Anda di halaman 1dari 22

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jl. Terusan Arjuna No.6, Kebon Jeruk. Jakarta-Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Nama :

Jimmy Kusuma (11.2013.007)

Dr. pembimbing / penguji

Tanda tangan

:dr. Susi Wijayanti, Sp. KJ

NOMOR REKAM MEDIS

: 0504xx

Nama pasien

: Ibu I

Nama Dokter yang merawat

: dr.Bhineka, Sp. KJ

Masuk RS pada tanggal

: 7 Maret 2014

Rujukan/datang sendiri/keluarga

: Keluarga

Riwayat Perawatan

1. Maret 2013 dirawat di RSJ Provinsi Jawa Barat selama 1 bulan


I.

IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial)

: Ibu I

Tempat tanggal lahir

: Bandung, 20 Agustus 1982

Umur

: 32 Tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku bangsa

: Sunda

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA (Tamat)
1

II.

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Status perkawinan

: Bercerai

Alamat

: Kp. Lembur Tengah

RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis di ruang Nuri pada tanggal 8 Maret 2014 Pukul 08.15 WIB
Alloanamnesis

via telepon dengan ayah pasien pada tanggal 10 Maret 2014

Pukul 16.30 WIB


A. KELUHAN UTAMA
Mencoba minum baygon (suicide attempt) karena mendengar suara yang
menyuruhnya untuk bunuh diri (halusinasi auditorik).
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Dua bulan SMRS, pasien sering melamun (autistik), gelisah (agitasi), terlihat
sedih sendiri (depresi) dan mendengar suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri
(halusinasi auditorik). Pasien mengaku sering memikirkan ketiga anaknya yang
dibawa oleh suaminya. Pasien mengaku gejala berkurang sampai hilang bila
pasien melakukan aktivitas tetapi gejala muncul kembali saat pasien beristirahat.
Satu bulan SMRS, pasien masih tampak sering melamun (autistik), gelisah
(agitasi), terlihat sedih sendiri (depresi), masih mendengar suara yang sama
(halusinasi auditorik), sulit tidur (insomnia), dan nafsu makan berkurang
(anoreksia).
Satu hari SMRS, pasien mencoba bunuh diri dengan minum baygon (suicide
attempt) karena tidak tahan mendengar suara yang terus-menerus menyuruhnya
untuk bunuh diri (halusinasi auditorik), masih tampak sering melamun (autistik),
gelisah (agitasi), terlihat sedih sendiri (depresi), sulit tidur (insomnia), dan nafsu
makan berkurang (anoreksia).

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA


1. Gangguan Psikiatrik
Satu tahun yang lalu (Maret 2013), kurang lebih 1 bulan setelah melahirkan
anak yang ketiga, pasien sudah mulai muncul gejala seperti gelisah (agitasi),
sering melamun (autistik). Pasien juga suka terlihat sedih sendiri (depresi), sulit
tidur (insomnia), dan mendengar suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri
(halusinasi auditorik). Menurut ayah pasien, setelah muncul gejala seperti ini,
keluarga membawa pasien ke dukun. Pasien mendapatkan terapi tetapi tidak
mengingat apa terapinya. Menurut ayah pasien, gejala pada pasien muncul karena
pasien sering memikirkan ibunya yang telah meninggal. Pasien mengaku ingin
mempunyai rumah sendiri dan tinggal bersama suami dan anak-anaknya namun
tidak cukup uang untuk membeli rumah.
Dua minggu setelahnya, pasien dibawa ke RSJ Provinsi Jawa Barat karena
mencoba bunuh diri dengan menyayat urat nadinya dengan pecahan beling
(suicide attempt) dan tidak ada perubahan sama sekali pada gejalanya. Menurut
ayah pasien, pasien mencoba bunuh diri karena pasien berpisah dengan suami dan
ketiga anaknya sebab suami pasien tidak mau tinggal bersama pasien.
Pasien dirawat di RSJ Provinsi Jawa Barat selama 1 bulan dan pernah
mendapatkan terapi ECT sebanyak 3x. Kemudian ayah pasien meminta untuk
pengobatan rawat jalan karena tidak cukup biaya. Menurut ayah pasien, obat yang
diberikan adalah trihexiphenidil, amitriptilin, dan clozapin. Namun setelah obat
habis, pasien tidak pernah kontrol lagi karena ayah pasien menganggap pasien
telah sembuh.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak pernah mengalami gangguan medik lainnya, seperti DM, asma,
hipertensi, ataupun penyakit jantung. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan
yang menyebabkan trauma pada kepala maupun patah pada tulang. Pasien juga
tidak ada riwayat kejang dan riwayat penurunan kesadaran.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah menggunakan NAPZA, mengonsumsi alkohol, ataupun
merokok.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Maret 2013

