Program Bos
Program Bos
Bab 1. Pendahuluan
Tantangan terbesar sebuah Negara dalam mewujudkan pembangunan
bangsanya adalah meningkatkan kualitas manusianya. Peningkatan kualitas manusia
ini tentu saja membutuhkan berbagai program dan kebijakan yang komprehensif
dalam segala bidang. Salah satunya adalah melalui pendidikan. Pendidikan
merupakan strategi utama peningkatan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.
Melalui pendidikanlah, sumber daya yang unggul dan berkualitas dapat diwujudkan.
Tentu saja tanpa menafikan peran bidang-bidang yang lain, seperti kesehatan,
pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya. Maka pembangunan pendidikan, tidak
bisa tidak, merupakan syarat mutlak jika ingin meningkatkan kualitas sumber daya
manusia suatu bangsa.
Tidak perlu heran melihat strategi pembangunan berbagai Negara di dunia
ini yang lebih mengutamakan pembangunan pendidikan disamping pembangunan
ekonomi dalam mainstream pembangunannya. Meski pertumbuhan ekonomi
menjadi sesuatu yang mutlak untuk menjawab kebutuhan kekinian masyarakatnya,
tetapi di sisi yang lain pembangunan pendidikan sama sekali tidak dilupakan.
Pembangunan pendidikan dimaknai sebagai persiapan hari esok yang lebih baik.
Selain menjawab perkembangan kebutuhan manusia yang semakin hari semakin
kompleks, pendidikan juga dijadikan sebagai persiapan dalam rangka mengalahkan
ketertinggalan. Bagi Negara maju, supaya tidak tertinggal dari Negara maju lainnya.
Sedangkan bagi Negara berkembang dan Negara miskin, dalam rangka memperkecil
ketertinggalan.
Paradigma semacam inilah yang mendorong banyak Negara untuk
membenahi kualitas pendidikannya masing-masing. Berbagai desain coba
dimunculkan untuk memenangkan persaingan tersebut. Indonesia dalam hal ini juga
tidak terkecuali. Berbagai strategi kemudian coba dilakukan untuk membenahi
kualitas pendidikan nasional yang semakin lama kelihatannya dalam banyak sisi
semakin memprihatinkan. Sayangnya, dalam banyak kategori, pendidikan kita
belum mengalami perkembangan yang signifikan. Kalaupun ada perkembangan,
mungkin hanya dalam hal-hal teknis. Sementara secara kualitas, apalagi kalau
dibandingkan dengan Negara-negara lainnya, kualitas pendidikan kita mengalami
perkembangan yang lambat. Sehingga dalam banyak survey atau perangkingan yang
dilakukan di dunia, peringkat pendidikan Indonesia mengalami penurunan.
1
Salah satu indikator yang termuat dalam kedua indeks tersebut adalah angka
partisipasi kasar (APK). EFA yang dideklarasikan pada tahun 2000 lalu di Dakar,
mewajibkan semua Negara di dunia harus menuntaskan Wajib belajar (Wajar) 9
tahun paling lambat tahun 2015 nanti, salah satu indicator penuntasan Wajar 9 tahun
diukur dengan APK tingkat SMP sederajat.1 Sementara indikator (pendidikan) yang
dipakai dalam mengukur HDI sampai tahun 2009 adalah melek huruf orang dewasa
dan APK, namun sejak tahun 2010 diganti menjadi rata-rata lama sekolah dan lama
sekolah. Sayangnya, APK SMP/sederajat kita sampai saat ini belum menunjukkan
perkembangan yang membanggakan. Walau program wajib belajar sudah
dicanangkan jauh sebelum EFA dideklarasikan, namun partisipasi anak usia SMP
Indonesia secara kasar belumlah mencapai 100%.
Kesulitan ekonomi dan semakin mahalnya biaya pendidikan ditengarai
sebagai penyebab utama banyaknya anak putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan
pendidikan. Banyak orang tua akhirnya tidak bisa menyekolahkan anak dan meminta
anak bekerja karena kedua faktor tersebut. Keadaan ini semakin diperparah dengan
kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun
2005 hingga mencapai 200%. Naiknya harga BBM secara drastis ini berkorelasi
positif terhadap meningkatnya harga kebutuhan pokok dan berkorelasi negatif
dengan daya beli masyarakat. Hal ini membuat kemampuan orang tua untuk
menyekolahkan anak juga semakin rendah. Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah
merealokasikan sebagian besar pengurangan subsidi tersebut ke empat program
besar, yaitu program pendidikan, kesehatan, infrastruktur pedesaan, dan subsidi
langsung tunai (SLT).2
Salah satu program di bidang pendidikan adalah Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) yang menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan
membebaskan biaya pendidikan bagi siswa yang tidak mampu dan meringankan
beban bagi siswa yang lain dalam rangka mendukung pencapaian Program Wajib
Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Melalui program ini, pemerintah pusat
memberikan dana kepada sekolah-sekolah setingkat SD dan SMP untuk membantu
1
Indonesia, BPK RI, hal 2, Lihat juga ABDUL KADIR KARDING, Evaluasi Pelaksanaan Program
Bantuan Operasional Sekolah ( Bos ) Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Semarang . 2008
mengurangi beban biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orangtua siswa.
BOS diberikan kepada sekolah untuk dikelola sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan pemerintah pusat. Besarnya dana untuk tiap sekolah ditetapkan
berdasarkan jumlah murid.3
Pengertian BOS
Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 tahun 2009, standar biaya operasi
non personalia adalah standar biaya diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi
non personalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana
pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara
teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program
pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operaso
non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib
belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia
yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. 5
Tujuan program dana BOS
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.
Sementara, secara khusus program BOS bertujuan untuk:
1. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri dari biaya operasi
sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan
sekolah bertaraf internasional (SBI).
2. Menggratiskan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk
apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta.
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.6
a. BOS Reguler
Program BOS regular bertujuan untuk memberikan bantuan kepada sekolah
dalam rangka membebaskan iuran siswa, tetapi sekolah tetap dapat mempertahankan
mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Sasaran program BOS adalah
semua sekolah baik negeri maupun swasta di seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia.
Besar dana BOS yang diterima sekolah Tahun 2007/2008 didasarkan pada jumlah
siswa dengan ketentuan:
5
6
Ibid, hal 9
Ibid, hal 2
b. BOS Buku
Program BOS untuk penyediaan Buku Teks Pelajaran (BOS Buku) bertujuan
untuk:
1. Memberikan bantuan kepada sekolah dalam rangka pengadaan buku teks
pelajaran bagi seluruh siswa.
2. Membantu masyarakat meringankan beban biaya pendidikan
3. Meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia.
Sasaran
program
BOS
Buku
adalah
semua
SD/MI/SDLB/SMP/MTs/SMPLB/Salafiyah/sekolah keagamaan non Islam yang
menyelenggarakan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9
Tahun, baik sekolah negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Subsidi
dana BOS Buku yang diterima oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa baik
siswa setara SD maupun SMP Tahun 2007 dan 2008 sebesar
Rp.22.000,00/siswa/buku
Akan tetapi, sejak tahun 2009, pemerintah menaikkan besaran dana BOS.
Biaya satuan BOS, termasuk BOS Buku, per siswa/tahun mulai Januari 2009 naik
secara signifikan menjadi: SD di kota Rp. 400 ribu, SD di kabupaten Rp. 397 ribu,
SMP di kota Rp. 575 ribu, dan SMP di kabupaten Rp. 570 ribu.
Penggunaan Dana BOS
Penggunaan Dana BOS harus berpedoman pada panduan pelaksanaan
program BOS yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Disana dimuat hal-hal apa
saja yang bisa dan yang tidak bisa dibiayai dana BOS.7
Ibid
j.
k.
Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah keagamaan non Islam, dana
BOS dapat digunakan untuk biaya asrama/pondokan dan membeli peralatan
ibadah.
l.
m. Prioritas pertama penggunaan dana BOS adalah untuk komponen as/d l, bila
seluruh komponen diatas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih
terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk
membeli alat peraga, media pembelajaran dan mebeler sekolah.
Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS
diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan sekolah selain
kewajiban jam mengajar. Besaran/satuan biaya untuk transportasi dan uang lelah
guru PNS yang bertugas diluar jam mengajar tersebut harus mengikuti peraturan
tentang penetapan batas kewajaran yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
masing-masing dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, geografis dan
faktor lainnya.
kualitas SDM. Tetapi kontribusi program BOS terhadap peningkatan kualitas SDM
memiliki fase yang berjenjang. Secara historis program BOS lebih bertujuan untuk
meningkatkan paritisipasi anak didik untuk mengecap pendidikan. Persoalan dana
yang selama ini dianggap menjadi kendala utama anak didik dan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan, setidaknya bisa terurai dengan adanya BOS ini.
Dengan demikian situasi terciptanya proses belajar mengajar yang kondusif bisa
terjadi, karena persoalan mendasar tersebut sudah coba ditangani oleh pemerintah.
Walau tidak menafikan bahwa masih banyak faktor-faktor lain yang harus dibenahi
untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan berkualitas, tetapi setidaknya
dengan mengurai persoalan dana tersebut, syarat dasar terlaksananya pendidikan
sudah dipenuhi. Dengan meningkatnya partisipasi anak didik di sekolah, dan
terbantunya sekolah dalam melaksanakan PBM, diharapakan akan meningkatkan
kualitas pendidikan kita.
Faktor lain yang membuat program BOS tidak bisa diukur langsung
pengaruhnya terhadap peningkatan SDM secara nasional adalah karena program
BOS hanya dialokasikan untuk siswa SD/sederajat, dan SMP/sederajat. Artinya
masih butuh proses yang panjang untuk melihat kontribusi program BOS terhadap
pengembangan SDM, karena hanya diperlakukan untuk siswa SD dan SMP. Maka
sekali lagi, kalau mau melihat kontribusi program BOS terhadap peningkatan
kualitas SDM hanya bisa dilihat dari meningkatnya APK siswa dan meningkatnya
kualitas siswa di dua tingkatan tersebut.
a. Program BOS dan peningkatan APK
Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran program BOS telah membantu para
siswa, orang tua siswa dan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Program
ini sangat berkontribusi besar terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak
mampu. Adanya program BOS ini setidaknya telah membantu para orang tua
mengurangi biaya yang harus ditanggung untuk menyekolahkan anak. Walau label
sekolah gratis belum bisa terwujud sepenuhnya oleh program BOS ini, akan tetapi
dengan adanya program ini, dana yang yang harus ditanggung orang tua menjadi
lebih berkurang. Dengan demikian, anak putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan
sekolah karena ketiadaan dana seharusnya tidak ada lagi. Karena dana dasar sudah
disediakan pemerintah. Kalaupun ada dana tambahan seharusnya itu ditarik karena
ada kebutuhan khusus yang tidak termaktub dalam program BOS.
11
kabupaten di Indonesia (207 kabupaten dari 370 kabupaten atau 56%) yang capaian
APK-nya masih di bawah target nasional tahun 2008. Pada tingkat kota masih ada 1
kota (1% dari 93 kota) yang capaian APK-nya masih di bawah target nasional tahun
200811. Dengan demikian semakin jelas bahwa Program BOS yang digadang-gadang
akan meningkatkan APK siswa dan meningkatkan mutu pendidikan nasional,
ternyata masih jauh dari sasaran. Hal yang paling mendasar yaitu meningkatnya
partisipasi sekolah, ternyata belum bisa ditanggulangi program BOS.
mengalami
kenaikan. Pada awalnya anggaran dana BOS ini sebesar Rp. 10,3 triliun. Kemudian
naik pada tahun 2007 menjadi Rp. 11,2 triliun. Naik lagi pada tahun 2009 yaitu
sebesar Rp. 16 triliun. Anggaran dana BOS ini bahkan menempati porsi 7,5% dari
total anggaran pendidikan pada tahun 2009. Dan mengalami kenaikan lagi pada
tahun 2011 menjadi sebesar Rp. 16, triliun. Peningkatan alokasi dan anggaran dana
BOS tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya anggaran dana BOS setiap
siswa. Menurut pengakuan Pemerintah, Pemerintah sengaja menaikkan anggaran
BOS secara signifikan agar pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan mutu.
Tak hanya meningkat secara besaran, sejak tahun 2009 pembagian dana BOS pun
dibedakan untuk sekolah-sekolah di kota dan di daerah. Misalnya, jatah untuk anak
Sekolah Dasar (SD) di perkotaan ditetapkan Rp 400.000 per siswa setiap tahun,
11
Lihat Renstra Kemendiknas 2009-2014. Disparitas yang tinggi juga terjadi untuk APK PAUD dan
APK SD/Sederajat. Sementara pada jenjang SMA/SMK/MA/Paket C, disparitas tersebut semakin
lebar. Sebanyak 17 provinsi (51,5%) atau lebih dari setengah provinsi di Indonesia memiliki APK
SMA/SMK/MA/Paket C di bawah target nasional tahun 2009.
12
lIhat Lampiran Permendiknasi No. 37 Thn 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bos
Tahun Anggaran 2011, hal 5
13
Tahun 2008
Rp 254.000,-*
Tahun 2009
Kab:
Rp.397.000,-
Kota: Rp.400.000,-.
SMP
Rp.354.000
14
Lihat Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2008. BPK RI. Hal 71.
15
5. Sisa dana BOS tahun 2007 senilai Rp21,80 miliar dan pendapatan jasa giro
di rekening penampungan Tim Manajemen BOS provinsi senilai Rp1,59
miliar tidak di setor ke kas negara, mengakibatkan pengendalian atas sisa
dana BOS yang belum disalurkan lemah, dan penerimaan negara atas
pendapatan jasa giro senilai Rp1,59 miliar tertunda;
6. Penggunaan dan pertanggungjawaban dana safeguarding tidak sesuai
ketentuan senilai Rp2,40 miliar;
7. Dana Pendidikan Lainnya (DPL) dan hasil pengadaan DPL belum
dimanfaatkan, mengakibatkan DPL yang masih tersimpan di rekening
sekolah minimal senilai Rp602,68 juta rawan disalahgunakan dan hasil
pengadaan minimal senilai Rp35,62 miliar tidak efektif;
8. Penitipan uang pajak senilai Rp1,21 miliar atas DAK bidang pendidikan
yang diterima sekolah di Kota Jayapura dipergunakan untuk kepentingan lain
dan sisa dana penitipan uang pajak senilai Rp423,18 juta belum disetor ke
kas negara, sehingga penerimaan negara berasal dari pajak kurang diterima
senilai Rp1,63 miliar dan penggunaan uang pajak senilai Rp1,21 miliar
belum dapat diyakini kebenarannya;
9. Dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan pungutan, pemotongan, dan
menerima penyetoran kembali DAK dan DPL dari sekolah senilai Rp2,13
miliar, mengakibatkan pengelolaan dana senilai Rp2,13 miliar menyimpang
dari ketentuan yang berlaku dan senilai Rp1,46 miliar berindikasi merugikan
daerah; dan
10. Aset tetap di sekolah yang berasal dari sumber dana bantuan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah minimal senilai Rp744,80 miliar tidak jelas
status kepemilikan dan pengurusannya, mengakibatkan Pemerintah Daerah
tidak dapat menganggarkan biaya pemeliharaan atas aset yang dikuasainya
karena belum menjadi aset milik pemerintah daerah dan risiko
penyalahgunaan aset tetap, seperti hilang atau dikuasai pihak yang tidak
berhak.
Meski tidak berlaku general, namun fakta-fakta yang ditemukan oleh BPK
tersebut setidaknya menjadi bukti betapa masifnya penyimpangan yang terjadi
terhadap program dana BOS ini. Wajar saja, peningkatan kualitas pendidikan
sebagaimana diharapkan sebelumnya menjadi sulit diwujudkan. Tanpa menafikan
16
18
Literature:
BPK.RI. 2008. Pihak- Pihak Terkait Dalam Pengelolaan Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). BPK RI
______. 2009. Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2008. BPK RI.
BPS. 2009. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Provinsi Tahun 2003-2009.
Dirjen
Mandikdasmen.
Biar
Gratis
asal
berkualitas.
http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/bos/4.html. Diakses
2011.
2010.
Maret