Anda di halaman 1dari 42

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

DEFINISI
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik
dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran,
biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.Setiap episode dipisahkan
sekurangnya dua bulan tanpa gejala penting mania atau hipomania.Tetapi pada
beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat bergantian secara cepat, yang
dikenal dengan rapid cycling.Episode mania yang ekstrim dapat menunjukkan
gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.1,2
EPIDEMIOLOGI
Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan
dengan gangguan depresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya
sekitar 2% sama dengan prevalensi skizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan
wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5-6
tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang terkena adalah usia 30
tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.3
ETIOLOGI
Penyebab gangguan bipolar multifaktor.Secara biologis dikaitkan dengan
faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial
dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress
kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.4
Faktor Genetik
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita
suatu

gangguan

mood

menurun

saat

derajat

hubungan

kekeluargaan

melebar.Sebagai contoh, sanak saudara derajat kedua (sepupu) lebih kecil


kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat pertama.Penurunan gangguan
bipolar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa kira-kira 50 persen pasien gangguan
1

bipolar memiliki sekurangnya satu orangtua dengan suatu gangguan mood, paling
sering gangguan depresif berat.Jika satu orangtua menderita gangguan bipolar,
terdapat kemungkinan 25 persen bahwa anaknya menderita suatu gangguan mood.
Jika kedua orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 50-75
persen anaknya menderita gangguan mood.3
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar
dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana
dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat.Beberapa diantaranya yang
telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22-q23, dan 21q22.
Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita Sindrom Down (trisomi
21) beresiko rendah menderita gangguan bipolar.4
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala
bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan antara neurotransmitter dengan
gangguan

bipolar.Neurotransmitter

tersebut

adalah

dopamine,

serotonin,

noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan neurotransmitter tersebut mulai


diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin
hidroksilase, cathecol-ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter
(5HTT). Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan
penyakit ini yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor
(BDNF). BDNF adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas
sinaps, neurogenesis, dan perlindungan neuron otak.BDNF diduga ikut terlibat
dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat
tiga penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan
bipolar dan hasilnya positif.4
Faktor Biologis
Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit
ini.Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita
bipolar.Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positronemission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah
2

yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual.Tak hanya itu, Blumberg dkk
dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada
amygdale dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).4
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang
pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan
membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat
hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat
dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.4
Faktor Lingkungan
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan
penting dalam gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat
berperan pada kehidupan psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang
dipicu oleh faktor lingkungan.

Stress yang menyertai episode pertama dari

gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan


lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional

berbagai

neurotransmitter

dan

sistem

pemberian

signal

intraneuronal.Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan


besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan
seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan mood
selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor eksternal.2,3
GEJALA KLINIS
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan bipolar yaitu, episode
depresi dan episode mania.

Episode Depresi
-

Deskripsi umum
Psikomotor merupakan gajala yang paling umum.Menggenggamkan
tangan dan menarik rambut merupakan gejala agitasi yang paling sering.
Postur orang depresi yaitu membungkuk , tidak terdapat pergerakan yang
spontan, dan pandangan mata yang putus asa serta memalingkan pandangan.
Pada pemeriksaan fisik tampak pasien seperti pasien skizofrenia katatonik.
Mood ,afek, dan perasaan
Setengah dari pasien yang memiliki gangguan depresi selalu menyangkal
penyakitnya.Pasien sering kali dibawa oleh anggota keluarganya atau teman
kerjanya oleh karena penarikan sosal dan penurunan aktivitas secara
menyeluruh.
Bicara
Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara
yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan
menunjukkan respon yang melambat terhadap pertanyaan.
Gangguan persepsi
Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita
episode depresi berat dengan cirri psikotik. Waham sesuai mood pada pasien
terdepresi adalah waham bersalah,memalukan, kegagalan, kemiskinan, tidak
berguna, penyakit somatic terminal (sebagai contoh penyakit kanker dan otak
yang membusuk). Halusinasi relative jarang terjadi.
Pikiran
Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negative tentang dunia dan
dirinya sendiri.Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang
kehilangan, bersalah, bunuh diri dan kematian.Kira-kira 10% dari pasien
memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran dan
kemiskinan isi pikiran.
Daya ingat
Kira-kira 50%-70% dari semua pasien terdepresi memiliki suatu gangguan
kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif, dengan
keluhan gangguan konsentrasi dan mudah lupa.
Pengendalian impuls
Kira-kira 10-15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kira-kira
dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri.Resiko meninggi untuk melakukan
bunuh diri saat mereka mulai mebaik dan mendapat kembali energy yang
diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh diri.

Reliabilitas
Semua informasi yang didapat dari pasien selalu menonjolkan hal yang
buruk dan menekankan yang baik

Episode manik:
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood
yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau
lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:

Grandiositas atau percaya diri berlebihan

Berkurangnya kebutuhan tidur

Cepat dan banyaknya pembicaraan

Lompatan gagasan atau pikiran berlomba

Perhatian mudah teralih

Peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor

Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan sekolah)

Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan


yang matang)

Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran


psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya
gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa
sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki tingkat kreativitas dan
produktivitas yang tinggi.Pasien hipomania tidak memiliki gambaran psikotik
(halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan
hospitalisasi.

