Ni Luh Watiniasih
Putu Sudiarta
Nyoman Semadi Antara
TROPICAL PLANTS CURRICULUM PROJECT
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
DISCLAIMER
This publication is made possible by the generous
support of the American people through the United
States Agency for International Development (USAID).
The contents are the responsibility of Texas A&M University
and Udayana University as the USAID Tropical Plant
Curriculum Project partners and do not necessarily reflect
the views of USAID or the United States Government.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa) atas asung kertha wara nugrahaNya kami dalam keadaan sehat sehingga dapat
menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini yang berjudul Praktek Baik Budi Daya Tanaman
Tapak Dara (Catharanthus roseus (Linn.) Don. bertujuan untuk memberikan informasi
tentang bagaimana melaksanakan budi daya tanaman tapak dara dengan baik sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal. Tulisan ini berisikan ringkasan dari hasil awal penelitian
yang kami lakukan digabungkan dengan informasi-informasi dari puskata.
Tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) atau yang juga disebut dengan nama
Magasakar periwinkle. Tanaman tapak dara ini dapat ditemukan di berbagai tempat dan
sering digunakan sebagai tanaman hias. Dari beberapa hasil penelitian, tanaman ini telah
diketahui mengandung berbagai macam bahan kimia bioaktif dan dapat digunakan sebagai
bahan obat maupun unutk mencegah berbagai macam penyakit seperti kanker dan hipertensi.
Namun di masyarakat umum, pengetahuan tentang khasiat tanaman tapak dara ini belum
banyak diketahui. Oleh karena itu, kami mengharapan dengan informasi yang kami berikan
pada tulisan ini dapat membantu untuk memperkenalkan lebih luas tentang kegunaan dan
cara membudidayakan tanaman tapak dara ini dengan lebih baik.
Kami menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran maupun
kritik yang positif untuk perbaikan dari tulisan ini akan kami terima dengan baik.
ii
DAFTAR ISI
Hlm.
KATA PENGANTAR .........................................................................................
ii
iii
I. PENDAHULUAN ...........................................................................................
10
10
11
12
13
15
PUSTAKA ......................................................................................................
15
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
Hlm.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10
9.
11
10.
12
11.
12
13
13.
13
iii
14
I. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Umum Tanaman Tapak Dara (Periwinkle)
Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) Don.) adalah salah satu tanaman
yang tersebar luas di daerah tropis termasuk ke dalam keluarga atau family Apocynaceae.
Tanaman ini pada mulanya berasal dari Madagaskar sehingga dikenal juga dengan nama
Madagascar periwinkle. Pada saat ini tanaman ini sudah menyebar hampir di seluruh daerah
tropis seperti di China, India, Indonesia, Australia, Amerika Utara dan Selatan. Di Bali dan
Indonesia umumnya tanaman ini sering dijumpai sebagai tanaman hias yang di tanam di
halaman depan rumah. Tanaman ini berupa perdu menahun dengan tinggi tanaman kurang
dari 1m. Tanaman ini memiliki warna bunga yang indah seperti ungu muda, merah muda
atau putih.
Penyebaran tanaman tapak dara yang luas diberbagai daerah ini menyebabkan
tanaman ini banyak memiliki nama lokal, seperti di Indonesia tanaman ini dikenal dengan
berbabai nama seperti kembang tapak dara (Jawa/Indonesia), sindapor (Sulawesi), kembang
tembaga (Sunda). Di Malaysia dikenal dengan nama kemunting cina, kembang sari cina,
sedangkan di Philippine dikenal dengan nama tsitsirika, dalam bahasa Inggris disebut
periwinkle, di China dikenal dengan nama chang chun hua, dan di Belanda disebut dengan
soldaten bloem (Tjitrosoepomo 1985; 1989).
