DEFINISI
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik
dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran,
biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.Setiap episode dipisahkan
sekurangnya dua bulan tanpa gejala penting mania atau hipomania.Tetapi pada
beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat bergantian secara cepat, yang
dikenal dengan rapid cycling.Episode mania yang ekstrim dapat menunjukkan
gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.1,2
EPIDEMIOLOGI
Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan
dengan gangguan depresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya
sekitar 2% sama dengan prevalensi skizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan
wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5-6
tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang terkena adalah usia 30
tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.3
ETIOLOGI
Penyebab gangguan bipolar multifaktor.Secara biologis dikaitkan dengan
faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial
dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress
kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.4
Faktor Genetik
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita
suatu
gangguan
mood
menurun
saat
derajat
hubungan
kekeluargaan
bipolar memiliki sekurangnya satu orangtua dengan suatu gangguan mood, paling
sering gangguan depresif berat.Jika satu orangtua menderita gangguan bipolar,
terdapat kemungkinan 25 persen bahwa anaknya menderita suatu gangguan mood.
Jika kedua orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 50-75
persen anaknya menderita gangguan mood.3
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar
dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana
dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat.Beberapa diantaranya yang
telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22-q23, dan 21q22.
Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita Sindrom Down (trisomi
21) beresiko rendah menderita gangguan bipolar.4
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala
bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan antara neurotransmitter dengan
gangguan
bipolar.Neurotransmitter
tersebut
adalah
dopamine,
serotonin,
yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual.Tak hanya itu, Blumberg dkk
dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada
amygdale dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).4
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang
pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan
membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat
hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat
dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.4
Faktor Lingkungan
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan
penting dalam gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat
berperan pada kehidupan psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang
dipicu oleh faktor lingkungan.
berbagai
neurotransmitter
dan
sistem
pemberian
signal
Episode Depresi
-
Deskripsi umum
Psikomotor merupakan gajala yang paling umum.Menggenggamkan
tangan dan menarik rambut merupakan gejala agitasi yang paling sering.
Postur orang depresi yaitu membungkuk , tidak terdapat pergerakan yang
spontan, dan pandangan mata yang putus asa serta memalingkan pandangan.
Pada pemeriksaan fisik tampak pasien seperti pasien skizofrenia katatonik.
Mood ,afek, dan perasaan
Setengah dari pasien yang memiliki gangguan depresi selalu menyangkal
penyakitnya.Pasien sering kali dibawa oleh anggota keluarganya atau teman
kerjanya oleh karena penarikan sosal dan penurunan aktivitas secara
menyeluruh.
Bicara
Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara
yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan
menunjukkan respon yang melambat terhadap pertanyaan.
Gangguan persepsi
Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita
episode depresi berat dengan cirri psikotik. Waham sesuai mood pada pasien
terdepresi adalah waham bersalah,memalukan, kegagalan, kemiskinan, tidak
berguna, penyakit somatic terminal (sebagai contoh penyakit kanker dan otak
yang membusuk). Halusinasi relative jarang terjadi.
Pikiran
Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negative tentang dunia dan
dirinya sendiri.Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang
kehilangan, bersalah, bunuh diri dan kematian.Kira-kira 10% dari pasien
memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran dan
kemiskinan isi pikiran.
Daya ingat
Kira-kira 50%-70% dari semua pasien terdepresi memiliki suatu gangguan
kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif, dengan
keluhan gangguan konsentrasi dan mudah lupa.
Pengendalian impuls
Kira-kira 10-15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kira-kira
dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri.Resiko meninggi untuk melakukan
bunuh diri saat mereka mulai mebaik dan mendapat kembali energy yang
diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh diri.
Reliabilitas
Semua informasi yang didapat dari pasien selalu menonjolkan hal yang
buruk dan menekankan yang baik
Episode manik:
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood
yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau
lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:
Episode Campuran1
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi
yang terjadi secara bersamaan.Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood
disforik), iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi, menangis,
ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar
dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga
memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai
gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, social dan pekerjaan.
Siklus Cepat1
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode depresi,
hipomania, atau mania dalam satu tahun.Seseorang dengan siklus cepat jarang
mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan
interpersonal atau pekerjaan.
Siklus Ultra Cepat1
Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat
dalam beberapa hari.Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan
siklotimia dan sangat sulit diatasi.
Sindrom Psikotik1,,3
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang
paling sering yaitu:
Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan
waham nihilistic terjadi pada episode depresi.Ada kalanya simtom psikotik tidak
6
KRITERIA
Berdasarkan DSM-IV, gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria:
Gangguan bipolar I
Terdapat satu atau lebih episode manik.Episode depresi dan hipomanik
tidak diperlukan untuk diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.
Gangguan bipolar II
Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor
tanpa episode manik.