Episode Campuran1
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi
yang terjadi secara bersamaan.Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood
disforik), iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi, menangis,
ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar
dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga
memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai
gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, social dan pekerjaan.
Siklus Cepat1
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode depresi,
hipomania, atau mania dalam satu tahun.Seseorang dengan siklus cepat jarang
mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan
interpersonal atau pekerjaan.
Siklus Ultra Cepat1
Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat
dalam beberapa hari.Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan
siklotimia dan sangat sulit diatasi.
Sindrom Psikotik1,,3
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang
paling sering yaitu:

Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)

Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan

waham nihilistic terjadi pada episode depresi.Ada kalanya simtom psikotik tidak
6

serasi dengan mood.Pasien dengan gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai


skizofrenia.Ciri psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi
pasien dengan gangguan bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan
prognosis yang buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara
Gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social pramorbid
yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki penerapan terapi yang
penting, pasien dengan symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat anti
psikotik di samping anti depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan
terapi antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan klinis.

KRITERIA
Berdasarkan DSM-IV, gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria:

Gangguan bipolar I
Terdapat satu atau lebih episode manik.Episode depresi dan hipomanik
tidak diperlukan untuk diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.

Gangguan bipolar II
Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor
tanpa episode manik.

Siklotimia
Adalah bentuk ringan dari gangguan bipolar.Terdapat episode hipomania
dan depresi yang ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif
mayor.

Gangguan bipolar YTT

Gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria gangguan


bipolar I dan II. Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala
terlalu sedikit sehingga tidak dapat didiagnosa gangguan bipolar I dan II.2,5

DIAGNOSIS
Keterampilan

wawancara

dibutuhkan

untuk

menegakkan

diagnosis.Informasi dari keluarga sangat diperlukan.Diagnosis ditegakkan


berdasarkan criteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10.Salah satu
instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi symptom gangguan
bipolar adalah The Structured clinical Interview for DSM-IV (SCID).The Present
State Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi symptom
sesuai dengan ICD-10.
Pembagian menurut DSM-IV:
Gangguan mood bipolar I1

Gangguan mood bipolar I, episode manik tunggal


A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada rwayat depresi
mayor sebelumnya.
B. Tidak

bertumpang

tindih

dengan

skizofrenia,

skizofreniform,

skizoafektif, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang


tidak dapat diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medic umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek
fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini


A. Saat ini dalam episode manik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham,

atau

dengan

gangguan

psikotik

yang

tidak

dapat

diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek
fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini


A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi
atau campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
skizoafektif

dan

tidak

bertumpang

tindih

dengan

skizofrenia,

skizifreniform, gangguan waham, atau gangguan psikotik yang tidak


diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum

E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup


bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini


A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna
atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif

dan

tidak

bertumpang

tindih

dengan

skizofrenia,

skizofreniform, gangguan waham, dan dengan gangguan psikotik yang


tidak dapat diklasifikasikan.

Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini


A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif

dan

tidak

bertumpang

tindih

dengan

skizofrenia,

skizofreniform, gangguan waham, dan dengan gangguan psikotik yang


tidak dapat diklasifikasikan.

10

D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi


medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau
aspek fungsi penting lainnya.

Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat


ini
A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik,
hipomanik, campuran atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif

dan

tidak

bertumpang

tindih

dengan

skizofrenia,

skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang


tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara

klinik cukup

bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau


aspek fungsi penting lainnya.
Ganggguan Mood Bipolar II1
Gangguan Siklotimia1
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Terdapat beberapa gangguan mental lainnya yang memiliki gejala yang
sama dengan gangguan bipolar seperti skizofrenia, skizoafektif, intoksikasi obat,
gangguan skizofreniform, dan gangguan kepribadian ambang.2

11

PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Pendekatan farmakoterapeutik terhadap gangguan bipolar telah menimbulkan
perubahan besar dalam pengobatannya dan secara dramatis telah mempengaruhi
perjalanan gangguan bipolar dan menurunkan biaya bagi penderita.3

Penatalaksanaan Kedaruratan Agitasi Akut Pada Gangguan Bipolar1


Lini 1
Terapi:
-

Injeksi IM Aripiprazol efektif untuk pengobatan agitasi pada pasien


dengan episode mania atau campuran akut. Dosis adalah 9,75 mg/injeksi.
Dosis maksimum adalah 29,25 mg/hari (tiga kali injeksi perhari dengan
interval dua jam). Berespon dalam 45-60 menit.

