Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR PETA KONTUR (IUTPW)

Mata Kuliah: Ilmu Ukur Tanah


dan Pemetaan Wilayah

Hari/tanggal
Waktu
Tempat
Kelompok

: Selasa, 7 November
2010
: 07.00-15.00 WIB
: Hutan Cangkurawok
: 3 (tiga)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


PEMBUATAN PETA KONTUR
Disusun oleh :
Jajang Roni A. Kholik
(E14090090) Hastuti Dyah Prajna
Juanda
(E14090003) Boy Tantri Tarigan
Fatih Mulia Utama
(E14090030) Widi Elita Hardianti
Niken larasati
(E14090070) Elvira Novizar
M. Panji Solihin
(E140900131)

Muhammad Fajar
I Putu Arimbawa Pande
Monika Turana
Januar Satya Nugraha

Dosen :
Endim Dimyana B., Sc. F.
Asisten :
(E2403074)
Rama Aditya Kusuma
(E14070015) M. Amar Syakir
(E14070070) Finny Noviantiny
(E14061679) Frensi Firma

(E14090024)
(E14090004)
(E14090054)
(E14090121)

(E14070076)
(E14070047)
(E14070014)
(E14070001)

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
I. PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Masa pembangunan dewasa ini, ketersediaan peta menjadi suatu hal yang tidak dapat
ditinggalkan, terlebih untuk pembangunan fisik. Sebagaimana kemajuan di bidang ilmu
teknologi yang demikian pesat, teknik pemetaan pun sudah sedemikian berkembang, baik
dalam hal teknik pengumpulan data maupun proses pengolahan dan penyajian baik secara
spasial maupun sistem informasi kebumian lainnya. Pemetaan teristris adalah proses
pemetaan yang pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan
tertentu. Teknik pemetaan mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu dan
teknologi. Dengan perkembangan peralatan ukur tanah secara elektronis, maka proses

pengukuran menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Setiap teknik
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam pemilihannya sangat
bergantung dengan tujuan pemetaan, tingkat kerincian obyek yang harus disajikan, serta
cakupan wilayah yang akan dipetakan. Dalam pengukuran di lapangan menggunakan
peralatan pengukuran, seperti : teodolit, rambu ukur, pita ukur, dan lain lain. Agar
pengukuran dapat diwujudkan dalam bentuk peta, setelah semua data dihitung, meliputi
perhitungan koordinat (x;y), titik-titik kerangka pemetaan (poligon), perhitungan ketinggian
titik-titik poligon (z), sudut arah dan jarak titik-titik detil serta ketinggiannya. Langkah
selanjutnya penggambaran dengan garis kontur.
1.2
1.
2.
3.
4.

Tujuan
Praktikum pembuatan peta kontur bertujuan untuk :
Mengukur suatu wilayah dengan menggunakan beberapa metode seperti : metode poligon
tertutup, poligon terbuka, dan metode polar.
Melakukan perhitungan data hasil pengukuran.
Membuat peta kontur wilayah yang telah diukur.
Menentukan kelerengan kontur pada peta kontur.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Beberapa metode penarikan garis kontur, antara lain metode langsung, yaitu : titiktitik yang sama tinggi di lapangan secara langsung oleh alat penyipat datar, rambu ukur, dan
patok-patok yang jumlahnya banyak. Cara ini kurang praktis dan membutuhkan waktu yang
banyak di lapangan. Metode tidak langsung, yaitu digambar atas dasar ketelitian detail hasil
plotting yang tidak merupakan kelipatan dari interval kontur yang diperlukan, sehingga
diperlukan penentuan posisi titik-titik yang mempunyai ketinggian kelipatan dari interval
kontur. (Basuki 2006)
Menurut Basuki (2006), metode tidak langsung dapat dilakukan dengan metode
matematis dengan menggunakan interpolasi linier, interpolasi yang sebanding dengan
jaraknya. Perhitungannya sangat tepat dan diperlukan alat bantu hitung kalkulator. Metode
semi segitiga menggunakan mistar segitiga dengan ada angka pembagian sampai millimeter
atau alat interpolasi radialgraph yang terbuat dari kertas transparan. Metode grafis digunakan
untuk peta-peta skala menengah dan kecil. Cara metode ini memberi angka ketinggian pada
setiap garis kontur dan setiap lima buah kontur atau angka kelipatan tertentu garis kontur
dibuat agak tebal. Untuk menghindari kesalahan morfologi dari garis kontur, distribusi dari
detail ketinggian harus disesuaikan dengan kondisi topografi medan dan skala peta yang
dibuat. Apabila medan bergelombang, maka untuk medan yang beda tingginya lebih besar
daripada besarnya kontur interval harus diukur, namun pada medan kemiringannya seragam
cukup diukur pada awal dan akhir kemiringan tersebut walaupun jaraknya cukup jauh.
Garis kontur mempunyai arti yang penting bagi perencanaan rekayasa, karena dari
peta kontur dapat direncanakan, antara lain : penentuan rute, saluran irigasi, bentuk irisan,
tampang pada arah yang dikehendaki, gambar isometrik dari galian/timbunan, besar volume
galian/timbunan, penentuan batas genangan pada waduk, dan arah drainase. (Basuki 2006)
Agar pengukuran dapat diwujudkan dalam bentuk peta, setelah semua data di
lapangan dihitung, meliputi perhitungan koordinat (x,y), titik-titik kerangka pemetaan

(poligon), perhitungan ketinggian titik-titik poligon dari pengukuran sipat datar, penarikan
garis-garis kontur, dan editing. (Basuki 2006)
Kesalahan yang terjadi pada saat penggambaran peta adalah kesalahan plotting titik
kontrol, ketelitian yang diisyaratkan sebesar 0,1 mm. Ketelitian penggambaran peta yang
disebabkan oleh alat-alat penggambaran diusahakan tidak melebihi 0,2 mm. (Basuki 2006)
Pengukuran detil merupakan pekerjaan dimana posisi bentuk-bentuk planimetris dan
garis-garis kontur berdasarkan pada titik-titik kontol tertentu. Gambar detil dibuat disekitar
titik-titik kontrol tertentu. Gambar detil dibuat di sekitar titik-titik kontrol pembantu, yang
akhirnya pengukuran detail dari gambar tersebut. (Basuki 2006)
Bentuk permukaan tanah dapat dinyatakan dengan susunan garis-garis lengkung
horizontal dengan interval tinggi tertentu. Elevasi lapangan dapat diukur dengan garis-garis
lengkung horizontal. Peta-peta topografi mempunyai ketinggian garis-garis lengkung
horizontal yang sama disebut jarak antara garis-garis lengkung horizontal. (Sastrodarsono,
2005)

III. METODE PRAKTIKUM


3.1. Waktu dan tempat praktikum
Praktikum pembuatan peta kontur dilaksanakan pada tanggal 7 November 2010
yang dimulai pada pukul 07.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium LPPU-Departemen
Manajemen Hutan dan Hutan Pendidikan Cangkurawok.
3.2
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
Theodolit
Patok (ukuran lebar 5 dan cm panjang 15 cm)
Pita ukur
Kompas
Rambu ukur
Parang
Senter
Payung

Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:


a. Lokasi Hutan Pendidikan Cangkurawok
b. Alat tulis
c. Tally sheet
3.3 Prosedur praktikum
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2. Menentukan dan menandai titik-titik pada lokasi Hutan Pendidikan Cangkurawok yang akan
digunakan sebagai titik-titik poligon, serta menandai titik bantu yang berada pada poligon
tersebut.
3. Melakukan sentering, mendatarkan, dan mengkalibrasi alat theodolit pada titik pertama yaitu
dengan cara sebagai berikut:

