; Jawa


! Cawang Kalung.

Inf. Biologi

Usia dewasa ! 6 15 tahun; Ukuran anakan ! 122


127 cm
Ukuran dewasa ! 360 - 380 cm; Ukuran maksimum !

KETENTUAN SANKSI
UU No.5/1990
Pasal 40 ayat (2)

Barang siapa dengan sengaja


melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2)
serta Pasal 33 ayat (3)
dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah)

UU No.45/2009
Pasal 100 dan 100C
Setiap orang yang melanggar
ketentuan sebagaimana yang
ditetapkan dalam Pasal 7 ayat (2)
dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp 250.000,Pasal 100C
Dalam hal tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (2) dilakukan oleh
nelayan kecil dan/atau
pembudi daya-ikan kecil dipidana
dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)

HIU YANG DILARANG DITANGKAP


BERDASARKAN KETENTUAN
RFMOs (Regional Fisheries Management Organisations)
IOTC (Indian Ocean Tuna Commission), Resolusi 5/5

KETENTUAN RFMOs (IOTC) TENTANG HIU


TIKUS
INDONESIA GAGAL MENOLAK MASUKNYA 4 SPESIES HIU
DAN 2 SPESIES PARI DALAM APPENDIK II CITES

Manta alfredi

Manta birostris

DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN


DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

STATUS PERLINDUNGAN HIU DI RFMO


RFMO-IOTC (Indian Ocean Tuna Commission) :
1) Resolusi 05/05 ;
a.

Setiap Contracting Party wajib melaporkan tangkapan


sharks;

b. Setiap kapal dilarang untuk menyimpan diatas kapal,


memindahkan dari/ke kapal lain atau mendaratkan
tangkapan sirip hiu (sharks) yang bertentangan dengan
Resolusi 05/05;
c.

Setiap Negara wajib melepaskan tangkapan hiu yang


hidup terutama juvenile dan hiu yang sedang hamil;

d. Setiap Negara wajib melakukan penelitian terhadap alat


tangkap yang selektif.

PAS
AL
73

KEPUTUSAN MEN-KP No. PER.26/MEN/2013


Perubahan atas PermenKP No. PER.30/MEN/2012
TENTANG
Usaha Perikanan Tangkap di WPP-RI
(1) Setiap kapal penangkap ikan yang memiliki SIPI di WPP-NRI wajib
melakukan tindakan konservasi terhadap jenis spesies tertentu
yang terkait secara ekologi dengan tuna, yang ditetapkan oleh
Regional Fisheries Management Organization;
(2) Jenis spesies tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa :

a. Ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch) berupa hiu


monyet (Thresher shark), penyu laut, dan mamalia
laut termasuk paus; atau

b. Non-ikan yang tertangkap secara tidak sengaja (accidental


catch) berupa burung laut.
(3) Tindakan konservasi terhadap ikan hasil tangkapan sampingan
(bycatch) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf (a) meliputi
:
a. Melepaskan ikan yang tertangkap jika masih dalam kondisi
hidup;
b. Melakukan penanganan dan/atau menyiangi ikan yang
tertangkap dalam keadaan mati dan mendaratkannya dalam
keadaan utuh;
c. Melakukan pencatatan jenis ikan yang tertangkap dalam

KEPUTUSAN MEN-KP No. PER.26/MEN/2013


Perubahan atas PermenKP No. PER.30/MEN/2012
TENTANG
Usaha Perikanan Tangkap di WPP-RI
PAS
AL
73

(4) Tindakan konservasi terhadap non-ikan yang tertangkap secara


tidak sengaja (incidental catch) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf (b) meliputi :
a. Melepaskan spesies non-ikan yang tertangkap jika masih
dalam kondisi hidup;
b. Melakukan pencatatan spesies non-ikan yang tertangkap
dalam keadaan mati dan melaporkan kepada Direktur
Jenderal melalui kepala Pelabuhan Pangkalan sebagaimana
tercantum dalam SIPI.
(5) Terhadap penangkap ikan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dikenakan
SANKSI ADMINISTRATIF berupa ! PENCABUTAN SIPI
(6) Bentuk dan format laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c dan ayat (4) huruf b, sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XVIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini

PERMEN-KP . PER.12/MEN/2012
USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS
Pasal 43
(1)

Hasil tangkapan sampingan (bycatch) yang yang secara ekologis terkait


dengan (ecologically related species) perikanan tuna sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 berupa hiu monyet dengan ketentuan harus
dilepaskan dalam keadaan hidup;

(2) Dalam hal hiu monyet yang tanpa sengaja tertangkap dalam keadaan
mati, nakhoda harus melaporkan kepada kepala pelabuhan pangkalan
untuk dibuat surat keterangan guna dilaporkan kepada Direktur Jenderal;

(3) Setiap kapal penangkap ikan yang menangkap, memindahkan,

mendaratkan, menyimpan, dan/atau menjual hiu monyet (thresher


sharks) dari semua family Alopiidae baik utuh maupun bagiannya
dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2);

Ketentuan RFMOS
- Lebih concern terhadap cara
penangkapan ikan yang legal,
- Dalam rangka pengelolaan spesies target
penangkapan utama (seperti: tuna)
dengan memperhatikan jenis ikan atau
burung yang ikut tertangkap

HIU YANG DIATUR PERDAGANGAN INTERNASIONALNYA


BERDASARKAN KETENTUAN
CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Flora and Fauna)

ATURAN PEMANFAATAN APPENDIK II CITES


Penangkapan ikan hiu (4 spesies) dan pari manta (2 spesies) untuk tujuan ekspor MASIH
DIPERBOLEHKAN, namun harus dengan PENGATURAN YANG KETAT;

Ekspor hanya boleh dilakukan apabila ada SURAT IJIN yang dikeluarkan oleh MANAGEMENT
AUTHORITY;

MANAGENET AUTHORITY dapat mengeluarkan ijin apabila ada PERSETUJUAN / REKOMENDA


ILMIAH dari SCIENTIFIC AUTHORITY (LIPI);

Rekomendasi ilmiah bisa dikelurkan apabila penangkapan ikan hiu menerapkan prinsip NON DETRIMENT
FINDING (NDF) ! UPAYA YANG TERENCANA AGAR PENANGKAPAN IKAN HIU / PARI TIDAK AKAN MENYEBAB
KEPUNAHAN DI HABITAT ALAM

Ketentuan akan mulai diberlakukan sejak SEPTEMBER 2014.

DAMPAK KETENTUAN CITES TERHADAP LAYANAN


PERIJINAN PERIKANAN HIU DAN PARI DI INDONESIA
PERMENKP No.4/2010
1. Negara pembeli / importir hanya akan menerima produk ikan hiu dan
pari apabila dilengkapi dengan SURAT ANGKUT JENIS IKAN LUAR NEGERI
(SAJI-LN) yang dikeluarkan oleh MANAGENET AUTHORITY;
2. SAJI-LN hanya diberikan kepada PERUSAHAAN / EKSPORTIR yang
mempunyai IJIN EKSPOR HIU DAN PARI;
3. Eksportir hanya diperbolehkan menerima produk hiu yang dilengkapi
dengan SURAT ANGKUT JENIS IKAN DALAM NEGERI (SAJI-DN);
4. SAJI-DN hanya diberikan kepada PEDAGANG PENGUMPUL / PERUSAHAAN
PENGUMPUL yang mempunyai IJIN PENGUMPUL IKAN HIU DAN PARI;
5. Pedagang Pengumpul hanya diperbolehkan menerima ikan hiu dan pari
yang ditangkap oleh NELAYAN yang memiliki IJIN PENANGKAPAN IKAN
HIU dan PARI;

Ketentuan CITES:
Lebih concern terhadap
perdagangan satwa dan tumbuhan
yang terancam
secara legal

KESIMPULAN
1. Jenis hiu yang telah diberikan status dilindungi secara
nasional adalah hiu paus
2. Empat jenis hiu yang telah masuk Apendiks CITES,
sedang dalam proses pemberian status
perlindungannya
3. Untuk jenis hiu yang telah masuk Appendiks CITES,
perlu diantisipasi terhadap regulasi CITES dalam
perdagangannya secara Internasional

terima kasih

Anda mungkin juga menyukai