Injeksi IM Olanzapin efektif untuk agitasi pada pasien dengan episode


mania atau campuran akut. Dosis 10 mg/injeksi. Dosis maksimum adalah
30 mg/hari. Berespon dalam 15-30 menit. Interval pengulangan injeksi
adalah dua jam. Sebanyak 90% pasien menerima hanya satu kali injeksi
dalam 24 jam pertama. Injeksi lorazepam 2 mg/injeksi. Dosis maksimum
Lorazepam 4 mg/hari. Dapat diberikan bersamaan dengan injeksi IM
Aripiprazol atau Olanzapin. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik
karena mengganggu stabilitas antipsikotika.

Lini 2
Terapi:
-

Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang setelah 30


menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari.

Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi. Dapat diberikan bersamaan


dengan injeksi haloperidol IM. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik.

12

Penatalaksanaan Terapi Farmakologi Pada Mania Akut1


Lini 1
Terapi:
-

Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR,


aripiprazol, litium atau divalproat + risperidon, litium atau divalproat +
quetiapin, litium atau divalproat + olanzapin, litium atau divalproat +

aripiprazol.

Lini 2
Terapi:
-

Karbamazepin, Electro Convulfive Therapy (ECT), litium + divalproat,


paripalidon

Lini 3
Terapi:
-

Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat+haloperidol, litium


+karbamazepin, klozapin

13

Tabel 1. Algoritma Terapi Mania Akut pada Gangguan Bipolar


Penatalaksanaan Episode Depresi Akut pada gangguan Bipolar 11
Lini 1
Terapi:
-

Litium, lamotrigin, quetiapin, quetiapin XR, litium atau divalproat + SSRI,


Olanzapin + SSRI, litium + divalproat.

Lini 2
Terapi:
-

Quetiapin + SSRI, divalproat, litium atau divalproat + lamotrigin

Lini 3
Terapi:
-

Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin, litium atau divalproat +


venlafaksin, litium + MAOI, TKL, Litium atau divalproat atau AA + TCA,
litium atau divalproat atau karbamazepin + SSRI + Lamotrigin,
penambahan topiramat.

Obat-obat yang tida direkomendasikan


-

Gabapentin monoterapi, aripiprazol mono terapi

Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar 11

14

Lini 1
Terapi:
-

Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin, litium


atau divalproat + quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang (RIJP),
penambahan RIJP, aripiprazol

Lini 2
Terapi:
- Karbamazepin, litium +divalproat, litium + karbamazepine, litium +
divalproat + olanzapin, litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin
+ fluoksetin
Lini 3
Terapi:
- Penambahan

fenitoin,

penambahan

olanzapin,

penambahan

ECT,

penambahan topiramat, penambahan asam lemak omega-3, penambahan


okskarbazepin
Obat-obatan yang tidak direkomendasikan:
- Gabapentin, topiramat atau antidepresan monoterapi

Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan pada gangguan bipolar:


Litium1
Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu.
Farmakologi
Sejumlah kecil litium terikat dengan protein.Litium diekskresikan dalam bentuk
utuh hanya melalui ginjal.
Indikasi
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai terapi
rumatan GB.
15

Dosis
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan
menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4
mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari.Dosis
untuk mengatasi keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan terapi
rumatan. Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEq/L. Dosis kecil
dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas
litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
Efek samping
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,
penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif.Neurotoksisitas, delirium, dan
ensefalopati

dapat

pula

terjadi

akibat

litium.Neurotoksisitas

bersifat

irreversible.Akibat intoksikasi litium, deficit neurologi permanen dapat terjadi


misalnya, ataksia, deficit memori, dan gangguan pergerakan.Untuk mengatasi
intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan.Litium dapat merusak
tubulus ginjal.Factor resiko kerusakan ginjal adalah intoksikasi litium, polifarmasi
dan adanya penyakit fisik yang lainnya.Pasien yang mengkonsumsi litium dapat
mengalami poliuri.Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak meminum air.
Pemeriksaan laboratorium
Sebelum memberikan ion, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi
tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu.Untuk pasien yang berumur di atas 40
tahun, pemeriksaan EKG harus dilakukan.Fungsi ginjal harus diperiksa Setiap
Setiap 2-3 bulan dan fungsi tiroid dalam enam bulan pertama.Setelah enam bulan,
fungsi ginjal dan tiroid diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bila ada indikasi.
Wanita hamil
Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi
janin.Kejadiannya meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih
dini.Wanita dengan GB yang derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium,
16

dapat melanjutkan litium selama kehamilan bila ada indikasi klinis.Kadar litium
darahnya harus dipantau dengan seksama.Pemeriksaan USG untuk memantau
janin,

