Abstract
The most popular Steganography is Least Significant Bit insertion (LSB) method . LSB is a
simple algorithm that swapping the smallest bits into a byte of the cover . This method is very
easy to implement , but the method is very common and easily to solve . Thus the security of
this method is not good anymore. In this study, the authors combine these LSB
steganographic method with the Caesar Cipher cryptography method , where the message
that will be inserted, firstly encrypted using the Caesar Cipher . Then the encryption result is
inserted into a digital cover image . With the combination of these two methods, so the
message will be difficult to solve, because it has two levels of security . From the research it
can be concluded that : By using the Human Visual System (HVS), the image results that is
using a combination of caesar cipher cryptography methods and LSB steganography method,
looks same as the original image. The image quality test showed that the MSE value is very
small, which means that the image error rate is very small. The PSNR value is quite large,
which means that the image quality has a better results . In the message encryption process ,
the value of different keys will produce different ciphertext.
1 Dosen Program Studi Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Jl. K.L. Yos Sudarso Km 6,5
No. 3A Medan, Telp (061) 6640525
2 Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Jl. K.L. Yos Sudarso
Km 6,5 No. 3A Medan, Telp (061) 6640525
Keywords: Citra digital, Steganografi, Least Significant Bit, Kriptografi, Caesar Cipher.
1. Pendahuluan
Kriptografi telah dikenal dan dipakai cukup lama sejak kurang lebih tahun 1900
sebelum masehi pada prasasti-prasasti kuburan. Kriptografi sendiri berasal dari kata
Crypto yanng berarti rahasia dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, dapat dikatakan
kriptografi adalah tulisan yang tersembunyi. Dengan adanya tulisan yang tersembunyi
ini, orang-orang yang tidak mengetahui bagaimana tulisan tersebut disembunyikan tidak
akan mengetahui bagaimana cara membaca maupun menerjemahkan tulisan tersebut[3].
Salah satu metode kriptografi yaitu, Metode caesar cipher. Metode caesar cipher berasal
Julius Caesar, yang merupakan kaisar Roma, ia menggunakan cipher substitusi untuk
mengirim pesan ke panglima perangnya. Caesar Chiper dikenal dengan beberapa nama seperti
: Shift Cipher, Caesar's Code, atau Caesar Cipher Shif. Metode Enkripsi ini berjenis chiper
Subtitusi, dimana setiap huruf pada plain teks nya digantikan dengan huruf lain[3].
Steganografi adalah seni dan ilmu tentang komunikasi yang tidak terlihat. Kata
Steganografi berasal dari kata Yunani "stegos" yang berarti "penutup" dan "grafia" yang
berarti "menulis" sehingga dapat diartikan sebagai "tulisan yang tersembunyi". Tujuan dari
Steganografi adalah untuk menyembunyikan data dari pihak ketiga. Biasanya pesan akan
dimunculkan dalam bentuk lain: gambar, artikel, daftar belanja, atau beberapa bentuk lainnya
[8].
Salah satu algoritma steganografi yang paling populer dan sering digunakan untuk
menyembunyikan informasi dalam citra digital metode penyisipan Least Significant Bit
(LSB). LSB adalah algoritma sederhana yang menukar bit yang paling kecil ke dalam
beberapa byte media penyembunyiannya secara berurutan [4].
Rahul, et al. (2013) menggunakan metode LSB yang diterapkan pada citra digital
menyimpulkan bahwa metode ini sangat mudah diterapkan, tetapi metode ini memiliki
kelemahan. Salah satu kelemahan utama yang terkait dengan metode LSB adalah penyusup
yang dapat mengubah LSB dari semua piksel gambar. Dengan cara ini pesan tersembunyi
akan dihancurkan dengan mengubah sedikit kualitas gambar, yaitu di kisaran 1 atau -1 pada
setiap posisi piksel. Kelemahan lainnya yaitu metode ini tidak kebal terhadap noise dan
teknik kompresi [7].
Joyshree, et al. (2011) memodifikasi baik bit LSB dan LSB +1 untuk memastikan bahwa
mereka dapat menyembunyikan lebih banyak pesan rahasia dalam sebuah file penyimpan.
Metode ini bisa sangat berguna dalam penyisipan data dalam beberapa file penyimpan yang
tidak standar seperti compiler, OS file, file exe, database file, dan lain-lain [6].
