PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan manusia. Masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal tanaman yang mempunyai khasiat
obat atau menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat
obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional (Resi, 2009).
Tumbuhan keji beling merupakan tumbuhan yang telah banyak digunakan
masyarakat sebagai obat tradisional. Penggunaannya sangat beragam, di antaranya
sebagai menurunkan kadar kolesterol, peluruh air seni (diuretik), anti diabetes,
wasir, tumor, lever, maag, menghancurkan batu dalam empedu, batu ginjal, dan
batu pada kandung kemih (Dalimartha, 2006).
Penelitian bahan alam biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan metode
kromatografi sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari senyawa murni
yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan uji aktivitas biologi
baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah diketahui struktur molekulnya
biasanya dilanjutkan dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan senyawa dengan
aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.
Bagaimana isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid pada daun
keji beling (Strobilanthes crispus)?
1.3. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1.3.1.
Mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid pada daun
keji beling (Strobilanthes crispus).
1.4. Manfaat
Adanya praktikum yang dilakukan dapat memberikan manfaat :
ditemukan
pada
tumbuhan
tingkat
tinggi
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
B
3
2
1
2
1
karena air bersifat polar dan senyawa flavonoid bersifat polar (Ricky Kurniawan,
2012).
2.3. Isolasi
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam adalah sebuah usaha
bagaimana caranya memisahkan senyawa yang bercampur sehingga kita dapat
menghasilkan senyawa tunggal murni. Biasanya proses isolasi dari bahan alami
ini mentargetkan untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder, karena senyawa
metabolit sekunder diyakini dan telah diteliti dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia (Alifia, 2012).
Berikut adalah tahap-tahap dalam isolasi:
2.3.1. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat dengan pelarut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Teknik ekstraksi
sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organic
atau anorganik, untuk analisis makro maupun mikro. Tujuan ekstraksi ialah
memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut
(Ardy, 2013).
Metoda ekstraksi yang digunakan yaitu ekstarksi secara dingin artinya tidak
ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk
menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Dalam
metode
ekstraksi
secara
dingin
yang
digunakan
yaitu
maserasi.
Bahan-bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan pada percobaan ini adalah aquades,
NaOH, H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-HCl pekat, n-heksan, etit asetat, dan
metanol.
3.3. Prosedur
3.3.1. Preparasi sampel
Sampel yang akan diuji langsung dicuci dan dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan di udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari hal ini
dilakukan agar proses pengeringan selanjutnya lebih muda dengan tidak adanya
molekul air. Proses perajangan sampai berbentuk serbuk halus di lakukan untuk
memperoleh luas permukaan yang lebih besar agar proses penetrasi pelarut ke
dalam bahan dapat berlangsung dengan optimal.
3.3.2. Ekstraksi Daun Keji Beling
Sampel yang berupa serbuk halus dari daun keji beling di ekstraksi cara
dingin (maserasi) menggunakan pelarut metanol. Maserasi dilakukan selama 4 x
24 jam, setiap 24 jam dilakukan penyaringan. Setelah disaring, residu di maserasi
kembali dengan metanol yang baru. Pengerjaan yang sama dilakukan sebanyak
4x. Selanjutnya maserat yang diperoleh digabungkan antara maserat pertama,
kedua, ketiga dan keempat. Gabungan keempat maserat kemudian dievaporasi
pada suhu 30-40C dengan menggunakan alat penguap vakum sampai diperoleh
ekstrak kental metanol.
3.3.3. Uji Flavonoid
Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 g dilarutkan dalam 10 ml metanol
kemudian dibagi ke dalam empat tabung reaksi. Tabung pertama digunakan
sebagai tabung kontrol, tabung kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut
ditambahkan NaOH, H2SO4 pekat, dan serbuk Mg-HCl pekat. Warna pada
masing-masing tabung dibandingkan dengan tabung kontrol, jika terjadi
perubahan warna maka positif mengandung flavonoid (Harborne, 2008 dalam
Maryati dkk, 2014).