harus

dilakukan.Selama

kehamilannya,

wanita

tersebut

harus

disupervisioleh ahli kebidanan dan psikiater.Sebelum kehamilan terjadi, risiko


litium terhadap janin dan efek putus litium terhadap ibu harus didiskusikan.
Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh Food and Drugs
Administration (FDA) sebagai antimania. Valproat tersedia dalam bentuk:
1. Preparat oral;
a. Sodium divalproat, tablet salut, proporsi antara asam valproat dan
sodium valproat adalah sama (1:1)
b. Asam valproat
c. Sodium valproat
d. Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut
yang dapat dimakan secara utuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam
makanan.
e. Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari
2. Preparat intravena
3. Preparat sipositorio
Farmakologi
Terikat dengan protein.Diserap dengan cepat setelah pemberian oral.
Konsentrasi puncak plasma valproat sodium dan asam valproat dicapai dalam dua
jam sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam. Awitan absorbsi divalproat lepas
lambat lebih cepat bila dibandingkan dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi
lambat bila obat diminum bersamaan dengan makanan.Ikatan valproat dengan
17

protein meningkat bila diet mengandung rendah lemak dan menurun bila diet
mengandung tinggi lemak.
Dosis
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam
serum berkisar antara 45 -125 mg/mL.Untuk GB II dan siklotimia diperlukan
divalproat dengan konsentrasi plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania
dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3
hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 mg/mL. Efek samping, misalnya
sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat
terjadi bila konsentrasi serum > 100 mg/mL.Untuk terapi rumatan, konsentrasi
valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 mg/mL.
Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut,
terapi rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium,
siklus cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.
Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik.Efek samping yang dapat terjadi,
misalnya anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan)
enzim transaminase, sedasi, dan tremor.Efek samping ini sering terjadi pada awal
pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya
waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam
valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium
divalproat.
Lamotrigin
Lamotrigin

efektif

untuk

mengatasi

episode

bipolar

depresi.Ia

menghambat kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.


Farmakokinetik

18

Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat.Ia dengan cepat melewati sawar


otak dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin
dieksresikan dalam bentuk utuh.
Indikasi
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut
maupun rumatan.Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
Dosis
Berkisar antara 50-200 mg/hari.
Efek Samping
Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk
kemerahan di kulit.
Antipsikotika Atipik
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif
sebagai terapi lini pertama untuk GB.Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah
olanzapin, risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.
Risperidon
Risperidon adalah derivat benzisoksazol.Ia merupakan antipsikotika atipik
pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.
Absorbsi
Risperidon

diabsorbsi

dengan

cepat

setelah

pemberian

oral.Ia

dimetabolisme oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6.


Dosis
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu
tablet dan cairan.Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya
19

dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari.Sebagian besar pasien


membutuhkan 4-6 mg/hari.Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula
digunakan untuk terapi rumatan GB.Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa
atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak berespons dengan 25
mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua minggu.
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan
Efek Samping Fatiqve
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan,
berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon
bila dibandingkan dengan pada plasebo.Meskipun risperidon tidak terikat secara
bermakna dengan reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan
retensi urin, dapat terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya
sementara.Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat pula terjadi pada
pemberian risperidon.
Olanzapin
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas
terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik,
histamin 1(H1), dan a1- adrenergik.
Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut
mania dan campuran.Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
Efek Samping

20

Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah


beberapa lama.Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat
rendah dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan.Risiko terjadinya
diabetes tipe-2 relatif tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya.
Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah
gaya hidup, diet dan latihan fisik.
Quetiapin
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai
antagonis 5-HT1A dan 5 -HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor
adrenergik a1 dan a2.Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih
tinggi terhadap serotonin 5-HT2A.
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari.
Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg,
200 mg, dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia
quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran,
siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik.Sedasi merupakan efek
samping yan sering dilaporkan.Efek samping ini berkurang dengan berjalannya
waktu.Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan.Peningkatan berat badan lebih kecil bila
dibandingkan dengan antipsikotika tipik.
Aripiprazol
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.
Farmakologi

21

Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta
antagonis 5- HT2A.Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3,
afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, a1-adrenergik, histaminergik (H1), dan
serotonin reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik
kolinergik.
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran
dosis efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang
direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada
rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis.Beberapa
klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan tolerabilitas.
Indikasi
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut.Ia
juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi
tambahan pada GB I, episode depresi.
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual
merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh
kelompok yang mendapat aripiprazol.Efek samping ekstrapiramidalnya tidak
berbeda secara bermakna dengan plasebo.Akatisia dapat terjadi dan kadangkadang dapat sangat mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan
penghentian pengobatan.Insomnia dapat pula ditemui.Tidak ada peningkatan berat
badan dan diabetes melitus pada penggunaan aripiprazol. Selain itu, peningkatan
kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan perubahan
interval QTc.
Antidepresan
Antidepresan

efektif

untuk

mengobati

GB,

episode

depresi.

Penggunaannya harus dalam jangka pendek.Penggunaan jangka panjang


berpotensi meginduksi hipomania atau mania.Untuk menghindari terjadinya
22

hipomania dan mania, antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator


mood atau dengan antipsikotika atipik.

