Anda di halaman 1dari 12

Mulut yang tidak Bisa Tertutup karena Dislokasi Sendi Rahang

Julio Lorenzo Penna


102013376 / Juliolorenzopenna@yahoo.co.id
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta, Indonesia

Pendahuluan
Sendi Rahang atau temporomandibular joint (TMJ) adalah daerah langsung didepan
kuping pada kedua sisi kepala dimana rahang atas (maxilla) dan rahang bawah (mandible)
bertemu. Didalam sendi rahang terdapat bagian-bagian yang bergerak yang memungkinkan
rahang atas menutup pada rahang bawah. Sendi rahang ini adalah suatu sliding ball dan
socket khas yang mempunyai satu piringan (disc) terjepit diantaranya. Temporomandibula
merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup
rahang mengunyah dan berbicara.1 Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di
kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami
masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan,
mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.
Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular.3Salah satu
gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut
dengan clicking yang seringkali tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya
kelainan sendi temporomanibular. Contoh pada kelainan sendi temporomandibula ini
diantaranya adalah ankilosis, dislokasi mandibula, hiperplasia kondiloideus, hipoplasia
kondiloideus dan fraktur mandibula. Tanda-tanda yang ditimbulkan pada setiap kelainan
berbeda, misalnya pada ankilosis penderita tidak dapat menggerakkan mandibulanya,
dislokasi mandibula penderita akan merasa giginya tidak dapat beroklusi sempurna, pada
hyperplasia dan hipoplasia kondiloideus penderita akan mengalami wajah yang asimetri,
sedangkan fraktur mandibula biasanya penderita akan mengalami pembengkakan disekitar
wajah jika faktor penyebabnya adalah trauma. Kondisi ini dapat langsung kita ketahui
melalui pemeriksaan secara klinis, akan tetapi untuk mengetahui secara pasti harus dilakukan
pemeriksaan radiografi.
Jadi pengertian dari temporomandibular joint disorder (TMD) adalah merupakan suatu
kelainan pada sendi temporomandibular (sendi yang berfungsi menggerakan rahang bawah)
yang di akibatkan oleh hiperfungi, malfungsi dari musculoskeletal (otot-otot pada tulang
JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
1

tengkorak) ataupun proses degeneratif pada sendi itu sendiri. TMD adalah kejadian yang
kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor. Perawatan TMD dapat mencapai keberhasilan
bila faktor-faktor penyebab tersebut dapat dikenali dan dikendalikan.

Pembahasan
Anatomi Pada Sendi Rahang
Lokasi sendi temporomandibular (TMJ) berada tepat dibawah telinga yang menghubungkan
rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang temporal). Sendi temporomandibular
ini unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling banyak digunakan serta paling
kompleks.1
Kondil tidak berkontak langsung dengan permukaan tulang temporal, tetapi dipisahkan oleh
diskus yang halus, disebut meniskus atau diskus artikulare. Diskus ini tidak hanya perperan
sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai bantalan yang menyerap getaran dan
tekanan yang ditransmisikan melalui sendi.2
Permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fossa articulare dan eminensia artikulare.
Seperti yang lain, sendi temporomandibular juga dikontrol oleh otot, terutama otot
penguyahan, yang terletak disekitar rahang dan sendi temporomandibular. Otot-otot ini
termasuk otot pterygoid interna, pterygoid externa, mylomyoid, geniohyoid dan otot
digastrikus. Otot-otot lain dapat juga memberikan pengaruh terhadap fungsi sendi
temporomandibular, seperti otot leher, bahu, dan otot punggung. Ligamen dan tendon
berfungsi sebagai pelekat tulang dengan otot dan dengan tulang lain. Kerusakan pada ligamen
dan tendon dapat mengubah kerja sendi temporomandibular, yaitu mempengaruhi gerak
membuka dan menutup mulut. 3,4
Temporomandibular Joint

JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
2

TMJ (Temporomandibular Joint) adalah sendi synovial yang menghubungkan mandibula


dengan os. temporal pada posisi yang tepat dan merupakan artikulasi antara tuberculum
articulare dan bagian anterior fossa mandibulare ossis temporalis diatas dan caput (processus
mandibulare) dibawah.5 Ada beberapa bagian yang ada pada regio TMJ yaitu :
Fossa glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis
Fossa mandibularis terletak pada dasar kepala yaitu pada os. Temporalis. Batas-batasnya
adalah sebagai berikut :
Lateral: superior prosessus zygomatius os. Temporalis.
Medial: ala ossis sphenoidalis.
Anterior: ke atas ke bidang lengkung eminentia articularis.
Posterior: fissura petrotympanica & squamotympanica memisahkan bagian fungsional
anterior fossa mandibularis dengan lamina tympanica non fungsional.
Superior: dipisahkan dari bagian tengah fossa cranii dan lobus temporalis encephalon
oleh bidang tulang kecil pada apex fossa. 6

