Anda di halaman 1dari 10

KOMBINASI KRIPTOGRAFI CAESAR CIPHER DAN STEGANOGRAFI CITRA

DIGITAL METODE LSB


Yudhi Andrian1
Waliyul Mursiddin2
Email :
yudhi.andrian@gmail.com
walliyul_mursiddin@yahoo.com
Abstraksi
Algoritma steganografi yang paling populer adalah metode penyisipan Least Significant Bit
(LSB). LSB adalah algoritma sederhana yang menukar bit yang paling kecil ke dalam
beberapa byte media penyembunyiannya. Metode ini sangat mudah diterapkan, tetapi metode
sudah sangat umum dan mudah dipecahkan. Dengan demikian keamanan dari metode ini
sudah tidak baik lagi. Pada penelitian ini penulis menggabungkan steganografi metode LSB
ini dengan dengan kriptografi metode Caesar Cipher, dimana pesan yang akan disisipkan
terlebih dahulu dienkripsi dengan menggunakan metode Caesar Cipher. Hasil dari enkripsi
tersebut kemudian disisipkan ke media citra digital. Dengan penggabungan kedua metode ini,
maka pesan akan sulit untuk dipecahkan, karena memiliki dua tingkat keamanan. Dari hasil
penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain, Secara Human Visual System
(HVS) citra hasil dengan menggunakan kombinasi metode kriptografi caesar cipher dan
metode steganografi LSB, tampak sama dengan citra originalnya. Pengujian kualitas citra
menunjukkan bahwa nilai MSE dari citra hasil sangat kecil, yang berarti bahwa tingkat
kesalahan citra hasil sangat kecil. Sedangkan nilai PSNR cukup besar, yang berarti bahwa
kualitas citra hasil lebih baik. Pada proses enkripsi pesan, nilai kunci yang berbeda akan

menghasilkan ciphertext yang berbeda pula.


Kata Kunci : Citra digital, Steganografi, Least Significant Bit, Kriptografi, Caesar Cipher.

Abstract
The most popular Steganography is Least Significant Bit insertion (LSB) method . LSB is a
simple algorithm that swapping the smallest bits into a byte of the cover . This method is very
easy to implement , but the method is very common and easily to solve . Thus the security of
this method is not good anymore. In this study, the authors combine these LSB
steganographic method with the Caesar Cipher cryptography method , where the message
that will be inserted, firstly encrypted using the Caesar Cipher . Then the encryption result is
inserted into a digital cover image . With the combination of these two methods, so the
message will be difficult to solve, because it has two levels of security . From the research it
can be concluded that : By using the Human Visual System (HVS), the image results that is
using a combination of caesar cipher cryptography methods and LSB steganography method,
looks same as the original image. The image quality test showed that the MSE value is very
small, which means that the image error rate is very small. The PSNR value is quite large,
which means that the image quality has a better results . In the message encryption process ,
the value of different keys will produce different ciphertext.
1 Dosen Program Studi Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5
No. 3A Medan, Telp (061) 6640525
2 Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Jl. K.L. Yos Sudarso
Km 6,5 No. 3A Medan, Telp (061) 6640525