Pada penelitian sebelumnya penulis melakukan pengujian pada proses steganografi
metode LSB, LSB+1, LSB+2 dan MSB. Penulis menyimpulkan bahwa secara Secara Human
Visual System (HVS) citra hasil dengan metode LSB, LSB+1 dan LSB+2 tampak sama
dengan citra originalnya. Sedangkan pada metode MSB, citra hasil mengalami kerusakan dan
sangat jauh berbeda dengan citra originalnya. Dilihat dari kualitas citra hasil, citra hasil
dengan menggunakan metode LSB lebih baik kualitasnya dari pada citra hasil dengan
menggunakan metode LSB+1, LSB+2 dan MSB. Hal ini dapat dilihat dari nilai MSE dan
PSNR-nya[1][2].
Kualitas citra hasil penyisipan dengan metode LSB lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan metode yang lain, namun metode LSB sudah sangat umum dan mudah
dipecahkan. Dengan demikian keamanan dari metode ini sudah tidak baik lagi. Pada
penelitian ini penulis menggabungkan steganografi metode LSB ini dengan dengan
kriptografi metode Caesar Cipher, dimana pesan yang akan disisipkan terlebih dahulu
dienkripsi dengan menggunakan metode Caesar Cipher. Hasil dari enkripsi tersebut kemudian
disisipkan ke media citra digital. Dengan penggabungan kedua metode ini, maka pesan akan
sulit untuk dipecahkan, karena memiliki dua tingkat keamanan.
00010110
11111001
11110001
10101010
00000001
00011101
Pesan yang akan disisipkan adalah karakter Y, yang nilai binernya adalah 01011001,
maka akan dihasilkan citra hasil dengan urutan bit sebagai berikut:
11110100
11000101
00000000
00010111
11111001
11110001
10101010
00000000
00011101
Metode LSB ini sudah sangat umum, sehingga sudah banyak orang yang mengetahuinya.
Dengan menggunakan metode ini penyusup dengan mudah dapat memecahkan pesan yang
disisipkan. Sehingga perlu penambahan metode tertentu untuk meningkatkan factor keamanan
pesan yang disisipkan.
3. Metode Caesar Cipher
Merupakan sebuah metode yang sederhana, metode ini juga disebut sebagai substitusi
kode yang pertama dalam dunia penyandian, karena penyandian ini terjadi pada saat
pemerintahan Yulius Caesar. Dengan mengganti posisi huruf awal dengan alphabet atau
disebut dengan algoritma ROT3 (penambahan 3 ).
N O P Q R S T U V W X Y Z
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Menjadi :
Tabel 1(b). Alphabet setelah proses pergeseran
D E F G H I J K L MN O P
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Q R S T U V W X Y Z A B C
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jika pergeseran yang dilakukan sebanyak tiga kali, maka kunci untuk dekripsinya adalah
3. Pergeseran kunci yang dilakukan tergantung keinginan pengiriman pesan. Bisa saja kunci
yang dipakai a = 7, b = 9, dan seterusnya.
Cara kerja sandi ini dapat diilustrasikan dengan membariskan dua set alfabet; alfabet
sandi disusun dengan cara menggeser alfabet biasa ke kanan atau ke kiri dengan angka
tertentu (angka ini disebut kunci). Misalnya sandi Caesar dengan kunci 3, adalah sebagai
berikut:
Alfabet Biasa: ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Alfabet Sandi: DEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZABC
Untuk menyandikan sebuah pesan, cukup mencari setiap huruf yang hendak disandikan
di alfabet biasa, lalu tuliskan huruf yang sesuai pada alfabet sandi. Untuk memecahkan sandi
tersebut gunakan cara sebaliknya. Contoh penyandian sebuah pesan adalah sebagai berikut.
teks terang
teks tersandi
Proses Enkripsi
(Caesar Cipher)
Pesan
(Ciphertext)
Citra Digital
(Hasil/Stego image)
Citra Digital
Pesan
(Plaintext)
Proses Dekripsi
(Caesar Cipher)
Pesan
(Ciphertext)
: POTENSI
: TSXIRWM
Lalu setelah pesan dienkripsi lalu pesan akan diubah ke dalam bentuk ASCII dengan
nilai seperti terhihat pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai ASCII dari Pesan
0101010
0101001
T
R
0
0
0101001
0101011
S
W
1
1
0101100
0100110
X
M
0
1
0100100
I
1
Setelah diubah ke dalam bentuk ASCII lalu pesan akan disisipkan ke dalam citra dengan
metode LSB dengan nilai biner piksel citra awal ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai biner piksel citra awal.