Maret 2014

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat perkembangan fisik :
Pasien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara (saudara kandung) dan mempunyai
2 saudara tiri. Ayah pasien mengaku lahir normal di bidan. Selama kelahiran
tidak ada trauma lahir dan cacat bawaan. Pasien tidak mengingat
perkembangan dirinya sendiri tetapi ayah pasien mengaku tidak ada
keterlambatan dalam proses pertumbuhannya.
2. Riwayat perkembangan kepribadian :
a. Masa kanak-kanak
Pasien mengaku saat kecil tidak suka bergaul dengan teman-temannya.
Pasien kurang begitu mempunyai banyak teman saat kecil. Pasien tidak
pernah mengalami sakit yang serius, tidak ada riwayat kejang, trauma
maupun penurunan kesadaran.

b. Masa remaja
Pada masa ini pasien kurang begitu mempunyai banyak teman. Pasien
lebih suka menutup diri dan tidak menceritakan masalah yang
dialaminya pada teman ataupun keluarganya.
c. Masa dewasa
Pada masa ini pasien bekerja menjahit di konveksi selama 6 bulan.
Kemudian tidak bekerja karena menikah dan ingin mengurus rumah
4

tangga. Pasien mengaku berpacaran 1x, dan menikah pada umur 22


tahun.
3. Riwayat pendidikan :
Pasien mengaku tidak ada masalah dalam perkembangan pendidikan dari masa
sekolah dasar sampai pasien duduk di bangku SMA. Keluarga pasien juga
membenarkan pernyataan ini.
SD : Pasien mengaku selalu mendapat ranking 5 besar.
SMP : Pasien mengaku selalu mendapat ranking 5 besar.
SMA : Pasien mengaku tidak pernah mendapat ranking disebabkan karena
teman-temannya ada yang putus sekolah dan juga pindah sekolah. Tidak
melanjutkan ke universitas karena masalah ekonomi.
4. Riwayat pekerjaan :
Setelah tamat SMA, pasien bekerja menjahit di konveksi selama 6 bulan.
Kemudian tidak bekerja karena menikah dan ingin mengurus rumah tangga.
Sejak 1 tahun yang lalu, setelah berpisah dengan suaminya, pasien membantu
pamannya berjualan di pasar dan membantu pekerjaan rumah tangga. Pasien
mengaku sering merasa pekerjaan rumah tangga yang dikerjakannya tidak
bersih.

5. Kehidupan beragama :
Pasien beragama Islam dan sejak kecil ia belajar tentang agamanya dengan
baik. Rajin beribadah dan mengaji.
6. Kehidupan sosial dan perkawinan :
Pasien merupakan anak yang tidak mudah bergaul dengan teman seusianya.
Pasien mengaku berpacaran 1x, dan kemudian menikah (tahun 2004) pada
umur 22 tahun. Pasien dikaruniai 3 orang anak.
Satu tahun yang lalu (Maret 2013), pasien berpisah dengan suami dan ketiga
anaknya karena suaminya tidak mau tinggal bersama pasien.
Usia perkawinan 9 tahun.
E. RIWAYAT KELUARGA

Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara (saudara kandung) dan
mempunyai dua saudara tiri. Pasien tinggal bersama dengan ayahnya, kakak
perempuan kedua, suami dari kakak perempuan kedua, dan ketiga anak dari kakak
perempuan kedua. Tidak ada riwayat gejala yang sama dalam keluarga.