Keywords: Citra digital, Steganografi, Least Significant Bit, Kriptografi, Caesar Cipher.
1. Pendahuluan
Kriptografi telah dikenal dan dipakai cukup lama sejak kurang lebih tahun 1900
sebelum masehi pada prasasti-prasasti kuburan. Kriptografi sendiri berasal dari kata
Crypto yanng berarti rahasia dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, dapat dikatakan
kriptografi adalah tulisan yang tersembunyi. Dengan adanya tulisan yang tersembunyi
ini, orang-orang yang tidak mengetahui bagaimana tulisan tersebut disembunyikan tidak
akan mengetahui bagaimana cara membaca maupun menerjemahkan tulisan tersebut[3].
Salah satu metode kriptografi yaitu, Metode caesar cipher. Metode caesar cipher berasal
Julius Caesar, yang merupakan kaisar Roma, ia menggunakan cipher substitusi untuk
mengirim pesan ke panglima perangnya. Caesar Chiper dikenal dengan beberapa nama seperti
: Shift Cipher, Caesar's Code, atau Caesar Cipher Shif. Metode Enkripsi ini berjenis chiper
Subtitusi, dimana setiap huruf pada plain teks nya digantikan dengan huruf lain[3].
Steganografi adalah seni dan ilmu tentang komunikasi yang tidak terlihat. Kata
Steganografi berasal dari kata Yunani "stegos" yang berarti "penutup" dan "grafia" yang
berarti "menulis" sehingga dapat diartikan sebagai "tulisan yang tersembunyi". Tujuan dari
Steganografi adalah untuk menyembunyikan data dari pihak ketiga. Biasanya pesan akan
dimunculkan dalam bentuk lain: gambar, artikel, daftar belanja, atau beberapa bentuk lainnya
[8].
Salah satu algoritma steganografi yang paling populer dan sering digunakan untuk
menyembunyikan informasi dalam citra digital metode penyisipan Least Significant Bit
(LSB). LSB adalah algoritma sederhana yang menukar bit yang paling kecil ke dalam
beberapa byte media penyembunyiannya secara berurutan [4].
Rahul, et al. (2013) menggunakan metode LSB yang diterapkan pada citra digital
menyimpulkan bahwa metode ini sangat mudah diterapkan, tetapi metode ini memiliki
kelemahan. Salah satu kelemahan utama yang terkait dengan metode LSB adalah penyusup
yang dapat mengubah LSB dari semua piksel gambar. Dengan cara ini pesan tersembunyi
akan dihancurkan dengan mengubah sedikit kualitas gambar, yaitu di kisaran 1 atau -1 pada
setiap posisi piksel. Kelemahan lainnya yaitu metode ini tidak kebal terhadap noise dan
teknik kompresi [7].
Joyshree, et al. (2011) memodifikasi baik bit LSB dan LSB +1 untuk memastikan bahwa
mereka dapat menyembunyikan lebih banyak pesan rahasia dalam sebuah file penyimpan.
Metode ini bisa sangat berguna dalam penyisipan data dalam beberapa file penyimpan yang
tidak standar seperti compiler, OS file, file exe, database file, dan lain-lain [6].
Pada penelitian sebelumnya penulis melakukan pengujian pada proses steganografi
metode LSB, LSB+1, LSB+2 dan MSB. Penulis menyimpulkan bahwa secara Secara Human
Visual System (HVS) citra hasil dengan metode LSB, LSB+1 dan LSB+2 tampak sama
dengan citra originalnya. Sedangkan pada metode MSB, citra hasil mengalami kerusakan dan
sangat jauh berbeda dengan citra originalnya. Dilihat dari kualitas citra hasil, citra hasil
dengan menggunakan metode LSB lebih baik kualitasnya dari pada citra hasil dengan
menggunakan metode LSB+1, LSB+2 dan MSB. Hal ini dapat dilihat dari nilai MSE dan
PSNR-nya[1][2].
Kualitas citra hasil penyisipan dengan metode LSB lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan metode yang lain, namun metode LSB sudah sangat umum dan mudah
dipecahkan. Dengan demikian keamanan dari metode ini sudah tidak baik lagi. Pada
penelitian ini penulis menggabungkan steganografi metode LSB ini dengan dengan
kriptografi metode Caesar Cipher, dimana pesan yang akan disisipkan terlebih dahulu
dienkripsi dengan menggunakan metode Caesar Cipher. Hasil dari enkripsi tersebut kemudian
disisipkan ke media citra digital. Dengan penggabungan kedua metode ini, maka pesan akan
sulit untuk dipecahkan, karena memiliki dua tingkat keamanan.