Tanaman tapak dara ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
ketinggian 800 m dari permukaan laut (dpl.). Tanaman ini menyukai tempat yang terbuka,
namun juga dapat tumbuh pada tempat yang ternaungi. Tanaman ini tumbuh kesamping
dengan banyak cabang, dengan tinggi berkisar antara 0,2 1,0 m, sehingga tanaman ini
cocok digunakan sebagai tanaman hias.
1.2. Kandungan Kimia Tanaman Tapak Dara dan khasiatnya
Berbagai penelitian yang telah dilakukan mendapatkan bahwa tanaman tapak dara ini
banyak sekali mengandung bahan kimia aktif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
obat-obatan. Dengan adanya kesadaran kita tentang pentingnya obat-obatan yang berbahan
dasar alami (Back to Nature) maka pengetahuan tentang banyaknya kandungan bahan kimia
yang dapat digunakan menjadi bahan dasar obat sangatlah penting.
Tanaman ini
diidentifikasi mengandung sebanyak 130 bahan bioaktif yang dikenal dengan nama
Terpenoid Indole Alkaloids atau disingkat dengan TIAs. Beberapa dari bahan ini telah
1
diketahui dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan seperti bahan aktif yang disebut
catharantine, vinblastine, vincristine, vindoline dan Catharoseumine.
Vinblastine dan
vincristine telah diketahui dapat digunakan sebagai obat kanker yang diekstrak dari daun
tanaman tapak dara yang mengandung alkaloid bisindol (Chung et al. 2011; Man et al. 2012;
Verma et al. 2012). Tanaman ini juga diketahui dapat digunakan sebagai obat hipertensi
yang disebabkan karena kandungan ajmalicine dan serpentine-nya.
Figure 1. Tanaman tapak dara atau dikenal dengan nama Madagaskar periwinkle
atau dalam bahasa Latin disebut Catharanthus rosues (Linn.) Don)
Informasi tentang kekayaan kandungan bahan kimia aktif dari tanaman tapak dara ini
dan cara biosistesis yang terjadi pada tanaman juga telah dipelajari sampai ketingkat jaringan
dan organ (Ferreres at al. 2011), bahkan sampai pada level enzim dan gen (Facchini 2001,
2006; Facchini and De Luca 2008; Ziegler and Facchini 2008; Oudin et al. 2007). Dari hasil
penelitian terbaru tanaman tapak dara ini juga diketahui dapat mempengaruhi perkembangan
bakteri (Wang et al. 2012) dan penggunaan teknologi nanopartikel diketahui bahwa daun
tapak dari tanaman dara ini dapat digunakan sebagai anti plasmodium (Ponarulselvam 2012).
Penelitian sebelumnya mendapatlan bahwa tanaman tapak dara ini penting untuk
industri farmasi karena kadungan alkaloid bisindiolnya yang disebut vinblastine (Noble
1990). Bahan kimia aktif ini sekarang digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai
penyakit neoplasma dan direkomendasikan juga untuk mengobati penyakit Hodgkin atau
kanker limposit, leukemia akut, dan choriocarcinoma atau kanker uterus yang sudah
resisten/tahan terhadap obat-obatan lain (Miura et al. 1987).
Namun, buah yang dihasilkan oleh tanaman tapak dara sangat mudah luruh, sehingga untuk
pemilihan biji yang baik juga dapat dilakukan dengan mengambil buah yang telah luruh dari
tanaman yang jatuh disekitar tanaman tersebut. Buah tanaman tapak dara ini relatif mudah
untuk dikenali dengan bentuk buah yang lonjong memanjang dan tumbuh berpasangan pada
batangnya (Gambar. 2). Biji yang baik yang didapat dari buah tanaman ini dapat dipilih
4
dengan memasukkan buah yang sudah terkumpul pada satu wadah/ember kecil yang telah
diisi air. Biji yang baik adalah biji yang tenggelam. Setelah pemilihan biji, biji tersebut
haruslah dikering-udarakan, kemudian ditanam atau disemaikan.
pembibitan langsung, biji dapat disimpan pada tempat yang teduh dan lembab. Bentuk buah
dan biji yang telah dipanen dari tananam tapak dara dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Buah pada tanaman tapak dara (periwinkle) yang ditunjuk dengan anak
panah (a), buah yang sudah dipanen (b).