Sentring :
a. Buka ketiga klem kaki statip, dirikan statip diatas patok dengan merentangkan ketiga kaki
hingga ketiga ujung kaki statip membentuk segitiga sama sisi dengan patok sebagai pusatnya.
b. Tarik statip bagian atas hingga tinggi kepala statip kira-kira sedikit dibawah dada dan kepala
statip mendatar. Kokohkan statip dengan menginjak pijakan dibagian bawah statip, Kemudian
kencangkan ketiga baut statip.
c. Pasang instrumen diatas statip, hubungkan dengan cara memutar baut instrumen dilubang
dratnya pada plat dasar instrumen.
d. Perhatikan apakah ujung patok terlihat pada alat sentering optik.
e. Kencangkan baut instrumen secukupnya.
Mendatarkan alat :
Atur gelembung nivo kotak dan nivo tabung agar berada tepat di tengah-tengah nivo.
Mengkalibrasi alat :
a. Mencari utara magnet bumi dengan kompas.
b. Kalibrasi alat dengan membuat sudut horizontal 00000 dan sudut vertical 900000.
4. Melakukan bidikan pertama yaitu ke arah titik pasti, bidik ke arah rambu meter yang
didirikan pada titik pasti kemudian amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal,
batas bawah garis bidik batas tengah garis bidik, dan batas atas garis bidik, kemudian ukur
dan catat jarak datar dengan cara mengukur jarak mendatar menggunakan pita ukur.
5. Theodolit pada titik pertama jangan dipindahkan dahulu karena akan digunakan untuk
membidik ketitik kedua. Amati dan catat sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas
garis bidik, batas bawah garis bidik, serta ukur dan catat jarak datar dengan cara mengukur
jarak mendatar menggunakan pita ukur.
6. Pindahkan theodolit ke titik dua, lakukan sentering dan datarkan alat. Lakukan bidikkan
kearah titik satu, amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas atas garis bidik,
batas tengah garis bidik, dan batas bawah garis bidik.
7. Kemudian bidik kearah titik tiga (kearah rambu meter yang sudah ditandai) amati dan catat
sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, dan
batas tengah garis bidik. Kemudian ukur dan catat jarak datarnya.
8. Pindahkan theodolit ketitik tiga, lakukan sentering dan datarkan alat. Lakukan bidikkan
kearah titik dua, amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas atas garis

bidik,batas tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik. Titik tiga ini merupakan titik awal
poligon tertutup. Ukur juga sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas
tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik pada titik bantu pertama (untuk mengetahui
beda tinggi dua titik).
9. Kemudian bidik kearah titik empat (kearah rambu meter yang sudah ditandai) amati dan catat
sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, dan
batas tengah garis bidik. Kemudian ukur dan catat jarak datarnya.
10. Lakukan langkah-laangkah yang sama pada titik-titik poligon selanjutnya. Lakukan
pengukuran juga jika ada titik bantu (amati dan catat sudut horizontal (RM)), sudut vertikal,
batas atas garis bidik, batas tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik pada titik bantu
(untuk mengetahui beda tinggi dua titik).
11. Pada saat telah kembali ke titik tiga maka lakukan pengukuran juga kembali kearah titik
empat agar poligon tertutup sempurna.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Praktikum pembuatan kontur merupakan praktikum terakhir yang dilakukan pada
mata kuliah ilmu ukur tanah dan pemetaan wilayah. Praktikum kali ini, yaitu praktikum yang
menggunakan beberapa metode dalam proses pengukuran, seperti : metode polar, metode
poligon tertutup, dan metode poligon terbuka. Akhir dari praktikum kali ini yaitu pembuatan
peta kontur.
Kontur adalah garis khayal yang menggambarkan semua titik yang mempunyai
ketinggian yang sama dari bidang referensi tertentu, umumnya bidang yang digunakan adalah
permukaan air laut. Kontur digambarkan dengan interval vertikal yang reguler. Interval
kontur adalah jarak vertikal antara dua garis ketinggian yang ditentukan berdasarkan
skalanya. Bentuk suatu kontur menggambarkan bentuk suatu permukaan lahan yang
sebenarnya. Kontur-kontur yang berdekatan menunjukkan kemiringan yang terjal, konturkontur yang berjauhan menunjukkan kemiringan yang landai. Garis kontur menunjukkan
tinggi suatu tempat di atas permukaan laut, menunjukkan bentuk relief, menunjukkan bentuk
lereng. Fungsi garis kontur di bidang kehutanan dapat menunjukan rute jalan/irigasi, arah
drainase, bentuk irisan atau tampang pada arah yang dikehendaki.
Peta kontur itu sendiri merupakan peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk
permukaan bumi yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur. Peta kontur
merupakan salah satu contoh dari peta khusus atau peta tematik. Ada beberapa karakteristik
garis-garis kontur, yaitu garis yang tertutup, tidak berpotongan, berhimpit pada tempat lereng
tegak, kondisi normal ketinggiannya semakin naik, dan meruncing ke arah hulu. Interpretasi
peta kontur memberikan informasi tentang ketinggian tempat, bentuk lereng (apakah
berbentuk cekung, cembung, atau seragam ?), serta juga dapat menunjukkan kemiringan
lereng (apakah lereng tersebut landai atau terjal ?).
Selain itu dari peta kontur juga dapat digunakan untuk menentukan inversibility atau
daerah yang tampak yang diperoleh dari pembuatan profil atau diagram penampang. Profil
atau penampang adalah gambaran kenampakan suatu daerah apabila dipotong secara vertikal
oleh bidang tegak lurus terhadap permukaannya. Berdasarkan gambar peta yang terdapat
pada lampiran, terlihat bahwa semakin rapat garis antarkontur, maka kemiringan lereng
semakin terjal. Sebaliknya, semakin jarang garis antarkontur, maka kemiringan lereng
semakin landai.
Selain untuk mengetahui kemiringan lereng, identifikasi tentang garis kontur juga dapat untuk
mengetahui bentuk lereng. Berdasarkan bentuknya, lereng dapat berbentuk seragam, cekung,
ataupun cembung. Lereng dapat pula berbentuk tegak lurus atau tebing, sehingga bila digambarkan
menunjukkan garis kontur yang saling berimpit.

Praktikum kali ini dimulai dengan menggunakan metode poligon terbuka. Untuk
mencapai titik pertama poligon tertutup dari titik acuan menggunakan poligon terbuka yang
hanya menggunakan beberapa titik saja. Kemudian untuk mengukur sebagian luas hutan
cangkurawok dalam praktikum ini menggunakan metode poligon tertutup. Pada metode
poligon tertutup digunakan 23 titik sehingga poligon dapat tertutup. Dan untuk membantu

digunakan titik-titik detail terutama pada medan-medan yang ketinggiannya terjal. Titik-titik
detail tersebut nantinya akan digunakan untuk membuat garis-garis kontur pada peta.
Pada metode poligon yang diukur adalah jarak dan sudut dengan menggunakan pita
ukur dan teodolit. Dengan menggunakan data metode poligon untuk mencari nilai dan
untuk menghitung X dan Y.
Hasil yang didapatkan dari praktikum ini sangat dipengaruhi oleh ketelitian pada
proses praktikum, baik ketelitian dari alat maupun ketelitian dari praktikan. Kondisi
lingkungan juga berpengaruh pada proses praktikum yang nantinya mempengaruhi juga hasil
yang didapatkan. Seperti misalnya pada praktikum kali ini terjadi kendala cuaca, yaitu
ditengah-tengah proses praktikum hujan turun sangat lebat sehingga terpaksa praktikum
dihentikan dan diteruskan hari berikutnya. Karena theodolit tidak boleh terkena hujan
otomatis theodolit dilepas dari statif. Walaupun kunci body tidak dilepas tapi hal ini juga
dapat mempengaruhi nilai yang didapatkan. Sehingga dilakukan koreksi agar mengetahui
data yang didapatkan masih dalam batas toleransi atau tidak.

V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini yaitu dalam
melakukan pengukuran suatu wilayah dapat menggunakan beberapa metode sehingga akan
memudahkan dalam proses pengukuran dan proses pembuatan peta. Praktikan dapat
melakukan perhitungan data hasil pengukuran karena pada praktikum-praktikum sebelumnya
juga telah melakukan beberapa perhitungan dan dalam perhitungan dalam membuat peta
kontur juga dapat dilakukan dengan baik karena praktikan cukup menguasai teori. Sehingga
setelah melakukan pengukuran dan perhitungan praktikan dapat menuangkan hasil praktikum
tersebut ke dalam sebuah peta kontur.