Gambar 1, Fossa glenoidalis (fossa mandibularis ossis temporalis)6


Processus condylaris os mandibula
Processus condylaris os mandibula merupakan ujung tulang yang berbentuk gulungan
(rol) yang mempunyai kepala dan leher. Dilihat dari superior, sumbu panjang menyudut
sedikit ke posterior dari lateral ke medial. Ujung rol meluas ke medial dan lateral,
perluasan medial sedikit lebih besar daripada lateral.
Pada permukaan superior, tidak benar-benar bulat ke arah antero posterior. Crista kecil
tampak meluas dari medial ke lateral, menghasilkan permukaan superior-anterior yang

JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
3

datar dan permukaan postero-superior yang cembung. Permukaan superior sedikit


cembung ke arah medial-lateral. 7

Gambar 2, Processus condylaris os mandibula.7


Capsula articularis
Pada capsula articularis, dibagian superior melekat pada tepi fossa mandibularis. Pada
bagian posterior berada tepat di posterior fissura squamotympanica. Di anterior berada di
lereng anterior eminentia articularis dan di inferior melekat pada bagian tepi collum
mandibula. 7

JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
4

Gambar 3, Capsula articularis7


Ligamentum
Ligamentum adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau menyokong
organ. Fungsi dari ligamentum yang membentuk Temporomandibular joint ini yaitu
sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan processus condylaris dari
tulang mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut,
pergerakan

ke

samping,

dan

gerakan

lain.

Ligamentum

yang

menyusun

temporomandibular joint terdiri dari :


1. Ligamentum temporomandibulare
Serabut ligamentum temporomandibulare berjalan oblik ke bawah dan posterior dari
lateral eminentia articularis (tuberculum glenoidalis) ke posterior collum mandibula.
Karena TMJ bilateral maka ligamentum yang berlawanan berfungsi sebagai
ligamentum colateral medial.
Fungsi dari ligamentum temporomandibulare yaitu menghalangi pergeseran ke
posterior dan inferior dari prosessus condylaris. 6

JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
5

Gambar 4, Ligamentum temporomandibulare 6


Ligamentum accesorius
Ligamen ini terdiri dari:
Ligamentum stylomandibulare
Ligamentum stylomandibulare berjalan dari processus styloideus os.
Temporalis ke angulus mandibularis. Memisahkan regio parotidea dari regio
infratemporalis.Ligament ini berfungsi sebagai bagian anterior capsula
parotidea yang menebal.
Ligamentum sphenomandibulare
Berjalandari ala os. Sphenoidalis berupa jaringan fibrosa yang menebal
ke lingua mandibula. 6

Gambar 5, Ligament sphenomandibulare dan ligament stylomandibulare6


Discus articularis
Merupakan jaringan fibro kartilago yang terletak dalam capsula sendi antara prosessus
condylaris dan fossa mandibularis dan melekat pada tepi dalam capsul sendi.6

JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
6

Gambar 6, Posisi Discus articularis 6


Rongga synovial
Pada rongga synovial, terdapat membrana synovialis yang mengelilingi permukaan
dalam capsul sendi. Synovium mengeluarkan synovia untuk melumasi permukaan
antagonis sehingga sendi Temporomandibular Joint dapat mudah bergerak. Rongga ini
memiliki dua bagian yaitu kompartemen superior dan inferior. 7

Gambar 7. Lokasi rongga synovial7


Eminentia articularis
Eminentia yaitu istilah umum untuk suatu tonjolan atau prominentia khususnya pada
permukaan. Perbedaannya dengan tuberkulum, tuberkulum yaitu istilah umum dari tata
nama anatomi untuk tuberkel, nodul, atau tonjolan kecil terutama digunakan untuk
menunjukan tonjolan kecil pada tulang. Perbedaanya terletak pada tingginya, seperti
pada pengertian di atas, eminentia dan tuberkulum berarti tonjolan, yang membedakan
JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
7

yaitu pada eminentia lebih tinggi daripada tuberkulum karena tuberkulum hanya tonjolan
kecil.7