2.4. Cara Persemaian Tanaman Tapak Dara:
1. Pilihlah biji baik yang telah terpilih
2. Pada satu gelas plastik, masukkanlah kompos lebih kurang 2/5 dari volume gelas
3. Taruhlah 2-3 biji yang telah terpilih dalam gelas yang telah diisi kompos
4. Taburilah biji tersebut dengan seditkit kompos, cukup untuk menunuti biji yang
disemaikan
5. Siramlah dengan sedikit air, sehingga cukup lembab
6. Kumpulkan gelas-gelas tesebut pada satu lahan penyemaian
7. Batasilah kumpulan bibit tersebut dengan bambu atau bahan lain
8. Lahan penyemaian hendaknya cukup mendapat sinar matahari di pagi hari namun
mendapat daungan di siang hari
9. Biji yang telah disemaikan disiram setiap hari untuk mencegah dari kekeringan
10. Setelah lebih kurang 4 minggu bibit akan mulai tumbuh
11. Setelah berumur 2 bulan tanaman tersebut sudah siap untuk dipindahkan dalam media
pembibitan
12. Jika dalam satu gelas biji yang tumbuh lebih dari satu, maka pilihlah 1 bibit yang
paling baik pertumbuhannya, seperti tumbuh tegak dan subur
Gambar 3. Buah dan biji tanaman tapak dara yang telah dipanen
2.5. Cara Pembibitan Tanaman Tapak Dara
1. Sediakanlah kantong plastik hitam/polybags berukuran 1kg sebagai media pembibitan
2. Kantong-kantong tersebut diisi sekam
3. Bibit yang telah tumbuh dan berumur lebih kurang 2 bulan dipindahkan pada kantong
plastik yang diisi dengan sekam
4. Bibit disiram setiap hari untuk menghindari kekeringan
5. Bibit dibiarkan tumbuh selama 4 minggu sebelum dipindahkan/ditanam di lapangan
Gambar 4. Bibit tanaman tapak dara yang berumur 8 minggu yang siap dipindahkan ke
tempat pembibitan.
6
Bibit yang telah tumbuh pada gelas plastik dapat juga diteruskan pemeliharaannya
sampai berumur lebih kurang 12 minggu sebelum ditanam dilapangan (Gambar 4). Namun,
kemungkinan untuk tumbuh dilapangan lebih kecil dibandingkan dengan bibit yang terlebih
dahulu ditanam dengan media sekam.
Gambar 5. Bibit yang ditanam pada gelas plastik yang berumur 12 minggu dan siap
untuk ditanam di lapangan.
2. Guludan dengan ukuran tersebut diatas dipersiapkan untuk ditanami dengan 12 bibit
tanaman
3. Jarak antar tanaman/lubang adalah 50cm x 50cm
4. Pada setiap lubang ditanami dengan 1 bibit tanaman
5. Plastik polybag atau gelas pembibitan digunting untuk mendapatkan bibit yang masih
utuh dengan media pembibitannya
6. Bibit bersamaan dengan media langsung ditanam pada lubang yang telah disiapkan
7. Dengan bantuan sekop kecil tanaman ditimbun dengan tanah sampai menutupi
seluruh akar tanaman
8. Setelah seluruh tanaman di tanam, kemudian disiram dengan menggunakan selang.
9. Pada permulaan penanaman ini tanaman disiram setiap hari, dan jika hari terlalu
panas maka tanaman dapat disiram 2 kali sehari sehingga tanaman tetap segar
10. Setelah tanaman tumbuh dan membesar tanaman disiram sesuai dengan kebutuhan,
jangan sampai tanaman menjadi layu dan mati
11. Jika diperlukan, pemupukan dengan pupuk organik atau pupuk kimia dapat dilakukan
setelah tanaman berumur 1 bulan
12. Tanaman ini dipelihara selama 3 bulan kemudian siap untuk di panen
Gambar 6. Guludan dan tanaman tapak dara (periwinkle) yang sedang tumbuh.