2. Metode Least Significant Bit (LSB)


Pendekatan paling sederhana untuk menyembunyikan data dalam file citra
disebut penyisipan Least Significant Bit (LSB). Penyisipan Least significant bit (LSB) adalah
pendekatan yang umum untuk menanamkan informasi dalam media citra. Least significant bit
(dengan kata lain, bit ke-8) sebagian atau seluruh dari byte dalam sebuah gambar diubah
menjadi sebuah bit dari pesan rahasia. Dalam metode yang ada, dibutuhkan representasi biner
dari data yang akan disembunyikan dengan metode LSB [9]. Sebagai contoh, misalkan kita
memiliki tiga piksel yang berdekatan (sembilan bytes) dengan kode RGB berikut :
11110101
11000100
00000001

00010110
11111001
11110001

10101010
00000001
00011101

Pesan yang akan disisipkan adalah karakter Y, yang nilai binernya adalah 01011001,
maka akan dihasilkan citra hasil dengan urutan bit sebagai berikut:
11110100
11000101
00000000

00010111
11111001
11110001

10101010
00000000
00011101

Metode LSB ini sudah sangat umum, sehingga sudah banyak orang yang mengetahuinya.
Dengan menggunakan metode ini penyusup dengan mudah dapat memecahkan pesan yang
disisipkan. Sehingga perlu penambahan metode tertentu untuk meningkatkan factor keamanan
pesan yang disisipkan.
3. Metode Caesar Cipher
Merupakan sebuah metode yang sederhana, metode ini juga disebut sebagai substitusi
kode yang pertama dalam dunia penyandian, karena penyandian ini terjadi pada saat
pemerintahan Yulius Caesar. Dengan mengganti posisi huruf awal dengan alphabet atau
disebut dengan algoritma ROT3 (penambahan 3 ).

Gambar 1. Proses penambahan pada algoritma ROT3


Teknik penyandian ini termasuk sandi tersubtitusi pada setiap huruf pada plaintext
digantikan oleh huruf lain yang dimiliki selisih posisi tertentu dalam alphabet. Secara detail
tabel 1 menjelaskan pergeseran yang terjadi pada huruf alphabet.
Tabel 1(a). Alphabet sebelum proses pergeseran
A B C D E F G H I J K L M
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

N O P Q R S T U V W X Y Z
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Menjadi :
Tabel 1(b). Alphabet setelah proses pergeseran
D E F G H I J K L MN O P
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Q R S T U V W X Y Z A B C
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jika pergeseran yang dilakukan sebanyak tiga kali, maka kunci untuk dekripsinya adalah
3. Pergeseran kunci yang dilakukan tergantung keinginan pengiriman pesan. Bisa saja kunci
yang dipakai a = 7, b = 9, dan seterusnya.
Cara kerja sandi ini dapat diilustrasikan dengan membariskan dua set alfabet; alfabet
sandi disusun dengan cara menggeser alfabet biasa ke kanan atau ke kiri dengan angka
tertentu (angka ini disebut kunci). Misalnya sandi Caesar dengan kunci 3, adalah sebagai
berikut:
Alfabet Biasa: ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Alfabet Sandi: DEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZABC
Untuk menyandikan sebuah pesan, cukup mencari setiap huruf yang hendak disandikan
di alfabet biasa, lalu tuliskan huruf yang sesuai pada alfabet sandi. Untuk memecahkan sandi
tersebut gunakan cara sebaliknya. Contoh penyandian sebuah pesan adalah sebagai berikut.
teks terang
teks tersandi

: kirim pasukan ke sayap kiri


: nlulp sdvxndq nh vdbds nlul

Proses Enkripsi dapat direpresentasikan menggunakan operator aritmatika modullo


setelah sebelumnya setiap huruf transformasi ke dalam angka menggunakan ASCII code.
4. Kombinasi Kriptografi Dan Steganografi
Proses steganografi citra digital ditunjukkan pada gambar 2.
Citra Digital
(original)
Pesan
(Plaintext)