: Laki-laki

: Meninggal

: Perempuan

: Menikah

: Pasien

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG


Pasien tinggal bersama dengan ayahnya, kakak perempuan kedua, suami dari
kakak perempuan kedua, dan ketiga anak dari kakak perempuan kedua. Ayah
pasien dan suami dari kakak perempuan kedua merupakan tulang punggung dalam
keluarga. Pasien berasal dari keluarga kurang mampu, ayah pasien bekerja sebagai
buruh bangungan dengan penghasilan sekitar 30 ribu / hari dan suami dari kakak
perempuan kedua bekerja sebagai satpam. Sebelum masuk RS, terkadang pasien
juga membantu pamannya berjualan sayur di pasar dengan penghasilan 140 ribu /
minggu.
III.

STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien perempuan, 32 tahun, penampilan fisik sesuai dengan usianya,
berambut hitam, berbadan kurus, kulit sawo matang, menggunakan
pakaian RSJ Provinsi Jawa Barat berwarna ungu.
2. Kesadaran
Kesadaran Neurologis
: Compos mentis
Kesadaran Psikiatri
: Tampak tidak terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara
: pasien duduk tenang di tempat tidur.
Selama wawancara
: pasien duduk tenang, kontak mata baik,
menjawab pertanyaan sesuai namun lambat, kooperatif. Selama
6

wawancara, jari-jari tangannya melakukan gerakan yang


mengulang.
Sesudah wawancara
: pasien duduk tenang di tempat tidur.
4. Sikap terhadap pemeriksa
Pada saat dilakukan wawancara pasien cukup kooperatif, pandangan
pasien ke arah pemeriksa menjawab pertanyaan dengan lambat namun
relevan
5. Pembicaraan
Cara berbicara
Gangguan berbicara

: Suara jelas dan pelan, relevan, lambat


: Tidak ada

B. ALAM PERASAAN
1. Suasana perasaan (mood) : Hipotym
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus
: Lambat
b. Stabilitas
: Stabil
c. Kedalaman
: Dangkal
d. Skala Diferensiasi
: Sempit
e. Keserasian
: Serasi
f. Pengendalian impuls
: Cukup
g. Ekspresi
: Tumpul
h. Dramatisasi
: Tidak ada
i. Empati
: Tidak dinilai
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi
: Auditorik (pasien mendengar suara yang menyuruhnya
untuk bunuh diri)
b. Ilusi
: Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi
: Tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan
: Tamat SMA
2. Pengetahuan umum
: Baik
3. Kecerdasan
: Baik
4. Konsentrasi
: Cukup
5. Orientasi
a. Waktu
: Baik (dapat menyebutkan waktu pagi)
b. Tempat
: Baik (mengetahui ini di RSJ)
c. Orang
: Baik (mengetahui dengan siapa sedang
berbicara)
d. Situasi
: Baik
6. Daya ingat
:
a. Tingkat
:
Jangka panjang
: Baik (dapat mengingat ketika pasien
pada masa kanak-kanak)
7

Jangka pendek

: Baik (dapat mengingat sudah sarapan

atau belum)
Segera

: Baik (dapat mengingat nama

pemeriksa)
b. Gangguan
: Tidak ada
7. Pikiran abstraktif
: Baik
8. Visuospatial
: Baik (dapat menggambar jam 12)
9. Bakat kreatif
: Tidak didapatkan informasi
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas

: Pasien hanya menjawab ketika

pertanyaan diajukan, berpikir lambat


b. Kontinuitas
: Relevan
c. Hendaya bahasa
: Tidak ada
2. Isi pikir
a. Preokupasi dalam pikiran
: Tidak ada
b. Waham
: Tidak ada
c. Obsesi
: Tidak ada
d. Fobia
: Tidak ada
e. Gagasan rujukan
: Tidak ada
f. Gagasan pengaruh
: Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien tidak menunjukkan agresifitas motorik serta
agresifitas verbal.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Uji daya nilai
: Baik
3. Daya nilai reabilitas
: Baik
H. TILIKAN
Derajat IV : Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan, namun tidak
memahami penyebab sakitnya.
I. RELIABILITAS
Baik (dapat dipercaya)
IV.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tensi
4. Nadi
5. Suhu badan

: Baik
: Compos mentis
: 110/70 mmHg
: 78 kali/menit
: afebris
8

6. Frekuensi pernafasan
7. Bentuk tubuh
8. System kardiovaskular
9. System respiratorius

: 24 kali/menit
: Asthenicus
: Auskultasi: BJ I-II regular murni,
murmur ( - ), gallop ( - )
: Auskultasi: kiri: vesikuler, rhonki -/-,
wheezing: -/-, kanan: vesikuler,
rhonki -/-, wheezing: -/-

10. System gastro-intestinas : Bising usus ( + ) normal


11. System musculo-sceletal : Tidak dilakukan pemeriksaan
12. System urogenital
: Tidak dilakukan pemeriksaan

B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf
a. Kranial I

: Tidak dilakukan pemeriksaan

b. Kranial II

: Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Kranial III

:Gerak bola mata ke atas dan ke bawah dalam


batas normal, tidak ada nistagmus

d. Kranial IV

: Gerak bola mata kearah nasal normal, tidak


ada nistagmus

e. Kranial V

: Tidak dilakukan pemeriksaan

f. Kranial VI

: Gerak bola mata kearah lateral normal

g. Kranial VII

:Tersenyum, tertawa, menutup mata simetris

h. Kranial VIII

: Pasien dapat mendengar suara berisik

i. Kranial IX

: Tidak dilakukan pemeriksaan

j. Kranial X

: Tidak ada disfonia, tidak ada disartria

k. Kranial XI

: Tidak dilakukan pemeriksaan

l. Kranial XII

: Tidak ada deviasi lidah

2. Gejala ragsang meningeal

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikteris (-/-)

4. Pupil

: Isokor, reflex cahaya (+)

5. Ofthalmoscopy

: Tidak dilakukan pemeriksaan

6. Motorik

: Tidak ada keterbatasan gerak

7. Sensibilitas

: Tidak dilakukan pemeriksaan


9

V.

8. Sistim saraf vegetative

: Tidak dilakukan pemeriksaan

9. Fungsi luhur

: Tidak dilakukan pemeriksaan

10. Gangguan khusus

: Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Hematologi
Hb

14,4 g/dL

Ht

41%

Trombosit

375000 /mm3

Leukosit

9100 /mm3

Hitung jenis leukosit


Basofil

VI.

Eosinofil

1%

Netrofil batang

Neutrofil segmen

66%

Limfosit

32%

Monosit

1%

LED 1 jam

20 mm/jam

SGOT

15,2 /L

SGPT

12,4 /L

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien perempuan, 32 tahun, penampilan fisik sesuai dengan usianya,
berambut hitam, berbadan kurus, kulit sawo matang, menggunakan pakaian RSJ
Provinsi Jawa Barat berwarna ungu. Pasien lahir cukup bulan dengan kelahiran
normal di bantu bidan. Pasien merupakan anak yang tidak mudah bergaul dengan
10