Gambar 8. Periwinkle yang berumur 3 bulan dari saat penanaman dilapangan telah
siap untuk dipanen
Pada saat panen, beberapa peralatan yang diperlukan adalah:
1. Sabit untuk menyabit cabang tanaman tapak dara
2. Tas plastik besar ukuran 10 kg untuk tempat tanaman yang baru di panen
10
11
12
Penambahan
nutrisi (pupuk) pada tanah sangat membantu pertumbuhan tanaman tapak dara. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman yang diberi tambahan pupuk
menghasilkan daun dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tidak
diberi tambahan pupuk.
500
Tinggi (cm)
# Daun
400
# Bunga
300
200
100
0
C
HF
LF
HW
LW
Perlakuan
Gambar 11. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah bunga pada tanaman
periwinkle yang di tanam di daerah dengan ketinggian tempat yang rendah (Renon). C
= Kontrol; HW = anyak Air; LW = Sedikit Air; HF = Pupuk Tinggi; LF = Pupuk
Rendah
4.2. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tapak Dara
Seperti telah diketahui bahwa tanaman tapak dara dapat tumbuh di dataran rendah
maupun dataran tinggi. Namun dari hasil penelitian yang kami dapatkan bahwa tanaman
yang tumbuh di dataran yang lebih rendah yaitu tanaman yang di tanam di Renon dengan
ketinggian kurang dari 10m dpl., habitus tanamannya lebih besar dan lebih tinggi
13
dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di dataran tinggi dalam hal ini tanaman yang di
tanam di Pancasari dengan ketinggian tempat sekitar 800m dpl. (Gambar 12).
Figure 12. Tanaman tapak dara (Periwinkle) yang tumbuh di Renon dengan ketinggian
tempat < 10m dpl. (a) dimana habitusnya lebih besar dan lebih tinggi dari pada
tanaman tapak dara yang tumbuh di Pancasari dengan ketinggian tempat sekitar 800m
dpl. (b).
Pertumbuhan tumbuhan, dari hasil penelitian kami, mendapatkan bahwa ada
perbedaan pertumbuhan antara tanaman yang tumbuh di dataran rendah dengan tanaman
yang tumbuh di dataran tinggi. Dengan menggabungkan data tanpa mempertimbangkan
perlakuan, didapatkan bahwa tanaman tapak dara yang tumbuh di dataran yang lebih rendah
lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang di tanam di dataran yang lebih tinggi
(Pancasari) (Gambar 13). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kofidid et al.
(2003) yang mendapatkan bahwa peningkatan ketinggian tempat secara progresif
menyebabkan penurunan tinggi tanaman.
Renon
400
Pancasari
350
300
250
200
150
100
50
0
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun
Jumlah bunga
Figure 13. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah bunga dari periwinkle yang
tumbuh di dataran rendah (Renon) dengan dataran tinggi (Pancasari)
14
Jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman tapak dara yang tumbuh di dataran rendah
juga lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di dataran tinggi. Akan tetapi
rata-rata luas daunnya lebih rendah pada tanaman yang ditumbuh di dataran rendah
dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di dataran tinggi. Walaupun demikian, analisa
tentang masa daun yang dapat berpengaruh terhadap kandungan bahan kimia aktif yang akan
dihasilkan perlu dilakukan, disamping menganalisa konsentrasi bahan kimia yang dikadung
di dalam daun dari masing-masing tanaman yang tumbuh pada ketinggian tempat yang
berbeda. Semua parameter ini telah menjadi pertimbangan dalam penelitian kami, namun
analisanya masih sedang dilakukan, dimana hasilnya diharapkan akan didapatkan dalam
waktu dekat.