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
Setelah pesan disisipkan pada citra maka nilai biner piksel citra tersebut akan berubah
seperti ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai biner piksel citra setelah proses penyisipan.
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
11
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
11
111111
11
111111
11
111111
10
111111
11
111111
11
111111
10
111111
10
111111
10
111111
11
111111
11
111111
10
111111
10
111111
11
111111
11
111111
10
111111
10
111111
10
111111
10
111111
11
111111
11
111111
10
111111
11
111111
10
111111
10
111111
11
111111
11
111111
10
111111
10
111111
11
111111
10
111111
11
111111
10
111111
11
111111
11
Proses ekstraksi pesan dilakukan dengan cara mengambil nilai LSB dari setiap piksel
yang ada. Hasil pengambilan nilai LSB dari setiap piksel ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Nilai biner hasil ekstraksi pesan.
01010100
T
0101001
0
R
01010111
01001101
Proses berikutnya pesan diubah dengan menggunakan pergeseran kembali tapi dengan
menggunakan nilai pergeseran -4.
Karakter 0 = T dalam kode ASCII = 84
Karakter 0 = 84 - 4 = 80 => P
Karakter 1 = S dalam kode ASCII = 83
Karakter 1 = 83 - 4 = 79 => O
Karakter 2 = X dalam kode ASCII = 88
Karakter 2 = 88 - 4 = 84 => T
Karakter 3 = I dalam kode ASCII = 73
Karakter 3 = 73 - 4 = 69 => E
Karakter 4 = R dalam kode ASCII = 82
Karakter 4 = 82 - 4 = 78 => N
Karakter 5 = W dalam kode ASCII = 87
Karakter 5 = 87 - 4 = 83 => S
Karakter 6 = M dalam kode ASCII = 77
Karakter 6 = 77 - 4 = 73 => I
: TSXIRWM
: POTENSI
MSE
1 3 m1 n1
I i, j K i , j 2
3mn l 1 i 0 j 0
(1)
Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) merupakan nilai (rasio) yang menunjukan tingkat
toleransi noise tertentu terhadap banyaknya noise pada suatu piksel citra. Noise adalah
kerusakan piksel pada bagian tertentu dalam sebuah citra sehingga mengurangi kualitas
piksel tersebut. Dengan kata lain PSNR merupakan suatu nilai yang menunjukkan kualitas
suatu piksel citra. Persamaan untuk PSNR ditunjukkan oleh persamaan (2).
PSNR 20 * log 10
255
MSE
(2)
Nilai maksimum dari piksel dalam citra adalah 255. PSNR yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa kualitas citra hasil lebih baik dan hampir sama dengan citra originalnya
[5].
Pengujian hasil kriptografi dilakukan dengan melihat perbedaan antara plaintext dengan
ciphertext dari pesan yang akan disisipkan.
5. Hasil Dan Analisa
Kualitas citra hasil dilihat dari dua aspek. Pertama, membandingkan kualitas citra hasil
dengan citra original seperti yang terlihat oleh Human Visual System (HVS). Kedua,
pengukuran menggunakan Peak Signal-to-Noise Ratio (PSNR) untuk
mengevaluasi
perbedaan antara citra hasil dan citra original [5].
Pengujian pertama dilakukan dengan membandingkan kualitas citra hasil dengan citra
original seperti yang terlihat oleh Human Visual System (HVS). Hasil pengujiannya
ditampilkan pada gambar 3.
Img1 (Original)
Img2 (Original)
Img3 (Original)
Img4 (Original)
Img5 (Original)
Pada gambar 3 dapat dilihat citra original dan citra hasil dengan menggunakan metode
LSB dan caesar cipher. Dari hasil pengujian, secara Human Visual System (HVS) dapat dilihat
bahwa citra hasil dengan menggunakan metode LSB dan caesar cipher tampak sama dengan
citra originalnya. Hal ini berarti, secara Human Visual System tidak dapat dibedakan antara
citra hasil dengan citra original.
Pengujian kedua dilakukan melalui pengukuran menggunakan Peak Signal-to-Noise
Ratio (PSNR) dan Mean Square Error (MSE) untuk mengevaluasi perbedaan antara citra
hasil dan citra original. Hasil pengukuran MSE dan PSNR ditunjukkan pada tabel 6.
Tabel 6. Nilai MSE dan PSNR
Citra
MSE
Img1
0,491
Img2
0,49
Img3
0,492
Img4
0,497
Img5
0,5
PSNR
51,22
51,229
51,211
51,167
51,141
Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai MSE dari citra hasil sangat kecil, ini menunjukkan
bahwa tingkat kesalahan citra hasil sangat kecil. Dengan kata lain, perubahan nilai piksel dari
citra original saat disisipi pesan, sangat kecil. Pada tabel 6 juga dapat dilihat bahwa nilai
PSNR cukup besar, ini menunjukkan bahwa kualitas citra hasil lebih baik dan hampir sama
dengan citra originalnya.
Pengujian berikutnya adalah dengan membandingkan pesan asli (plaintext) dengan pesan
hasil enkripsi, hasil ekstraksi dan hasil dekripsi untuk melihat seberapa jauh perbedaan pesan
hasil ekstraksi dengan pesan aslinya. Tabel 7 menunjukkan hasil enkripsi dan ekstraksi pesan.
Tabel 7. Pesan Hasil enkripsi, hasil ekstraksi dan hasil dekripsi
Pesan Hasil
Pesan Hasil
N
Pesan Asli
Kunc
Enkripsi
Ekstraksi
o
(plaintext)
i
(ciphertext)
(ciphertext)
1
POTENSI
4
TSXIRWM
TSXIRWM
2
POTENSI
14
DCHSBGW
DCHSBGW
3
Enkripsi
4
Irovmtwm
Irovmtwm
4
Enkripsi
10
Oxubszcs
Oxubszcs
5
Dekripsi
6
Jkqxovyo
Jkqxovyo
6
Dekripsi
24
Bcipgnqg
Bcipgnqg
7 Steganograf
7
Zalnhuvnyhmp
Zalnhuvnyhmp
i
8 Steganograf
17
Jkvxrefxirwz
Jkvxrefxirwz
i
9
Kriptografi
8
Szqxbwozinq
Szqxbwozinq
10 Kriptografi
15
Zgxeidvgpux
Zgxeidvgpux
Pesan Hasil
Dekripsi
(Plaintext)
POTENSI
POTENSI
Enkripsi
Enkripsi
Dekripsi
Dekripsi
Steganografi
Steganografi
Kriptografi
Kriptografi
Dari tabel 7 terlihat bahwa pesan asli (plaintext) dengan pesan hasil enkripsi dan
ekstraksi sangat berbeda, sehingga sulit bagi pihak lain untuk membaca. Dengan demikian
maka, walaupun pihak lain telah berhasil mengekstrak pesan dengan menggunakan metode
LSB, namun pesan tersebut tidak dapat langsung dibaca. Demikian juga dengan penggunaan
kunci yang berbeda yang akan menghasilkan hasil (ciphertext) yang berbeda. Hal ini akan
lebih menyulitkan pihak lain untuk mengetahui pesan yang telah disisipkan.
6. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Secara Human Visual System (HVS) citra hasil dengan menggunakan kombinasi
metode kriptografi caesar cipher dan metode steganografi LSB, tampak sama
dengan citra originalnya dan sangat sulit untuk dibedakan.
2. Pengujian kualitas citra dengan menggunakan MSE menunjukkan bahwa nilai MSE
dari citra hasil sangat kecil, yang berarti bahwa tingkat kesalahan citra hasil
(perubahan nilai piksel dari citra original saat disisipi pesan) sangat kecil.
3. Pengujian kualitas citra dengan menggunakan PSNR menunjukkan bahwa nilai
PSNR cukup besar, yang berarti bahwa kualitas citra hasil lebih baik dan hampir
sama dengan citra originalnya.
4. Pada proses enkripsi pesan, nilai kunci yang berbeda akan menghasilkan ciphertext
yang berbeda pula.
Daftar Pustaka:
[1] Andrian Yudhi, 2013, Modifikasi
[2] Andrian Yudhi, 2013, Perbandingan Metode Lsb, Lsb+1, Dan Msb Pada Steganografi
Citra Digital, Prosiding SNIf, September 2013, STMIK Potensi Utama, Medan