teman seusianya. Pasien lebih suka menutup diri dan tidak menceritakan masalah
yang dialaminya pada teman ataupun keluarganya. Pasien sudah bercerai sejak 1
tahun yang lalu dan dikaruniai 3 orang anak. Alasan perceraian sebab suami tidak
mau tinggal bersama pasien dikarenakan penyakit pasien, dan membawa 3 orang
anaknya. Pada saat dilakukan wawancara pasien cukup kooperatif, pandangan
pasien ke arah pemeriksa menjawab pertanyaan dengan lambat namun relevan,
dan jari-jari tangannya melakukan gerakan yang mengulang.
Pasien dibawa oleh ayahnya karena mencoba bunuh diri dengan minum
baygon (suicide attempt) sebab tidak tahan mendengar suara yang terus-menerus
menyuruhnya untuk bunuh diri (halusinasi auditorik), masih tampak sering
melamun (autistik), gelisah (agitasi), terlihat sedih sendiri (depresi), sulit tidur
(insomnia), dan nafsu makan berkurang (anoreksia). Pasien mengaku masih dapat
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan membantu pamannya di pasar.
Pada Maret 2013, pasien sudah mulai muncul gejala seperti gelisah (agitasi),
sering melamun (autistik), suka terlihat sedih sendiri (depresi), sulit tidur
(insomnia), dan mendengar suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri (halusinasi
auditorik). Pasien dibawa oleh keluarganya ke dukun dan mendapatkan terapi
tetapi tidak mengingat apa terapinya. Dua minggu setelahnya, pasien dibawa ke
RSJ Provinsi Jawa Barat karena mencoba bunuh diri dengan menyayat urat
nadinya dengan pecahan beling (suicide attempt) dan tidak ada perubahan sama
sekali pada gejalanya. Pasien dirawat di RSJ Provinsi Jawa Barat selama 1 bulan
dan mendapatkan terapi ECT sebanyak 3x. Kemudian ayah pasien meminta untuk
pengobatan rawat jalan karena tidak cukup biaya. Menurut ayah pasien, obat yang
diberikan adalah trihexiphenidil, amitriptilin, dan clozapin. Namun setelah obat
habis, pasien tidak pernah kontrol lagi karena ayah pasien menganggap pasien
telah sembuh.
VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
: Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3)
Aksis II : Gangguan kepribadian skizoid (F60.1)
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Ibu meninggal, masalah ekonomi, perceraian dengan suami, anakanak dibawa oleh suami, putus obat
Aksis V : GAF 50-41
11

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I
:
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan mengalami
Gangguan jiwa karena adanya:
Gejala kejiwaan berupa halusinasi auditorik
Gangguan jiwa ini sebagai GMNO karena tidak adanya
Gangguan atau penurunan kesadaran
Gangguan daya ingat
Tidak ada faktor organik spesifik
GMNO ini termasuk psikosis karena adanya gejala psikosis berupa
Terdapat halusinasi auditorik
GMNO psikosis ini Episode Depresif karena memenuhi Kriteria Diagnostik F 32:
Terdapat gejala utama yaitu afek depresif serta kehilangan minat dan
kegembiraan, serta gejala lainnya berupa gagasan atau perbuatan
bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang.
Gejala sudah ada sejak 2 bulan yang lalu
Tidak ada tanda-tanda disebabkan penyakit organik seperti trauma
kepala, delirium dan demensia.
Tidak ada bukti penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan.
Episode Depresif ini termasuk Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik ( F
32.3)

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2, yaitu


o Semua 3 gejala utama depresi harus ada yaitu :
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah
kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
o Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan
beberapa diantaranya harus berintesitas berat, yaitu :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau

bunuh diri
Tidur terganggu
12

Nafsu makan berkurang


o Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau
atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap
episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
o Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
o Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali

pada taraf yang sangat terbatas.


Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood-congruent).

Aksis II : Gangguan kepribadian skizoid (F60.1)


Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Ibu meninggal, masalah ekonomi, perceraian dengan suami, anakanak dibawa oleh suami, putus obat
Aksis V : GAF 50-41
IX.

X.