Psikoterapi
Disamping pengobatan medikamentosa, psikoterapi adalah salah satu terapi
yang efektif untuk gangguan bipolar.Terapi ini memberikan dukungan, edukasi,
dan petunjuk untuk seorang dengan gangguan bipolar. Beberapa jenis psikoterapi
yaitu:
1. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan
bipolar untuk mengubah pola pikir dan perilaku negative.
2. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga
memfokuskan pada komunikasi dan pemecahan masalah.
3. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan
bipolar meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur
aktivitas harian mereka.
4. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai
penyakit yang mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi
ini membantu penderita mengenali gejala awal dari episode baik manik
maupun depresi sehingga mereka bisa mendapatkan terapi sedini mungkin.
PROGNOSIS
Penderita dengan BP I lebih buruk daripada depresi berat. Dalam
2 tahun pertama setelah episode awal, 40 50% penderita
mengalami serangan manik lain.Hanya 50-60% penderita BP I
dapat dikontrol dengan Lithium terhadap gejalanya. Pada 7%
penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45%
penderita mengalami episode berulang, dan 40% mengalami
gangguan

yang

menetap.

Sering kali perputaran episode depresif dan manik berhubungan


dengan

usia.
23

Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk


antara lain; riwayat kerja yang buruk; penyalahgunaan alkohol;
gambaran psikotik; gambaran depresif diantara episode manik
dan depresi; adanya bukti keadaan depresif, jenis kelamin lakilaki.Indikator prognosis yang baik adalah: fase manik(dalam
durasi pendek); onset terjadi pada usia yang lanjut; pemikiran
untuk bunuh diri yang rendah; gambaran psikotik yang rendah;
masalah kesehatan (organik) yang sedikit.
Prognosis tergantung pada penggunaan obat-obatan dengan dosis yang
tepat, pengetahuan komprehensif mengenai penyakit ini dan efeknya, hubungan
positif dengan dokter dan therapist, kesehatan fisik.Semua faktor ini merujuk ke
prognosis bagus.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Bipolar Disorder. www.medicine.net. Di akses tanggal 18 Maret 2014.


2. Hillary. Bipolar Disorder. www.hillary.wordpress.com. Diakses tanggal 18
Maret 2014
3. Mengenali Gangguan Bipolar. www.medicastore.com. Diakses tanggal 18
Maret 2014
4. Zubin

Bhagwagar.

Bipolar

Disorder

Affective.

www.internationaljournalphsichiatry.com. Advancesin Bipolar Disorder


Detection and Management. 2009
5. Memahami kepribadian dua kutub. www.majalahfarmacia.com diakses
tanggal 18 Maret 2014.
6. Sadock, James Benjamin; Sadock, Alcott Virginia. Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry; Depression and Bipolar Disorder. Newyork;
Lippincott Williams & Wilkins 10th Edition : 2007
7. Bipolar Affective Disorder. www.medscape.com. Diakses tanggal 18 Maret
2014.
8. Bipolar Disorder Genetic. www.bipolardisordertips.net. Diakses tanggal 18
Maret 2014.

25

LAPORAN KASUS PSIKOTIK


SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny A

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Belum menikah

Umur

: 31 Tahun

Tempat/tgl lahir

: Toraja 11 april 1983

Agama

: Kristen

Warga Negara

: Indonesia

Suku bangsa

: Bugis

Pekerjaan /sekolah

: Guru SD

Alamat/ telepon

: Perdos tamalanrea

II. RIWAYAT PENYAKIT


A. Keluhan utama
Mengamuk
B. Riwayat gangguan sekarang

26

Seorang pasien dibawa oleh ibunya ke RSKD dengan keluhan


utama mengamuk. Mengamuk di alami sejak dua hari yang lalu, saat
mengamuk pasien melempar barang, mengeluarkan pakaian dari dalam
lemari dan berteriak-teriak. Pasien mengamuk setelah berkelahi dengan
adiknya dan pasien dipukul oleh adiknya.
Pasien juga gelisah sejak satu minggu yang lalu saat
gelisah,pasien sering mondar-mandir di dalam rumah.perubahan perilaku
di alami pasien 12 tahun yang lalu, saat itu pasien merasa sedih oleh
karena ayah dan ibunya bercerai. Hal ini membuat pasien berubah perilaku
dan berhenti kuliah di fakultas pariwisata semester 2. Pasien keumudian
melanjutkan sekolah di sekalah untuk guru menjadi guru TK
Pasien pernah dirawat jalan di RSKD tahun 2004, kemudian
dilanjutkan berobat ke psikiater swasta. Pasien sempat putus minum obat
dan terakhir minum obat tahun 2013 obat yang diminum yaitu
(haloperidol,chlorpromazine,tryhexypenidil).
Pasien juga mendengar suara bisikan-bisikan yang menyuruhnya
untuk bunuh diri .pasien merasa dirinya panas sehingga pasien sering
membenturkan kepalanya di dinding. Pasien juga mengatakan sering
melihat bayangan orang dari jendela. Pasien selalu curiga terhadap
saudara dan sepupunya, merasa akan disakiti oleh keluarganya. Pasien
juga tidak bisa tidur. Nafsu makan juga berkurang.
C. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, di rumah & dibantu oleh dukun.Ibu pasien tidak
mengalami masalah kesehatan sebelum mengandung pasien. Pasien
merupakan anak yang diharapkan dan direncanakan.
2. Riwayat masa kanak awal (sejak lahir hingga usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik pasien samadengan anak
seusianya.
3. Riwayat masa kanak pertengahan 3-11 tahun

