Anda di halaman 1dari 16

PERPAJAKAN

BAB 1 : DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
CINDY SIAMENA (1213042)
SRI SELVI PRASTI THIO (1213058)
SELVIA MELVI (1213085)

UNIVERSITAS ATMAJAYA MAKASSAR


2015

PENDAHULUAN
Dewasa ini, Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara
yang digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan
penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa
dipungkiri bahwa sulitnya Negara melakukan pemungutan pajak karena
banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak merupakan
suatu tantangan tersendiri. Pemerintah telah memberikan kelonggaran
dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui Surat Pemberitahuan
Pajak (SPT). Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang lalai untuk
membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari kewajiban
tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat
memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum.
Salah satu mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan.
Keberadaan

lembaga

ini

masih

kontroversial.

Beberapa

kalangan

beranggapan bahwa pemberlakuan lembaga paksa badan merupakan hal


yang berlebihan. Di lain pihak, muncul pula pendapat bahwa lembaga ini
diperlukan untuk memberikan efek jera yang potensial dalam menghadapi
wajib pajak yang nakal.

DEFINISI
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro,
S.H :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
atau kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.

CIRI-CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK


Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.


Dalam pembayaran pajak

kontraprestasi individual oleh pemerintah .


Pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.
Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang

tidak

dapat

ditunjukkan

adanya

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk


membiayai public investment.

PUNGUTAN LAIN SELAIN PAJAK


Pungutan lain yang serupa dengan pajak, antara lain:

Bea materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan

menggunakan benda materai ataupun benda lain.


Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barangbarang yang dimasukkan ke dalam negeri berdasarkan harga atau
nilai barang itu atau berdasarkan tariff yang sudah ditentukan. Bea
keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barang yang dikeluarkan

dari dalam negeri berdasarkan tariff yang sudah ditentukan bagi

masing-masing golongan barang.


Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu
yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu.

Contoh : tembakau, gula, bensin, minuman keras, dll.


Retribusi, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu
jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung

dan nyata kepada pembayar. Contoh : parker, pasar, jalan tol, dll.
Iuran, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa
atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata

kepada kelompok atau golongan pembayar.


Pungutan lain yang sah atau legal, berupa sumbangan wajib.

FUNGSI PAJAK
Terdapat 2 fungsi pajak, yaitu:
Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Seperti pajak
penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPn), Pajak penjualan atas
barang mewah,(PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), dll.
Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang social dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan
tertentu di luar bidang keuangan. Misalnya:

Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah.


Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan dimaksudkan agar
pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi

atau membayar pajak yang tinggi pula sehingga terjadi pemerataan

pendapatan.
Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha
terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga

dapat memperbesar devisa Negara.


Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industry
tertentu seperti industry semen, industry rokok, industry baja,dll,
dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industry

tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi.


Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi

dimaksudkan untuk mendorong perkembangan koperasi di Indonesia.


Pemberlakuan Tax holiday dimaksudkan untuk menarik investor asing
agar menanamkan modalnya di Indonesia

KEDUDUKAN HUKUM PAJAK


R. Santoso Brotodiharjo menyatakan bahwa hukum pajak termasuk
hukum public. Hukum public merupakan bagian dari tata terbtib hukum yang
mengatur hubungan antara penguasa dengan warganya. Hukum public
memuat cara-cara untuk mengatur pemerintahan. Menurutnya yang termasuk
hukum public antara lain hukum tata Negara, hukum pidana, hukum
administrative, sedangkan hukum pajak merupakan bagian dari hukum
administrative. Meski demikian, tidak berarti bahwa hukum pajak berdiri
sendiri terlepas dari hukum pajak lainnya (seperti hukum perdata dan hukum
pidana).
R. Santoso Brotodiharjo juga menyatakan bahwa hukum pajak
berkaitan erat dengan hukum perdata. Hukum perdata merupakan bagian
dari keseluruhan hukum yang mengatur hubungan antara orang-orang
pribadi. Hukum pajak juga berkaitan dengan hukum pidana. Hukum pidana
seperti yang telah tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) merupakan suatu keseluruhan sistematis yang juga berlaku untuk


peristiwa-perisiwa pidana yang diuraikan di luar KUHP.

PEMBAGIAN HUKUM PAJAK


Hukum pajak dibagi menjadi dua, yaitu hukum pajak materiil dan
hukum pajak formil.

Hukum pajak materiil


Hukum pajak

materiil

merupakan

norma-norma

yang

menjelaskan keadaan, perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus


dikenakan pajak, siapa yang harus dikenakan pajak, dan berapa besar
pajaknya. Dengan kata lain, hukum pajak materiil mengatur tentang
timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak beserta hubungan
hukum antara pemerintah serta wajib pajak. Termasuk dalam hukum
pajak materiil adalah peraturan yang memuat kenaikan, denda, sanksi
atau hukuman cara-cara pembebasan dan pengembalian pajak, serta

ketentuan yang memberi hak tagihan utama kepada fiskus.