PROGNOSIS
Ad functionam

: bonam

Ad vitam

: bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

DAFTAR PROBLEM
Organobiologik
Psikologik/psikiatri

: Hiposerotonin
: Halusinasi auditorik
13

Sosial budaya

: Ibu meninggal, masalah ekonomi,

perceraian dengan suami, dan anak-anak dibawa oleh suami


XI.

PENATALAKSANAAN
Rawat Inap
Psikofarmaka
Anti psikotik
Anti depresi

: Risperidone
Clozapine
: Amitriptilin

2 x 2 mg ( 1 0 1 )
1 x 100 mg ( 0 0 )
1 x 25 mg ( 0 0 1)

Psikoterapi
Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok
seperti grouping, morning meeting. Pendekatan lain yang bisa dilakukan
adalah dengan cara:
o Ventilasi : memberi kesempatan kepada pasien untuk
meluapkan isi hatinya.
o Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala
gangguannya akan hilang.
o Reassurance : meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa
dia sanggup mengatasi masalahnya.
o Bimbingan : memberikan bimbingan yang praktis yang
berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa pasien, agar

pasien lebih bersemangat mengatasinya.


Psikoterapi reedukatif
o Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai
penyakit yang dideritanya.
o Memotivasi pasien untuk berobat teratur
o Terapi keluarga: mendukung untuk kesembuhan pasien seperti
mengunjungi pasien rutin, memberi kata-kata semangat dan
sharing masalah bersama.
o Menasihati pasien supaya lebih banyak mendekati lingkungan
secara perlahan-lahan
o Menasihatkan pasien supaya mempertajam dan
mengembangkan bakat yang pasien miliki. Sebagai contoh,
mengembangkan minat dalam bidang musik supaya dapat
digunakan sebagai salah satu sumber pekerjaan pada masa akan
datang.

Sosioterapi
14

Memberi penyuluhan kepada keluarga pasien agar terus memberikan

dukungan dan memastikan pasien berobat secara teratur.


Melibatkan pasien dalam kegiatan aktivitas kelompok di RSJ Propinsi

Jawa Barat
Melibatkan pasiendalam kegiatan keagamaan di RSJ Propinsi Jawa Barat
Menasihati lingkungan supaya menerima dan tidak mendiskriminasi
pasien dengan gangguan kejiwaan. Contohnya dalam hal pekerjaan

LAMPIRAN
Dialog Wawancara Dokter-Pasien
Tanggal 8 Maret 2013, jam 8.15, hari perawatan ke-2
D : Dokter Muda
P : Pasien
D : Selamat pagi Pak, perkenalkan saya Jimmy, dokter muda, nama ibu siapa?
P : Ida, Ida Irmawati
D : Bu, boleh kita ngobrol-ngobrol sebentar? Sekitar 15 menit?
P : Boleh Dok
D : Sudah makan Bu?
P : Sudah tadi
D : Ibu ke sini sama sapa?
P : Sama bapak
D : Ibu tahu ini di mana?
P : Rumah Sakit Jiwa, Dok
D : Kapan diantar ke sini Bu?
P : Kemaren Dok
D : Kenapa dianter Bapak ke sini Bu?

15

P : Saya mau bunuh diri dengan minum baygon Dok (suicide attempt)
D : Kenapa Ibu mau bunuh diri?
P : Saya ga tahan lagi Dok, sering dengar suara
D : Suara seperti apa Bu?
P : Suara yang nyuruh saya untuk bunuh diri Dok
D : Ibu dengar suara tapi ga ada orangnya?
P : Iya Dok, ada suara yang nyuruh saya bunuh diri (halusinasi auditorik)
D: Sudah berapa lama Bu dengar suaranya?
P : Sudah sekitar 2 bulanan Dok, bulan Januari
P : Saya dulu juga dirawat disini Dok.
D : Kapan Bu?
P : Setahun yang lalu Dok, bulan Maret juga
D : Dirawat karena apa Bu?
P : Karena mau bunuh diri Dok (memperlihatkan tangan kirinya, masih terdapat bekas luka)
(suicide attempt)
D : Kenapa mau bunuh diri Bu?
P : Sama Dok, dengar suara yang nyuruh saya bunuh diri (halusinasi auditorik)
D : Berapa bulan Ibu dirawat dulu?
P : 1 bulan Dok, habis itu saya pulang
D : Ibu pulang dikasih obat apa saja Bu?
P : Ga tahu Dok, ga ingat
D : Warna obatnya?
P : Ga tahu Dok
16

D : Ibu pernah berobat lagi pas obatnya habis?