Gambar 8, Eminentia articularis.7

Histologi
Otot lurik adalah otot yang berhubungan dengan tulang dan berfungsi untuk
menggerakkan tulang. Otot lurik ini juga dikendalikan oleh syaraf, reaksi terhadap
rangsangnya cepat, dan mudah lelah. Otot ini terdiri dari sel-sel serabut otot yang dilindungi
oleh membrane yang dapat dirangsang oleh listrik disebut sarkolema. Sel serabut otot
tersebut terdiri dari myofibril yang berinti banyak dan terletak di tepi, myofibril ini terdapat
dalam cairan intraseluler yang disebut sarkoplasma. Di dalam sarkoplasma terdapat molekulmolekul seperti glukosa, ATP dan keratin posfat, dan enzim-enzim glikolisis. Pada bagian
ujung otot lurik umumnya mengecil dan keras disebut tendon, setiap otot memiliki dua atau
lebih tendon. Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insertion dan tendon
yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.8
Otot lurik dapat bekerja dengan dua cara yaitu kontraksi (memendek dan menebal) dan
relaksasi (kembali ke keadaan semula). Otot dapat memendek atau kontraksi maksimal,
keadaan ini disebut tonus, kemudian relaksasi. Namun seringkali rangsangan tertentu
menyebabkan keadaan tonus tidak diikuti oleh relaksasi, keadaan otot seperti ini disebut
JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
8

tetanus (kejang). Bila diamati dibawah mikroskop maka tampak adanya garis melintang yang
terang diseling gelap sehingga disebut juga otot seran lintang. Dengan mikroskop electron
myofibril tampak terdiri dari pita A yaitu filament tebal yang berwarna lebih gelap, terdiri
dari myosin tersusun heksagonal dan pita I (sampai menjorok atau masuk ke dalam pita A)
yaitu filament tipis yang berwarna lebih terang, terdiri dari aktin, tropomyosin, dan troponin.
Pada bagian tengah pita A, bagian yang kurang gelap disebut daerah H atau H zone
sedangkan di tengah pita I terdapat garis Z yang sempit. Apabila otot berkontraksi, daerah H
akan memendek. Hal ini disebabkan karena bergesernya filament tipis ke daerah filament
tebal dan tidak terjadi perubahan panjang baik pada filament tipis maupun pada filament
tebal. Peristiwa ini disebut juga sliding, yaitu menyebabkan memendeknya sarkomer.9

Mekanisme Gerak
Protein pada Otot
Otot tersusun atas beberapa protein yaitu aktin tropomyosin, troponin, dan myosin. Aktin
adalah bagian filament tipis. Monomer aktin yaitu G-aktin akan mengalami polimerisasi
menjadi F-aktin yaitu berbentuk 2 fibrous yang heliks dan tidak mempunyai sifat katalitik.
Tropomiosin adalah bagian filament tipis. Tropomyosin ini terdapat pada semua otot,
berbentuk fibrous yang terdiri dari 2 rantai dan keduanya berikatan dengan aktin. Troponin
adalah bagian filament tipis, berbentuk 3 protein globuler yaitu diantaranya troponin I yang
menghambat interaksi F-aktin dengan myosin melalui kerja tropomyosin, troponin C yang
akan mengikat Ca secara reversible dan troponin T yang akan berinteraksi dengan
tropomyosin.
Sedangkan myosin adalah bagian filament tebal, yang terdiri dari bagian fibrous pada
bagian ekor (terdiri dari 2 spiral yang saling melilit) dan bagian globuler pada ujung
kepalanya. Selain itu, myosin memiliki aktivitas katalitik karena memiliki enzim ATP ase
yang dapat mengubah ATP menjadi ADP + Pi. ATP ase ini terdapat pada bagian ujung kepala
dari myosin. Pada F-aktin, tidak memiliki aktivitas ATP ase tetapi apabila F-aktin ini
berikatan dengan myosin maka akan meningkatkan kecepatan ATP ase pada myosin untuk
melepaskan produknya yaitu berupa ADP, P, dan energy yang digunakan untuk
berkontraksi.9,10
Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot
Pada keadaan istirahat, kandungan Ca di dalam sarkoplasma rendah yaitu kurang dari 10 7