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sastrodarsono, Suyono. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta: Pradnya
Paramita

1. BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Menurut I Made Sandy (1985), seorang


Guru Besar Geografi Universitas Daerah aliran sungai adalah suatu daerah Indonesia;
Daerah Aliran Sungai (DAS)yang terhampar di sisi kiri dan kanan dari adalah bagian dari
muka bumi, yang airnyasuatu aliran sungai, dimana anak-anak sungai mengalir ke dalam
sungai yang bersangkutan,yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai apabila hujan
jatuh.Sebuah pulau selamanyabermuara ke dalam suatu sungai induk. terbagi habis ke
dalam Daerah-Daerah Aliran Untuk mengetahui keadaan jaringan alur Sungai.sungai
diperlukan analisis morfometri suatu Antara DAS yang satu dengan DASDaerah aliran
sungai (DAS) yang terdiri dari: yang lainnya dibatasi oleh titik-titik tertinggiluas DAS,
panjang dan lebar DAS, ordo dan muka bumi berbentuk punggungan yangtingkat
percabnagan sungai, kerapatan sungai, disebut stream devide atau batas daerah
alirandan kemiringan lereng sungai. (garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide1.2
Tujuan itu merupakan jajaran pebukitan disebut Tujuan dilaksanakannya praktikum
stream devide range. (Hallaf H.P., 2006).ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis
Sungai di dalam semua DASmorfometri daerah aliran sungai (DAS). mengikuti suatu
aturan yaitu bahwa aliran sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA arah dimana cabang dan anak sungai mengalir ke dalam sungai
induk yang lebih besar dan2.1 Jaringan Aliran Sungai membentuk suatu pola
tertentu.Pola itu Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat tergantungan dari pada kondisi
tofografi,didefinisikan sebagai suatu daerah yang geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di
dalamdibatasi oleh topografi alami, dimana semua DAS bersangkutan.air hujan yang
jatuh didalamnya akan mengalir Adapun Pola-pola Pengairan Sungaimelalui suatu
sungai dan keluar melalui outlet menurut Soewarno (1991) yaitu:pada sungai tersebut,
atau merupakan satuanhidrologi yang menggambarkan dan 1. Pola trellis dimana
memperlihatkan letakmenggunakan satuan fisik-biologi dan satuan anak-anak sungai
yang paralel menurut strikekegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan atau topografi
yang paralel. Anak-anak sungaidan pengelolaan sumber daya alam. (Suripin, bermuara
pada sungai induk secara tegak2001). lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah
pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan strike,
mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya mengalir sesuai
deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak-anak sungai juga
bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya. 2. Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk
sungainya memiliki kelokan-kelokan 90o, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap
sungai induknya berpotongan tegak lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan
patahan (block mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau
bidang-bidang dan/atau retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben yang saling
berpotongan. Gambar 1. Batas DAS 1
2. meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya telah
berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang semula (pada stadium remaja)
tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan yang berselang-seling antara lapisan
batuan keras dengan lapisan batuan lembut. 2.2 Karakteristik dan Morfometri DAS
Karakteristik Daerah Aliran sungai (DAS) meliputi beberapa variable yang dapat
diperoleh melalui pengukuran langsung, data Gambar 2. Pola-Pola Pengairan Sungai
sekunder, peta dan dari data penginderaan jauh (remote sensing) (Seyhan, 1977)

menyatakan bahwa karakteristik Daerah Aliran Sungai3. Pola Denritik, yaitu pola sungai
dimana (DAS) dikelompokkan menjadi dua kategorianak-anak sungainya (tributaries)
cenderung yaitu: (1) Faktor lahan yang meliputisejajar dengan induk sungainya. Anakanak topografi, tanah, geologi, geomorfologi dansungainya bermuara pada induk sungai
dengan (2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.sudut lancip.Model pola denritis
seperti pohondengan tatanan dahan dan ranting sebagai Morfomeri Daerah Aliran
Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan untukcabang-cabang dan anak-anak
sungainya.Pola menyatakan keadaan jaringan alur sungaiini biasanya terdapat pada
daerah berstruktur secara kuantitatif.Sifat yang khas dari suatuplain, atau pada daerah
batuan yang sejenis DAS dapat dilihat dari morfometri(seragam, homogen) dengan
penyebaran yangluas. DASnya.Morfometri DAS adalah pengukuran4. Pola Radial
Sentripugal, Pola pengaliran bentuk dan pola DAS yang dapat dilihat dari suatu peta.
Gordon (1992) menjelaskan bahwabeberapa sungai di mana daerah hulu sungaiparameter dalam morfometri DAS salingsungai itu saling berdekatan seakan terpusat
berhubungan satu sama lain, sehinggapada satu titik tetapi muaranya menyebar,
seringkali salah satu parameter dapatmasing-masing ke segala arah. Pola
pengaliranradial terdapat di daerah gunungapi atau dikadikan pewakil parameter
lainnya..topografi bentuk kubah seperti pegunungan Respon hidrologi dari suatu
DASdome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai terhadap masukan curah hujan
dijelaskan pulaberada di bagian puncak, tetapi muaranya oleh Asdak (2001) yang
menyatakan bahwamasing-masing menyebar ke arah yang lain, ke beberapa parameter
morfometri DAS sepertisegala arah. luas, kemiringan lereng, bentuk, kerapatan5. Pola
Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola drainase dapat berpengaruh terhadap besaran
dan timing dari hidrograf aliran yangradial yang menyebar dari satu pusat, pola
dihasilkannya.sentripetal ini justru memusat dari banyakarah. Pola ini terdapat pada satu
cekungan Pengaruh luasan DAS terhadap(basin), dan biasanya bermuara pada satu
bentuk hidrograf aliran adalah pada waktudanau. Di daerah beriklim kering dimana air
konsentrasi aliran air di daerah outlet dimanadanau tidak mempunyai saluran pelepasan
ke semakin besar luas DAS maka semakinlaut karena penguapan sangat tinggi,
biasanya banyak pula curah hujan yang diterima namunmemiliki kadar garam yang tinggi
sehingga semakin lama waktu konsentrasi aliran airterasa asin. untuk mencapai debit
puncaknya. Sehingga bentuk hidrograf dari DAS yang6. Pola Paralel, Adalah pola
pengaliran yangsejajar. Pola pengaliran semacam ini mempunyailuasan yang besar
cenderungmenunjukkan lereng yang curam.Beberapa menjadi lebih panjang.wilayah di
pantai barat Sumatera Kemiringan lereng DASmemperlihatkan pola pengaliran parallel.
mempengaruhi cepat lambatnya laju run-off yang kemudian dapat mempercepat
respon7. Pola Annular, Pola pengaliran cenderung DAS terhadap curah hujan yang
terjadi. DASmelingkar seperti gelang; tetapi bukan 2
3. yang memiliki topografi relatif datar akan Benang jahitmenghasilkan run-off yanng
lebih kecil Alat tulisdibandingkan dengan DAS yang memilikitopografi yang miring. Bahan
Tabel 1. Klasifikasi Kelerengan Peta rupabumi (Bakosurtanal) Cihiris 3.2 Langkah Kerja
1. Penentuan Jaringan Sungai Penentuan jarngan sungai dilakukan dengan
menumpangtindihkan kalkir diatas peta rupabumi. Kemudian menggambar Daerah Aliran
sungai (DAS) dan kontur yang ada di peta. Selanjutnya yaitu menentukan batas DAS dari
kontur dengan mencari hulu sungai, mencari lekukan kontur, dan membuat garis searah
lekukan. 2. Analisis Karakteristik dan Morfometri Bentuk DAS mempengaruhi laju

