Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SEJARAH

Saluran saluran Penyebaran Agama


Hindu dan Budha di Indonesia

Nama : Yanisa Fitri Amelia


Kelas : XI IPA 3
SMAN 66 Jakarta
Tahun Ajaran 2011/2012

Teori-teori masuknya Hindu-Buddha


1. Teori Brahmana
Hipotesis ini menyatakan bahwa tradisi India yang menyebar ke Indonesia
dibawa oleh golongan Brahmana. Pendapat ini dikemukan oleh JC.Van Leur.
Berdasarkan pada pengamatannya terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan
kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasastiprasasti
yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, maka sangat
jelas itu adalah pengaruh Brahmana. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa
kaum Brahmanalah yang menguasai bahasa dan huruf itu, sehingga pantas
jika mereka yang memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama
dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.

2. Teori Ksatria
Ada tiga ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai proses penyebaran
agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu
sebagai berikut.
1) C.C Berg
C.C. Berg mengemukakan bahwa golongan yang turut menyebarkan
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah para petualang yang
sebagian besar berasal dari golongan Ksatria. Para Ksatria ini ada yang
terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan
yang diberikan oleh para Ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan
bagi salah satu kelompok atau suku yang bertikai. Sebagai hadiah atas
kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah
seorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari perkawinannya
ini memudahkan bagi para Kesatrian untuk menyebarkan tradisi Hindu
Buddha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Berkembanglah tradisi
Hindu-Buddha dalam masyarakat Indonesia.

2)Mookerji
Dia mengatakan bahwa golongan Ksatria (tentara) dari India yang membawa
pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia. Para Ksatria ini
kemudian membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadi
sebuah kerajaan. Para koloni ini kemudian mengadakan hubungan
perdagangan dengan kerajaan-kerajaan di India dan mendatangkan para
seniman yang berasal dari India untuk membangun candi-candi di Indonesia.
3) J.L Moens
Dia
mencoba
menghubungkan
proses
terbentuknya
kerajaan-kerajaan
di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India
pada abad yang sama. Perlu diketahui bahwa sekitar abad ke-5, banyak
kerajaan-kerajaan di India Selatan yang mengalami kehancuran. Ada
di antara para keluarga kerajaan tersebut, yaitu para Ksatrianya yang melarikan diri
ke Indonesia. Mereka ini selanjutnya mendirikan kerajaan di kepulauan Nusantara.
Kekuatan hipotesis Ksatria terletak pada kenyataan bahwa semangat
berpetualang pada saat itu umumnya dimiliki oleh para Ksatria (keluarga
kerajaan). Sementara itu, kelemahan hipotesis yang dikemukakan oleh Berg,
Moens, dan Mookerji yang menekankan pada peran para Ksatria India dalam
proses masuknya kebudayaan India ke Indonesia terletak pada hal-hal sebagai
berikut, yaitu:
1) Para Ksatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa;
2) Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaankerajaan
India, tentunya ada bukti prasasti (jaya prasasti) yang menggambarkan penaklukkan
tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun Indonesia tidak ditemukan prasasti
semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan tentang penaklukkan
kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai
sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan
tersebut terjadi pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus
menunjukkan pada kurun waktu yang lebih awal.

3. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom. Teori menyatakan bahwa kaum pedagang dari
India yang tergolonga dalam kasta Waisya selain berdagang juga membawa adat
kebiasaan misalnya upacara keagamaan. Pada umumnya mereka tinggal menetap
di Nusantara dan selain itu kemungkinan juga terjadi perkawinan antara para
pedagang dengan wanita Indonesia, hal ini dianggap sebagai saluran penyebaran
pengaruh yang penting dalam teori ini.

4. Teori Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian
meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar,
diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke
Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia
yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan
organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka
kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa
masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orangorang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah
penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat
dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di
Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan
barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha.
Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan
Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa
budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah
dan menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.

5. Teori Arus-Balik
Hipotesis Arus Balik dikemukakan oleh FD. K. Bosh. Hipotesis ini menekankan
peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha
di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para

cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya


melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut:

Pertama, proses penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Budha atau para
biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur
dagang, sehingga di Indonesia terbentuk masyarakat Sangha, dan selanjutnya
orang-orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha belajar agama Budha di
India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa sansekerta,
kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan
demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga
orang-orang Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui
karya seni Indonesia yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciriciri Indonesia.

Kedua, proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama


aliran Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk
menduduki golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahuntahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia
dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome /
penyucian diri untuk menghindukan seseorang
6. Teori Gabungan
Para kaum Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra berkumpul dalam satu kapal untuk
mencari daerah koloni yang dijadikan kekuasaan dan menyebarkan agama Hindu.

Perkembangan Tradisi Hindu-Buddha di Indonesia


Tersebarnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia berpengaruh luas
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, diantaranya dalam bidang berikut ini:
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem
kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orangorang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan
keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan
bentuk
tempat
peribadatan.
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang
luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan.
Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi
tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan
candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya
berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya
India-Indonesia.
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti
yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam
perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya
diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang
merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma,
Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam
bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan
Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk
menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:
1.
Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
2.
Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
3.
Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.

Anda mungkin juga menyukai