P : Ga pernah Dok
D : Ibu pernah lihat ada bayangan tapi ga ada orangnya?
P : Ga ada Dok, cuma suara aja
D : Ibu kalau dengar suara itu pas kapan? Pas istirahat saja atau pas kerja juga ada?
P : Pas istirahat aja Dok. Pas kerja agak kurang Dok
D : Ibu tangannya kenapa? (terlihat jari-jari tangannya melakukan gerakan yang mengulang)
P : Ga apa-apa Dok
D : Ibu sedang gelisah?
P : Iya Dok, kalau gelisah saya sering begini
D : Ibu gelisah kenapa?
P : Ga tahu Dok gelisahnya kenapa
D : Masa kecil Ibu gimana? Ibu masih ingat?
P : Pas kecil ga begitu ingat Dok
D : Ibu ingat pas masa sekolah Ibu?
P : Pas sekolah saya agak tertutup Dok, jarang bergaul, teman cuma dikit tapi akrab.
D : Prestasi Ibu gimana dulu di sekolah? Juara Bu?
P : Pas SD sama SMP saya juara 5 besar terus Dok, pas SMA saya down, ga pernah juara 5
besar, apalagi 10 besar
D : Kenapa Ibu down pas SMA?
P : Soalnya teman-teman saya sudah ga lanjut lagi Dok, ada yang berhenti sekolah, bantu
orang tuanya, ada juga yang pindah sekolah
D : Selesai SMA ibu lanjut kuliah?

17

P : Ga Dok, selesai SMA saya langsung kerja


D : Kerja apa Bu?
P : Kerja di konveksi Dok, jahit baju
D : Berapa lama Bu?
P : 6 bulanan Dok, habis itu saya keluar
D : Kenapa keluar Bu?
P : Menikah Dok, pengen ngurus rumah aja
D : Anaknya berapa Bu?
P : Ada 3 Dok, 2 perempuan dan 1 laki
D : Anak-anak Ibu gimana? Sehat?
P : Ga tahu Dok, soalnya anak-anak dibawa suami Dok, saya sudah pisah dengan suami
sekitar 1 tahun yang lalu.
D : Maaf ya Bu, saya tidak tahu. Maaf Bu, kenapa suaminya pergi?
P : Soalnya suami saya ga mau saya ada penyakit kayak gini Dok. Saya pengennya juga
sembuh Dok. Saya kangen sama anak-anak saya Dok.
D : Iya, Bu. Ibu minum obat yang teratur ya, biar cepat sembuh. Ibu sebelum masuk sini
masih kerja?
P : Iya Dok, kerja ngurus rumah aja, nyuci, ngepel, masak sama bantu-bantu paman jualan di
pasar
D : Ibu klo nyuci atau ngepel merasa ada yang kurang bersih ga?
P : Iya Dok, kadang-kadang nyuci baju kayak kurang bersih aja
D : Ibu mengulang nyucinya lagi atau dibiarin aja Bu?
P : Ga Dok, ga saya ulang lagi nyucinya
D : Terima kasih Bu, sekarang Ibu istirahat ya
18