Proses Enkripsi
(Caesar Cipher)

Pesan
(Ciphertext)

Proses Penyisipan Pesan


(Metode LSB)

Citra Digital
(Hasil/Stego image)

Citra Digital

Pesan
(Plaintext)

Proses Dekripsi
(Caesar Cipher)

Pesan
(Ciphertext)

Proses ekstraksi Pesan


(Metode LSB)

Gambar 2. Proses Kombinasi Kriptografi dan Steganografi


Pada gambar 2 dapat dilihat proses kombinasi kriptografi dan steganografi. Pesan teks
(plaintext) yang akan disisipkan ke dalam citra digital terlebih dahulu dienkripsi dengan
menggunakan metode Caesar Cipher. Selanjutnya hasil enkripsi (ciphertext) disisipkan ke
dalam sebuah citra digital melalui proses penyisipan dengan menggunakan LSB. Hasil
penyisipan berupa citra hasil (stego image), dimana di dalam stego image ini telah terdapat
pesan yang telah disisipkan sebelumnya. Ekstraksi pesan dilakukan dengan menggunakan
metode yang sama saat proses penyisipan. Hasilnya adalah diperoleh pesan yang telah
disisipkan sebelumnya (ciphertext). Selanjutnya pesan (ciphertext) didekripsi dengan
menggunakan metode Caesar Cipher sehingga menghasilkan pesan awal (plaintext).
Misalkan KALIMAT yang ingin sisipkan berupa teks (plaintext) POTENSI dengan
pergeseran nilai 4. Maka terlebih dahulu huruf-huruf tersebut diubah ke dalam bentuk kode
ASCII, lalu kode ASCII tersebut ditambah dengan nilai pergeseran yang telah dimasukkan.
Karakter 0 = P dalam kode ASCII = 80
Karakter 0 = 80 + 4 = 84 => T
Karakter 1 = O dalam kode ASCII = 79
Karakter 1 = 79 + 4 = 83 => S
Karakter 2 = T dalam kode ASCII = 84
Karakter 2 = 84 + 4 = 88 => X
Karakter 3 = E dalam kode ASCII = 69
Karakter 3 = 69 + 4 = 73 => I
Karakter 4 = N dalam kode ASCII = 78
Karakter 4 = 78 + 4 = 82 => R
Karakter 5 = S dalam kode ASCII = 83
Karakter 5 = 83 + 4 = 87 => W
Karakter 6 = I dalam kode ASCII = 73
Karakter 6 = 73 + 4 = 77 => M
Pesan sebelum dienkripsi
Pesan sesudah dienkripsi

: POTENSI
: TSXIRWM

Lalu setelah pesan dienkripsi lalu pesan akan diubah ke dalam bentuk ASCII dengan
nilai seperti terhihat pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai ASCII dari Pesan
0101010
0101001
T
R
0
0
0101001
0101011
S
W
1
1
0101100
0100110
X
M
0
1
0100100
I
1
Setelah diubah ke dalam bentuk ASCII lalu pesan akan disisipkan ke dalam citra dengan
metode LSB dengan nilai biner piksel citra awal ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai biner piksel citra awal.
111111
11
111111
11

111111
11
111111
11

111111
11
111111
11

111111
11
111111
11

111111
11
111111
11

111111
11
111111
11

111111
11
111111
11

111111
11
111111
11

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

Setelah pesan disisipkan pada citra maka nilai biner piksel citra tersebut akan berubah
seperti ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai biner piksel citra setelah proses penyisipan.
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10

111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11

111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10

111111
11
111111
11
111111
11
111111
10
111111
11
111111
11
111111
10

111111
10
111111
10
111111
11
111111
11
111111
10
111111
10
111111
11

111111
11
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
11
111111
11

111111
10
111111
11
111111
10
111111
10
111111
11
111111
11
111111
10

111111
10
111111
11
111111
10
111111
11
111111
10
111111
11
111111
11

Proses ekstraksi pesan dilakukan dengan cara mengambil nilai LSB dari setiap piksel
yang ada. Hasil pengambilan nilai LSB dari setiap piksel ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Nilai biner hasil ekstraksi pesan.
01010100
T