M. Apabila otot atau sarkomer dirangsang, Ca akan dilepaskan dari reticulum sarkoplasma

JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
9

menju ke sarkoplsama. Hal ini menyebabkan kandungan Ca pada sarkolema menjadi


meningkat, dan kemudian Ca akan terikat pada troponin C lalu berinteraksi dengan troponin
T dan tropomyosin. Di dalam myosin itu sendiri akan terjadi hidrolisis ATP menjadi ADP +
Pi (tetapi tidak bisa melepaskan produknya). Setelah itu, aktin akan tertarik mendekati
myosin, sehingga aktin dan myosin bertempelan membentuk aktomiosin, yaitu bnerupa suatu
kompleks Pi-ADP-miosin-F-aktin. Ikatan tersebut menyebabkan lepasnya ADP + Pi + energy.
Kompleks myosin dengan F-aktin ini menghasilkan energy yang digunakan untuk perubahan
konformasi myosin, perubahan pada tempat ikatan aktin-miosin, dan pergeseran dari filament
tipis kearah filament tebal yang menyebabkan fibrous menjadi pendek (kontraksi).
Setelah selesai kontraksi, ion Ca dipompakan kembali masuk ke dalam retikulum
sarkoplasma lewat kerja system pengangkutan aktif sehingga menyebabkan kandungan Ca di
dalam sarkoplasma menurun lagi. Setelah itu, ikatan troponin dengan ion Ca akan terlepas.
Hal ini menyebabkan tidak terjadi interaksi antara aktin dengan myosin, lalu aktin dan
myosin saling terlepas (oleh adanya ATP). Keadaan inilah yang disebut relaksasi.11
Energi untuk Kontraksi Otot
Untuk dapat melakukan kontraksi, otot tentunya memerlukan energy. Energy yang
digunakan disuplai dalam bentuk energy kimia yaitu dari penguraian ATP. ATP akan diubah
menjadi ADP, P, dan energy oleh ATP ase. Energy inilah yang akan digunakan untuk
kontraksi. Namun bila energy habis, otot tidak dapat berkontraksi lagi. Fase ini disebut fase
anaerob.
Selain itu, ATP juga dapat dihasilkan melalui proses glikolisis. Dalam otot tersimpan
glikogen (gula otot). Glikogen tersebut akan dilarutkan menjadi laktasidogen. Laktasidogen
kemudian diuraikan menjadi glukosa dan asam laktat. Oleh peristiwa respirasi dengan
oksigen, glukosa akan dioksidasi menghasilkan energy dan melepaskan karbon dioksida
(CO2) dan uap air (H2O). Proses ini semuanya terjadi pada saat otot mengalami relaksasi
karena pada saat relaksasi diperlukan oksigen untuk mengoksidasi glukosa dan atau asam
laktat. Oleh karena itu, fase relaksasi disebut juga fase aerob. Asam laktat yang merupakan
hasil sampingan peristiwa pemecahan laktasidogen ini dapat menyebabkan pegal linu dalam
otot, atau dapat menyebabkan kecapain otot. Selain itu pada masa relaksasi, energy untuk
kontraksi pada otot dapat dihasilkan dari keratin posfat yang dibantu oleh keratin fosfokinase
berubah menjadi ATP.10
Glikolisis aerob akan menghasilkan 34-38 ATP sedangkan pada glikolisis anaerob akan
menghasilkan 2 ATP. Tetapi pada saat istirahat, energy yang digunakan adalah melalui asam
lemak.8,10
JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
10

Kesimpulan
Temporo Mandibular Joint ( TMJ ) adalah sendi synovial yang menghubungkan mandibula
dengan os. temporal pada posisi yang tepat. TMJ terdiri dari beberapa regio antara lain, Fossa
glenoidalis atau fossa mandibularis ossis temporalis, Processus condylaris os mandibula,
Capsula articularis,Ligamentum temporomandibulare, Ligamentum accesorius (Ligamentum
stylomandibulare

dan Ligamentum sphenomandibulare ), Discus articularis, Rongga

synovial, Eminentia articularis. Pergerakkan yang dilakukan oleh TMJ meliputi pergerakan
abduksi, adduksi, protrusi, retrusi, gerak lateral ke kanan dan gerak lateral ke kiri. Pada kasus
didapatkan kelainan yang terjadi pada TMJ adalah dislokasi TMJ dimana terjadi kontraksi
dari m.pterygoideus lateralis yang mengakibatkan mulut tidak bisa menutup dan biasanya
pada dislokasi ini terjadi kearah anterior.

Daftar Pustaka
1. Nayak PK, Nair SC, Krishnan DG, Perciaccante VJ. Ankylosis of the
temporomandibular joint. In : Booth PW, Schendel SA, Jarg_Erich H. Maxillofacial
surgery. 2nd Ed.St. Louis : Churchill Livingstone, 2007 : 1522-36.
2. Ramezanian M, Yavary T. Comparion of gap arthroplasty and interpositional gap
arthroplasty on the temporomandibular joint ankylosis. Acta Medica Iranica
2006:44(6):391-4.
3. Sharawy M. Development and clinical anatomy and physiology of the
temporomandibular Joint; 2004: 3-16
4. Whaites E. Essential of dental radiography and radiology. London: Churchill Living
Stone; 2006.p. 279-313.

JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
11

5. Robert RJ. Neuromuscular dental diagnosis and treatment. Ishiyaku Euro-America,


Inc; 2008.p.249
6. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery.2nd Ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher (P) Ltd, 2008 : 226,229-33,237-39.
7. Pedersen, Gordon.W. 2010. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC.
8. Yunus R, Haryanto B, Abadi C. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006: 78-82.
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008: 74-81.
10. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006: 582-98.
11. Aryulina D, Manaf S, Winam W. Biologi dasar. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2011:
141-57.

JulioLorenzoPenna@yahoo.co.id
12

Anda mungkin juga menyukai