DASrun-off dan waktu konsentrasi aliran di daerah a. Penentuan Orde Sungaioutlet,


sehingga dari faktor bentuk DAS ini Penentuan orde sungai dilakukan dengandapat
menghasilkan bentuk hidrograf yang Metode Strahler, yaitu:berbeda antara DAS yang
mempunyai bentukyang memanjang dan sempit dengan DAS - Aliran sungai yang paling
ujung dan tidakyang berbentuk cenderung membulat dan memiliki anak sungai disebut
orde pertamalebar.DAS yang memanjang dan sempit - Apabila dua aliran dengan orde
samacenderung menurunkan laju run-off sehingga bertemu maka akan terbentuk anak
sungaiwaktu konsentrasi untuk mencapai debit dengan orde setingkat lebih tinggipuncak
di daerah outlet cenderung lebih lama - Apabila dua anak sungai yang berbeda
ordedaripada DAS yang membulat dan lebar. bertemu maka orde pertemuan anak
sungai Kerapatan drainase sangat tersebut adalah orde paling besarberpengaruh dalam
menentukan kecepatan b. Penentuan dan Perhitungan Panjangrun-off di DAS.
Hubungannya adalah semakin Sungai Tiap Orde dengan Peta sungaitinggi kerapatan
drainase maka semakin besar Pengukuran panjang sungai pada petakecepatan run-off
untuk curah hujan yang dilakukan dengan dua penghitungan, yaitu:sama di DAS. Oleh
karena itu, DAS dengankerapatan drainase tinggi, maka debit - Pengukuran panjang tiaptiap ordepuncaknya akan tercapai dalam waktu yang -Panjang maksimum sungailebih
cepat dibandingkan dengan DAS dengan c. Perhitungan Rasio Percabangan
dankerapatan drainase rendah. Rasio Panjang Secara matematis, perhitungan rasio BAB
III. METODOLOGI percabangan dab rasio panjang sebagai3.1 Alat dan Bahan berikut:
Alat dan bahan yang digunakan pada RBpraktikum kali ini yaitu:Alat RP Kertas Kalkir
N() : Jumlah orde sungai berorde Penggaris P() : Panjang rata-rata orde sungai
berorde Kalkulator d. Perhitungan Dimensi Fraktal Jarum Persamaan dimensi fraktal
sebagai berikut 3
4. 11 350 50 0,1 8,1 d rata-rata 22,2d : dimensi fraktal jaringan hidrologi sungaie.
Perhitungan Panjang Sungai Utama IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan panjang
sungai utama 4.1 Daerah Aliran Sungai dan Pola berdasarkan persamaan sebagai
berikut: Jaringan Aliran Manganten Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah L suatu daerah
yang dibatasi oleh topografi alami, dimana suatu lembah yang merupakanL: Panjang
sungai utama (dalam km) aliran sungai dibatasi oleh dataran yang lebihA: luas DAS
(km2) tinggi di sisi kanan dan kirinya.D: dimensi fractal DAS Manganten merupakan sub
DAS Cihiris yang berada di desa Bantarkaret, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurutf.
Perhitungan Kerapatan DAS klasifikasi pola aliran Soewarno (1991), DAS Kerapatan
DAS merupakan perbandingan Manganten memilki pola denritik, yaitu polaantara jumlah
panjang semua sungai di dalam sungai dimana anak-anak sungainyaDAS dengan luas
DAS cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada
induk D sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon dengan tatanan
dahanD: kerapatan jaringan sungai (km/km2) dan ranting sebagai cabang-cabang dan
anak-Lu: jumlah panjang semua sungai di dalam anak sungainya. Pola ini biasanya
terdapatDAS(km) pada daerah berstruktur plain, atau padaAu: luas DAS (km2) daerah
batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas. Halg.
Perhitungan Kemiringan Lereng DAS ini sesuai dengan kondisi batuan di kabupaten
Kemiringan lereng DAS merupakan rata- Bogor yang relatif homogen.ratra nilai
kemiringan lereng pada setiap 4.2 Analisis Karakteristik dan Morfometrikontur dengan
terlebih dahulu membuat garis DAS Mangantentransek dari hulu ke hilir. Karakteristik
Daerah Aliran SungaiKemiringan lereng DAS rata-rata = (DAS) Manganten berdasarkan

peta rupabumiTabel 2. Kemiringan Lereng Tiap Tansek Cihiris dapat diketahui bahwa
penutupan lahannya sebagian besar berupa hutan, selainNo x y y/x itu juga kebun,
ladang, belukar, dan1 100 50 0,5 26,6 pemukiman. Morfometri merupakan penilaian2 50
50 1,0 45,0 kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai3 62,5 50 0,8 38,7 aspek
pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin4 175 50 0,3 15,9
tegas dengan angka angka yang5 75 50 0,7 33,7 jelas.Parameter morfometri DAS
Manganten yang saling berhubungan dapat digunakan6 125 50 0,4 21,8 untuk menduga
respon hidrologi dari DAS Manganten terhadap masukan curah hujan di7 212,5 50 0,2
13,2 kawasan tersebut.8 275 50 0,2 10,39 200 50 0,3 14,010 100 50 0,5 16,6 4
5. Tabel3.Parameter Morfometri DAS Manganten panjang panjang Panjang Panjang rataOrde kode rata maksimum RB RP d L D (cm) (km) (Km) (Km) A 8,00 2,00 B 3,10 0,78
C 6,20 1,55 1 D 2,90 0,73 1,21 2,00 3,50 - E 4,40 1,10 F 5,80 1,45 G 3,60 0,90 -1,56
0,05 1,43 22,2 H 3,10 0,78 2 0,50 0,78 0,50 0,41 I 0,90 0,23 J 1,00 0,25 K 2,70 0,68 3
0,63 1,13 - 1,26 L 1,90 0,48 M 4,50 1,13 Jumlah 48,10 12,03 4,00 0,41 Berdasarkan
tabel 3 dapat diketahui banyak air yang dapat tertampung di badan-bahwa DAS
Manganten terdiri dari tiga orde, badan sungai. Kerapatan aliran sungaidimana orde
pertama memiliki tujuh cabang Manganten sebesar 1,43. Hal inianak sungai dengan
panjang rata-rata 1,21km, menunjukkan DAS Manganten dapatpanjang maksimum
sebesar 2,00km. menampung air cukup banyak. KemiringanSedangkan orde dua
memiliki dua lereng rata-rata DAS Manganten yaitu 22,2,percabangan dengan panjang
dan maksimum berarti kondisi DAS Manganten rata-rata yaitusebesar 0,50km dan
0,78km.Orde tiga miring atau berupa bukit.memiliki tiga percabangan dengan
panjangrata-rata dan maksimum sebesar 0,63km dan V. KESIMPULAN1,13km. Nilai
dimensi fraktal menunjukkanderajat ketidakteraturan sungai, untuk DAS Dari praktikum
Morfometri DaerahManganten memiliki nilai dimensi fraktal Aliran Sungai dapat
disimpulkan bahwasebesar 1,56. Rasio percabangan rata-rata Daerah Aliran Sungai
Manganten cukup luasDAS Manganten yaitu 4,00, ini berarti sungai dengan pola jaringan
denritrik. Nilai kerapatan DAS Manganten cukup besar yangtersebut memiliki banyak
anak-anak sungai menunjukkan jarak antar anak sungainyadan fluktuasi debit yang
terjadijuga semakin berdekatan dan mampu mennampung airbesar.Kerapatan aliran
sungai menggambarkan cukup banyak. Kemiringan lereng Daerahkapasitas
penyimpanan airpermukaan oleh Aliran Sungai Manganten miring yangsuatu DAS.
Kerapatan aliran sungai dapat mengakibatkan laju runoffnya cukup besar.dihitung dari
rasio total panjang jaringansungai terhadap luas DAS yang bersangkutan.Semakin tinggi
tingkat kerapatan aliransungai, berarti semakin 5
6. DAFTAR PUSTAKAAsdak C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah. Sungai.Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta.Davis, Gordon B. 1992. Kerangka Dasar Sistem
Informasi Manajemen Bagian I. Pengantar.Jakarta : PT. Pustaka Binaman
Pressindo.Hallaf, H.P., 2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Jurusan geografi FMIPA
UNM.Makassar.I Made Shandy. (1985). Republic Indonesia Geografi Regional. Jakarta:
Jurusan geografi FMIPA UISeyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Editor Soenardi
Prawirohatmojo. Yogyakarta: UGM Press.Soewarno, 1991.Hidrologi: Pengukuran dan
Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri). Nova.BandungSuripin, 2001.Pelestarian
Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Yogyakarta. Yogyakarta 6
7. LAMPIRANContoh Perhitungan:1. Perhitungan Panjang Tiap-Tiap Orde Skala 1:25000
Panjang orde 1 kode A = 8,00 cm = = 2,00 km2. Perhitungan Rasio Percabangan dan