01010011 01011000 01001001


S

0101001
0
R

01010111

01001101

Proses berikutnya pesan diubah dengan menggunakan pergeseran kembali tapi dengan
menggunakan nilai pergeseran -4.
Karakter 0 = T dalam kode ASCII = 84
Karakter 0 = 84 - 4 = 80 => P
Karakter 1 = S dalam kode ASCII = 83
Karakter 1 = 83 - 4 = 79 => O
Karakter 2 = X dalam kode ASCII = 88
Karakter 2 = 88 - 4 = 84 => T
Karakter 3 = I dalam kode ASCII = 73
Karakter 3 = 73 - 4 = 69 => E
Karakter 4 = R dalam kode ASCII = 82
Karakter 4 = 82 - 4 = 78 => N
Karakter 5 = W dalam kode ASCII = 87
Karakter 5 = 87 - 4 = 83 => S
Karakter 6 = M dalam kode ASCII = 77
Karakter 6 = 77 - 4 = 73 => I

Pesan sebelum didekripsi


Pesan sesudah didekripsi

: TSXIRWM
: POTENSI

Pengukuran kualitas citra hasil steganografi dilakukan dengan menggunakan Peak


Signal-to-Noise Ratio (PSNR) untuk mengevaluasi perbedaan antara citra hasil dan citra
original. Untuk mendapatkan nilai PSNR dicari terlebih dahulu nilai Mean Square Error dari
citra yang diuji. Mean Square Error (MSE) adalah tingkat kesalahan piksel-piksel citra
hasil pemrosesan sinyal terhadap citra original. Untuk lebar dan tinggi citra original adalah
m dan n, di mana I adalah citra original dan K adalah citra hasil, maka persamaan MSE
ditunjukkan oleh persamaan (1).

MSE

1 3 m1 n1
I i, j K i , j 2

3mn l 1 i 0 j 0

(1)

Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) merupakan nilai (rasio) yang menunjukan tingkat
toleransi noise tertentu terhadap banyaknya noise pada suatu piksel citra. Noise adalah
kerusakan piksel pada bagian tertentu dalam sebuah citra sehingga mengurangi kualitas
piksel tersebut. Dengan kata lain PSNR merupakan suatu nilai yang menunjukkan kualitas
suatu piksel citra. Persamaan untuk PSNR ditunjukkan oleh persamaan (2).

PSNR 20 * log 10

255

MSE

(2)

Nilai maksimum dari piksel dalam citra adalah 255. PSNR yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa kualitas citra hasil lebih baik dan hampir sama dengan citra originalnya
[5].
Pengujian hasil kriptografi dilakukan dengan melihat perbedaan antara plaintext dengan
ciphertext dari pesan yang akan disisipkan.
5. Hasil Dan Analisa
Kualitas citra hasil dilihat dari dua aspek. Pertama, membandingkan kualitas citra hasil
dengan citra original seperti yang terlihat oleh Human Visual System (HVS). Kedua,
pengukuran menggunakan Peak Signal-to-Noise Ratio (PSNR) untuk
mengevaluasi
perbedaan antara citra hasil dan citra original [5].
Pengujian pertama dilakukan dengan membandingkan kualitas citra hasil dengan citra
original seperti yang terlihat oleh Human Visual System (HVS). Hasil pengujiannya
ditampilkan pada gambar 3.