P : Iya Dok

Follow up tanggal 11 Maret 2014, jam 8.25 WIB, hari perawatan ke-5
D : Selamat pagi Bu Ida, masih ingat dengan saya Bu?
P : Ingat, dr. Jimmy kan?
D : Iya Bu. Hari ini sudah makan pagi Bu?
P : Sudah Dok, sudah minum obat juga
D : Masih dengar suara lagi Bu?
P : Masih dikit Dok
D : Masih sama Bu suaranya?
P : Iya Dok, masih sama, nyuruh saya bunuh diri
D : Tidurnya kemaren nyenyak Bu?
P : Nyenyak Dok, jam 7 malam saya sudah tidur
D : Bangun jam berapa Bu?
P : Jam 5.30 Dok
D : Ibu tadi sholat?
P : Iya Dok, tadi sholat
D : Ibu pernah marah-marah di rumah?
P : Ga pernah Dok
D : Ibu terkadang suka sedih sendiri ga?
P : Iya Dok, saya kadang depresi Dok
D : Pernah kadang-kadang perasaan Ibu tiba-tiba senang?
P : Ga pernah Dok, perasaan saya sedih terus
19

D : Kenapa sedih terus Bu? Ibu tahu apa sebabnya?


P : Ga tahu Dok, kalau saya kangen sama anak-anak saya, saya pasti kepikiran
D : Ibu di rumah tinggal sama siapa saja?
P : Tinggal sama Bapak, kakak perempuan yang kedua, suaminya, sama 3 anaknya Dok, jadi
7 orang
D : Yang kerja siapa saja?
P : Bapak, suami dari kakak saya, sama saya
D : Ibu katanya kerja bantuin paman di pasar?
P : Iya Dok
D : Maaf Bu, boleh tahu penghasilan Ibu berapa?
P : 140 ribu per minggu
D : Uangnya Ibu gunain buat apa saja Bu?
P : Uangnya saya kasih ke Bapak, bantu Bapak aja
D : Bapak kerja apa Bu?
P : Kerja jadi kuli
D : Ibu tahu penghasilannya berapa?
P : Ga tahu Dok
D : Kalau suami dari kakak kerja apa Bu?
P : Jadi satpam Dok
D : Penghasilannya Ibu tahu?
P : Ga tahu, ga pernah nanya Dok
D : Baik, sekian dulu ya Bu ngobrol-ngobrolnya. Ibu istirahat dulu ya. Terima kasih Bu
P : Iya Dok
20

Follow up tanggal 12 Maret 2014, jam 8.00 WIB, hari perawatan ke-6
D : Selamat pagi Bu Ida
P : Selamat pagi dokter Jimmy
D : Gimana Bu perasaannya hari ini?
P : Sudah agak enak Dok
D : Kemarin tidurnya gimana Bu?
P : Nyenyak Dok
D : Ibu masih dengar suara lagi?
P : Masih dikit Dok
D : Sudah makan Bu?
P : Sudah Dok, sudah makan obat juga
D : Ada lagi Bu yang ga enak?
P : Ga ada Dok
D : Ga gelisah lagi Bu?
P : Ga ada Dok, sudah ga gelisah lagi
D : Baik, makasih Bu buat ngobrol-ngobrolnya, Ibu sudah kelihatan tenang ya.
P : Iya Dok, terima kasih

Follow up tanggal 13 Maret 2014, jam 8.10 WIB, hari perawatan ke-7 di ruang Merpati
D : Selamat pagi Bu Ida
P : Selamat pagi Dok
D : Gimana Bu perasaannya hari ini?
21

P : Tenang Dok, sudah ga gelisah lagi


D : Semalam tidurnya gimana Bu?
P : Nyenyak Dok
D : Ibu tadi sholat?
P : Iya, sholat Dok
D : Gimana Bu perasaannya dipindah ruangannya?
P : Enak Dok, bisa ngobrol bareng yang lain
D : Sudah ga dengar suara lagi Bu?
P : Sudah ga Dok
D : Sudah makan Bu?
P : Sudah Dok, sudah minum obat juga
D : Makasih ya Bu untuk hari ini
P : Terima kasih Dok

22

Anda mungkin juga menyukai