3.4. Pemisahan dan Pemurnian
Sebanyak 0,1 gram ekstrak metanol dipisahkan menggunakan kromatografi
lapis tipis dengan fasa diam silica gel GF 60 dan dielusi berturut-turut
menggunakan pelarut organik seperti n-heksan, metanol, etil asetat dengan
perbandingan tertentu. Kemudian di lakukan KLT preparatif untuk pemisahan
(Sarlita, dkk, 2014).
10
ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah
salah satu metode pemisahan senyawa dengan cara perendaman menggunakan
pelarut organik pada temperatur ruangan. Proses maserasi sangat menguntungkan
dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan,
dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut. Pelarut
yang mengalir ke dalam sel dapat menyebabkan protoplasma membengkak dan
bahan kandungan sel akan larut sesuai dengan kelarutannya.
Senyawa flavonoid yang ada dalam daun keji beling merupakan senyawa
yang bersifat polar sehingga harus dilarutkan dengan pelarut yang bersifat polar
sehingga, pelarut yang digunakan dalam praktikum ini adalah metanol.
Sebanyak 50 gram serbuk halus daun keji beling diekstraksi dengan cara
maserasi dengan menggunakan pelarut metanol selama 3 x 24 jam, dimana setiap
1x 24 jam hasil maserasi di saring kemudian di rendam lagi dengan metanol yang
baru.
Pada percobaan ini maserasi di lakukan sampai III tahap, tahap 1 jumlah
pelarut yang digunakan untuk perendaman sebanyak 900 ml, tahap II sebanyak
700 ml dan tahap III sebanyak 600 ml. Jadi keseluruhan metanol yang digunakan
untuk maserasi sebanyak 2200 ml dan menghasilkan maserat sebanyak 2000 ml.
Pelarut yang digunakan pada proses maserasi ini cukup banyak karena di
pengaruhi oleh ukuran sampel daun keji beling yang tidak begitu halus.
11
12
Perubahan warna
Hijau tua - Hijau kekuningan
Hijau tua - Coklat kehitaman
Terdapat 2 lapisan :
Lapisan atas : Hijau tua
Lapisan bawah : Hijau tua - Hijau
Hasil Uji
+
+
muda
13
Gambar
4.3.2. Tabung
Kontrol
4.4. Pemisahan Senyawa
Flavonoid
dengan
KLT+ Tabung IV
(tabung
kontrol +daun
serbuk
Mg-HCl
Pemisahan senyawa
flavonoid
keji
belingpekat)
dilakukan dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). KLT merupakan suatu metode pemisahan suatu
senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Fase diam yang digunakan ialah plat silika gel yang bersifat polar, sedangkan
eluen yang digunakan sebagai fase gerak bersifat sangat polar karena mengandung
air. Kepolaran fase diam dan fase gerak hampir sama, tetapi masih lebih polar fase
gerak sehingga senyawa flavonoid yang dipisahkan terangkat mengikuti aliran
eluen, karena senyawa flavonoid bersifat polar. KLT yang digunakan terbuat dari
silika gel. Penggunaan bahan silika karena pada umumnya silica digunakan untuk
memisahkan senyawa asam-asam amino, fenol, alkaloid, asam lemak, sterol dan
terpenoid. Eluen yang dipakai dalam KLT ialah eluen campuan n-heksan : etil
asetat.
Sebanyak 0,1 gram ekstrak kental dilarutkan ke dalam metanol
secukupnya. Kemudian membuat variasi eluen n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 9:1, 8:2, 7:3, 6:4. Ekstrak kental hasil ekstraksi kemudian ditotolkan
pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 0,5 cm dari garis
bawah dan 0,5 cm dari garis atas. Selanjutnya dielusi dengan menggunakan eluen
yaitu n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 9:1. Hasil KLT seperti pada
gambar di bawah ini:
14
15
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.4.2. Noda dengan perbandingan eluen n-heksan : etil asetat (a) 8:2,
(b) 7:3, (c) 6:4
Eluen yang baik ialah eluen yang bisa memisahkan senyawa dalam jumlah
yang banyak yang ditandai dengan munculnya noda. Noda yang terbentuk tidak
berekor dan jarak antara noda satu dengan yang lainnya jelas. Noda yang
demikian diperoleh dengan perbandingan eluen 8:2 yang mampu memberikan
pemisahan terbaik. Karena dari komposisinya, eluen tersebut bersifat sangat polar
sehingga bisa memisahkan senyawa flavonoid yang juga bersifat polar.