Img1 (Original)

Img1 (LSB dan


caesar cipher)
Gambar 3(a). Citra Img1 original dan
setelah disisipkan pesan

Img2 (Original)

Img2 (LSB dan


caesar cipher)
Gambar 3(b). Citra Img2 original dan
setelah disisipkan pesan

Img3 (Original)

Img3 (LSB dan


caesar cipher)
Gambar 3(c). Citra Img3 original dan
setelah disisipkan pesan

Img4 (Original)

Img4 (LSB dan


caesar cipher)
Gambar 3(d). Citra Img4 original dan
setelah disisipkan pesan

Img5 (Original)

Img5 (LSB dan


caesar cipher)
Gambar 3(e). Citra Img5 original dan
setelah disisipkan pesan

Pada gambar 3 dapat dilihat citra original dan citra hasil dengan menggunakan metode
LSB dan caesar cipher. Dari hasil pengujian, secara Human Visual System (HVS) dapat dilihat
bahwa citra hasil dengan menggunakan metode LSB dan caesar cipher tampak sama dengan
citra originalnya. Hal ini berarti, secara Human Visual System tidak dapat dibedakan antara
citra hasil dengan citra original.
Pengujian kedua dilakukan melalui pengukuran menggunakan Peak Signal-to-Noise
Ratio (PSNR) dan Mean Square Error (MSE) untuk mengevaluasi perbedaan antara citra
hasil dan citra original. Hasil pengukuran MSE dan PSNR ditunjukkan pada tabel 6.
Tabel 6. Nilai MSE dan PSNR
Citra
MSE
Img1
0,491
Img2
0,49
Img3
0,492
Img4
0,497
Img5
0,5

PSNR
51,22
51,229
51,211
51,167
51,141

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai MSE dari citra hasil sangat kecil, ini menunjukkan
bahwa tingkat kesalahan citra hasil sangat kecil. Dengan kata lain, perubahan nilai piksel dari
citra original saat disisipi pesan, sangat kecil. Pada tabel 6 juga dapat dilihat bahwa nilai
PSNR cukup besar, ini menunjukkan bahwa kualitas citra hasil lebih baik dan hampir sama
dengan citra originalnya.

Pengujian berikutnya adalah dengan membandingkan pesan asli (plaintext) dengan pesan
hasil enkripsi, hasil ekstraksi dan hasil dekripsi untuk melihat seberapa jauh perbedaan pesan
hasil ekstraksi dengan pesan aslinya. Tabel 7 menunjukkan hasil enkripsi dan ekstraksi pesan.
Tabel 7. Pesan Hasil enkripsi, hasil ekstraksi dan hasil dekripsi
Pesan Hasil
Pesan Hasil
N
Pesan Asli
Kunc
Enkripsi
Ekstraksi
o
(plaintext)
i
(ciphertext)
(ciphertext)
1
POTENSI
4
TSXIRWM
TSXIRWM
2
POTENSI
14
DCHSBGW
DCHSBGW
3
Enkripsi
4
Irovmtwm
Irovmtwm
4
Enkripsi
10
Oxubszcs
Oxubszcs
5
Dekripsi
6
Jkqxovyo
Jkqxovyo
6
Dekripsi
24
Bcipgnqg
Bcipgnqg
7 Steganograf
7
Zalnhuvnyhmp
Zalnhuvnyhmp
i
8 Steganograf
17
Jkvxrefxirwz
Jkvxrefxirwz
i
9
Kriptografi
8
Szqxbwozinq
Szqxbwozinq
10 Kriptografi
15
Zgxeidvgpux
Zgxeidvgpux

Pesan Hasil
Dekripsi
(Plaintext)
POTENSI
POTENSI
Enkripsi
Enkripsi
Dekripsi
Dekripsi
Steganografi
Steganografi
Kriptografi
Kriptografi