15
IV.
PENUTUP
Dengan banyaknya kandungan bahan kimia aktif yang dihasilkan oleh tanaman tapak
dara ini, dan beberapa telah dibuktikan dapat digunakan sebagai obat terutama penyakit yang
mengobatannya masih dianggap susah saat ini, maka budidaya tanaman tapak dara ini masih
sangat diperlukan. Dengan semakin banyaknya penyakit seperti penyakit kanker dan
hipertensi yang terjadi saat ini maka produksi masal tanaman dengan budidaya yang baik
akan dapat membantu menghasilkan bahan obat yang lebih banyak.
Dari hasil awal penelitian yang kami lakukan, maka tanaman tapak dara dapat tumbuh
lebih baik jika ditanam dengan ketersediaan air tanah yang cukup dan ditanam di dataran
yang rendah. Namun hasil ini masih perlu dipelajari lebih dalam karena masih berdasarkan
data yang minim.
PUSTAKA
Chung I, Kim E, Li M, Peebles CAM, Jung W, Song H, Ahn J, San K. 2011. Screening 64
Cultivars Catharanthus roseus for the Production of Vindoline, Catharanthine, and
Serpentine. Biotechnol. Prog. 27(4):937-943
Facchini PJ. 2001. Alkaloid biosynthesis in plants: biochemistry, cell biology, molecular
regulation, and metabolic engineering applications. Ann Rev Plant Mol Biol 52:2966
Facchini PJ. 2006. Regulation of alkaloid biosynthesis in plants. Alkaloids Chem Biol 63:1
44
Facchini PJ, De Luca V. 2008. Opium poppy and Madagascar periwinkle: model non-model
systems to investigate alkaloid biosynthesis in plants. Plant J 54:763784
Lopez C, Claude B, Morin P, Max JP, Pena R, Ribet JP. 2011. Synthesis andstudy of a
molecularly imprinted polymer for the specific extraction of indolealkaloids from
Catharanthus roseus extracts. Anal. Chim. Acta 683:198205.
Man S, Gao W, Wei C, Liu C. 2012. Anticancer Drugs from Traditional Toxic
ChineseMedicines: Review. Phytother. Res. 26: 14491465 (2012)
Miura Y, Hirata K, Kurano N. 1987. Isolation of vinblastine in callus culture with
differentiated roots of Catharanthus roseus. Agric. Biol. Chem. 51:611614.
Noble RL. 1990. The discovery of the vinca alkaloidschemotherapeutic agents against
cancer, Biochem. Cell Biol. 68:13441351.
Oudin A, Courtois M, Rideau M, Clastre M . 2007. The iridoid pathway in Catharanthus
roseus alkaloid biosynthesis. Phytochem Rev 6:259276
Tjitrosoepomo G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo G. 1989. Taksonomi Tumbuhan: Spermatophyta. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta
16
Uniyal GC, Bala SS, Mathur AK, Kulkarni RN. 2001. C18 column: a better choice for the
analysis of indole alkaloids of Catharanthus roseus. Phytochem. Anal. 12:206210.
Verma P, Mathur AK, Srivastawa A, Mathur A. 2012. Emerging trends in research on
spatial and temporal organization of terpenoid indole alkaloid pathway in Catharanthus
roseus: A literature update. Protolasma 249:255-268.
Wang L, He H, Di Y, Zhang Y, Hao X. 2012. Catharoseumine, a new monoterpenoid indole
alkaloid possessing a peroxy bridge from Catharanthus roseus. Tetrahedron Letters
53: 15761578
Wang Q, Shihai XS, Pan Q, Yuan F, Zhao J, Tian Y, Chen Y, Wang G, Tang K. 2012.
Development of efficient catharanthus roseus regeneration and transformation system
using agrobacterium tumefaciens and hypocotyls as explants BMC Biotechnology
12:34 http://www.biomedcentral.com/1472-6750/12/34
17