Selanjutnya dilakukan KLT preparatif dengan menggunakan perbandingan
eluen yang memberikan pemisahan terbaik yaitu dengan perbandingan n-heksan :
asam asetat. Ukuran plat (5 x 5) cm dengan panjang 5 cm dan lebar 5 cm.
Penotolan dilakukan sebanyak 10 titik kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia
pengganti chamber yang berisi eluen.
Dari hasil lampu UV KLT tersebut, noda yang dihasilkan terdapat 6 titik
noda yang identik dengan noda KLT kualitatif.. Langkah selanjutnya mengerok 6
noda hasil KLT dengan menggunakan spatula. Masing-masing noda dimasukkan
ke dalam botol vial.
16
Panjang
Pita II
Absorbans
Gelombang (nm)
Panjang
Absorbans
Gelombang (nm)
269,00
1,283
237,00
2,701
269,00
1,227
237,00
2,707
269,00
1,237
235,00
2,708
17
269,00
1,234
235,00
2,701
269,00
1,250
237,00
2,692
269,00
1,261
235,00
2,686
269,00
1,269
236,00
2,702
Dari spektrum yang tampak, terdapat dua pita yang dihasilkan oleh noda
0- 6 dalam pelarut metanol. Pada pita I di mana Noda 0-6 memiliki absorbansi
pada panjang gelombang yang sama yaitu 269,00 nm. Serapan pada panjang
gelombang tersebut diduga karena adanya transisi elektron-elektron yang tidak
berikatan ke orbital anti ikatan (n *) oleh gugus karbonil (C=O). Serapan ini
terjadi pada panjang gelombang dan intensitasnya yang rendah (Sastrohamidjojo,
2001 dalam Maryati, dkk, 2014). Sedangkan pada pitaII di mana Noda 0-6
memiliki absorbansi pada panjang gelombang yang tidak jauh berbeda yaitu
235,00 nm, 236,00 nm dan 237,00 nm. Serapan pada panjang gelombang ini
diduga karena adanya transisi elektron * oleh ikatan C=C terkonjugasi yang
terjadi pada panjang gelombang 210-285 nm. Berdasarkan hasil identifikasi
spektrofotometer UV-Vis ini menunjukkan bahwa noda 0-6 tersebut merupakan
senyawa flavonoid.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid pada
Daun Keji Beling (Strobilanthes Crispus) yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
-
18
5.2. Saran
Untuk dapat menentukan struktur senyawa golongan flavonoid dari isolat
dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mempergunakan metode
spektrofotometri IR, NMR, dan GC-MS.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Spektroskopi Inframerah. http://www.ilmukimia.org/2013/07/spe
ktroskopi-inframerah-ir.html. (diakses 02 Oktober 2014).
Anonim. 2010. Spektrofotometri IR (Infra Red) Cara Kerja dan Kegunaan.
Tersedia : http://elektromagic.blogspot.com/2010/10/spektrofotometri-ir-inf
ra-red-cara.html. (diakses 27 September 2014).
Aditya, 2013. Senyawa Flavonoid. Tersedia : http://aditya.blogspot.com/2013/03/
10/senyawa flavonoid/ (diakses 14 Desember 2014)
Alifia, Q. A. 2012. Uraian Isolasi. http://maydesember.blogspot.com/2012/07/23
-uraian-isolasi.html. (diakses 27 September 2014).
Ardy.
2013.
Ekstraksi.
http://ardydii.wordpress.com/2013/03/10/ekstraksi/ (diakses
27 September 2014).
Asih,
2009.