27

Pasien masuk SD Negeri di kampungnya pada usia 6 tahun dengan


prestasi yang cukup baik. Pasien tidakmudah bergaul dan memiliki
sedikit teman.Pasien lebih senang tinggal dirumah
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja usia (11-18 tahun)
Hubungan dengan teman-teman pasien kurang baik.Sikap pasien mulai
berubah dan prestasi mulai menurun. Pasien sering tidak masuk sekolah
sehingga orang tua sering dipanggil ke sekolah.
5. Riwayat Masa Dewasa
Pasien tidak bekerja dan tinggal dirumah. Pasien sesekali diajak
menemani ibunya mengajar di yayasan
D. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara (P, L).Hubungan
pasien dengan keluarga kurang baik.Pasien sering dipukuli adiknya.
Pasien hanya tinggal bersama ibu dan adik laki-lakinya karena orang tua
pasien sudah bercerai semenjak pasien SMP.
E. Situasi sekarang
Pasien tinggal bersama ibu dan adik laki-lakinya.
F. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit dan kehidupannya baik-baik saja.

III. AUTOANAMNESIS( 6-8 April 2014 jam 14.30 WITA)


DM

Pagi Bu. Perkenalkan nama saya Sany pak, dokter muda yang
bertugas disini. ibu, bisa saya bertanya-tanya sebentar Bu?

Bisaji dok.

DM

Maaf Bu, kalau boleh tau nama ibu siapa ?

Ati.

DM

Umurnya sekarang berapa ?

31 tahun.

28

DM

Ibu lahirnya dimana?

Tidak tau dok

DM

Rumahnya dimana?

di perdos tamalanrea

DM

Ibusudah menikah?

DM

Belum dok.

DM

Apa yang Ibu buat disini?

Disini ?, tidak ada

DM

ibu tau dimana sekarang?

Di Rumah Sakit.

DM

Kalau begitu, apa yang membuat ibukesini ?

dipukul .

DM

Kenapa ibu bisa dipukul?

kuliat-liati ji terus. Baru tiba-tiba dia datang pukul saya

DM

Ati tau siapa yang pukul ati?

Adekku yang pukul.

DM

Kenapa Bisa dipukul?

Saya liati terus dia pukul saya.

DM

Kenapa mukanya luka?

Karena dipukul dok.

DM

apa Ati biasa melihat sesuatu?


29

Ia ada dok

DM

Apa yang Atiliat ?

ada orang di jendela yang panggil panggil.

DM

apa yang na bilangi qi itu orang ?

na takut-takuti ka.

DM

Ati juga biasa dengar sesuatu?

Ia ada dok.

DM

Apa yang Ati dengar?

Banyak orang yang ceritai ka.

DM

ApaAti merasa punya kekuatan pada diri Ati?

ada dok.

DM

Kekuatan apa yang Ati punya?

Bisa ka membaca kartu joker yang disembunyikan.

DM

ApaAti punya hobi?

ie ada, baca buku

DM

Biasa baca bukudimana ?

dirumah ji dok.

DM

ApaAti merasa sakit?

Tidak.

DM

Lalu kenapa bapak dibawah kesini?

Saya tidak tau dok.


30

DM

Ati suka hitung-hitung?

Iya suka

DM

100-7 ?

93.

DM

93-7?

86.

DM

86-7?

79.

DM

Ati tau presidennya indonesia?

Tau, Pak SBY.

DM

Kalau presiden yang baru terpilih Ati tau?.

Tidak, karena jarang masuk Koran disini.

DM

Ati tau sekarang waktu apa? Pagi, siang atau malam?

Siang dok

DM

Ati tau pribahasa?.Misalnya : tangan panjang itu apa pak?

:
Pencuri.

DM

Ati masi ingat nama saya siapa?

sanny.

DM

Ok. Terima kasih ati.Sekarang ati istirahat.Obatnya diminum

teratur yah. Semoga capet sembuh.

31

Ia dok makasih.

IV. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum:
1

Penampilan

: Tampak seorang perempuan mengenakan baju abu-abu dan men

jeans. Wajah tampak sesuai dengan usianya, perawakan sedang d

Kesadaran

: Berubah

.
3

Perilaku dan

: Cukup tenang

aktivitas

psikomotor
Pembicaraan

: Lancar, spontan, intonasi suara biasa.

.
5

Sikap terhadap

: Kooperatif

. pemeriksa
B. Kesadaran Afektif perasaan dan empati, perhatian :
1. Mood
: Sulit dinilai
2. Afek
: Hostile
3. Empati
: Tidak dapat di rabarasakan
4. Keserasian : Tidak serasi
C. Fungsi intelektual (kognitif )
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :Sesuai taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi : cukup
3. Orientasi (waktu, orang,tempat): Baik
4. Daya ingat :
- Jangka panjang : Baik
- Jangka sedang : Baik
- Jangka pendek : Baik
5. Pikiran abstrak
: Terganggu
6. Bakat kreatif
: Tidak Ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri
: Baik
D. Gangguan persepsi
1.