Hukum Pajak Formil
Hukum pajak formil merupakan peraturan-peraturan mengenai
berbagai cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi suatu
kenyataan. Hukum pajak formil dimaksudkan untuk melindungi fiskus
dan wajib pajak serta memberi jaminan bahwa hukum materiilnya
dapat diselenggarakan setepat mungkin.

TEORI YANG MENDUKUNG PEMUNGUTAN PAJAK


Beberapa teori yang mendukung hak Negara untuk memungut pajak
dari rakyatnya antara lain :

Teori Asuransi, teori ini menyatakan bahwa Negara bertugas untuk


melindungi orang dan segala kepentingannya, meliputi keselamatan

dan keamanan jiwa juga harta bendanya.


Teori Kepentingan, teori ini awalnya hanya memperhatikan pembagian
beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian
beban ini harus didasarkan atas kepentingan masing-masing orang
dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa

orang-orang itu beserta harta bendanya.


Teori Gaya Pikul, teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan
pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh Negara
kepada warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya.
Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwasannya pajak
haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar
menurut gaya pikul seseorang . Gaya pikul seseorang dapat diukur
berdasarkan

besarnya

penghasilan

dengan

memperhitungkan

besarnya pengeluaran atau pembelanjaan seseorang.


Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)
Berlawanan dengan ketiga teori sebelumnya

yang

tidak

mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan warganya,


teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer. Paha mini
mengajarkan bahwa karena sifat suatu Negara, timbullah hak mutlak
untuk memungut pajak. Setiap orang menyadari bahwa menjadi suatu
kewajiban mutlak untuk membuktikan tanda buktinya terhadap Negara

dalam bentuk pembayaran pajak.


Teori Asas Gaya Beli
Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak disamakan dengan pompa
yaitu mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk
rumah tangga Negara dan kemudian menyalurkannya kembali ke
masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan
untuk membawanya ke arah tertentu.

JENIS PAJAK
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu pengelompokkan menurut golongan, sifat, dan menurut lembaga
pemungutnya.

Menurut Golongan, pajak dikelompokkan menjadi dua:


1. Pajak Langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus
menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak
penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditangggung oleh pihakpihak tertentu yang memperleh penghasilan tersebut.
2. Pajak Tidak Langsung, Pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak
ketiga. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN terjadi
karena terdapat pertambahan nilai terhadap barang atau jasa.
Pajak ini dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual
barang, tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara
eksplisit maupun implicit (dimasukkan dalam harga jual barang
atau jasa).
Untuk menentukan apakah sesuatu termasuk pajak langsung
atau tidak langsung dalam artian ekonomis dapat dilihat dengan cara
melihat ketiga unsur-unsur berikut:
1. Penanggung jawab pajak, adalah orang yang secara formal
yuridis diharuskan melunasi pajak.
2. Penanggung pajak, adalah orang yang dalam faktanya memikul
terlebih dahulu beban pajaknya.

3. Pemikul pajak, adalah orang yang menurut Undang-Undang


harus dibebani pajak.
Jika ketiga unsure tersebut ditemukan pada seseorang,
pajaknya disebut pajak langsung, sedangkan jika ketiga unsure
terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang, pajaknya disebut
pajak tidak langsung.

Menurut Sifat, pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


1. Pajak Subjektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
memperhatikan

keadaan

subjeknya.

Misalnya,

pajak

Penghasilan (PPh).
2. Pajak Objektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar
pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak
(Wajib

Pajak)

maupun

tempat

tinggal.

Misalnya,

Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)


Menurut Lembaga Pemungut, pajak dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
1. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga Negara pada umumnya. Misalnya, PPh, PPN, dan
PPnBM.
2. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II
(pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah masing-masing. Misalnya, Pajak kendaraan
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan,dll.

TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas
pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.

Stelsel Pajak, Pemungutan pajak dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu:


1. Stelsel Nyata (Riil). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan
pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi (untuk
PPh maka objeknya adalh penghasilan).
2. Stelsel Anggapan (Fiktif). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan
pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh UndangUndang.
3. Stelsel Campuran. Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak

didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan anggaran.


Asas Pemungutan Pajak, terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu :
1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat
tinggal di wilayahnya baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri.
2. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan
pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak . Setiap orang yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas
penghasilan yang diperolehnya tadi.
3. Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa

pengenaan

pajak

dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. Misalnya,


pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang
asing yang bukan berkebangsaan Indonesia, tetapi bertempat
tinggal di Indonesia.

Sistem Pemungutan Pajak, dalam memungut pajak dikenal beberapa


sistem pemungutan, yaitu:
1. Official Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak
yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
2. Self Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib
pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. With Holding System
Sitem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarmya pajak
yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

TIMBULNYA UTANG PAJAK


Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat peting
karena berkaitan dengan :
1. Pembayaran Pajak;
2. Memasukkan surat keberatan;
3. Menentukan saat dimulai dan

berakhirnya

jangka

waktu

kadaluwarsa;
4. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, dll;
5. Menentukan besarnya denda maupun sanksi administrasi lainnya.
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat
pengakuan adanya utang pajak) yaitu ajaran materiil dan ajaran formil.