Rasio Panjang RB RP RB = 0,50 RP3. Perhitungan Dimensi Fraktal d d4. Perhitungan


Panjang Sungai UtamaK. Lingkaran pada peta = 41,10 cm LK. Lingkaran
sebenarnya= L = 10,28 km LKeliling Lingkaran = 2r r = r = 1,64 kmLuas DAS = r2 =
(1,64km)2 = 8,41 km25. Perhitungan Kerapatan DAS D DD: kerapatan jaringan sungai
(km/km2)Lu: jumlah panjang semua sungai di dalam DAS(km)Au: luas DAS (km2)6.
Perhitungan Kemiringan Lereng DASKemiringan lereng DAS rata-rata =Kemiringan
lereng DAS rata-rata = = 22,2 7

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pembangunan salah satu hal yang penting dan tidak boleh dilupakan
adalah mengetahui terlebih dahulu bagaimana keadaan daerah atau kawasan yang akan kita
bangun. Dalam hal ini adalah mengenai keadaan geomorfologinya.
Di setiap kawasan yang berbeda pastilah memiliki keadaan geomorfologi yang berbeda
pula. Ada kawasan yang datar, miring, curam, atau bahkan bergelombang. Setiap kawasan
dengan keadaan geomorfologi yang berbeda itu pasti juga memerlukan perlakuan yang
berbeda dalam pembangunannya.
Atas dasar itulah pengamatan dan pembuatan peta geomorfologi suatu kawasan yang
akan dibangun merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengadakan pengamatan dan
membuat peta geomorfologi kawasan yang akan kita bangun maka kita akan mendapatkan
data-data mengenai kontur, beda ketinggian atau profil lahan tersebut. Dengan mengetahui
data-data tersebut maka pembangunan dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.
Peta merupakan gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu.
Peta banyak jenis macam ragamnya, salah satu jenis peta adalah peta topografi atau peta
morfologi. Ini merupakan peta dasar yang sering dipakai untuk memetakan peta-peta lainnya.
Dalam peta ini ada satu komponen utama yaitu ketinggian atau topografi yang
memperlihatkan bentuk atau morfologi luar. Ketinggian ini sering direpresentasikan dalam
sebuah garis ketinggian atau garis sama tinggi, ataupun pewarnaan.
Peta topografi berisi informasi lain selain ketinggian. Misalnya: jalan, sungai, gunung
beserta nama-namanya. Sehingga dengan peta dasar itu dapat dibuat peta-peta lainnya.
Warna merah menunjukkan tempat yang tinggi (perbukitan) sedangkan warna biru
menunjukkan daerah yang rendah. Garis warna biru ini merupakan sungai atau lembah berair.
Tentu saja air mengalir dari tempat tinggi ketempat rendah. Lembah berair ini akan berada
pada daerah yang sering bertebing curam berbentuk V. Bentuk-bentuk dari garis kontur
ketinggian serta bentuk sungai merupakan data yang penting buat ahli geologi dalam.
Pada peta skala lebih besar atau mencakup daerah yang besar, maka lembah sungai
akan membentuk konfigurasi yang sangat berbeda-beda tergantung dari batuan yang

dilewatinya. Gunung Api terlihat seperti kerucut karena memang sesuai dengan proses
pembentukannya.
Peta geologi dibawah ini menunjukkan jenis-jenis serta umur, juga macam ragam
batuan yang menyusun ditempat itu. Setiap daerah berbeda-beda batuannya. Ada yang
berwarna merah yang merupakan batuan volkanik produk gunung api, juga ada warnna
coklat, juga ada biru dan warna kuning serta hijau. Warna-warni ini menunjukkan batuan
yang berbeda. Apabila peta geologi dan peta morfologi/topografi itu di tampalkan (overlay),
maka dapat dengan mudah kita mengenali berbagai bentuk bukit dan gunung ini sangat khas
pada batuan yang khas. Daerah berbukit kapur diwarnai dengan warna biru, sedangkan warna
kuning dan coklat menunjukkan bahwa daerah itu tersusun oleh batu pasir atau batuan
berbukit kasar lainnya disebut breksi (breccia).
Morfologi ditentukan oleh bahan dan proses serta waktu (lama proses itu
berlangsung).bentuk morfologi sangat ditentukan oleh proses dari dalam yang membangun
(endogen), Jenis batuannya, serta proses yang mengukirnya (eksogen).

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari pengamatan keadaan geomorfologi dari suatu kawasan adalah
1. Mengetahui kontur dari suatu kawasan
2. Mengetahui perbedaan ketinggian dari setiap luasan di suatu kawasan
3. Mengetahui kemiringan dari suatu kawasan

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pengamatan keadaan geomorfologi dari suatu kawasan adalah
1. Kita dapat menentukan jenis relief dari suatu kawasan
2. Kita dapat merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan baik dan sesuai dengan
keadaan geomorfologi kawasan yang akan dibangun.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi
Menurut SNI 13-4691-1998 definisi pengertian peta geologi adalah:
Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu
daerah/wilayah/kawasan
dengan
tingkat
kualitas
berdasarkan
skala.
Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan, umur, stratigrafi,

stuktur,
tektonika,fisiografi
dan
sumberdaya
mineral
serta
energi.
Peta geologi disajikan berupa gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan
ketiganya. Penjelasan berisi informasi, misalnya situasi daerah, tafsiran dan rekaan geologi,
dapat diterangkan dalam bentuk keterangan pinggir.
Peta geologi menggambarkan informasi sebaran dan jenis serta sifat batuan,umur,
stratigrafi, stuktur, tektonika,fisiografi dan sumberdaya mineral serta energi.
Peta geologi disajikan berupa gambar dengan warna, simbol dan corak atau
gabungan ketiganya. Penjelasan berisi informasi, misalnya situasi daerah, tafsiran dan rekaan
geologi, dapat diterangkan dalam bentuk keterangan pinggir.
Peta geologi berskala 1:500.000 dan yang lebih kecil (1:1.000.000; 1:2.000.000
dan 1:5.000.000) disebut peta geologi berskala kecil, bertujuan menyajikan tataan geologi
regional dan sintesisnya.
Kualitas peta geologi dapat dibedakan atas peta geologi standar dan peta geologi
tinjau/ permulaan .
Peta geologi standar adalah peta geologi yang dalam penyajiannya memenuhi
seperti persyaratan teknis yang tercantum dalam uraian 2 dengan proses pembuatan
mengikuti seperti dalam unsur tambahan utama uraian 3. Peta geologi tinjau/permulaan
adalah peta geologi yang dalam penyajian dan pembuatannya belum seluruhnya
mengikuti kaidah-kaidah peta geologi standar. Peta geologi dibedakan atas peta geologi
sistematik dan peta geologi tematik. Peta geologi sistematik adalah peta geologi yang
menyajikan data dasar geologi dengan nama dan nomor lembarnya mengacu pada SK
Ketua Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK Penggantinya. Peta geologi tematik
adalah peta geologi yang menyajikan data geologi untuk tujuan tertentu, misalnya peta
geologi teknik, peta geologi kuarter.
Seluruh wilayah daratan Indonesia tercakup dalam peta geologi sistematik dari
berbagai skala sebagai berikut :
a. 1007 lembar peta geologi skala 1:100.000.
b. 198 lembar peta geologi skala 1:250.000.
c. 76 lembar peta geologi skala 1:500.000.
d. 16 lembar peta geologi skala 1:1.000.000.
e. 2 lembar peta geologi skala 1:2.000.000.
f. 1 lembar peta geologi skala 1:5.000.000.
Peta geologi diterbitkan oleh instansi pemerintah atau badan usaha yang ditunjuk
pemerintah. Instansi yang berwenang menerbitkan peta geologi sistematik adalah Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi (disingkat P3G), Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia.
Pada hakikatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang roman muka
bumi
beserta
aspek-aspek
yang
mempengaruhinya.adapun
bentang
alam(landscape)didefinisikan sebagai panorama lam yang disusun oleh elemen elemen
geomorfologi dalam dimensi yang lebih luas dari terrain,sedang bentuk
lahan(landform)adalah komplek fisik permukaan ataupun dekat permukaan suatu daratan
yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia.
Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentang alam,bagaimana
bentang alam tersebut terbentuk secara konstruksional yang diakibatkan oleh tenaga
endoen,dan bagaimana bentang alam tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar yaitu tenaga
eksogen.seperti,pelapukan,erosi,denudasi,sedimentasi.Air,angin,dan gletsersebagai agen yang
merubah batuan atau tanah yang membentuk bentang alam yang bersifat destruksional,dan
menghasilkan bentuk bentukalam darat tertentu(landform)
Pengaruh
struktur(pelipatan,pengangkatan,intrusi,ketidakselarasan,termasuk
didalamnya jenis jenis batuan)yang bersifat konstruksionak,dan proses yang bersifat
dekstrusional(pelapukan,longsoran kerja air,angin,gelombang,pelarutan an lainnya,sudah
diakui oleh para ahli geologi dan geomorfologi sebagai dua buah parameter penting dalam
pembentukan muka bumi.Selain itu batuan sebagai bagian dari struktur dan tahapan proses
geologi merupakan factor yang cukup penting.
Selama pertengahan abad ini,hamper semua kegiatan riset geomorfologi terutama
ditujukan sebagai alat interpretasi geologi saja,dengan menganalisis bentang alam dan bentuk
bentuk alam yang mengarah pada kecurigaan pada unsure unsure struktur geologi tertentu
atau jenis-jenis batuan,yang ,pembelokan atau kelurusan sungai,bukit,ban bentuk alam
lainnya.Tetapi dalam empat dekade,riset geomorfologi sudah mulai diarahkan pada studi
tentang proses proses geomorfologi,walaupun kegiatan interpretasi masih tetap tidak
ditinggalkan dan tetap diperlukan.Selain itu pembangunan fisik memerlukan informasi
mengenai geomorfologi yang menyangkut antara lain:
1. Geometri bentuk muka bumi
2. Proses proses geomorfologi yang sedang berjalan serta besaran-besarannya dan antisipasi
terhadap perubahan bentuk muka bumidalam sekala detail dapat mempengaruhi
pembangunan.
Aplikasi Geomorfologi
Geomorfologi mempelajari bentang lahan (landscape) atau bentuk muka bumi
(landform) yang ada sekarang, dan memprediksi proses geomorfik apa saja yang telah terjadi
sehingga dihasilkan landscape atau landform yang ada seperti sekarang. Suatu asumsi
penting bahwa setiap proses geomorfik akan menghasilkanlandscape atau landform dengan
ciri yang unik (khas). Jadi, dengan mengenali hasil proses tersebut, yaitu land

scape atau landform yang ada sekarang, maka dapat diperkirakan proses geomorfik apa yang
telah terjadi sehingga dihasilkanlandscape atau land form seperti itu.
Proses geomorfik sangat dipengaruhi oleh struktur geologi kerak bumi
padalandform tersebut berada. Bukti terjadinya perubahan atau proses geologis itu tampak
atau membekas (in print) pada landform yang terbentuk oleh proses itu. Proses geologis yang
telah dan sedang terjadi yang dapat dikenali dari karakteristiklandform dan merupakan
informasi penting bagi perencanaan atau desain pembuatan konstruksi jalan, jembatan,
bendungan dan sebaginya.
Pengetahuan geomorfologi dan analisis bentuk lahan dapat diaplikasikan pada
berbagai bidang, dan lebih rinci dibahas dalam modul 9. Misalnya, aplikasi geomorfologi
pada bidang pertanian, khususnya ilmu tanah dan berbagai bidang teknik sivil atau kontruksi
bangunan. Proses geomorfik merupakan faktor sangat penting yang menentukan proses
pembentukan dan perkembangan tanah. Batas unit sebaran jenis tanah di lapang sering sejajar
dengan batas unit bentuk lahan, sehingga hasil analisis suatu bentuk lahan sangat membantu
dalam pekerjaan survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan, khususnya dalam hal
pembatasan unit tanah atau lahan untuk kegunaan tertentu.
Prinsip Dasar Geomorfologi
Thornbury (1969) menjelaskan beberapa prinsip dasar yang digunakan dalam
interpretasi bentuk lahan (landform) oleh geomorfologi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Proses fisika dan hukum yang bekerja saat ini, sama dengan yang bekerja pada masa lampau
dalam hitungan waktu geologis meskipun intensitasnya tidak harus sama.
Misalnya, proses erosi dan pegendapan yang terjadi di masa lampau dan yang terjadi saat ini
mengikuti aturan yang sama. Erosi terjadi terutama pada bagian lereng atas tengah yang
curam, berdampak pada penipisan solum tanah; sedangkan deposisi terjadi pada bagian
lereng bawah yang datar dan berakibat terjadinya penebalan solum tanah. Proses lain, seperti
volkanisme, longsoran, dan pembentukan delta yang terjadi di masa lampau dan yang
sekarang, mengikuti aturan yang sama pula. Pada kedua masa kejadian ter-sebut mungkin
hasilnya berbeda dalam hal kuantitas yang dihasilkan per sa-tuan waktu, karena faktor yang
mempengaruhi dan energi yang terlibat pada kejadian dalam masing-masing masa geologis
tersebut dapat saja sangat berbeda intensitasnya.
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol utama dalam evolusi bentuk lahan, dan
struktur geologi tersebut tampak (wujud) dalam bentuk lahan yang terbentuk.
Misalnya, daerah yang dulunya merupakan kawasan perbukitan dengan struktur geologi
lipatan atau patahan, maka pada bentuk lahan yang dihasilkan (yang ada pada saat ini) akan
tetap menampakan ciri bentuk struktur lipatan atau patahan tersebut, meskipun telah terjadi
proses evolusi geomorfik yang cukup intensif.
3. Sampai batas tertentu, permukaan bumi mempunyai relief, karena proses geomorfik yang
bekerja pada tempat yang berbeda tersebut tidak sama intensitasnya.

4. Proses geomorfik meninggalkan bekasnya (imprint) pada bentuk lahan, dan setiap proses
geomorfik menghasilkan kharakteristik yang unik dan menjadi penciri dari bentuk lahan yang
dihasilkannya).
Contoh, dua bentuk lahan yang ekstrim yaitu bentuk lahan daerah perbukitan dan dataran
banjir. Erosi yang terjadi di daerah perbukitan yang berlereng curam, menghasilkan gully
erosion. Bentuk alur tersebut menunjukan bahwa telah terjadi penggerusan tanah oleh agen
erosi (air) secara vertikal yang in-tensif akibat dari gerakan air limpasan yang cepat (energi
tinggi) pada lereng yang curam. Sebaliknya, erosi di daerah yang relatif datar (yaitu daerah
da-taran banjir) menghasilkan alur yang dangkal tetapi lebar, berkelok-kelok (po-la meander).
Karakteristik itu menunjukan telah terjadinya erosi ke arah late-ral yang lebih dominan
daripada yang ke arah vertikal. Jadi, proses geomorfik (dalam hal ini erosi) di
kedua landformtersebut tetap membekas pada ben-tuk lahan yang terbentuk melalui proses
itu.
PETA GEOMORFOLOGI
Peta geomorfologi didefinisikan sebagai peta yang menggambarkan bentuk
lahan,genesa,beserta proses yang mempengaruhinya dalam berbagai skala.Berdasarkan
definisi diatas maka suatu peta geomorfologi harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.

Peta geomorfologi mengambarkan aspek aspek utama lahan yang disajikan dalam bentuk
symbol huruf dan angka,warna, pola garis,dan hal itu tergantung pada tingkat kepentingan
masing masing aspek
b. Peta geomorfologi menyangkut aspekyang dihasilkan dari system survey analitik dan
sintetik.
c. Unit utama geomorfologi adalah kelompok bentuk lahan didasarkan atas bentuk asalnya.
d. Skala peta merupakan perbandingan jarak peta dengan jarak sebenarnya yang dinyatakan
dalam angka,garis maupun keduanya.

Adapun informasi yang terdapat pada peta geomorfologi berupa bentuk geometri serta
proses proses yang telah maupun yang sedang terjadi baik endogenik maupun eksogenik.
TUJUAN:
1. Untuk tujuan sains maka peta geomorfologi diharap mampu member informasi mengenai
hal hal
sebagai berikut :
a)
b)

Faktor-faktor geologi apa yang telah berpengaruh kepada pembentukan bentang alam
Bentuk bentuk bentang alam apa yang telah terbentuk karenanya.Pada umumnya hal hal
tersebut diuraikan secara deskriptif.Peta gheomorfologi yang disajikan harus dapat
menunjang hal hal tersebut diatas,demikian pula klasifikasi yang digunakan.Gambaran peta
yang menunjang ganesa dan bentuk diutamakan.

2. Sedangkan untuk tujuan terapan peta geomorfologi akan lebih banyak memberi informasi
mengenai:
a)

Geomertri dan bentuk permukaan bumi seperti luas,tinggi,kemiringan lereng,kerapatan


sungai,dsb

b)

Proses geomorfologi yang sedang berjalan dan besaran dari proses seperti:
1.

Jenis proses(pelapukan,erosi,sedimentasi,longsoran,pelarutan dsb)

2.

Besaran dan proses tersebut(berapa luas,dalam,intensitasnya,dsb)

Pada umumnya hal tersebut dinyatakan secara terukur.Peta Geomorfologi yang


disajikan harus menunjang hal hal tersebut diatas.demikian pula klasifikasi yang
digunakan.Gambaran peta yang diutamakan yang menunjang kondisi parametris serta proses
eksogen yang berjalan pada masa kini dan yang akan dating.
INTREPRETASI GEOMORFOLOGI
Ada dua cara dasar untuk belajar mengenal dan mengidentivikasikan kenampakan
kenampakan geologi pada peta topografi.Cara pertama adalah mengamati dengan teliti dan
detail terhadap bentuk bentuk dari struktur geologi yang digambarkan dalam bentuk kontur
yang biasa disebut kunci untuk mengenal dan mengidentifikasikan ,dan mengidentifikasikan
kenampakan geologi.cara kedua adalah melalui metode praktik dan pelatihan sehingga
memiliki melakukan deduksi dalam mengidentifikasi dan memaknakan kenampakan
kenampakan geologi melalui kajian dengan berbagai kriteria.
2.2 Simbol dan Corak Geologi
Simbol dan notasi (corak) yang tertera pada peta geologi harus tertera pada
legenda dan sebaliknya. Bentuk dan ukurannya harus sama (tilik Gambar 4). Istilah
Peristilahan geologi yang digunakan mengacu pada Glossary of Geology (American
Geological Institute, 1972); Peristilahan geologi dan ilmu berhubungan (M.M. Purbo
Hadiwidjojo, 1975) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Keterangan peta Keterangan peta ditulis dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya
dalam bahasa Inggris yang dicetak dengan hurup miring. Penyajiaan Peta
1). Bagan bakuan tata letak peta geologi mengikuti Penyimpangan tata letak dapat
dilakukan selama proses kartografi, yaitu berdasarkan atas pertimbangan teknik
kekartografiannya.
2). Korelasi satuan peta diwujudkan dalam gambar, dimana formasi atau satuan batuan yang
terdapat pada lembar peta dikelompokkan ke dalam endapan permukaan, batuan
sedimen, batuan gunungapi, batuan malihan, batuan beku atau terobosan dan tektonit.

Setiap satuan dinyatakan dengan kotak berlambang hurup dan disusun sesuai dengan
kedudukan stratigrafinya
3). Uraian singkat setiap satuan
a. Kotak satuan atau formasi berisi simbol hurup dan warna
b. dibelakang kotak dituliskan nama satuan atau formasi dengan hurup besar
c. dibelakang nama diikuti titik dua (:) dan diuraikan macam batuannya yang dimulai
dari yang paling banyak menguasai. Keterangan berikutnya menerangkan :
- informasi tebal lapisan dan atau runtunan satuan/formasi
- fosil petunjuk, umur dan lingkungan pengendapan
- hubungan antar satuan
- sumberdaya mineral dan energi
- unsur penting yang akan menunjang kelengkapan data
2.3 Ukuran Lembar peta Geologi Sistematik
Ukuran dan koordinat lembar peta geologi sistematik mengacu pada SK Ketua
Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.
1). Peta geologi sistematik skala 1:25.000 menggunakan peta dasar topagrafi berukuran
7'30" x 7'30" dengan rangka jala (grid) 15" x 15".
2). Peta geologi sistematik skala 1:50.000 menggunakan peta dasar topografi berukuran
15' x 15', dengan rangka jala (grid) 30" x 30".
3). Peta geologi sistematik skala 1:100.000 menggunakan peta dasar topografi berukuran
30' x 30', dengan rangka jala (grid) 1'x 1'.
4). Peta geologi sistematik skala 1:250.000 menggunakan peta dasar topografi berukuran 10
30' x 10 dengan rangka jala (grid) 1' x 1'.
5). Peta geologi sistematik skala 1:500.000 menggunakan peta dasar topografi berukuran
20 30' x 20 30'.
6). Peta geologi regional sistematik skala 1:1.000.000 menggunakan peta dasar topografi
berukuran 80x 60
7). Peta geologi regional sistematik skala 1:2.000.000 menggunakan peta dasar topografi
berukuran 250 x 180
8). Peta geologi regional sistematik skala 1:5.000.000 menggunakan peta dasar
topografi berukuran 480 x 200

9). Peta geologi sistematik skala 1:250.000 mencakup 6 lembar peta geologi skala
1:100.000.
10). Peta geologi sistematik skala 1:100.000 mencakup 4 lembar peta geologi
1:50.000.

berskala

11). Peta geologi regional sistematik lainnya berskala lebih kecil mencakup seluruh luas
wilayah Indonesia. Perluasan ukuran format peta dapat dilakukan tergantung kebutuhan
dan tujuan.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
1. Cara Mendapat Data
1.1.Alat dan Bahan
Meteran / penggaris
Alat tulis
Peta
Busur
Kamera
1.2.Cara kerja
1) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Mengamati peta, yaitu mengamati setiap kawsan yang ada di peta, mengamati perbedaan
kontur dan tingginya, jarak dari setiap garis konturnya .
3) Mengamati keadaan di kawasan sebenarnya, yaitu membandingkan keadaan pada peta
dengan yang ada di alam sebenarnya. Bila diperlukan dapat pula mengambil gambar dari
setiap kawasan yang diamati untuk membuktikan kebenaran data yang tercantum dalam peta.
4) Mengukur beda tinggi, jarak antar garis kontur, persentase kemiringan lereng dari kawasan
yang diamati dan menentukannya dalam jenis relief tertentu, yaitu dengan cara sebagai
berikut :
Menentukan beda ketinggian :
h = titik tert$inggi titik terendah
Menentukan jarak antar garis kontur :
Untuk mengetahui jarak antar garis kontur dapat dicari dengan menarik garis sayatan
yang memotong tiap garis kontur, setelah itu didapat titik-titik perpotongan antara garis
kontur dengan garis sayatan. Dari setiap titik perpotongan dapat dibaca dengan
menggunakan penggaris berapa jarak antar garis kontur tersebut.

Menentukan skala
Misal skala 1,7 centimeter mewakili 100 meter, maka :
1,7 cm : 10000 cm
1 cm : 5882,35 cm
Menentukan persentase kemiringan lereng :
Persentase lereng dapat di peroleh dengan membagi perbedaan ketinggian dengan skala dan
mengalikan hasilnya dengan seratus persen,

Setelah diketahui persentase kemiringan lahan maka dapat ditentukan pula jenis relief dari
kawasan tersebut berdasarkan tabel berikut,
Tabel Klasifikasi Lereng ( Van Zuidam )
Satuan Relief
Sudut lereng
Beda tinggi
Datar atau hampir datar
Bergelombang atau miring landai
Bergelombang / miring
Berbukit bergelombang / miring
Berbukit tersayat tajam
Pegunungan tersayat tajam atau sangat
tajam
Pegunungan / sangat curam

02%
37%
8 13 %
14 20 %
21 55 %
56 140 %

<5m
5 50 m
25 75 m
50 200 m
200 500 m
500 1000 m

> 140 %

> 1000 m

BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Tabel Perhitungan Morfologi Tanah
L
P

Lokasi

01 F.Kedokteran
Gigi (EF)

Deskripsi
Morfologi

Jenis
Morfologi

Datar,
Pepohonan
jarang dan
rumput/

Datar

Slope
(%)
0,81 %

Keterangan
Panjang
lereng
= 441,17625 m

02 Bukit FTP (CD)

03 F. Teknik (AB)

semak

Kategori
Lereng = 250m
-500m
(Panjang)

Bergelomban Bergelomban
g, miring
g, miring
landai,
landai
Pepohonan
rapat dan
semak-semak.

Panjang
lereng

Datar,
Rumput dan
semak-semak

3,45 %

Datar/ hampir
datar

= 58,8235 m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)
Panjang
lereng
= 188,2352 m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)

04 Stadion (IJ)

05 FKM, PS.
Farmasi, dan
PGSD (GH)

06 Masjid, Kantor
Pusat,
Perpustakaan
(GH)

Datar, hampir
datar
Rumput dan
semak-semak

Datar, hampir
datar

Panjang
lereng
1,16 %

Datar dan
hampir rata,
Pepohonan
jarang dan
semak-semak

Datar

Datar,
Pepohonan
jarang dan
semak-semak

Datar

= 244,1175 m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)
Panjang
lereng
= 352,941m

0,87 %

Kategori
Lereng = 250m
-500m
(Panjang)

0,87 %

Panjang
lereng
= 367,6491m
Kategori
Lereng = 250m

-500m
(Panjang)
07 F. Ekonomi
(MN)

Panjang
lereng
= 241,17635m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)

08 FISIP (OP)

09 F. Pertanian
(GH)

10 F. Kedokteran
(CD)

11 FKIP dan
F.Hukum (UV)

Datar,
Datar
Pepohonan
jarang,
semak-semak,
rumput

Panjang
lereng

Datar rata,
Pepohonan
rapat dan
semak-semak

Panjang
lereng

Bergelomban
g, miring
landai ,
Semak-semak

Datar rata,
Pepohonan
rapat dan
semak-semak

= 235,294m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)

Datar

0,87 %

Bergelomban
g, miring
landai

= 329,4116m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)
Panjang
lereng

3,45 %

Datar

= 299,9985m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)
Panjang
lereng
= 241,17635m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)

12 F.MIPA (EF)

Datar, hampir
datar,

Datar, hampir
datar

0,81 %

Panjang

Pepohonan
rapat dan
semak-semak

lereng
= 311,76455m
Kategori
Lereng = 250m
-500m
(Panjang)

13 F.Sastra (Z1)

Datar,
Pepohonan
dan semaksemak

Datar

Panjang
lereng
= 235,294m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)

14 F.Teknik
Pertanian (CD)

Bergelomban
g, miring
landai,
Pepohonan
rapat dan
semak-semak

Bergelomban
g, miring
landai

Panjang
lereng
3,45 %

= 170,58815m
Kategori
Lereng = 50m
-250m (Sedang)

PERHITUNGAN PROFIL GEOMORFOLOGI


Skala :
100 meter tiap 1,7 centimeter
Maka :
1,7cm : 10000cm
1cm : 58,82m
Perhitungan dengan rumus sbb :
A-B

Relief
Jarak skala (AB)
Jarak (AB)
Slope

= kontur tertinggi kontur terendah


= jarak antar titik kontur pada peta
= Jarak skala Skala
=

1. A-B Relief = 20m 5m


= 15m
Jarak skala (AB)
= 4,1cm

Jarak (AB)

= Jarak skala Skala


= 4,1 58,82
= 241,162 m

Slope

= 6,2 %
2. C-D Relief = 20m 5m
Jarak skala (CD)
Jarak (CD)

Slope

= 15m
= 7,4cm
= Jarak skala Skala
= 7,4 58,82
= 435,268 m
=

= 3,45 %
3. E-F Relief = 9m 4m
Jarak skala (EF)
Jarak (EF)

Slope

= 5m
= 10,45cm
= Jarak skala Skala
= 10,45 58,82
= 614,669 m
=

= 0,81 %
4. G-H Relief = 9m 3m
Jarak skala (GH)
Jarak (GH)

Slope

= 6m
= 11,7cm
= Jarak skala Skala
= 11,7 58,82
= 688,194 m
=

= 0,87 %

5. I-J

Relief = 6m 3m
Jarak skala (IJ)
Jarak (IJ)

Slope

= 3m
= 4,4cm
= Jarak skala Skala
= 4,4 58,82
= 258,808 m
=

= 1,16 %
6. K-L Relief = 7m 5m
Jarak skala (KL)
Jarak (KL)

Slove

= 2m
= 3,8cm
= Jarak skala Skala
= 3,8 58,82
= 223.516 m
=

= 0.89 %
7. M-N Relief = 9m 3m
Jarak skala (MN)
Jarak (MN)

Slove

= 6m
= 11,7cm
= Jarak skala Skala
= 11,7 58,82
= 688,194 m
=

= 0,87 %
8. O-P Relief = 5m 3m
Jarak skala (OP)
Jarak (OP)

= 2m
= 3,1cm
= Jarak skala Skala
= 3,1 58,82
= 182,342 m

Slove

= 1,09 %
9. Q-R Relief = 6m 2m
Jarak skala (QR)
Jarak (QR)

Slove

= 4m
= 7,8cm
= Jarak skala Skala
= 7,8 58,82
= 458,796 m
=

= 0,9 %
10. S-T Relief = 5m 2m
Jarak skala (ST)
Jarak (ST)

Slove

= 3m
= 7,3cm
= Jarak skala Skala
= 7,3 58,82
= 429,386 m
=

= 0,7 %

BAB V
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam peta gelogi dan morfologi Kampus Universitas Jember terdapat beberapa jenis
tanah diantaranya tanah lempung, tanah lempung lunak, tanah lanau berpasir dan tanah
gambut.
Tanah lempung terdapat di kawasan tengah kampus dan merupakan jenus tanah yang
dominan yang tersebar di UPT Bahasa, Stadion. FISIP, Perpustakaan, Kantor Pusat, FMIPA,
FPERTA,Farmasi, PSKM dan FKG. Tanah lempung lunak terdaat di daerah timur sebelah
utara yang tresebar di F. Kedokeran, FTP, dan Sedikir di sebelah barat FKG. Tanah lanau

berpasir terdapat didaerah tepi selatan dan tepi barat hingga ke ujung utara yang tersebar di
F.Ekonomi, F.Hukum, G. Soetarjo, PKM, SAC hingga ke derah Pengembangan. Sedangkan
Tanah gambut hanya terdapar di kawasan F. Kedokteran.

LAMPIRAN
Foto Morfologi Fak. Kedokteran Gigi ( Sayatan E-F )

Foto Morfologi Bukit Fak. Teknologi Pertanian ( sayatan C-D)

Foto Morfologi Fak. Teknik (Sayatan A-B )

Foto Morfologi Stadion ( Sayatan I-J )

Foto Morfologi Fak. Kesehatan Masyarakat ( Sayatan G-H )

Foto Morfologi PS Farmasi ( Sayatan G-H )

Foto Morfologi PGSD ( Sayatan G-H )

Foto Morfologi Masjid, Kantor Pusat dan Perpustakaan ( Sayatan G-H )

Foto Morfologi Fak. Ekonomi (Sayatan M-N )

Foto Morfologi FISIP (Sayatan O-P )

Foto Morfologi Fak. Pertanian (Sayatan G-H )

Foto Morfologi Fak. Kedokteran (Sayatan C-D )

Foto Morfologi FKIP (Sayatan U-V )

Foto Morfologi Fak. Hukum (Sayatan U-V )

Foto Morfologi Fak. MIPA (Sayatan E-F )

DAFTAR PUSTAKA
Eastjava.Com [Online].
Tersedia
climbing/html/tips_navigasi.htm - 63k

: http:// www.eastjava.com/books/semeru-

Anda mungkin juga menyukai