Siklotimia
Adalah bentuk ringan dari gangguan bipolar.Terdapat episode hipomania
dan depresi yang ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif
mayor.
DIAGNOSIS
Keterampilan
wawancara
dibutuhkan
untuk
menegakkan
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
skizofreniform,
atau
dengan
gangguan
psikotik
yang
tidak
dapat
diklasifikasikan.
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum.
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek
fungsi penting lainnya.
dan
tidak
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
dan
tidak
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
dan
tidak
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
10
dan
tidak
bertumpang
tindih
dengan
skizofrenia,
klinik cukup
11
PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Pendekatan farmakoterapeutik terhadap gangguan bipolar telah menimbulkan
perubahan besar dalam pengobatannya dan secara dramatis telah mempengaruhi
perjalanan gangguan bipolar dan menurunkan biaya bagi penderita.3
Lini 2
Terapi:
-
12
aripiprazol.
Lini 2
Terapi:
-
Lini 3
Terapi:
-
13
Lini 2
Terapi:
-
Lini 3
Terapi:
-
14
Lini 1
Terapi:
-
Lini 2
Terapi:
- Karbamazepin, litium +divalproat, litium + karbamazepine, litium +
divalproat + olanzapin, litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin
+ fluoksetin
Lini 3
Terapi:
- Penambahan
fenitoin,
penambahan
olanzapin,
penambahan
ECT,
Dosis
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan
menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4
mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari.Dosis
untuk mengatasi keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan terapi
rumatan. Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEq/L. Dosis kecil
dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas
litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
Efek samping
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,
penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif.Neurotoksisitas, delirium, dan
ensefalopati
dapat
pula
terjadi
akibat
litium.Neurotoksisitas
bersifat
dapat melanjutkan litium selama kehamilan bila ada indikasi klinis.Kadar litium
darahnya harus dipantau dengan seksama.Pemeriksaan USG untuk memantau
janin,
harus
dilakukan.Selama
kehamilannya,
wanita
tersebut
harus
protein meningkat bila diet mengandung rendah lemak dan menurun bila diet
mengandung tinggi lemak.
Dosis
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam
serum berkisar antara 45 -125 mg/mL.Untuk GB II dan siklotimia diperlukan
divalproat dengan konsentrasi plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania
dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3
hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 mg/mL. Efek samping, misalnya
sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat
terjadi bila konsentrasi serum > 100 mg/mL.Untuk terapi rumatan, konsentrasi
valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 mg/mL.
Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut,
terapi rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium,
siklus cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.
Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik.Efek samping yang dapat terjadi,
misalnya anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan)
enzim transaminase, sedasi, dan tremor.Efek samping ini sering terjadi pada awal
pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya
waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam
valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium
divalproat.
Lamotrigin
Lamotrigin
efektif
untuk
mengatasi
episode
bipolar
depresi.Ia
18
diabsorbsi
dengan
cepat
setelah
pemberian
oral.Ia
20
21
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta
antagonis 5- HT2A.Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3,
afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, a1-adrenergik, histaminergik (H1), dan
serotonin reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik
kolinergik.
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran
dosis efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang
direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila ada
rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis.Beberapa
klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan tolerabilitas.
Indikasi
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut.Ia
juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi
tambahan pada GB I, episode depresi.
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual
merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh
kelompok yang mendapat aripiprazol.Efek samping ekstrapiramidalnya tidak
berbeda secara bermakna dengan plasebo.Akatisia dapat terjadi dan kadangkadang dapat sangat mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan
penghentian pengobatan.Insomnia dapat pula ditemui.Tidak ada peningkatan berat
badan dan diabetes melitus pada penggunaan aripiprazol. Selain itu, peningkatan
kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan perubahan
interval QTc.
Antidepresan
Antidepresan
efektif
untuk
mengobati
GB,
episode
depresi.
Psikoterapi
Disamping pengobatan medikamentosa, psikoterapi adalah salah satu terapi
yang efektif untuk gangguan bipolar.Terapi ini memberikan dukungan, edukasi,
dan petunjuk untuk seorang dengan gangguan bipolar. Beberapa jenis psikoterapi
yaitu:
1. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan
bipolar untuk mengubah pola pikir dan perilaku negative.
2. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga
memfokuskan pada komunikasi dan pemecahan masalah.
3. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan
bipolar meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur
aktivitas harian mereka.
4. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai
penyakit yang mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi
ini membantu penderita mengenali gejala awal dari episode baik manik
maupun depresi sehingga mereka bisa mendapatkan terapi sedini mungkin.
PROGNOSIS
Penderita dengan BP I lebih buruk daripada depresi berat. Dalam
2 tahun pertama setelah episode awal, 40 50% penderita
mengalami serangan manik lain.Hanya 50-60% penderita BP I
dapat dikontrol dengan Lithium terhadap gejalanya. Pada 7%
penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45%
penderita mengalami episode berulang, dan 40% mengalami
gangguan
yang
menetap.
usia.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Bhagwagar.