Karakterisasi
Senyawa
Flavonoid
dengan
http://asyharstf08.wordpress.com.
September 2014).
19
(Diakses
27
-daun_27.html.
(diakses
27
September 2014).
Dalimartha, S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 4, Puspa Swara,
Jakarta
Gunawan, Ilonna. 2011. Efek Kejibeling (Sericocalyx Crispus L) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pria Dewasa. Bandung : skripsi Fakultas
kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Harmita. 2012. Analisis Fisiko Kimia Kromatografi.http.//www.harmita.blogspot.c
om/2012/12/analisis-fisiko-kimia-kromatografi.html. (diakses 27 Septemb
er 2014).
J.B. Harborne, Metode Fitokimia, Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan,
(Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro), Penerbit ITB,
Bandung, 1987.
Judhi, R. 2012. Ekstraksi dan Isolasi. http://materikuliahjr.blogspot.com/p/
ekstraksi-dan-isolasi.html. (diakses 27 September 2014).
Kurnia, S. (2013). Kromatografi Lapis Tipis. (online). Tersedia: http://kurniasyari
fuddin.blogspot.com. (diakses 27 September 2014).
Kurniasari, I. 2006. Metode Cepat Penentuan Flavanoid Total Meniran
(Phyllantus niruri L) Berbasis Teknik Spektrofotometri Inframerah Dan
Kemometrik. Bogor : IPB
Mardika,
2011.
Spektrofotometri
Infra
Merah
(Infra
Red).
http://www.scribd.com/doc/spektrofotometri-infra-merah.html. (diakses 02
Oktober 2014).
Markham, K.R. 1988. Techniques of Flavonoid Identification. London: Academic
Pr.
Masriyanti. 2012. Prinsip-Prinsip Spektroskopi. http://masriyanti.blogspot.com/
2012/09/prinsip-prinsip-spekroskopi.html. (diakses 02 Oktober 2014).
20
Mirna, Lumbessy, dkk. 2013. Uji Total Flavonoid Pada Beberapa Tanaman Obat
Tradisonal Di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten
Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara. Manado : Jurusan Kimia, FMIPA,
Universitas Sam Ratulangi
Nanda. 2013. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Keji Beling (Strobilanthes
Crispus Bl). http://nandagokilz1.wordpress.com/2013/02/06/klasifikasi-danmorfologi-tanaman-keji-beling-strobilanthes-crispus-bl/ (diakses 17 Septem
-ber 2014)
Resi, A.W, Andis, S. 2009. Makalah Kimia Organik Bahan Alam: Flavonoid
(Quercetin). Makassar : Program S2 Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
Ricky, K. 2012. Penapisan Screening Awal Fitokimia. http://ricky-kurniawan-2012-1993.blogspot.com/2012/12/penapisan-screening-awal-fitokimia.html
(diakses 17 september 2014)
Sarlita, M, dkk. 2014. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid dari Ekstrak
Daun Keji Beling. Gorontalo : Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Gorontalo.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Dasar-dasar Spektroskopi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada (UGM)
Underwood, A.L dan Day, R.A. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga
Yazid, Estien. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi, 2005.