Halusinasi

Halusinasi auditorik (+) suara perempuan yang


mengendalikannya untuk mengambil benda

2.

Ilusi

tajam dan menusuk perut.


: Tidak ada
32

3.

Depersonalisasi

: Tidak ada

4.

Derealisasi

: Tidak ada

E. Proses Berfikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas

: cukup

b. Kontinuitas

: Kadang Relevan & Koheren.

c. Hendaya berbahasa

: tidak ada

2. Isi pikiran
a) Preokupasi

: Tidak ditemukan

b) Gangguan isi pikiran : Waham kebesaran (Pasien merasa yakin


bahwa dirinya mampu membaca kartu).

F. Pengendalian impuls : Terganggu


G. Daya nilai :
1. Norma sosial
: Terganggu
2. Uji daya nilai
: Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (insight)
Derajat I (Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit)
I. Taraf dapat dipercaya :
dapat dipercaya
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan fisik :
Status internus
T = 130/80 mmHg
33

N = 84x /menit
S = 36,0oC
P = 20x/ menit
Status Neurologis :
1. Kesadaran : GCS : E4M6V5
2. Rangsang meninges : Kaku puduk (-), kernig sign (-)
3. Pemeriksaan nervus cranialis : dalam batas normal
Pupil bulat isokor 0 2.5mm / 0 2.5mm, RCL +/+,RCTL+/+
4. Refleks patologis (-) pada keempat ekstremitas
5. Sensorik dan motorik ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat

kelainan
Laboratorium :

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang pasien dibawa oleh ibunya ke RSKD dengan keluhan utama
mengamuk. Mengamuk di alami sejak dua hari yang lalu, saat mengamuk
pasien melempar barang, mengeluarkan pakean dari dalam lemari dan
berteriak-teriak. Pasien mengamuk setelah berkelahi dengan adiknya dan
pasien dipukul oleh adiknya.Pasien juga gelisah sejak satu minggu yang
lalu saat gelisah,pasien sering mondar-mandir di dalam rumah.perubahan
perilaku di alami pasien 12 tahun yang lalu, saat itu pasien merasa sedih
oleh karena ayah dan ibunya bercerai. Hal ini membuat pasien berubah
perilaku dan berhenti kuliah di fakultas pariwisata semester 2. Pasien
keumudian melanjutkan sekolah di sekalah untuk guru menjadi guru
TK.Pasien pernah dirawat jalan di RSKD tahun 2004, kemudian dilanjutkan
berobat ke psikiater swasta. Pasien sempat putus minum obat dan terakhir
minum

obat

tahun

2013

obat

yang

diminum

yaitu

(haloperidol,chlorpromazine,tryhexypenidil).

VII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala klinik bermakna yaitu pola perilaku mengamuk,
bicara sendiri sehingga menimbulkan penderitaan (distress) maupun
34

hendaya (disability) dalam fungsi psikososialnya, pekerjaan, dan


penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat
dalam menilai realita berupa gangguan isi pikiran (Halusinasi) yaitu
waham kebesaran dan halusinasi auditorik sehingga didiagnosa gangguan
jiwa psikotik.
Dari pemeriksaan internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan medis umum yang berhubungan dengan disfungsi otak maupun
tubuh.Sehingga adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan dan
didiagnosis gangguan jiwa psikotik non organik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
ditemukan halusinansi auditorik yang berlangsung setiap hari terus
menerus serta waham yang telah berlangsung lebih dari satu bulan,
sehingga memenuhi ktiteria skizofrenia. Pada pasien ini terdapat halusinasi
auditorik dan waham yang menonjol yakni waham kebesaran sehingga
berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III)
diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F20.0) .
Aksis II
Dari data yang dikumpulkan belum mencukupi untuk diarahkan ke salah
satu ciri kepribadian.Sehingga pasien ini dikatakan memiliki kepribadian
yang tidak khas.
Aksis III
tidak ada diagnosa.
Aksis IV
Stresor psikososial tidak diketahui.
Aksis V
GAF scale 50-41 : Gejala berat (serius), disabilitas berat.