Dari tabel 7 terlihat bahwa pesan asli (plaintext) dengan pesan hasil enkripsi dan
ekstraksi sangat berbeda, sehingga sulit bagi pihak lain untuk membaca. Dengan demikian
maka, walaupun pihak lain telah berhasil mengekstrak pesan dengan menggunakan metode
LSB, namun pesan tersebut tidak dapat langsung dibaca. Demikian juga dengan penggunaan
kunci yang berbeda yang akan menghasilkan hasil (ciphertext) yang berbeda. Hal ini akan
lebih menyulitkan pihak lain untuk mengetahui pesan yang telah disisipkan.
6. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Secara Human Visual System (HVS) citra hasil dengan menggunakan kombinasi
metode kriptografi caesar cipher dan metode steganografi LSB, tampak sama
dengan citra originalnya dan sangat sulit untuk dibedakan.
2. Pengujian kualitas citra dengan menggunakan MSE menunjukkan bahwa nilai MSE
dari citra hasil sangat kecil, yang berarti bahwa tingkat kesalahan citra hasil
(perubahan nilai piksel dari citra original saat disisipi pesan) sangat kecil.
3. Pengujian kualitas citra dengan menggunakan PSNR menunjukkan bahwa nilai
PSNR cukup besar, yang berarti bahwa kualitas citra hasil lebih baik dan hampir
sama dengan citra originalnya.
4. Pada proses enkripsi pesan, nilai kunci yang berbeda akan menghasilkan ciphertext
yang berbeda pula.
Daftar Pustaka:
[1] Andrian Yudhi, 2013, Modifikasi

Metode Least Significant Bit (Lsb) Pada


Steganografi Citra Digital, Prosiding SNIKOM, Agustus 2013, Universitas
Methodist Indonesia, Medan.

[2] Andrian Yudhi, 2013, Perbandingan Metode Lsb, Lsb+1, Dan Msb Pada Steganografi
Citra Digital, Prosiding SNIf, September 2013, STMIK Potensi Utama, Medan

[3] Fairuzabadi. Muhammad, 2010, Implementasi Kriptografi Klasik menggunakan Borland


Delphi, Jurnal Dinamika Informatika, Volume 4, Nomor 2, September 2010 : 65-78
http://upy.ac.id/dinamika-informatika/wp-content/uploads/2013/01/Fairuz-JurnalImplemntasi-Kriptografi-Klasik-Menggunakan-Borland-Delphi.pdf
[4] Gabriel,Stephen, Waweru, 2012, An enhanced Least Significant Bit Steganographic
Method for Information Hiding, Journal of Information Engineering and Applications,
Vol 2, No.9.
http://www.iiste.org/Journals/index.php/JIEA/article/download/3084/3125
[5] Jain, Sachin, Dubey, 2012, Image Steganography Using LSB and Edge Detection
Technique, International Journal of Soft Computing and Engineering (IJSCE), Volume-2,
Issue-3, July.
http://www.ijsce.org/attachments/File/v2i3/C0779062312.pdf
[6] Joyshree, et al., 2011, A Challenge In Hiding Encrypted Message In LSB And LSB+1 Bit
Positions In Various Cover Files, Journal of Global Research in Computer Science,
Volume 2, No. 4, April.
http://www.jgrcs.info/index.php/jgrcs/article/download/127/126
[7] Rahul, Lokesh, Salony, 2013, Image Steganography With LSB, International Journal of
Advanced Research in Computer Engineering & Technology (IJARCET), Volume 2,
Issue 1, January.
http://www.ijarcet.org/index.php/ijarcet/article/download/675/pdf
[8] Rohit, Tarun, 2012, Comparison Of Lsb & Msb Based Steganography In Gray-Scale
Images, International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT), Vol. 1
Issue 8, October.
http://www.ijert.org/browse/october-2012-edition?download=1259%3Acomparison-oflsb-a-msb-based-steganography-in-gray-scale-images&start=30
[9] Vijayakumar. Soniya, 2011, Image Steganography Based On Polynomial Functions,
Journal of Global Research in Computer Science, Volume 2, No. 3, March.
http://www.jgrcs.info/index.php/jgrcs/article/download/132/131

Anda mungkin juga menyukai