LAMPIRAN 1
Perhitungan Nilai Rf
21
1. Perbandingan (9 : 1)
Dik : Jarak yang ditempuh eluen = 4,1 cm
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
1,8 cm
4,1 cm
Noda 2 :
Rf =
Rf =
2,2 cm
4,1 cm
Noda 3 :
Rf =
Rf =
Rf =
3,4 cm
4,1 cm
0,95 cm
4,1 cm
= 0,23
Noda 4 :
= 0,43
1,1 cm
4,1 cm
= 0,26
Noda 5 :
= 0,36
Noda 6 :
= 0,53
1,5 cm
4,1 cm
= 0,82
2. Perbandingan (8 : 2)
Dik : Jarak yang ditempuh eluen = 4,2 cm
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
Rf =
0, 5 cm
4,2 cm
= 0,11
0,47
22
Noda 4 :
Rf =
2 cm
4,2 cm
Noda 1 :
Rf =
0,8 cm
4,2 cm
= 0,19
Noda 5 :
Rf =
2,3 cm
4,2 cm
Rf =
1,1 cm
4,2 cm
= 0,26
Noda 6 :
Rf =
2,6 cm
4,2 cm
Rf =
1,5 cm
4,2 cm
= 0,35
0,54
Noda 2 :
0,61
Noda 3 :
3. Perbandingan (7 : 3)
Dik : Jarak yang ditempuh eluen = 4,2 cm
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
Rf =
2,65 cm
4,2 cm
Noda 2 :
Rf =
3,2 cm
4,2 cm
= 0,76
Noda 3 :
Rf =
3,6 cm
4,2 cm
= 0,85
Noda 4 :
Rf =
4 cm
4,2 cm
= 0,95
= 0,63
4. Perbandingan (6 : 4)
Dik : Jarak yang ditempuh eluen = 4,2 cm
Rf =
Jarak noda
Jarak eluen
Rf =
2,25 cm
4,2 cm
= 0,54
23
Noda 2 :
Rf =
2,55 cm
4,2 cm
= 0,60
Noda 3 :
Rf =
2,95 cm
4,2 cm
= 0,70
Noda 4 :
Rf =
3,5 cm
4,2 cm
= 0,83
Noda 5 :
Rf =
3,85 cm
4,2 cm
= 0,92
LAMPIRAN 2
Prosedur Kerja
1. Preparasi sampel
Daun Keji Beling
24
Maserat daun keji beling sebanyak 2000 mL (2 L)
3. Tahap Evaporasi
Maserat Daun Keji Beling
Mengoperasikan alat evaporasi dan melakukan evaporasi sampai mendapatkan ekstrak kental da
Mengerok sampel/ekstrak kental yang berada di dalam labu penampung
Menimbang botol vial kosong
Memasukkan ke dalam botol vial
Menimbang ekstrak kental daun keji beling
4. Uji Flavonoid
Ekstarak kental daun keji beling
menambahkan2-4
larutan H2SO4 pekat
tetes larutan Mg-HCl
Menambahkan2-4 tetes
larutan NaOH 10tetes
% menambahkan2-4
hijau tua Mengamati
kontrol
perubahan warna
mengamati perubahan warna
perubahanmengamati
warna
hijau kekuningan
terbentuk dua lapisan
atas berwarna hijau tua dan lapisan bawah hijau
coklat: lapisan
kehitaman
25
Membuat variasi eluen n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 9:1, 8:2, 7
Menotolkan pada plat KLT menggunakan pipa kapiler
Mencelupkan bagian bawah plat KLT
Mengangkat plat KLT setelah eluen menyerap batas yang ditentukan
Mengeringkan plat diudara terbuka
Mengamati noda yang terbentuk dengan lampu UV-VIS
Menghitung Rf
Noda pada plat KLT 9:1 Noda pada plat KLT 8:2 Noda pada plat KLT 7:3 Noda pada plat KLT 6:4
Membuat eluen n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 8:2 sebagai eluen yang paling co
Menotol kan plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler sebanyak 10 totolan
Mencelupkan bagian bawah plat KLT
Mengangkat plat KLT setelah eluen menyerap pada batas yang ditentukan
Mengeringkan plat KLT diudara terbuka
Mengamati noda yang terbentuk dengan lampu uv-vis
Menghitung Rf
26
27
LAMPIRAN 3
Gambar 2.
Pengeringan sampel
Gambar 4.
Perendaman
sampel
Gambar 5. Pengerokan
ekstrak kental
28
Gambar 3.
Penimbngan sampel
Gambar 6.
Penimbangan ekstrak
kental
Gambar 7.
Pengambilan 0,1 gr
ekstrak kental
Gambar 10.
pencelupan plat KLT
Gambar 8. Uji
flavonoid
Gambar 9. Penotolan
pada plat KLT
29
Noda 0
Noda 1
30
31