1. Ajaran Materiil
Menyatakan

bahwa

utang

pajak

timbul

karena

diberlakukannya undang-undang perpajakan. Dalam ajaran


ini, seseorang akan secara aktif menentukan apakah dirinya
dikenakan pajak atau tidak, sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.
2. Ajaran Fomil
Menyatakan bahwa
dikeluarkannya
(pemerintah).

surat
Untuk

utang

pajak

ketetapan
menentukan

timbul

pajak

oleh

apakah

karena
fiskus

seseorang

dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus


dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat
diketahui dalam surat ketetapan pajak tersebut.

BERAKHIRNYA UTANG PAJAK


Utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Pembayaran/pelunasan
Pembayaran
pajak

dapat

dilakukan

dengan

pemotongan/pemungutan oleh pihak lain, pengkreditan pajak luar


negeri, maupun pembayran sendiri oleh Wajib Pajak ke kantor
penerima pajak (bank-bank persepsi dan kantor pos).
2. Kompensasi
Dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian

maupun

kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak.


3. Kadaluwarsa
Berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka
waktu tertentu suatu utang pajak tidak dtagih oleh pemungutnya, utang
pajak tersebut dianggap telah lunas atau dihapus atau berakhir dan
tidak dapat ditagih lagi. Utang pajak akan kadaluwarsa setelah
melewati waktu 10 tahun, terhitung sejak saat terutangnya pajak atau

berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang
bersangkutan.
4. Pembebasan/penghapusan
Kewajiban pajak oleh wajib pajak tertentu dinyatakan hapus
oleh fiskus setelah dilakukan penyidikan, ternyata wajib pajak tidak
mampu lagi untuk memenuhi kewajibannya.

TARIF PAJAK
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur,
yaitu tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka
atau persentase tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi tarif tetap, tarif
proporsional (sebanding), tarif progresif (meningkat), dan tarif degresif
(menurun).

Tarif Tetap, adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap,

berapapun besarnya dasar pengenaan pajak.


Tarif Proporsional, adalah tariff berupa persentase tertentu.
Tarif Progresif (Meningkat), adalah tarif berupa persentase tertentu
yang makin meningkat dengan makin meningkatnya dasar pengenaan
pajak. Tarif progresif dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tarif Progresif-proporsional, tarif berupa persentase tertentu
yang

makin

meningkat

dengan

meningkatnya

dasar

pengenaan pajak dan kenaikan persentase tersebut adalah


tetap.
2. Tarif Progresif-progresif, tarif berupa persentase tertentu
yang

makin

meningkat

dengan

meningkatnya

dasar

pengenaan pajak dan kenaikan persentase tersebut juga


makin meningkat.
3. Tarif Progresif-degresif, tarif berupa persentase tertentu
yang

makin

meningkat

dengan

meningkatnya

dasar

pengenaan pajak, tetapi kenaikan persentase tersebut


makin menurun.
4. Tarif Degresif (menurun), tarif berupa persentase tertentu
yang makin menurun dengan makin meningkatnya dasar
pengenaan pajak.

KESIMPULAN
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
atau kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya.


Dalam pembayaran pajak

kontraprestasi individual oleh pemerintah .


Pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.
Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang

tidak

dapat

ditunjukkan

adanya

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk


membiayai public investment.
Pungutan lain yang serupa dengan pajak, antara lain: Bea materai, Bea
masuk dan bea keluar, Cukai, Retribusi, Iuran, dan Pungutan lain yang sah
atau legal, berupa sumbangan wajib. Terdapat 2 fungsi pajak, yaitu: Fungsi
Budgetair (Sumber Keuangan Negara) dan Fungsi Regularend (Pengatur).
Hukum pajak dibagi menjadi dua, yaitu hukum pajak materiil dan hukum
pajak formil. Beberapa teori yang mendukung hak Negara untuk memungut
pajak dari rakyatnya antara lain : Teori Asuransi, Teori Kepentingan, Teori

Gaya Pikul, Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti) dan Teori Asas Gaya
Beli.
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu pengelompokkan menurut golongan, sifat, dan menurut lembaga
pemungutnya. Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas
pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak. Ada dua ajaran yang
mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan adanya utang pajak) yaitu
ajaran materiil dan ajaran formil.
Utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal sebagai
berikut:

Pembayaran/pelunasan,

Kompensasi,

Kadaluwarsa

dan

Pembebasan/penghapusan. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi tarif tetap,


tarif proporsional (sebanding), tarif progresif (meningkat), dan tarif degresif
(menurun).

DAFTAR
PUSTAKA
1. Siti Resmi. 2014. Perpajakan , Teori dan Kasus.
Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat.
2. Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Jakarta : C.V
ANDI OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai