Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
1.
1.1 Pengertian
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar
atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Maryuni, 2009;
Rukiyah, 2010).
kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman
dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan ibu
memperoleh bekal keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah
pulang dari rumah sakit. Rawat gabung juga memungkinkan suami dan keluarga
dapat terlibat secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui
dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu mendapatkan
kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang
sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya (Maas, 2004;
Mappiwali, 2008).
merawat
tali
pusat,
memandikan
bayi
(Mappiwali,
2008).
Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri setelah pulang dari rumah sakit dan di samping pendidikan
bagi ibu, dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga, terutama
suami, dengan cara mengajarkan suami cara merawat ibu dan bayi. Suami akan
termotivasi untuk memberi dorongan moral bagi istrinya agar mau menyusui
bayinya (Prawirohardjo, 2008).
Secara ekonomi, rawat gabung memungkinkan ibu untuk memberikan ASI
sedini mungkin. Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal
tersebut merupakan suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian
susu formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang dibutuhkan. Lama
perawatan ibu menjadi lebih pendek karena involusi rahim terjadi lebih cepat dan
infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti penghematan biaya bagi
rumah sakit maupun keluarga ibu (Mappiwali, 2008; Suradi dan Kristina, 2004).
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung akan menurunkan terjadinya
infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
ibu maupun bayi (Mappiwali, 2008; Prawirohardjo, 2008).
memiliki kandungan protein lebih tinggi, bebas kuman karena diberikan secara
langsung, suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, lebih muda dicerna dan
diserap oleh usus bayi, mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi
dari kerusakan dan menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu
membentuk otot pipi yang baik serta memberikan keuntungan psikologis
(Maryuni, 2009).
susu yang terbenam ini dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi segera setelah
lahir. Menyusui bayi sesering mungkin (misal 2-2 jam) akan menghindarkan
payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu.
Mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat membantu bila
kandungan payudara dan puting susu tertarik ke dalam. Pompa ASI yang efektif
(bukan yang berbentuk terompet atau bentuk squeeze dan bulb) dapat dipakai
untuk mengeluarkan putting susu pada waktu menyusui (Depkes RI, 2001).
b. Puting Susu Nyeri
Pada umumnya ibu akan mengalami sakit pada waktu awal menyusui.
Rasa nyeri ini akan berkurang setelah ASI keluar dan bila posisi mulut bayi pada
saat menyusui benar, perasaan nyeri ini akan menghilang. Cara menanganinya
adalah dengan memastikan posisi menyusui sudah benar dan memulai menyusui
pada puting susu yang tidak sakit untuk membantu mengurangi rasa sakit pada
puting susu yang sedang sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI,
oleskan di puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu
sampai puting susu kering dan jangan membersihkan puting susu dengan sabun.
Hindarkan puting susu menjadi lembab (Depkes RI, 2001).
c. Puting Susu Lecet
Puting susu yang nyeri, bila tidak segera ditangani dengan benar akan
menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan dan dapat
mengeluarkan darah. Puting susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidiasis) atau
dermatitis. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengobati puting susu yang lecet dan
4. Konsep Motivasi
4.1 Pengertian
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti
bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan
sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam
menyelesaikan tugas-tugas atau dapat dikatakan motivasi adalah keinginan yang
terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan sesuatu
(Terry, 1986) atau disebut juga sebagai penggerak perilaku (Irwanto, 2008). Hal
ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan
berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan
penyelesaian yang sesungguhnya (Pintrich, 2003).
Menurut Stevenson (dalam Sunaryo, 2004) motivasi adalah semua hal
verbal, fisik, atau psikologi yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai
respon. Motivasi menunjuk pada proses gerakan termasuk situasi yang mendorong
diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau
akhir dari pada gerakan atau perbuatan (Sarwono, 2000) sehingga motivasi dapat
dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka
akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu
(Sadirman, 2007).
Defenisi motivasi yang lain adalah suatu proses psikologi. Namun
demikian bukan berarti bahwa motivasi adalah satu-satunya unsur yang bisa
menjelaskan adanya perilaku seseorang. Banyak unsur lain yang dapat
mastitis atau abses. Selain itu juga status kesehatan dan status gizi ibu menyusui
akan mempengaruhi kondisi fisik ibu (Bobak,dkk., 2004).
b. Proses mental
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi ada
kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut. Ibu menyusui yang
mengalami gangguan pada proses mental akan sulit untuk memberikan ASI pada
bayinya. Hal ini karena proses laktasi akan berhasil bila hormon oksitosin keluar,
hormon ini sangat mempengaruhi kinerja myoepitel dalam memompa ASI keluar
dari alveoli sedangkan oksitosin keluar jika secara mental dan psikologis ibu
merasa tenang, mampu dan mendapatkan dukungan.
c. Faktor kematangan usia
Kematangan usia akan mempengaruhi proses berpikir dan pengambilan
keputusan dalam pemberian ASI. Ibu usia muda akan cenderung untuk tidak
memberikan ASI, karena takut bentuk payudara akan rusak apabila menyusui dan
kecantikannya akan hilang, serta takut ditinggalkan oleh pergaulan teman
sebayanya sedangkan ibu yang berhasil menyusui anak sebelumnya, dengan
pengetahuan dan pengalaman cara pemberian ASI secara baik dan benar akan
menunjang laktasi berikutnya. Sebaliknya, kegagalan menyusui di masa lalu akan
mempengaruhi pula sikap seorang ibu terhadap penyusuan sekarang (Bobak,
2004).