VIII. DAFTAR MASALAH :


1. Organobiologik

: Tidak ditemukan

adanya kelainan fisik yang bermakna namun


diduga

terdapat

ketidakseimbangan
35

neurotransmitter,

maka

pasien

psikofarmakologi
2. Psikologik :

memerlukan

Ditemukan adanya

hendaya berat dalam menilai realitas berupa


halusinasi auditorik dan gangguan isi pikiran
berupa

waham

sehingga

psikoterapi.
3. Sosiologik :

perlu

dilakukan

Ditemukan adanya

hendayaberat dalam pekerjaan, aktivitas sosial,dan


dalam penggunaan waktu senggang sehingga
memerlukan sosioterapi.
IX. RENCANA TERAPI
- Psikofarmako
:
Haloperidol 5 mg 3x1/2
- Psikoterapi Suportif
:
1. Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan
dan isi hati serta perasaan pasien sehingga pasien merasa lega.
2. Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian pada pasien sehingga dapat
membantu pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya dan
menjelaskan manfaat pengobatan, efek samping yang mungkin timbul
selama pengobatan serta member support agar pasien dapat dapat atau
mau meminum obat secara teratur.
3. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada
disekitarnya

sehingga

dapat

keluarga

menerima

dan

keadaan

orang-orang
pasien

dan

memberika n dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang


baik agar dapat membantu pasien dalam penyembuhan dan
pengaturan pengobatan.
X. PROGNOSIS
Dubia et malam
1.Faktor pendukung
- Tidak terdapat kelainan organik
36

- Tidak terdapat riwayat keluarga dengan keluhan yang sama


- Pasien mendapat dukungan keluarga
2.Faktor penghambat
-Onset usia muda
-Perlangsungan yang kronik
-Stresor yang tidak jelas
XI. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit, serta melihat
efektifitas obat yang diberikan dan kemungkinan efek samping yang terjadi.

XII.

PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA


Menurut buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ III), skizofrenia umumnya ditandai dengan penyimpangan
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta oleh afek yang
tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Pedoman diagnostik, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang
amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas):
a). - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umumnya mengetahuinya.

37

b). - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas
,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan
atau penginderaan khusus);
- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan
mukjizat;

c). Halusional Auditorik ;


- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d). Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

38

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
e). Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f). Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
g). Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor.
h). Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

39

Pada pasien ini, dari gejala maupun pemeriksaan status mental telah
memenuhi criteria umum skizofrenia (F20).Adanya halusinasi auditorik dan
waham (kebesaran) yang menonjol mengarahkan diagnosis pasien ini dengan
skizofrenia paranoid (F20.0) sesuai PPDGJ III.
Pedoman diagnostic untuk skizofrenia paranoid yakni memenuhi criteria
umum diagnosis skizofrenia dan sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.
Pada pasien didapatkan gejala klinis berupa perubahan perilaku seperti
mengamuk, marah, disorganisasi pembicaraan, waham, halusinasi dan sikap
menarik diri dari hubungan sosial.Hal tersebut merupak symptom positif dan
negative dari skizofrenia yang terjadi akibat hiperdopaminergik pada mesolimbik
pathways dan hipodopaminergik pada jalur mesokortikal terutama pada daerah
dorsolateral prefrontal.Pada pasien ini terdapat halusinasi auditorik dan waham

40

kebesaran yang sangat menonjol.Sehingga menurut PPDGJ III, Pasien ini


didiagnosis dengan Skizofrenia paranoid (F20.0).
Rencana terapi psikofarmaka yang diberikan pada pasien ini adalah obat
antipsikotik tipikal yaitu haloperidol yang mekanisme kerjanya memblokade
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron diotak khususnya di system limbic
dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis).Haloperidol
merupakan antipsikotik tipikal yang mempunyai kerja memblok reseptor D2
khususnya di mesolimbik dopamine pathways oleh karena itu sering disebut juga
dengan Antagonis Reseptor Dopamin (ARD).Kerja dari generasi ini yakni
menurunkan hiperaktivitas dopamine di jalur mesolimbik sehingga menyebabkan
symptom positif menurun.Golongan tipikal mempunyai peranan yang cepat dalam
menurunkan symptom positif seperti halusinasi atau waham, tetapi juga cepat
menyebabkan kekambuhan setelah penghentian pemberian.
Keuntungan pemberian golongan ini adalah jarang menyebabkan
terjadinya Sindroma Neuroleptik Malignan (SNM) dan cepat menurunkan
symptom positif.Pada haloperidol, dosis yang diberikan dapat dimulai dengan
dosis awal sesuai dengan dosis anjuran.Kemudian dinaikkan setiap 2-3 hari
hingga mencapai dosis efektif yang dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dosis dapat dinaikkan hingga mencapai dosis optimal.Dosis optimal kemudian
dipertahankan sekitar 8-12 minggu untuk stabilisasi.Setelah itu, dosis diturunkan
untuk mencapai dosis maintenance. Dosis maintenance ini dipertahankan 6 bulan
sampai 2 tahun, dapat diselingi dengan drug holiday 1-2 hari/minggu kemudian
di tapering off setiap 2-4 minggu.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia et bonam. Adapun faktor
pendukung yaitu tidak adanya kelainan organik pada pasien, tidak terdapat
riwayat keluhan yang sama pada keluarga dan pasien mendapat support dari
keluarga. Sedangkan faktor penghambat yakni pasien masih dalam usia muda,
perlangsungan yang kronik serta stressor pada pasien yang tidak jelas.

41

42

Anda mungkin juga menyukai