Bipolar
Disorder
Affective.
25
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny A
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Belum menikah
Umur
: 31 Tahun
Tempat/tgl lahir
Agama
: Kristen
Warga Negara
: Indonesia
Suku bangsa
: Bugis
Pekerjaan /sekolah
: Guru SD
Alamat/ telepon
: Perdos tamalanrea
26
27
Pagi Bu. Perkenalkan nama saya Sany pak, dokter muda yang
bertugas disini. ibu, bisa saya bertanya-tanya sebentar Bu?
Bisaji dok.
DM
Ati.
DM
31 tahun.
28
DM
DM
Rumahnya dimana?
di perdos tamalanrea
DM
Ibusudah menikah?
DM
Belum dok.
DM
DM
Di Rumah Sakit.
DM
dipukul .
DM
DM
DM
DM
DM
Ia ada dok
DM
DM
na takut-takuti ka.
DM
Ia ada dok.
DM
DM
ada dok.
DM
DM
DM
dirumah ji dok.
DM
Tidak.
DM
DM
Iya suka
DM
100-7 ?
93.
DM
93-7?
86.
DM
86-7?
79.
DM
DM
DM
Siang dok
DM
:
Pencuri.
DM
sanny.
DM
31
Ia dok makasih.
Penampilan
Kesadaran
: Berubah
.
3
Perilaku dan
: Cukup tenang
aktivitas
psikomotor
Pembicaraan
.
5
Sikap terhadap
: Kooperatif
. pemeriksa
B. Kesadaran Afektif perasaan dan empati, perhatian :
1. Mood
: Sulit dinilai
2. Afek
: Hostile
3. Empati
: Tidak dapat di rabarasakan
4. Keserasian : Tidak serasi
C. Fungsi intelektual (kognitif )
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :Sesuai taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi : cukup
3. Orientasi (waktu, orang,tempat): Baik
4. Daya ingat :
- Jangka panjang : Baik
- Jangka sedang : Baik
- Jangka pendek : Baik
5. Pikiran abstrak
: Terganggu
6. Bakat kreatif
: Tidak Ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri
: Baik
D. Gangguan persepsi
1.
Halusinasi
2.
Ilusi
3.
Depersonalisasi
: Tidak ada
4.
Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses Berfikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas
: cukup
b. Kontinuitas
c. Hendaya berbahasa
: tidak ada
2. Isi pikiran
a) Preokupasi
: Tidak ditemukan
N = 84x /menit
S = 36,0oC
P = 20x/ menit
Status Neurologis :
1. Kesadaran : GCS : E4M6V5
2. Rangsang meninges : Kaku puduk (-), kernig sign (-)
3. Pemeriksaan nervus cranialis : dalam batas normal
Pupil bulat isokor 0 2.5mm / 0 2.5mm, RCL +/+,RCTL+/+
4. Refleks patologis (-) pada keempat ekstremitas
5. Sensorik dan motorik ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat
kelainan
Laboratorium :
obat
tahun
2013
obat
yang
diminum
yaitu
(haloperidol,chlorpromazine,tryhexypenidil).
VII.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala klinik bermakna yaitu pola perilaku mengamuk,
bicara sendiri sehingga menimbulkan penderitaan (distress) maupun
34
: Tidak ditemukan
terdapat
ketidakseimbangan
35
neurotransmitter,
maka
pasien
psikofarmakologi
2. Psikologik :
memerlukan
Ditemukan adanya
waham
sehingga
psikoterapi.
3. Sosiologik :
perlu
dilakukan
Ditemukan adanya
sehingga
dapat
keluarga
menerima
dan
keadaan
orang-orang
pasien
dan
XII.
37
38
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
e). Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
f). Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
g). Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor.
h). Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
39
Pada pasien ini, dari gejala maupun pemeriksaan status mental telah
memenuhi criteria umum skizofrenia (F20).Adanya halusinasi auditorik dan
waham (kebesaran) yang menonjol mengarahkan diagnosis pasien ini dengan
skizofrenia paranoid (F20.0) sesuai PPDGJ III.
Pedoman diagnostic untuk skizofrenia paranoid yakni memenuhi criteria
umum diagnosis skizofrenia dan sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.
Pada pasien didapatkan gejala klinis berupa perubahan perilaku seperti
mengamuk, marah, disorganisasi pembicaraan, waham, halusinasi dan sikap
menarik diri dari hubungan sosial.Hal tersebut merupak symptom positif dan
negative dari skizofrenia yang terjadi akibat hiperdopaminergik pada mesolimbik
pathways dan hipodopaminergik pada jalur mesokortikal terutama pada daerah
dorsolateral prefrontal.Pada pasien ini terdapat halusinasi auditorik dan waham
40
41
42